Stabilitas produk farmasi (menurut USP): "sejauh mana produk tetap dalam batas
yang ditentukan" dan selama masa penyimpanan dan penggunaan sifat dan karakteristik
yang dimiliki sama seperti saat diproduksi.
Stabilitas obat : waktu dari tanggal pembuatan dan pengemasan dari formulasi sampai
ketetapan yang telah ditentukan dimana karakteristik fisika obat tidak terlalu berubah.
Shelf life : periode waktu di mana produk tetap sesuai dengan spesifikasi yang
disimpan di bawah kondisi pasar (periode penggunaan dan penyimpanan)
Waktu kadaluarsa : periode waktu yang dicetak pada kemasan obat yang
menandakan batasan obat untuk dikonsumsi secara aman.
1. Secara kimiawi
Misalnya: hidrolisis (dalam bentuk larutan); oksidasi (kontak dengan udara)
2. Secara fisika
Misalnya: terjadi perubahan warna
Contoh:
3. Secara mikrobiologi
Jika terdapat mikroba pada produk obat, maka mikroba tersebut akan
melepaskan senyawa kimia (misalnya enzim) yang dapat merusak obat.
4. Terapeutik
Berhubungan dengan efek terapi obat setelah terdegradasi di dalam tubuh.
5. Toksikologi
Setelah obat diminum menghasilkan produk degradasi yang bersifat toksik.
(Misalnya Paracetamol menghasilkan produk degradasi NAPQI yang bersifat
hepatotoksik)
Contoh :
Tetrasiklin yang mengalami dehidrasi dan epimerisasi menghasilkan produk degradasi
berupa epianhydrotetracycline (anhidro tetrasiklin) yang mengakibatkan Fanconi
syndrome (kelainan pada tubulus proksimal ginjal).
Pralidoxime (untuk obat akibat toksisitas pestisida oragnoposfat). Jika diberikan pada
pasien dalam kondisi alkalosis, maka menyebabkan pralidoxime terdegradasi menjadi
sianida yang bersifat toksik.
Contoh : Kristal oleum cacao terdiri atas 4 bentuk, yakni kristal bentuk α, ß, ß* , dan Ɣ.
Namun untuk sediaan suppositoria menggunakan ol.cacao bentuk ß* karena lebih stabil
dan dapat meleleh pada suhu tinggi.
Contoh : amoksisilin dan ampisilin tidak stabil dalam bentuk larutan, maka jika ingin
dibuat sirup, dibuat dalam bentuk dry sirup.
Nb. *Laju obat terdegradasi berbeda-beda. Semakin reaktif suatu struktur lebih
mudah dan cepat terdegradasi.
PERTEMUAN 2
a. Degradasi kimia dari zat aktif penurunan kuantitas dosis obat dan mengurangi
efek terapeutik obat kehilangan efek.
Nb. Konsentrasi obat dengan jendela terapeutik yang sempit harus diperhatikan.
Contoh : perubahan warna (misalnya Vit.C berwarna kuning jika teroksidasi jadi
berwarna cokelat)
Perubahan bau atau rasa (misalnya aspirin yang terdegradasi menjadi asam salisilat
dan asam asetat yang akan menimbulkan bau cuka)
Contoh: sediaan sustained release dapat mengalami dose dumping (jika obat dengan
dosis besar langsung keluar semua dosisnya akibat eksipien yang rusak dan tidak
dapat mengontrol pelepasan obat).
Rute Degradasi :
1.1.Hidrolisis Ester
Kecepatan hidrolisis bergantung dari substituent (gugus samping)
Jika substituen berupa gugus penarik electron [NO2, F, Cl, Br, I, OH, C6H5-]
meningkatkan hidrolisis
Jika substituen berupa gugus pendonor electron [(CH3)3C-, (CH3)2CH-, CH3CH2-, CH3].
menghambat hidrolisis
Substituen berupa leaving grup hidrolisis cepat terjadi substituen tersebut akan
memutuskan ikatannya atau mengganti dengan senyawa lain senyawa menjadi stabil
Semakin panjang gugus alkil senyawa semakin meruah hidrolisis sulit terjadi.
1.2.Hidrolisis Amida
2. Dehidrasi
Gula dan laktosa dehidrasi 5-(hydroxymethyl) furural.
Contoh : Eritromisin, prostaglandin, batanopride, streptovitacin A
3. Oksidasi
Oksidasi terjadi jika : atom / radikal elektronegatif yang tidak stabil merusak
atom elektropositif.
Autooksidasi : karena senyawa tersebut memiliki atom oksigen senyawa
tersebut teroksidasi sendiri (tanpa perlu dikatalisis) dengan proses oksidasi yang
lebih lambat.
