Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Nasiwan, M.Si.
Disusun Oleh :
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
& hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Pengaruh Fenomena Klitih Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat di Yogyakarta”.
Makalah ini saya susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Sosial
Indonesia
Saya selaku penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini
1. Bapak Dr. Nasiwan, M.Si. selaku dosen mata kuliah Teori Sosial Indonesia
2. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2017, serta semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.Agar dalam pembuatan tugas lainnya dapat lebih baik.Penulis berharap,
makalah yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH ................................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
PENUTUP ................................................................................................................... 27
LAMPIRAN ................................................................................................................ 29
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
senjata tajam atau api lainnya. Klitih ini biasanya dilakukan malam hari di
jalan-jalan yang sepi pengendara.
Fenomena Klitih sampai saat ini masih menjadi masalah sosial yang
mengganggu kondisi sosial masyarakat maupun kondisi lingkungan di
Yogyakarta. Setelah adanya fenomena klitih banyak warga masyarakat yang
merasa terganggu dan was-was terhadap fenomena ini. Mereka menganggap
ada yang berubah dari kondisi sosial di lingkungan Yogyakarta dimana dulu
Yogyakarta merupakan Kota Istimewa, Aman, dan Damai.Namun, sekarang
dapat dikatakan sebagai daerah yang darurat aksi klitih.Banyak masyarakat
yang merasa resah atas kondisi yang terjadi apabila melakukan kegiatan
ataupun perjalan diwaktu-waktu tertentu atau di malam hari.
Aksi klitih sampai sekarang di akhir tahun 2018 masih saja terjadi.Ini
menjadi permasalahan yang harus diselesaikan semua pihak tidak hanya
aparat kepolisian saja. Karena, apabila dibiarkan saja aksi klitih ini akan
menjadi keteganggan sosial di masyarakat Yogyakarta. Banyak pihak yang
merasa resah dan terganggu setelah adanya aksi klitih ini.
Dari aksi klitih yang terjadi di Yogyakarta ini banyak faktor yang
melatarbelakanginya.Adanya perubahan-perubahan tersebut yang menjadi
faktor utama dalam fenomena klitih ini.Yaitu perubahan perilaku seseorang
yang melakukan aksi klitih karena adanya perubahan zaman, dimana sekarang
sudah memasuki era globalisasi maupun modernisasi. Maka, tidak menutup
kemungkinan adanya perubahan zaman juga mengubah cara berfikir dan
bersikap seseorang terhadap suatu lingkungan sosial. Sehingga, setelah adanya
fenomena klitih juga akan mempengaruhi kondisi sosial masyarakat di
sekitarnya. Karena, suatu perubahan apapun akan memberi pengaruh juga.
2
Dari paparan fenomena klitih yang terjadi di Yogyakarta, maka penulis
bermaksud untuk menulis makalah mengenai aksi klitih yang meresahkan
masyarakat Yogyakarta.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
terletak pada kelompok dan organisasi sosial.Dalam konteks inilah Durkheim
memperkenalkan istilah anomie (hancurnya keteraturan sosial sebagai akibat
hilangnya patokan-patokan dan nilai-nilai).
5
3. Pengaruh minuman keras
4. Minimnya pendidikan.
6
Pada dasarnya persoalan sakit hati adalah persoalan yang sangat
bersentuhan dengan watak kita masing-masing. Tanpa kita sadari, apabila
kita memiliki sikap watak pendendam, maka dalam kesehariannya,
kapanpun perasaan kita tersakiti, maka secara tidak langsung kita akan
berusaha untuk membalasnya.
Faktor sakit hati atau dendam ini bisa terjadi di mana saja, bahkan
dalam lingkungan keluarga sekalipun.Hal ini tergantung dari watak
seseorang dan hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.Melihat
kasus tersebut, komunikasi yang baik dan lebih intens mungkin dapat
menjadi solusi dalam faktor ini.
2. Faktor Lingkungan
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua
mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada
anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja.Padahal materi
tidak dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian
orang tua hal lain juga terjadi karena orangtua bercerai dan hanya tinggal
bersama ibu saja, karena ibu sibuk bekerja anak pun kurang mendapatkan
perhatian.
7
yang sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang
tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di
tempat lain.
8
sikap moral yang lebih parah lagi, dengan kata lain menimbulkan tindak
pidana atau kriminal.
