Anda di halaman 1dari 11

GEOLOGI REGIONAL KENDENG BARAT

Secara Fisiografi zona Kendeng terletak diantara busur volkanik pada saat ini dan zona ini
merupakan deposenter utama endapan Paleogen-Neogen yang merekam sekuen sedimen turbidit
dan pelagic yang tebal (van Bemmelen, 1949). Sebagian besar sedimen yang tersingkap di Zona
Kendeng berumur Neogen dan Kuarter. Sedimen-sedimen tersebut seringkali berbeda fasies baik
dari barat ke timur maupun dari selatan ke utara. Stratigrafi Zona Kendeng dimulai ketika
sedimen yang diendapkan pada cekungan Kendeng berasal dari produk erosional rangkaian
sedimentasi yang terjadi di Cekungan Jawa timur bagian utara ke selatan. Patrick De Genevraye
dan Luki Samuel (1972) membagi stratigrafi zona kendeng lebih detail menjadi tiga bagian yaitu
Kendeng Barat, Tengah dan Timur (Gambar 1).

Gambar 1. Fisiografi bagian tengah dan timur Pulau Jawa (van Bemmelen, 1949)

Mengacu pada hal tersebut daerah telitian berada pada Zona Kendeng bagian barat dengan
stratigrafi dari formasi tertua hingga termuda berupa (Gambar 2):
1. Formasi Pelang
Tersusun dari napal dan napal lempungan dengan sisipan – sisipan lensa batu gamping
bioklastik. Berdasarkan atas kandungan foraminifera plankton formasi ini menunjukkan umur
Miosen Awal atau Zona N4.Rasio kandungan fosil foraminifera planktonik bentonik yang relatif
tinggi ( 80% ), diinterpretasikan di endapkan pada lingkungan laut terbuka, jauh dari pantai,
yaitu pada zona bathyal dengan kedalaman sekitar 1000 – 2000 meter.
2. Formasi Kerek
Ciri litologinya, pada bagian bawah terdiri atas perulangan antara napal lempungan, napal dan
lempung dengan batupasir tufa gampingan dan batupasir tufa. Bagian tengah disusun oleh
perselingan antara batuan lempung dengan endapan piroklastik. Laminasi sejajar, convolute,
flutecast, slump bedding, graded bedding dan pelagic mud merupakan struktur yang hampir
selalu muncul pada formasi ini sehingga dapat di interpretasikan bahwa Fm. Kerek terendapkan
dengan proses gravity sedimentation. Berdasarkan atas foraminifera plankton umur dari formasi
ini berkisar antara Miosen Tengah – Miosen Akhir atau N 13 – N 16 menurut zonasi Blow
(1969). Formasi ini tersingkap baik pada pada pegunungan Kendeng Barat.
3. Formasi Kalibeng
Litologi dari Formasi Kalibeng terdiri atas endapan dari napal globigerina yang masif, berwarna
kehijauan dan napal lempungan, berwarna biru atau hijau kebiruan yang banyak mengandung
foraminifera plankton. Umur dari formasi ini adalah Miosen Akhir hingga Pliosen Bawah, atau
Zona N 17 – N 19 dari klasifikasi Blow (1969). Ciri khas dari formasi ini adalah berlimpahnya
kandungan foraminifera plankton sebesar 70 % – 80 %. Yang mencirikan lingkungan
pengendapannya laut terbuka dan dalam, yaitu pada zona bathyal dengan kedalaman antara 200
– 500 meter.
4. Formasi Notopuro
Di lokasi tipe Formasi Notopuro terdiri atas batuan tufa berselingan dengan batupasir tufa, breksi
volkanik dan konglomerat. Formasi ini terletak diendapkan selaras diatas Formasi
Kabuh.Formasi ini tersebar luas di pegunungan Kendeng, sayap selatan mulai dari Salatiga di
barat hingga di Mojokerto sebelah timur.
Gambar 2. Rangkuman stratigrafi regional Jawa bagian timur oleh peneliti terdahulu, kolom
stratigrafi Zona Kendeng bagian barat oleh Patrick De Genevraye dan Luki Samuel, 1972
(tengah), stratigrafi sedehana Kenozoikum Zona Kendeng Smyth et al, 2005 (kanan).

Endapan Turbidit Formasi Kerek dan Injeksi Klastik (Clastic Injection)


