Anda di halaman 1dari 21

• Anak-anak dan Remaja.

Biasanya bayi mendapatkan 3 dosis vaksin Hepatitis


B:
• Dosis pertama: Saat lahir
• Dosis kedua: usia 1-2 bulan
• Dosis ketiga: usia 6-18 bulan
• Sebagian bayi mungkin diberi 4 dosis, misalnya jika menggunakan vaksin
campuran yang mengandung Hepatitis B. (Satu kali suntikan yang
mengandung beberapa vaksin.) Dosis ekstra tidak membahayakan.
• Semua orang sampai usia 18 tahun yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi ini sebaiknya juga divaksinasi.
• Orang Dewasa
Semua orang dewasa yang belum divaksinasi yang beresiko tertu1ar
Hepatitis B sebaiknya divaksinasi. Di antaranya:
- pasangan seks orang yang tertular HBV
- pria yang herhuhungan seks dengan sesarna
7. Apa Dx dan DD
IKTERUS FISIOLOGIS IKTERUS PATOLOGIS
Ikterik muncul pada hari ke 2 & 3, akan Ikterik mulai timbul dalam 24 jam
tampak jelas saat hari ke 5 & 6 pertama kehidupan
Kadar Bilirubin Direk kurang dari 1mg% Kadar bilirubin Direk lebih dari 1mg%
Ikterus hilang pada hari ke 10 Ikterik akan menetap sampai lebih dari 10
hari untuk bayi cukup bulan dan 14 hari
untuk bayi BBLR
Peningkatan kadar bilirubin tidak lebih Peningkatan kadar bilirubin capai 5mg%
5mg%/hari /hari atau lebih
Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 hari tidak Kadar Bilirubin pada bayi BBLR lebih dari
melewati 15mg% pada neonatus cukup 10mg% dan cukup bulan lebih dari
bulan dan 10mg% untuk kurang bulan 12,5mg%
Usia kehamilan Aterm
Hari ke 2 bayi tampak kuning, pemeriksaan Lab :
Bilirubin Total : 17,1g/dl
Bilirubin Direk 0,2g/dl
Bilirubin Indirek 16,9g/dl
• Ikterus yang muncul 24 jam pertama kehidupan akibat
eritroblastosis foetalis, sepsis, rubella, toxoplasmosis
kongenital
• Ikterus yang muncul pada hari ke 3 mungkin septicemia
• Ikterus yang muncul setelah minggu pertama kehidupan :
Septicemia, Atresia kongenital saluran empedu, hepatitis
serum homolog, rubella, hepatitis herpetiks, anemia hemolitik
yg disebabkan oleh obat
• Ikterus yang persisten selama 1 bulan kehidupan tanda
Inspissated Bile Syndrome
• Bilirubin fisiologis dapatberlangsung atau berkepanjangan
sampai beberapa minggu seperti pada bayi menderita
Hipertirodisme atau stenosis pylorus
8. Etiologi dan Faktor Risiko
• ETIOLOGI
1. Produksi yang berlebihan
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi Hepar
3. Gangguan transportasi
4. Gangguan dalam ekskresi
• Faktor Risiko
1. RAS
2. Ketidaksesuaian golongan darah dan Rh
3. Pemberian ASI
4. Infeksi
5. DM
ETIOLOGI
1. Produksi yang berlebihan
Terjadi pada neonatus yg alami peningkatan proses hemolisis
Misal : Inkompatibilitas darah Rh, ABO, gol. Darah lain, defisiensi enzim G6PD,
piruvat kinase, pendarahan tertutup dan sepsis

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi Hepar


Terjadi pada neonatus yg alami Imaturitas hepar, def. Substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fx hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi,atau def. Enzim
glukoronil transferase dan def. Protein Y yg berperan sebagai uptake bilirubin ke
hepatosit

3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat oleh albumin agar dapat diangkut ke Hepar Terjadi
Def. Albumin menyebabkan lebih banyak bilirubin indirek (I) yg bebas dalam
darah yg mudah melekat ke dalam sel otak
Def albumin akibat: penggunaaan obat seperti salisilat atau sulfafurazol