4. Minimnya Pendidikan
9
Tingkat pendidikan yang rendah dalam suatu lingkungan masyarakat,
dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat tersebut yaitu sikap
kurang kreatif sehingga tidak ada atau kurangnya pengendalian diri untuk
melakukan suatu kejahatan, sebaliknya ketersediaan pendidikan yang baik,
memungkinkan tingkah laku jahat tersebut dapat dicegah atau setidaknya
dikendalikan.
10
berlaku di dalam masyarakat, sehingga untuk mengarahkan kembali
perilaku individu yang melakukan penyimpangan, masyarakat melakukan
berbagai tindakan yang di sebut dengan pengendalian sosial.Joseph S.
Roucek (Setiadi dan Kolip, 2011: 252) mengartikan pengendalian sosial
sebagai “Proses baik direncanakan maupun tidak direncanakan, yang
bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga-warga masyarakat
agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku
“.sementara Bruce J. Cohen (Setiadi dan Kolip, 2011:252) mengemukakan
pengendalian sosial sebagai “Cara-cara yang digunakan untuk mendorong
seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau
masyarakat luas tertentu”. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah suatu proses yang
dilakukan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota masyarakatnya agar
bertingkahlaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
11
peristiwa atau kejadian.Aksi klitih yang terjadi di Yogyakarta ini terjadi
karena adanya perilaku menyimpang yang dilakukan pelaku.
12
1. Individu biasanya menghayati nilai-nilai dari beberapa orang yang cocok
dengan dirinya. Bilamana sebagian besar teman menyimpang, maka
individu tersebut kemungkinan besar akan menjadi menyimpang.
2. Adaya imitasi atau meniru perilaku orang lain. Peniruan perilaku ini
banyak dilakukan oleh individu yang masih berusia anak-anak.
3. Masyarakat yang memiliki banyak nilai dan norma, dimana diantara satu
dengan lainnya saling bertentangan. Tidak terdapat seperangkat nilai dan
norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas. Kondisi ini
terjadi pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
4. Anggota masyarakat Indonesia yang mempunyai mental mengambil jalan
pintas. Anggota masyarakat yang ingin cepat memperoleh kedudukan atau
kekayaan dengan cara-cara yang melanggangar norma-norma sosial.
5. Adanya pemberian cap atau label oleh masyarakat terhadap individu atau
kelompok. Pemberian cap atau label ini yang menyebabkan individu atau
kelompok melakukan penyimpangan.
Apabila dilihat dari pelakuanya, perilaku menyimpang tidak hanya
dilakukan secara perseorangan, namun juga dilakukan secara
berkelompok.Penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok disebut
dengan subkebudayaan menyimpang. Subkebudayaan adalah sekumpulan
norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan, atau gaya hidup yang berbeda dari
budaya dominan. Asal mula terjadinya subkebudayaan menyimpang karena
ada interaksi diantara sekelompok orang yang mendapatkan cap atau label
menyimpang. Melalui intensitas interaksi terbentuklah perasaan senasib dalam
menghadapi dilema yang sama. Para anggota dari subkebudayaan seperti itu
memiliki perasaan saling pengertian dan memiliki jalan pikiran, nilai dan
norma, serta aturan tingkah laku yang berbeda dengan budaya dominan. Para
anggota subkebudayaan menyimpang biasanya juga mengajarkan kepada
anggota baru tentang berbagai keterampilan untuk melanggar hukum dan
13
menghindari kejaran aparatus kontrol sosial.Mereka juga mengindoktrinasi
suatu keyakinan yang berebeda dari keyakinan yang dianut mayoritas
masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2004: 88).Perilaku menyimpang inilah
yang menyebabkan, para pelaku melakukan aksi klitihnya tidak hanya
perseorangan namun juga dilakukan secara berkelompok.
Kehidupan masyarakat akan berlangsung dengan tertib dan lancar apabila
seluruh anggota masyarakat mentaati norma-norma sosial yang berlaku.
Namun, dalam kenyataan tidak mungkin seluruh anggota masyarakat
berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial.Tidak semua anggota
masyarakat selalu mematuhi norma-norma sosial yang berlaku di
masyarakatnya.Ada sebagian anggota masyarakat yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial, bahkan ada
pelanggaran yang disengaja, baik untuk kepentingan pribadi maupun
kelompok.Untuk mencegah kecenderungan warga masyarakat yang ingin dan
telah melakukan pelanggaran norma-norma sosial, masyarakat perlu
melakukan pengendalian sosial terhadap perilaku individu warganya.