Banyak definisi tentang arus turbid/ turbidity current dan secara mendetail Walker (1992)
mendefinisikan arus turbid sebagai suatu arus densitas yang bergerak menuruni lereng pada
daerah lantai samudera, yang di kontrol oleh gravitasi yang bekerja pada perbedaan densitas
antara arus tersebut dengan densitas air laut sekitarnya. Kelebihan densitas pada arus ini dapat
dikarenakan oleh temperatur yang dingin, salinitas yang lebih tinggi atau karena sedimen yang
tersuspensi didalam arus tersebut. Dimana jika kepadatan dikarenakan oleh material sedimen
yang terkandung pada arus tersebut, maka arus tersebut dinamakan arus turbid.
Menurut Shanmugham (2005) melalui penampang ideal turbidit merupakan produk terakhir dari
sebuah longsoran dari suatu lereng/ continental slope yang diawali oleh suatu longsoran
berupa slide yang mungkin mungkin dapat terubah menjadi slumpyang merupakan rotasi
koheren transportasi massa dari suatu blok/ lapisan sedimen pada suatu bidang luncur yang
cekung (shear surface) dengan deformasi internal yang terjadi pada blok tersebut. Setelah
mengalami penambahan fulida/ carian selama perjalanan menuruni lereng bawah laut,
material slump mungkin dapat terubah menjadi suatu aliran debris (debris flow). Aliran
debris/ debris flowmerupakan aliran plastic dengan kekuatan mengerosi. Seiring dengan
penambahan fulida pada aliran debris laminar, aliran tersebut mungkin dapat berkembang
menjadi suatu aliran turbid/ turbidity current (Gambar 3).
Gambar 3. (A) Mekanisme pembentukan arus turbid ideal menurut Shanmuggam (Shanmugam,
2005), (B) Skema peluncuran dan pengendapan arus turbid dengan erosi pada bagian bawah, (C)
Interval Bouma Ta-Te (Walker, 1992).

Formasi kerek pada zona kendeng merupakan salah satu formasi yang diendapkan pada zona laut
dalam dengan mekanisme gravity flow. Formasi ini tersingkap sangat baik pada pada derah
Kedungjati, Singkapan pada tebing sepanjang ± 80 m, tinggi ± 20 m, dengan ketebalan dalam
pembuatan profil ± 44 m (Gambar 4), dimana singkapan-singkapan tersebut memberikan
informasi gambaran mekanisme sedimentasi yang cukup lengkap mulai dari flutecast, graded
bedding, parallel lamination, convolute, ripple hingga struktur unik berupa clastic injection.
Gambar 4. (A) Kenampakan singkapan, (B) Profil detail pada bagian atas singkapan , (C)
Endapan channel pada bagian atas, (D) Sand pocket dengan struktur injection, ball&pillow pada
bagian bawah, (E) sand pocket dengan struktur clay injection pada bagian tengah.

Clastict injection, dalam beberapa referensi seperti Bouma, Mutti dan Walker tidak menjelaskan
secara detail fenomena ini. Bagaimana suatu tubuh lempung dengan bentuk memanjang dapat
masuk kedalam layer batupasir atau sebaliknya (Gambar5). Shanmugham (2005) berusaha
menjelaskan prinsip dasar pembentukan struktur ini dimana struktur ini kemungkinan besar
terbentuk pada saat syn-depositional ataupost-depositional (sebelum terlitifikasi).
Secara umum struktur clastic injection dapat dipicu oleh beberapa proses seperti;
proses slumping, pengendapan yang sangat cepat, pembebanan endapan sedimen,overpressure,
pembebanan endapan glacial, tectonic stress, intrusi batuan beku, migrasi vertikal fluida basin
(Shanmugham, 2005). Secara umum dua hal yang memicu terbentuknya struktur clastic
injection, yaitu pembebanan pada saat slumpingdan pembebanan material sedimen. Adapun lima
tahapan yang memicu bagaimana terbentuknya struktur ini yaitu :
1. Depositional stage: runtuhnya sedimen-sedimen dengan sangat cepat pada suatu lereng
(slump, slide, sandy debris flow dll) dan terendapakan menjadi endapan pasir yang membentuk
lensa.
2. Sealing stage: pada umumnya di daerah laut dalam tidak terdapat arus traksi maka
pengendapan yang cepat dari suatu longsoran tadi akan di akhiri oleh pengendapan suspensi
endapan lumpur yang akhirnya memerangkap fluida pada endapan pasir tersebut dan
mengisolasinya menjadi kantong-kantong pasir melensa diantara endapan suspended-clay.
3. Overpressuring stage: proses pada depositional stage (slump, slide maupunsandy debris
flow) yang terjadi lagi pada daerah yang sama akan memicu terjadinya suatu tekanan yang
berlebihan pada endapan yang terdapat dibawahnya. Selain itu pada lingkungan laut dalam,
tebalnya kolom air memungkinkan juga menambah tekanan hidrostatik pada sedimen
dibawahnya. Hal tersebut membuat fluida-fuilda yang terperangkap pada bagian bawah
mengalami over pressure.
4. Fracturing stage: tekanan yang berlebihan karena proses tersebut memicu pembentukan
kekar-kekar terbuka (gashes fractue) pada bagian zona-zona lemah baik pada tubuh kantong
pasir maupun lempung. Hal ini merupakan efek lazim yang terjadi untuk menetralkan gaya/
tekanan yang didapat (Kimura et al., 1989).
5. Injection stage: ini merupakan tahap terakhir dimana saat terbukanya rekahan-rekahan
pada kantong pasir maupun lempung fluida-fluida yang terperangkap akan menerobos masuk
bersamaan dengan material yang dikandungnya sehingga membentuk suatu bentukan intrusi/
injeksi material klastik tertentu terhadap material lain.
Gambar 5. (A) Diagram blok hubungan mekanisme luncuran turbidit dalam suatu channel
dengan bottom current dan channel margin slump, Shanmugham 2005, (B) Diagram blok model
inetrpretasi pembentukan struktur clastic injected yang berasosiasi dengan mekanisme
pembebanan (slump), Shanmugham 2005.

Anda mungkin juga menyukai