4. Gangguan dalam ekskresi


Akibat obstruksi intrahepatik maupun ekstrahepatik
Intrahepatik diakibatkan oleh Infeksi atau kerusakan hepar
Ekstrahepatik diakibatkan oleh kelainan kongenital
ETIOLOGI
Pembagian terdahulu mengenai tahapan metabolisme bilirubin yang
berlangsung dalam 3 fase, yaitu prehepatik, intrahepatik, pascahepatik, masih
relevan. Ikterus disebabkan oleh gangguan pada salah satu dari 5 fase
metabolisme bilirubin tersebut.
• Prehepatik
Ikterus jenis ini terjadi karena adanya kerusakan RBC atau intravaskular
hemolisis, misalnya pada kasus anemia hemolitik menyebabkan terjadinya
pembentukan bilirubin yang berlebih. Hemolisis dapat disebabkan oleh parasit
darah, contoh: Babesia sp., dan Anaplasma
• Intrahepatik
Ikterus jenis ini terjadi di dalam hati karena penurunan pengambilan dan
konjugasi oleh hepatosit sehingga gagal membentuk bilirubin terkonjugasi.
Kegagalan tersebut disebabkan rusaknya sel-sel hepatosit, hepatitis akut atau
kronis dan pemakaian obat yang berpengaruh terhadap pengambilan
bilirubin oleh sel hati. Gangguan konjugasi bilirubin dapat disebabkan karena
defisiensi enzim glukoronil transferase sebagai katalisator
• Ikterus posthepatik
Mekanisme terjadinya ikterus post hepatik adalah
terjadinya penurunan sekresi bilirubin terkonjugasi
sehinga mengakibatkan hiperbilirubinemia
terkonjugasi.
Faktor penyebab gangguan sekresi bilirubin dapat
berupa faktor fungsional maupun obstruksi duktus
choledocus yang disebabkan oleh cholelithiasis,
infestasi parasit, tumor hati, dan inflamasi yang
mengakibatkan fibrosis.
8. Faktor RISIKO
1. RAS
Pada ras kulit berwarna memiliki risiko tinggi terjadinya Hiperbilirubinemia akibat def. Enzim G6PD
(Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi Hepar)

2. Ketidaksesuaian golongan darah dan Rh


Dapat ↑ kadar bilirubin neonatus karena sel darah merah janin akan diserang oleh antibodi dari
ibu  sehingga terjadi Hemolisis, ↑ katabolisme Heme, dan produksi Bilirubin

3. Pemberian ASI
ASI mengandung enzim inhibitor glukoronil transferase sehingga akan terjadi ↑ Bilirubin tak
terkonjugasi (I=Indirek) dalam darah
Hormon pregnandiol di dalam ASI dapat langsung mempengaruhi konjugasi bilirubin.
Peningkatan aktivitas lipoprotein lipase di dalam ASI menyebabkan peningkatan kadar asam
lemak bebas yang dapat menghambat glukoronidasi.