Pada dasarnya ada dua bentuk pengendalian sosial, yaitu pengendalian
sosial secara persuasif dan pengendalian sosial secara koersif.Pengendalian
sosial secara persuasif ditekankan pada usaha mengajak atau membimbing
anggota masyarakat untuk mematuhi norma-norma sosial. Pengendalian sosial
secara koersif menekankan pada cara kekerasan atau ancaman dengan
mempergunakan atau mengandalkan kekuatan fisik. Ada bentuk-bentuk
pengendalian sosial yang selama ini dilakukan oleh masyarakat, seperti
mempergunjingkan, mengolok-olok, mengucilkan, dan menyakiti.Ada juga
masyarakat yang melakukan pengendalian sosial melalui cara-cara kekerasan.
14
2.2 Kondisi Sosial Masyarakat di Yogyakarta Setelah Adanya Fenomena
Klitih
Masih maraknya aksi klitih di wilayah Yogyakarta, membuat sebagian
masyarakat merasa was-was saat hendak pulang malam. Fenomena Klitih
yang sampai saat ini masih terjadi di wilayah Yogyakarta telah mengubah
kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana Yogyakarta sebagai kota
yang aman, damai, dan tenteram berubah menjadi kondisi yang darurat klitih
sehingga banyak orang, terutama masyarakat di Yogyakarta takut terhadap
fenomena ini. Mereka tidak mau dirinya bahkan keluarganya menjadi korban
aksi klitih di Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Pergeseran kondisi yang terjadi ini merupakan salah satu perubahan sosial
yang ada di wilayah Yogyakarta semenjak maraknya aksi klitih.Masyarakat
merasa khawatir karena pelaku tidak memperdulikan korban. Korban yang
tidak mengerti apa-apa akan menjadi korban yang sadis bahkan bertaruan
nyawa sekalipun. Aksi ini telah menggeser nilai norma, serta adat istiadat
yang berlaku di masyarakat Yogyakarta.
Dengan maraknnya aksi klitih yang telah memakan banyak korban dan
meresahkan masyarakat Yogyakarta ini, wajar saja jika muncul pertanyaan
apakah tujuan Keisitmewaan Yogyakarta sudah tercapai. Yogyakarta sebagai
Daerah Istimewa harus bebas dari klitih dan aksi kekerasan lain yang
meresahkan masyarakatnya. Salah satu tujuannya: mewujudkan kesejahteraan
dan ketentraman masyarakat. Apabila masih marak aksi klitih yang
meresahkan maka tujuan keistimewaan untuk ketentraman masyarakat belum
tercapai.Keistimewaan Yogyakarta harus menjawab teror klitih yang
meresahkan masyarakat Yogyakarta.Pemda DIY sebagai penyelenggara
pemerintahan dan urusan keistimewaandihimbau agar mampu menciptakan
langkah-langkah strategis untuk mengurangi tindak kekerasan oleh pelajar,
termasuk aksi klitih ( dalam Kumparan.com, Irsad Ade Irawan:2017).
15
Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kondisi masyarakat
Yogyakarta dalam menghadapi fenomena klitih ini sebagai berikut (dalam
Kumparan.com, Irsad Ade Irawan:2017):
16
masyarakat Yogyakarta dapat terwujud.Jika masyarakat Yogyakarta merasa
tentram, maka salah satu tujuan Keistimewaan Yogyakarta sudah tercapai.Itu
artinya, fenomena klitih dan pemberatasannya merupakan salah satu alat
untuk mengevaluasi keistimewaan Yogyakarta
Belum lama ini juga terjadi aksi klitih.Tim Gabungan Polda DIY dan
Polres Sleman berhasil menangkap 4 pelaku klitih yang beraksi di 5 lokasi di
Kabupaten Sleman.Dalam salah satu aksinya yang dilakukan pada 29
Desember 2018 yang lalu, para pelaku bahkan melakukan pembacokan
terhadap korbannya.Keempat pelaku tersebut berinisial GO (19), warga Turi
yang merupakan eksekutor, RS (16) warga Condongcatur, AJ (17) Sinduharjo,
Ngaglik dan AWR (17) warga Tepus (dalam jogja.Tribunnews.com).
