Anda di halaman 1dari 22

1. Jelaskan proses penuaan dan teori2 yang menjelaskan tentang proses penuaan!

Syarat2 teori penuaan dapat dianggap valid:


a. Teori yang dikemukakan harus terjadi secara umum di seluruh anggota
spesies yang dimaksud
b. Proses yang dimaksud dalam teori tersebut harus terjadi secara progresif
seiring dengan waktu
c. Proses yang terjadi harus menghasilkan perubahan yang menyebabkan
disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau system
tubuh tertentu.
beberapa teori penuaan yang masih digunakan diantaranya :
Teori radikal bebas, yang menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme
oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai
komponen penting seluler, termasuk protein, DNA, dan lipid dan menjadi
molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan
mengganggu fungsi sel lainnya.

Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron yang tidak
berpasangan. radikal bebas terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai
proses seluler atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen. karena
elektron tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari
pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama
dengan protein dan lemak tidak jenuh. melalui proses oksidasi, radikal bebas
yang dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai
modifikasi makromolekul.Example:

 Membran sel mengandung sejumlah lemak ,ia dapat bereaksi dengan radikal
bebas sehingga sel mengalami perubahan (mitokondria & lisosim juga
diselimuti membrane yg mengandung lemak)
 Radikal bebas dapat bereaksi dengan DNA ,menyebabkan mutasi kromosom
karenanya merusak fungsi sel dengan membrane sel atau kromosom sel.


Teori radikal bebas menyatakan radikal bebas bila kadarnya melebihi
konsentrasi ambang maka mereka mungkin seringkali dikaitkan dengan penuaan.

Sebenarnya tubuh mampu melawan radikal bebas dengan antioksidan yang


diproduksi oleh tubuh sendiri.
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk pada waktu respirasi (aerob) didalam
mitokondria, karena 90% oksigen yang diambil tubuh, masuk kedalam mitokondria.
Waktu terjadi proses respirasi oksigen mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui
enzim-enzim respirasi didalam mitokondria, maka radikal bebas (RB) akan dihasilkan
sebagai zat antara.
RB yang terbentuk tersebut adalah: superoksida (02), radikal hidroksil (OH), dan juga
peroksida hidrogen (H2O2). RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh
Tubuh mempunyai kemampuan untuk menangkal RB, dalam bentuk enzim seperti:

Disamping itu RB dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non enzimatik,


seperti: vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta Karoten) dan Vitamin E
(Tocopherol).
Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian RB tetap lolos, bahkan
makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi,
kerusakan organel sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993).
intervensi, supaya proses menua dapat diperlambat. Yang paling banyak
kemungkinannya ialah mencegah meningkatnya RB, kedua dengan memanipulasi sistem
imun tubuh, ketiga melalui metabolisme/makanan.

 Teori Glikosilasi,
 yang menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan
pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai AGEs(advanced glycation end
products).
 AGEs berakumulasi diberbagai jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, lensa
mata. karena muatan kolagennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang elastis dan
mengkaku. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh
darah.
 AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin mengganggu
kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.

 Teori DNA repair, dikemukakan oleh Hart dan Setlow. mereka menunjukkan
bahwa adanya perbedaan pola laju repair kerusakan DNA yang diinduksi sinar
ultraviolet pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang
mempunyai umur maksimum terpanjang manunjukkan laju DNA repair dapat
ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata.
Sumber:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III.Edisi IV.FKU

BUKU AJAR PAPDI

Teori-teori lain
Teori2 proses menua :
1. Toeri ”genetik clock”
 Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Tiap spesies (manusia, gajah, kucing dll) didalam
nuccleusnya (intisel) terdapat suatu jam genetik yang telah diputar.
yang mengontrol replikasi dan menentukan jumlah replikasi

Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tdk
diputar,

Secara teoritis dpt dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya utk
beberapa waktu dg pengaruh2 dr luar berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dg obat2 / tindakan tertentu.

Pengontrolan genetik umur, rupanya dikontrol dalam tingkat seluler. Mengenai hal
mi Hayflick (1980) melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies.
Untuk membuktikan apakah yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau
sitoplasma, maka dilakukanlah transplantasi silang dan nukleus. Dan hasil penelitian
tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumlah replikasi, kemudian menua
dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994).