Reaksi yang terjadi : inisiasi, propagasi, dan terminasi.
Contoh : steroid & sterol, asam lemak tak jenuh, fenotiazin, simvastatin, dan
antibiotic poliena yang mengandung ikatan rangkap terkonjugasi.
Cara untuk mencegah proses oksidasi :
a. dengan menambah antioksidan
b. dialiri gas nitrogen dan gas oksigen
c. hindari obat kontak dengan metal/besi
d. penyimpanan pada suhu dingin.
4. Isomerisasi
Merupakan proses perubahan obat menjadi bentuk isomer optikal atau isomer
geometris, dimana sering mengurangi efek terapeutik obat.
Contoh : adrenalin (epinefrin: rasemisasi dalam larutan asam), tetrasiklin
(epimerisation dalam larutan asam), sefalosporin (isomerisasi katalis basa),
vitamin A (cis-trans isomerisasi), pilocarpine (epimerisasi oleh katalis basa),
tetrasiklin seperti rolitetrasiklin dan ergotamine (epimerisasi oleh katalis asam).
Contohnya : Ibuprofen [S] lebih aktif dibandingkan ibuprofen [R]
5. Rasemisasi
Rasemisasi mengacu pada perubahan parsial satu enantiomer ke enantiomer lain.
Contoh:Epinefrin teroksidasi dan mengalami rasemisasi pada kondisi asam kuat.
6. Fotolisis
Rusak akibat cahaya.
Contoh: fenotiazin, hidrokortison, prednisolon, riboflavin, asam askorbat dan
asam folat.
Fotodekomposisi dapat terjadi tidak hanya pada saat penyimpanan, tetapi juga
selama penggunaan produk. Misalnya, sinar matahari (sinar UV) mampu
berpenetrasi (menembus kulit) dan masuk ke pembuluh darah merusak obat
yang ada dalam pembuluh darah, terutama pada kapiler darah dan pada mata
(obat mata).
Cara mencegah fotolisis:
a. Dengan ditambah HALS (scavenger). Fungsi : memulung bentuk obat yang
tidak stabil (radikal), sehingga obat tidak dapat diserang oleh radikal dan
obat kembali stabil.
b. Lapisi tablet dengan polimer film yang mengandung absorbers UV (seperti
oxanilide, hidroksifenil triazin)
c. Menggunakan pengemas berupa botol cokelat/ berwarna gelap.
d. Untuk tablet dengan zat aktif/ polimer yang mudah rusak oleh fotolisis
ditambah absorbers UV.
7. Polimerisasi
Polimerisasi : penggabungan dua senyawa/lebih dengan bentuk molekul yang
identik/sama menjadi molekul kompleks.
Polimerisasi banyak molekul kompleks yang terbentuk banyak obat dalam
bentuk larutan mengendap dan proses pengembangan obat lama (kehilangan
fungsi eksipien).
Contoh : amino-penisilin, seperti natrium ampisilin dalam larutan dan
formaldehid. (Sehingga ampisilin dibuat dalam bentuk dry sirup).
8. Dekarboksilasi
Dekarboksilasi : gugus karboksilatnya hilang.
Zat obat yang memiliki gugus asam karboksilat rentan terhadap dekarboksilasi.
Contoh : Asam 4-aminosalisilat dan Foscarnet (mengalami dekarboksilasi dalam
kondisi asam kuat).
2. Bentuk hidrat
Menunjukkan adanya molekul/kristal air
Contoh : kelarutan ampisilin anhidrat lebih besar dibandingkan ampisilin hidrat
(bentuk hidrat telah mengandung air pada molekulnya saat berikatan dengan
air hanya sedikit yang dapat terlarut kelarutannya dalam air berkurang)
6. Hilangnya keseragaman :
a. Sublimasi
Sublimasi : perubahan dari bentuk padat gas.
Contoh : Nitrogliserin (bahan dasar dinamit, dan sebagai obat jantung)
dapat meledak pada suhu dan tekanan tinggi.
b. Adsorpsi
Adsorpsi = serapan pada permukaan padat
Adsorpsi kelembaban diatur oleh sifat fisik bahan obat dan eksipien. Sebagai
contoh, adsorpsi kelembaban oleh kristal aspirin ditingkatkan dengan
menambahkan eksipien hidrofilik.
7. Penuaan (aging)
Penuaan : kehilangan estetika sediaan
Terjadi perubahan warna pada pengemas.
Tablet berubah menjadi keras disintegrasi dan disoulusi jelek onset dan
efek yang ditimbulkan menurun/jelek.
8. Sedimentasi
Terbentuknya partikel yang tidak larut.
Contoh : Fenitoin injeksi saat pH nya menurun sedimentasi (asam fenitoin =
tidak larut)