Selain itu, aksi klitih terjadi pada Rabu (19/12/2018) dini hari di SPBU
Pendowoharjo, Sewon, Bantul.Tak biasa, pelaku klitih kali ini menyerang
karyawan SPBU yang tengah bertugas dini hari itu.Tri Handoko (38),
karyawan yang sempat diserang oleh dua pelaku.modus klitih ini merupakan
pertama kalinya yang tidak terjadi di jalan raya.Ini pertama, modus klitih
pertama, biasanya di jalan raya dan ini masuk. Maka harus dipelajari dulu
modusnya apa, apakah ada dendam sama SPBU, karena tidak ada pola seperti
itu. Fenomena klitih ini, semakin hari semakin mengkhawatirkan karena aksi
ini masih terus terjadi hingga saat ini.
Grup ICJ ( Info Cegatan Jogja ), yang saya juga merupakan salah satu
member dari grup tersebut. Grup ICJ yang mayoritas anggotanya terdiri dari
seluruh masyarakat kota Jogja, yang merupakan penduduk dari segala penjuru
kota ini banyak menginfokan mengenai aksi klitih tersebut. Saya sebagai salah
satu penduduk dan masyarakat Yogyakarta yang ikut diresahkan oleh berita
dan isu tersebut, membuat saya harus lebih waspada ketika ingin berpergian
hingga larut malam.
17
Bayangkan saja, ketika ada keperluan mendesak yang mengharuskan kita
keluar larut malam dan memakai sepeda motor, tapi dibayangi dengan
kekhawatiran akan rasa takut oleh kelompok klitih tersebut yang siap
menerjang kita kapanpun dan dimanapun pada saat kita lengah.Saya sebagai
mahasiswa yang aktif memantau perkembangan informasi terupdate dalam
grup ICJ, melihat dari sekian banyak berita yang ada, kebanyakan pelaku
klitih ini tidak terungkap identitasnya dan tidak pernah jelas kelanjutan
kasusnya.Seperti contoh kasus yang sempat di share di grup ICJ, pada
pertengahan tahun 2017 mengenai aksi klitih yang menimpa pemuda berusia
20 tahun di Bantul tewas, dikarenakan dilempar batako oleh orang tak dikenal
yang terjadi pada dini hari itu juga tidak terungkap siapa identitas pelukanya.
Itu adalah salah satu contoh kasus yang terjadi, dari sekian banyak kasus yang
ada akhir–akhir ini.
Menurut saya sebagai warga Yogyakarta, kasus seperti ini harus tetap
dituntaskan hingga membuat efek jera terhadap pelakunya. Jika tidak
diungkap dan tidak ditindak tegas hal – hal kriminal ini akan terus berlanjut,
dan membuat para pelakunya merasa “aman” dan leluasa melakukan tindak
kejahatanya.Sudah saatnya aparat Kepolisian bertindak lebih serius dalam
memberantas perilaku kriminal yang meresahkan ini.Pelaku tetap harus
diberikan shock terapi bahkan bahkan jika perlu tembak ditempat karena
selama ini pelaku tak jera bahkan semakin merajalela dan sudah menjadi
rahasia umum bagi kita masyarakat Yogyakarta.Pelaku tersebut setelah
ditangkap dan ditahan beberapa hari dan dilepaskan lagi dengan alasan masih
di bawah umur atau kalaupun disidangkan hukuman yang diberikan juga
dirasa ringan. Saya sebagai masyarakat Yogyakarta yang peduli, tentunya
berharap kembalinya rasa nyaman, tentram, dan damai yang dirindukan oleh
seluruh penduduk kota Yogyakarta dan wisatawan. Mudah–mudahan
fenomena klitih ini segera dapat diberantas dan diatasi.
18
2.3 Teori Sosial dalam Memecahkan Fenomena Klitih di Yogyakarta
Menurut Nasiwan (2016:2) perkembangan Ilmu-ilmu sosial di Asia
termasuk di dalamnya di Indonesia dalam waktu yang lama berada dalam
pengaruh, dominasi serta mengadopsi ilmu-ilmu sosial yang berkembang di
Eropa atau Amerika. Kondisi perkembangan Ilmu Sosial yang demikian telah
mengundang beberapa intelektual di Asia dan juga Indonesia, untuk
mempertanyakan sekaligus mencari jalan keluar, kondisi perkembangan ilmu
Sosial yang memprihatinkan dari suatu kondisi ketidakberdayaan-
ketergantungan (captive mind) dengan ilmu-ilmu sosial Barat.