2. Mutasi Somatik (Teori Eror Catastrophe)


Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya mutasi somatik.  radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur,
sebaliknya menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kinia yang bersifat
karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang umur.
Hipotesis “Error Catastrophe “.
Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang
beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNARNA), maupun dalam proses translasi
(RNAprotein/enzim).Kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang
salah, sebagai reaksi dan kesalahan-kesalahan lain yang berkembang secara
eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah,
sehingga akan mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batasbatas tertentu
kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan
memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam proses transkripsi
(pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau
enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya.Apabila jika terjadi pula
kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka akan terjadilah kesalahan
yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Suhana, 1994, Constantinides, 1994).

3. Rusaknya Sistem Imun Tubuh


 mutasi yg berulang/ perubahan protein pascatranslasi, dpt menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imum tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun (Goldstein, 1989).

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen/antibodi yang luas mengenai


jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan.

Salah satu bukti yg ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi


bermacam-macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987).

Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami


penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang
menyebabkan terjadinya kanker meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur (Suhana, 1994).

4. Teori menua akibat metabolisme


 Pada tahun 1935, McKay et al. (terdapat dalam Goldstein, et al, 1959),
memperlihatkan bahwa pengurangan "intake" kalori pada rodentia muda
akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Hewan yang
paling terhambat pertumbuhannya dapat mencapai umur 2 x lebih panjang
umur kontrolnya. Lebih jauh ternyata bahwa perpanjangan umur tersebut
berasosiasi dengan tertundanya proses degenerasi. Perpanjangan umur
karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.--> Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang proliferasi sel, misalnya
insulin, dan hormon pertumbuhan. tertunda proses degenerasinya

Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak
mungkin juga dapat meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan
yang hidup dialam bebas yang banyak bergerak dibanding dengan hewan
laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan dialam bebas
lebih panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhana, 1994).

PERBEDAAN AGING DAN SENESCENS


2. Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang
terbagi menjadi 3 fase yaitu : (TANDA2 AGING PROSES)
a. Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH), dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai
mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan
radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar.
Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda dan gejala dari aging atau
penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal
b. Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan massa otot
yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi lemak tubuh
yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko
penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai muncul gejala
klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan- pendengaran, rambut putih mulai
tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan
bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel
dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua. Radikal bebas mulai
mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi penyebab dari banyak penyakit aging,
termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan
diabetes.
c. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA
(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.
Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral
sehingga terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1
kilogram setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia
40 tahun dan 70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya,
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000 kalori perhari.
Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang mengalami
kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati “tahun emas”
dan seringkali adanya ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam
kehidupan sehari-harinya. Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara
dramatik sebagai akibat peningkatan usia.
Miller, Carol A. 1999. Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice. Philadepia:
Lippincott
3.Perubahan fisik dan fungsi organ tubuh saat penuaan dan psikologi?

A. Perubahan-perubahan Fisik

1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.

b. Lebih besar ukurannya.


c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).

b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.

c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

d. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nadanada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya


keratin.

d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami


ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.


d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan


menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh


darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan

pusing mendadak.

e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah


perifer.

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.


a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.

b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas


akibatnya aktivitas otot menurun.

7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas


pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e. Kemampuan untuk batuk berkurang.


f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk.

b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah


terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.

c. Eosephagus melebar.

d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.

b. Atrofi payudara.

c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun


adanya penurunan secara berangsur-angsur.

d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.

e. Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan.


a. Ginjal

b. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,


darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi
atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.

c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil


meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11. Sistem Endokrin.


a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate),
dan menurunnya daya pertukaran zat.

c. Menurunnya produksi aldosteron.

d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan


testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )


a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,


serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal


a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.

b. Kifosis

c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut


mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan
menjadi tremor.

g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. Perubahan-perubahan Mental.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.


a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (Hereditas)

e. Lingkungan

Kenangan (Memory).

a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

mencakup beberapa perubahan.

b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion).

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi

perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor

waktu.

C. Perubahan-perubahan Psikososial.

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna

tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup


tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4)Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak


lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya


biaya pengobatan.

f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-


teman

dan family.

j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran


diri,

perubahan konsep diri.

D. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir

dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

SUMBER : PROSES MENUA (AGING PROSES), oleh ISMAYADI, Program Studi

5.TIPE PSIKIS YANG BERKAITAN DENGAN AGING!!

