“Aku harus membuat eksperimenku berhasil untuk membuat penawar bagi mereka. Mungkin ada
yang salah dengan zat yang aku campurkan. Sebenarnya itu..” tiba-tiba Niken memotong
pembicaraan James.
“Sebelumya.. mmm.. aduh.. aku.. me.. nukar cairanmu yang terakhir itu dengan slime hijau yang
aku encerkan. Dan sekarang..”
“Apakah kau sedang bercanda? Sekarang di mana cairan yang sebenarnya hah?!” James
membentak Niken dengan perasaan yang penuh kemarahan. Namun makhluk-makhluk buas yang
ada di luar terdengar semakin menggila dan berisik. Hingga sirine kampus berbunyi. Mereka tidak
menghiraukanya dan melanjutkan pertengkaran mereka.
“A.. ku menaruhnya di Labku. Ma.. af.” Niken sangat menyesal sambil menundukkan kepalanya.
“Oke nggak papa. Yang penting lu tadi udah nyelametin gue dari monster brengsek itu. sekarang
apa yang harus kita lakukan?”
“Kita manfaatkan semua senapan itu saja. Kita ambil senapan sebanyak-banyaknya! Kita harus
pelan-pelan sepertinya mereka sangat sensitif dengan suara”
Mereka mengambil lima senapan dari ruangan itu. James serasa tulang punggungnya akan putus
satu persatu karena tasnya penuh dengan senapan. Niken memegang senapan itu dengan
gagahnya dan menendang pintu itu dan dengan membabi buta menembak para monster itu.
Sementara itu, James terus mengotak ngatik pistolnya dan saat itu ada yang hampir menggigit
bokongnya tetapi Niken dengan cepat menembaknya.
Akhirnya mereka sampai ke lab Niken. Niken berhasil menyingkirkan semua monster itu dari
ruanganya dan dengan cepat ia menutupnya. Dan ia lihat di sekitar labnya tidak ada apa-apa.
Niken hendak mengambil zat itu di raknya tetapi ia melihat sesuatu yang bergerak di bawah
mejanya. Saat dia ingin memeriksanya James ternyata berkata sesuatu.
“Gue baru inget. Tadi di Labnya kak Daniel kenapa Rasti menghilang ya?” James bertanya dengan
muka heranya.
“Rasti itu siapa?” Rasti menjawabnya sambil fokus dengan pencarianya.
“Itu adiknya kak Daniel. Yang menunjukkan makhluk itu pertama kali adalah dia. Dan kau tahu,
yang dijadikan kak Daniel makhluk itu adalah keluarganya.” Saat James berkata seperti itu, Niken
sontak menghentikan pencarianya.
“Hah? Kenapa kak Daniel melakukanya. Dan kenapa hanya Rasti yang tidak dijadikan bahan
eksperimenya?”
“Mana aku tahu. Lu kenapa sih di kelas kok diem banget? aku kira kamu anak SLB nyasar di sini
hahaha.”
“Aku malas kalau disuruh berbicara yang tidak penting.”
Senjata mereka semakin sakti sekarang. dengan mudahnya mereka menggilas para monster itu
yang ada di jalanan. Sementara itu, James sedang meracik cairan yang akan digunakan untuk
menjadi lawan dari infeksi ini. Niken dengan seriusnya menyetir. James pun memecahkan Susana
yang tegang ini dengan pertanyaanya.
“Kau akan membawa kita ke mana?”
“Ke rumah ayahku.”
“Oh iya aku baru inget kalau kau juga punya keluarga.”
“Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kau tidak ingin menemuinya?”
“Aku punya keluarga yang sangat besar. Sampai akhirnya aku kehilangan mereka. Kau tahu kan
tempat tinggalku kan di labku sendiri jadi keluargaku ya seisi kampus ini. Hahaha.”
“Nggak lucu. Jadi kamu sebatang kara?”
“Siapa bilang aku sebatang kara. Aku kan manusia skak mat!”
“Hmm. Bagaimana kau berhasil membuat vaksinya?”
“Ini sudah selesai. Tapi hasilnya nanti tidak seperti yang kau bayangkan.”
“Aku punya ide! Bagaimana kalau kita campur ramuan itu dengan darah manusia?”
“Bisa juga. Bagaimana kalau kau ambil darahmu dulu?”
“Iya. Tapi bagaimana dengan darahmu?”