19
membaca realita dan fenomena yang ada di Indonesia turut andil dalam
menambah ketidakmampuan untuk menyelesaikan suatu masalah.Akademisi
di Indonesia terkesan hanya mengambil tanpa melihat apakah teori yang
diambil pas untuk diterapkan di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan
apabila selama ini banyak permasalahan yang mendera negara-negara di Asia
tidak mampu dientaskan secara tuntas, bukan karena ketidak mampuan ahli
dan akademisi di negara asia, tetapi lebih pada kesalahan pembacaan masalah
akibat ketidaktepatan alat analisis yang dalam hal ini berupa teori. Ironisnya
pemilihan topik riset dan prioritas wilayah riset pun mendapat arahan dari
lembaga-lembaga ilmu sosial Barat.
20
hidup yang mengalami tahap demi tahap untuk menyempurnakan dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia dalam proses hidupnya pasti
mengalami berbagai perubahan.Perubahan-perubahan yang terjadi di
kehidupan manusia ada dalam berbagai bidang seperti, bidang sosial, bidang
politik, bidang ekonomi, maupun perubahan dalam kebudayaan.
Yang terjadi di Indonesia saat ini, telah banyak mengarah pada perubahan
sosial yang negatif.Masalah ini dapat menjadi sumber permasalahan yang
membawa dampak besar terhadap negara Indonesia. Maka, saat ini negara
Indonesia perlu adanya suatu solusi, strategi ataupun teori untuk menangani
masalah ini. Tetapi kenyataannya negara Indonesia saat ini masih banyak
mengadopsi teori-teori dari Barat, maka dalam memecahkan suatu masalah
sosial yang terjadi di Indonesia tidak dapat teratasi secara baik, karena
ketidaksesuaian teori-teori Barat dengan masalah yang ada di negara
Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan teori ataupun pemikiran dari ilmuwan
Indonesia yang mengetahui dan sesuai dengan masalah negara
Indonesia.Karena pada hakikatnya mereka lebih mengerti karakteristik negara
Indonesia sehingga mudah untuk mencetuskan teori atau pemikiran sebagai
upaya untuk menyelesaikan atau menjawab permasalahan yang terjadi di
Indonesia, khususnya permasalahan perubahan sosial.
21
Aksi klitih yang terjadi di Yogyakarta ini merupakan dampak negatif dari
adanya perubahan sosial yang terjadi di Indonesia.Karena perubahan sosial
yang terjadi di Indonesia pasti membawa dampak negative maupun
positif.Fenomena klitih yang terjadi di Indonesia ini sesuai dengan Teori
Modern Perubahan Sosial.Menurut Beni Ahmad (2016:90) pada umumnya
penganut teori modern perubahan sosial melihat perubahan sosial di Negara-
Negara berkembang secara linear yaitu bergerak dari tradisisonal ke
modernitas. Teori ini berpandangan bahwa Negara- Negara terbelakang akan
meniru Negara-negara maju. Dengan meniru Negara maju, Negara
terbelakang akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi.
Salah satu bentuk nyata dari perubahan sosial adalah modernisasi yaitu
perubahan sosial budaya yang terarah yang didasarkan pada suatu
perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi
masyarakat, karena proses tersebut mencakup bidang-bidang yang sangat luas
yang menyangkut proses disorganisasi, masalah-masalah sosial, konflik antar
kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan lain sebagainya.
Teori perubahan sosial yang dapat mengkaji Fenomena Klitih yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta ini.Dalam konsep pemikiran Selo Sumardjan,
perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
masyarakat yang mempengaruhi system sosial, sikap, dan pola tingkah laku
antar kelompok dalam masyarakat(Nasiwan,2016:182). Menurut Jacobus
22
R.(2015:7) pengertian perubahan sosial adalah proses di mana terjadi
perubahan struktur masyarakat yang selalu berjalan sejajar dengan perubahan
kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa antara perubahan sosial dengan perubahan budaya berjalan
beriringan dan akan saling mempengaruhi. Suatu perubahan sosial akan
diikuti oleh perubahan budaya serta perubahan budaya diikuti pula adanya
perubahan sosial.
23
hasrat kan perubahan sosial bisa berubah menjadi tindakan untuk
mengubah.
2. Orang-orang yang mengalami tekanan kuat dari luar cenderung
mengalihkan agresi balasan mereka dari sumber tekanan yang
sebenarnya ke sasaran-sasaran materiil yang ada sangkut pautnya
dengan sumber tersebut.