ASPEK PSIKOLOGIS
a. Tipe konstruktif
Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai
toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat
ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses
menua, mengalami masa pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi
masa akhir.
b. Tipe ketergantungan (dependent)
Orang lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak
tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami
pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan
senang untuk berlibur.
c. Tipe defensife
Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaa/jabatan tak stabil, bersifat
selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang
teguh pad kebiasaannya, bersifat konpulsif aktif. Anehnya mereka takut
menghadapi ”menjadi tua” dan tak menyenangi masa pensiun.
d. Tipe bermusuhan
Mereka menganggap orng lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu
mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak
stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri
hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-
pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.
e. Tipe membenci / menyalahkan diri sendiri
Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak
mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya
mempunyai perkawinan tak bahagia, mempunyai sedikit ”hobby”, merasa
menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses
menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup
mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu
kejadian yang membebaskannnya dari penderitaan. Statistik kasus bunuh diri
menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia ini,
apalagi pada mereka yang hidup sendirian.
(buku ajar penyakit geriatri :Ilmu kesehatan usia lanjut,edisi 2,editor:
darmojo,boedhi,martono hadi. Balai penerbit FKUI,Jakarta,2000)

6.Penyakit2 degeneratif?
Penyakit yang timbul saat penuaan
o age dependent : katarak, degeneratif, osteoporosis
o age related : DM II, Parkinson, kanker payudara, kanker prostate.

1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.


a. Paru-paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan
berkurangnya elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada,
berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga
menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia
diantaranya pneumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang
terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada
lansia diperkirakan masih cukup tinggi.
b. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit
menurun. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga
bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan juga mengalami
penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan
menurunnya kekuatan otot jantung. Pada lansia,tekanan darah
meningkat secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70
tahun menurun sekitar 50 % dibanding orang berusia 20 tahun.
Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada
pria tua mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.
Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang
disebut jantung iskemi. Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai
pada penderita jantung iskemi adalah pada pembuluh darah jantung
akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya bisa karena banyak
merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita diabetes mellitus dan
berat badan berlebihan serta kurang berolah raga. Masalah lain pada
lansia adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor
utama penyebab stroke dan penyakit jantung koroner.
2. Penyakit pencernaan makanan.
Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara
lain gastritis dan ulkus peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak
spesifik, penurunan berat badan, mual-mual, perut terasa tidak enak.
Namun keluhan seperti kembung, perut terasa tidak enak seringkali akibat
ketidakmampuan mencerna makanan karena menurunnya fungsi kelenjar
pencernaan. Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering dijumpai.
3. Penyakit sistem urogenital.
Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran
kelenjar prostat (hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan buang
air kecil, sedang pria lanjut usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar
prostat.Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai
peradangan ginjal akibat gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan
berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat
saluran kemih.
4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).
Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah
besar di saat stress dan berperan penting dalam reaksi mengatasi stress.
Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi hormon inilah lanjut usia
kurang mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon tiroid juga
menyebabkan lansia tampak lesu dan kurang bergairah. Kemunduran
fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya menopause pada wanita,
sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit
metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis.
5. Penyakit pada persendian tulang.
Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan
pada permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia.
Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa
nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang
punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan metabolisme asam
urat dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut. Terjadinya
osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah.
Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat
kekuatan otot berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak
pusing,penglihatan yang kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang
dan lantai yang licin.
6. Penyakit yang disebabkan proses keganasan.
Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua
seseorang makin mudah dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker
banyak dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan, yang
biasanya dimulai pada usia 50 tahun. Kanker pada pria paling banyak
dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar prostat.
7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh
darah otak yang dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan
kepikunan (senilis).

1. Faktor-faktor yg mempengaruhi penuaan?


Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penuaan dini (premature aging):
a. Faktor yang berhubungan dengan UV, radiasi sinar X, polusi udara yang berasal dari
mobil, dari pabrik, freon, asap rokok, bahan kimia eksogen dan endogen, serta
makanan tinggi karbohidrat dan kalori.
b. Faktor penyebab terjadinya kekeringan misalnya : cara perawatan kulit yang salah,
kosmetik yang tidak sesuai. Kelembapan udara yang rendah, ruang ber AC, kipas
angin, suhu dingin dan panas akan mempercepat penguapan air dari kulit, sehingga
menyebabkan kulit menjadi kering.
c. Pengaruh sinar matahari yang menahun/kronik dapat menyebabkan kerusakan kulit
akibat efek fotobiologik sinar UV yang menghasilkan radikal bebas; akan menimbulkan
kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan
elastin, kerusakan pembuluh darah kulit dan menimbulkan kelainan pigmentasi kulit.
d. Faktor-faktor lain, yaitu gizi buruk, penyakit menahun, minuman keras, kopi
berlebihan, stres, dll. UV-A (Ultra Violet A), dapat menyebabkan melanoma, dan
menyebabkan penuaan dini (premature aging).
(Cermin Dunia Kedokteran)