4. Infeksi
Pada neonatus yg mengalami Toxoplasma congenital, ditemukan infiltrasi sel limfosit pada traktus
portal dan sinusoid. Dan Sel Hepatosit alami nekrosis  sehingga sel hepatosit kehilangan
fungsinya untuk menkonjugasikan bilirubin
5. DM
Penyebab Hiper bilirubinemia
• Penyebab ikterus fisiologis Penyebab ikterus non fisiologis
1. Peningkatan penghancuran sel darah merah
Peningkatan kadar bilirubin yang • Inkompatibilitas golongan darah Rhesus
diakibatkan karena : • Defek sel darah merah (G6PD, sferositosis)
 Meningkatnya produksi bilirubin • Inkompatibilitas golongan darah yang jarang
- turn over sel darah merah yang • Polisitemia
lebih tinggi • Darah yang terkumpul (luka, hematom)
- umur sel darah merah yang lebih • Infeksi
singkat 2. Penurunan konjugasi bilirubin
• Prematuritas (Kurang bulan)
 Penurunan ekskresi bilirubin • ASI
- penurunan uptake dalam hati • Defek keturunan yang jarang
- penurunan konjugasi dalam hati 3. Peningkatan reabsorpi birubin dari saluran cerna
- peningkatan sirkulasi bilirubin • ASI
enterohepatik • Asifiksia
• Keterlambatan pemberian makanan
• Obstruksi
• Ekskresi bilirubin membaik 4. Gangguan ekskresi bilirubin
setelah 1 minggu. • Sepsis
• Infeksi intrauterin
• Hepatisis Sindrom kolestatis
• Atresia bilier
• Sistik fibrosis
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan bayi dengan ikterus
• Bayi cukup bulan yang sehat tidak memerlukan pemeriksaan kadar bilirubin rutin. Penilaian klinis
yang baik diperlukan untuk menentukan perlu tidaknya pemeriksaan laboratorium. The American
Academy of Pediatric mengharuskan semua bayi yang pulang sebelum usia 48 jam dinilai oleh
tenaga medis dalam waktu 48 jam setelah di rumah.
• Ikterus terus berjalan ke arah sefalo-pedal bersamaan dengan meningkatnya kadar
bilirubin serum. Warna kulit dapat dievaluasi setelah kulit ditekan dengan menggunakan ibu jari
dengan menggunakan metode Kremer. Bila kaki bayi cukup bulan yang tidak sedang menjalani
fototerapi terlihat ikterik, bilirubin serumnya dapat mencapai 14 mg/dL atau lebih atau secara
kualitatif termasuk Kremer 5.
• Tanda dan Gejala lain selain Ikterik :

1.riwayat keluarga tentang adanya penyakit hemolitik yang bermakna,


2. muntah,
3.letargi,
4. asupan cairan yang kurang,
5. demam,
6. ikterus yang mulai ditemukan setelah hari ke-3,
7.urin yang berwarna gelap dan
8.tinja yang berwarna pucat.
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kriteria yang direkomendasikan untuk memantau dan memeriksa bayi baru lahir dengan ikterus adalah:
• Awitan ikterus sebelum usia 24 jam
• Tingkat kenaikan bilirubin serum total >5 mg/dL sehari atau > 0,5 mg/dl/jam
• Kadar bilirubin indirek:
Ø 15 mg/dl pada bayi cukup bulan
Ø 10 mg/dl pada bayi kurang bulan
• Kadar bilirubin serum direk yang lebih dari 2 mg/dL
• Ikterus bertahan sampai 8 hari pada bayi cukup bulan atau > 2 atau 3 minggu pada bayi kurang
bulan.

Bila ditemukan salah satu kriteria di atas, pemeriksaan laboratorium berikut ini harus dilakukan sebelum pengobatan
dimulai yaitu:

• Penentuan kadar bilirubin serum direk dan total


• Penentuan golongan darah ibu dan bayi serta skrining darah bayi untuk antibodi
• Penentuan konsentrasi Hb atau Ht atau keduanya
• Darah tepi lengkap dan hitung retikulosit
• Morfologi sel darah merah.

Pertimbangkan pemeriksaan tambahan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis:

• Pemeriksaan untuk sepsis, terutama bila ditemukan adanya faktor risiko yang berhubungan (seperti ruptur membran yang
lama, infeksi maternal atau demam, dan suhu bayi neonatus yang tidak stabil)
• Pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya infeksi hematologi atau penyakit metabolik yang jarang setelah
mempelajari riwayat medis dan riwayat obstetrik ibu, perjalanan penyakit neonatus.
11. TATALAKSANA
• Fototerapi
• Transfusi tukar
• Terapi lain
Transfusi Tukar

*Kriteria risiko tinggi:


- Skor Apgar 5
- PaO < 40 mmHg selama < 2 jam
- pH < 7, selama > 1 jam
- temperature rectal < 35°C selama 4 jam
- nilai protein total serum < 4 gm / dL x 2
- kadar albumin serum < 2,5 gm / dL x 2
- hemolisis
- perburukan klinis
Pemeriksaan darah untuk transfusi tukar
• Pemeriksaan darah dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar.
• Pemeriksaan sebelum transfusi tukar meliputi pemeriksaan :
• Hb, Ht, bilirubin, dan pemeriksaan lain untuk menentukan atau
memeriksa etiologi.
• Pemeriksaan sesudah transfusi tukar mencakup pemeriksaan :
• Hb, Ht, trombosit, bilirubin, Na, K, Ca, dan gula darah.
• Transfusi trombosit mungkin diperlukan, terutama setelah transfusi
tukar yang ke dua
12. Cara Pemberian fototerapi

• Fototerapi
Fototerapi digunakan untuk
mencegah agar kadar bilirubin
tidak meningkat sampai tingkat
yang memerlukan tindakan
transfusi tukar. Selama ini
fototerapi telah dikenal sebagai
tindakan yang aman dan efektif
dan dapat menurunkan perlunya
tindakan transfusi tukar.
• Indikasi
Rekomendasi yang secara umum
telah disepakati untuk memulai
fototerapi dapt dilihat di bawah
ini, sesuai dengan AAP guidelines:

Scenario kadar bilirubin total :


17,1g/dl dan pada hari ke 2
tampak kuning
• Terapi lain
• Tin mesoporphorin bekerja sebagai
penghambat haemoglobin oxidase sehingga
mengurangi produksi bilirubin.
• Beberapa usaha lain seperti pemberian
obat untuk memperbaiki fungsi hati dengan
fenobarbital
• Fenobarbital  Meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Pemberian obat ini akan mengurangi timbulnya ikterus fisiologik pada
bayi neonatus.
• Untuk Ibu hamil Dosis 90 mg/24 jam beberap hari sebelum kelahiran
bayi
• Atau pada saat bayi lahir dengan dosis 5 mg/kgBb/24 jam.
• Pada suatu penelitian menunjukan pemberian fenobarbital pada ibu
untuk beberapa hari sebelum kelahiran baik pada kehamilan cukup
bulan atau kurang bulan dapat mengkontrol terjadinya
hiperbilirubinemia. Namun karena efeknya pada
metabolisme bilirubin biasanya belum terwujud sampai beberapa
hari setelah pemberian obat dan oleh karena keefektifannya lebih
kecil dibandingkan fototerapi, dan mempunyai efek sedatif yang tidak
diinginkan maka fenobarbital tidak dianjurkan untuk pengobatan
ikterus pada bayi neonatus.
14. Komplikasi Hiperbilirubinemia
Kern icterus atau ensefalopati bilirubin adalah sindrom
neurologis yang disebabkan oleh deposisi bilirubin tidak terkonjugasi
(bilirubin tidak langsung atau bilirubin indirek) di basal ganglia dan nuclei
batang otak.
Pada bayi sehat yang menyusu kern icterus terjadi saat kadar
bilirubin >30 mg/dL
gejala klinis pada permulaan tidak : bayi tidak mau menghisap,
letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu, kejang tonus otot
meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus (karena kontraksi yang
tidak henti2nya)
Bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot
mata dan dysplasia dentalis.ang antara 21-50 mg/dL.
Ketika fraksi bilirubin indirek yang larut dalam lemak
jumlahnya > 30mg/dl yang bersifat toksik terhadap
susunan saraf pusat yang sedang berkembang pada
neonatus Bilirubin indirek dapat melewati sawar
otak karena larut lemak  dideposit di sel sel otak
terutama pada ganglia basalis serta mengganggu
metabolisme dan fungsinya.
Dapat menimbulkan gejala letargi, hipotonia,
iritabilitas, berkurangnya refleks moro, dan toleransi
minum yang buruk

Anda mungkin juga menyukai