3. Rakyat yang tertekan oleh kekuatan luar cenderung untuk bekerjasama
dengan kekuatan luar, tetapi hanya untuk mempertahankan
ketentraman jiwa mereka
4. Orang-orang yang tertekan cenderung untuk menjadi lebih agresif. Hal
ini disebabkan karena mereka semakinmenyadari adanya kesenjangan
antara keadaan hidup yang sekarang dengan keadaan yang mereka
inginkan.
5. Proses perubahan sosisal di kalangan para pelopor-pelopornya bermula
dari pemikiran pada sesuatu eksternal. Pada kalangan masyarakat
lainnya, proses tersebut berlangsung dari hal yang ada diluar kepada
sesuatu yang bersifat kelembagaan.
6. Harta kekayaan yang diinginkan akan tetapi tidak dapat diperoleh lagi
dikarenakan kesempatan tersebut telah tertutup oleh kekuatan-
kekuatan luar sehingga telah hilang nilai sosialnya oleh rasionalisasi.
Dalam hal yang ekstrim harta kekayaan tersebut tidak akan dihargai
lagi.
7. Rakyat menolak perubahan karena berbagai alasan, diantaranya yaitu :
-Mereka tidak memahaminya
-Perubahan tersebut bertentangan dengan nilai serta norma yang ada
-Para anggota masyarakat yang berkepentingan dengan keadaan yang
ada cukup kuat menolah perubahan
-Resiko yang terkandung dalam perubahan itu lebih besar dari pada
jaminan sosial dan ekonomi yang bisa diusahakan
24
-Pelopor perubahan ditolak
8. Perubahan yang tidak merata pada berbagai sektor kebudayaan
masyarakat cenderung menimbulkan ketegangan-ketegangan yang
mengganggu keseimbingan sosial.
9. Dalam proses perubahan sosial, kebiasaan-kebiasaan lama
dipertahankan dan diterapkan pada inovasi sehingga tiba saatnya
kebiasaan baru yang lebih menguntungkan menggantikan yang lama.
10. Kalau rakyat terus menerus tidak diberi kesempatan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan sosialnya, mereka cenderung beralih
merenungkan hal bukan keduniawian untuk mendapatkan ketentraman
jiwa. Dalam hal sebaliknya, mereka cenderung beralih merenungkan
hal bukan keduniaan untuk mendapatkan ketentraman jiwa. Dalam hal
sebaliknya, mereka cenderung untuk menjadi lebih sekuler dalam
sistem kepercayaannya.
11. Suatu perubahan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pelopor
yang berlawanan dengan kepentingan-kepentingan pribadi cenderung
untuk berhasil.
12. Perubahan yang dimulai dengan pertukaran pikiran secara bebas
diantara para warga masyarakat yang terlibat, cenderung mencapai
sukses yang lebih lama daripada perubahan yang dipaksakan dengan
dekrit mereka.
13. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka akan disertai
dengan perubahan dari sistem komunikasi vertikal satu arah ke arah
sistem komunikasi vertikal dua arah.
14. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka cenderung untuk
mengalihkan orientasi rakyat dari tradisi. Maka, mereka menjadi lebih
mudah menerima perubahan-perubahan yang lainnya.
15. Semakin lama dan semakin berat penderitaan yang telah dialami oleh
rakyat karena berbagai ketegangan psikologis dan frustasi, maka
25
semakin tersebar luas dan cepat kecenderungan perubahan yang akan
menuju kelegaan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor penyebab klitih di Yogyakarta yaitu faktor sakit hati atau dendam,
faktor lingkungan, pengaruh minuman keras, dan minimnya pendidikan.
Faktor tersebut dilandasi dengan adanya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh pelaku aksi klitih.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saebani, Beni. 2016. Perspektif Perubahan Sosial. Bandung: Pustaka Setia.
Bagong, Suyanto dan Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Horton, B.P. dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Diterjemahkan oleh Drs.
Aminudin Ram,M. Ed dan Dra. Tita Sobari. Jakarta: Erlangga.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana
Al-AdYaN/Vol.X, N0.1/Januari-Juni/2015
https://kumparan.com/erucakra-garuda-nusantara/jogja-istimewa-dan-fenomena-klitih
http://jogja.tribunnews.com/2019/01/04/lakukan-aksi-klitih-lima-kali
28
LAMPIRAN
29