“Ti.. tidak. Nggak bisa. Aku punya anemia.”
“Ah aku punya ide lagi. Bagaimana kalau kita pergi ke toko mainan?”
“Buat apa?”
“Ayolah cepet!”
Mereka berlanjut ke toko mainan. Dan Niken membawanya ke took mainan terdekat. James
membawa semua pistol air mainan yang dibuatnya untuk menyemprotkan penawar kepada para
monster itu. mereka memutuskan untuk kembali ke kampus mencoba kesuksesan penawarnya.
Jalanan yang asalnya sangat sepi menjadi sedikit bergemuruh karena mereka keluar dari toko
mainan itu. James dengan santainya mengambil darah dari lenganya lalu mencampurkanya ke
cairan-cairan yang lain. Kemudian, Niken mendekati monster itu saat monster itu membuka
mulutnya, James dengan refleks mengarahkan pistol air yang berisi penawar ke mulut monster itu
dan si monster itu pun berhenti melompat ke arah Niken otot-ototnya mulai mengecil, matanya
yang dulu merah berubah menjadi hitam. Si monster itu pun kembali menjadi manusia. Niken dan
James tersenyum bahagia. Dengan refleks Niken memeluk erat James dan tertawa lepas. Lagi-lagi
Niken membuat James tersentak dengan kelauan anehnya yang tak seperti biasa.
“Kau berhasil James!”
“Hahaha tidak Niken. Kita yang berhasil! Ayo kita lanjutkan permainanya!”
“Game is not over yet! Huhuuuu!”
Mereka dengan gesit menembaki monster-monster itu dan menyuruh monster yang telah berubah
menjadi manusia untuk membantunya. lalu mereka kembali ke kampus untuk mengembalikan
keadaan kampus yang sangat kacau. James kembali ke labnya untuk mengambil cairan lebih
banyak. Dan ia mengekstrasinya menjadi gas yang bisa dihirup sehingga lebih mudah untuk
menyebar. Ia menyalurkan gas itu ke semua pendigin ruangan di kampus.
Lalu mereka teringat akan kak Daniel dan Rasti. Mereka pun mencarinya ke mana-mana. Sampai
akhirnya mereka menemukan kak Daniel di atap kampus sambil membawa Rasti yang kelihatan
sangat lemah. James pun berteriak memperingatkan kak Daniel.
James pun seakan terhipnotis. Dia mendekati kak Daniel demi menyelamatkan Rasti. Niken selalu
berusaha untuk menghentikan James. Tetapi James tetap mendekati kak Daniel. Sementara itu,
Rasti perlahan-lahan berubah menjadi makhluk yang meraum-raum. Yang dilakukan James
kemudian adalah menendang kak Daniel ke tepi atap. James memeluk Rasti dengan sangat erat
hingga akhirnya ia melepaskanya saat Rasti berubah menjadi seeorang monster. Serangan Rasti
gagal setelah Niken menendang Rasti ke arah kak Daniel yang ternyata belum terjatuh dan
tanganya masih menggantung di tepi atap. Rasti terlempar tepat ke arah kak Daniel dan ia
menggigit tangan kakaknya sendiri, namun kak Daniel menarik gigitan Rasti beserta dirinya ke
bawah. Mereka berdua tewas.
Setelah itu James berlari mendekati Niken yang sedang terlihat tidak sehat.
“Menjauhlah dariku?”
“Kenapa? Kau kenapa? Aku telah kehilangan cinta pertamaku sekarang.”
“Ja..di dia cin..ta per.. Tamamu?”
Tiba-tiba Niken menggigil sangat hebat dan otot-otot ditubuhnya mulai bermunculan. Dia
mengucapkan kalimat terakhirnya sebelum ia berubah “Maaf, aku telah terinfeksi!” James pun
menangis dan ragu untuk mendekati Niken. Dia berusaha meraih penawar yang jauh darinya.
Hingga saat Niken berusaha menerkam James. James tidak melawanya melainkan ia
menyemprotkan cairan penawar itu ke mulut Niken yang menganga lebar. Dan saat niken tepat
jatuh di tubuhnya Niken tak lama kemudian tersadar dari kegilaanya.
Mereka akhirnya menyadari kalau terdapat takdir yang datang kepadanya di tengah bencana yang
mengenaskan itu. Mereka bersatu untuk mengalahkan kekejaman sains dengan kebaikan sains
yang mereka manfaatkan.