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan, yaitu :


a. Faktor lingkungan
 Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif dan rumah tangga) akan
mempercepat penuaan.
 Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian
ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin
dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
 Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih akan
meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan.
 Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung
melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism).
 Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.
b. Faktor diet/makanan : Jumlah nutrisi yang cukup, jenis dan kualitas makanan yang
tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat
beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh,
antara lain organ hati.
c. Faktor genetik : Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya.
Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat
racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
d. Faktor psikologis : Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di
berbagai organ/jaringan tubuh.
e. Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola makan
kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan
dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH).

4. Penyebab perbedaan penderita geriatrik :


Terdapat beberapa penyebab mengapa penderita geriatrik berbeda dengan
penderita golongan populasi lain (Brocklehurst and Allen, 1987), yaitu:
a. Terjadi berbagai perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak
disebabkan oleh proses penyakit. Penurunan daya ingat ringan, penurunan
pendengaran dan penglihatan (presbiakusis dan presbiopia) bukanlah suatu penyakit.
Seringkali memang sukar untuk membedakan antara penurunan akibat proses fisiologis
dengan akibat yang terjadi karena gangguan patologis, misalnya seperti pada
osteoporosis dan ateroskierosis.
b. Terjadi akumulasi proses patologik kronik yang biasanya bersifat degeneratif.
Penyakit degeneratif ini sekali terkena tidak akan bisa sembuh. Semakin banyak gejala
sisa penyakit degeneratif ini akan memperberat penyakit lain.
c. Berbagai keadaan sosial-ekonomi lingkungan sering tidak membantu kesehatan dan
kesejahteraan penderita lanjut usia. Penurunan kemampuan fisik dengan lanjutnya usia
akan menurunkan kemampuan ekonomi yang secara berkesinambungan akan
membatasi gerak sosial. Keterbatasan sosial-ekonomi tersebut berhubungan pula
dengan kesulitan dalam memperoleh lingkungan yang memadai.
d. Penyakit iatrogenik, atau penyakit yang diakibatkan oleh obat-obatan. Berbagai
penyakit yang diderita oleh seorang lanjut usia sering menyebabkan penderita minum
obat-obatan dalam jumlah banyak. Belum lagi kalau diingat bahwa seorang penderita
lanjut usia sering mempunyai lebih dan satu dokter yang menangani berbagai
penyakitnya tersebut. Perubahan efek farmakodinamik dan farmakokinetik obat di
dalam tubuh seorang penderita lanjut usia juga juga memegang peranan terjadinya
penyakit iatrogenik tersebut.
e. Penyakit atau episode akut baik fisik (infeksi, infark jantung, trauma) maupun
psikologik (kematian pasangan hidup, dan lain-lain), merupakan keadaan yang akan
memperberat berbagai keadaan di atas dan seringkali menyebabkan kematian.

Stieglizt telah menjelaskan secara baik sekali tentang berbagai perbedaan antara
karakteristik penyakit pada usia lanjut dan dewasa muda yang lain sebagai berikut:

Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat stress dan
berperan penting dalam reaksi mengatasi stress. Oleh karena itu, dengan mundurnya
produksi hormon inilah lanjut usia kurang mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon
tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu dan kurang bergairah.
(Darmojo Boedhi. 2000.Buku Ajar Geriatri:Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi
2.Jakarta:FKUI)
PENGLIHATAN KABUR

 Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.


 Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
 Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
 Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
 Hilangnya daya akomodasi.
 Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
Sumber: Buku Ajar Geriatri (IKUL) Ed. 3 FKUI.

Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi
pupil, akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata, yaitu katarak.
Semakan bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian
ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua:
 Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.
Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur,
dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan
kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari hal ini
yaitu kesulitan dalam membaca huruf-huruf yang kecil dan kesukaran dalam
melihat dengan jarak pandang dekat.
 Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil
mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang dan
mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
 Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi
dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah penglihatan menjadi
kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan
penglihatan, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, berkurangnya
penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi kedalaman atau
stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), perubahan dalam persepsi
warna.
 Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.
Miller, Carol A. 1999. Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice. Philadepia:
Lippincott

Anda mungkin juga menyukai