Anda di halaman 1dari 3

Aku hanya seorang mahasiswi biasa yang berasal dari keluarga biasa.

Aku tidak memiliki bakat


apapun, begitu juga dengan prestasi. Penampilanku? Ah, tidak usah membayangkannya. Sudah
kubilang tadi kan kalau aku hanya mahasiswi biasa dan aku sedang tidak bercanda sekarang.

Aku menjalani hidupku seperti manusia pada umumnya. Makan, minum, bernapas. Ya, ya, itu semua
benar. Tapi bukan itu maksudku. Sebenarnya kehidupanku juga biasa-biasa saja, tidak ada yang
menarik untuk diceritakan menurutku. Aku punya keluarga yang sangat menyayangiku, aku punya
sahabat yang selalu ada untukku, dan aku punya teman-teman dengan sifat yang seringkali
membuatku pusing tapi percayalah aku juga menyayangi mereka semua. Dan… oh ya, satu lagi. Aku
juga mempunyai seseorang yang istimewa.

Pacar? Ya, itu maksudku. Dan inti dari kisah yang kuceritakan kali ini adalah tentang dia

Mungkin akan terdengar sangat berlebihan tapi faktanya aku merasa lebih bahagia saat bersamanya.
Sungguh, aku tidak sedang menggombal sekarang. Dia itu adalah… pelengkap. Aku tidak mengatakan
kalau aku tidak bahagia dengan hidupku sebelumnya. Aku hanya merasa ada yang berbeda semenjak
dia hadir. Tidak mudah untuk bisa menerimanya masuk ke dalam kehidupanku. Awalnya bahkan aku
menganggapnya aneh. Dia berbeda dari yang lain khususnya dari cara dia berjuang mendapatkanku.
Tapi seiring berjalannya waktu, karena alasan itulah aku mulai menyayanginya. Dia sederhana tapi
tidak biasa dan yang paling penting aku menyukai setiap perlakuannya padaku. Kami melewati masa
pendekatan yang juga berbeda dari yang lain. Teman-temanku menganggapnya ‘terlalu lama’. Tapi
menurutku itu bagus. Saking bagusnya kami hanya mampu mempertahankan hubungan empat
bulan lebih lama dari masa PDKT. Menyedihkan sekali, kan? Ditambah lagi akulah yang dijadikan
tersangka dalam hal ini. Semua orang menganggapku bosan dan memilih untuk putus. Tapi
sebenarnya bukan itu alasannya. Hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi jika aku
menceritakan alasan yang sebenarnya kepada sahabat-sahabatku. Pertama, mereka akan
menganggapku terlalu ‘berlebihan’ atau yang kedua aku akan ditertawakan sepuas-puasnya. Aku
merasa tidak akan ada yang memahaminya jadi aku putuskan untuk menyimpannya sendiri. Dan lagi,
dia pun tidak pernah bertanya. Hanya pasrah. Kalau dugaanku tidak keliru, sepertinya malah dia
yang menginginkan hal ini jauh sebelum aku yang bertindak. Entahlah.

Untuk seseorang yang hanya dianggap sebagai pelengkap, ternyata kehilangannya membawa
pengaruh sebesar ini. Aku sedang berusaha mengakui kalau ternyata aku berhasil disakiti. Tidak
peduli seberapa keras aku menjaga hatiku selama ini, nyatanya hatiku tetap terlukai. Ini… adalah
patah hati pertamaku.

“KALIAN PUTUS?!”

Bukannya menutup telinga aku malah memejamkan kedua mataku. Pertanyaan seperti ini selalu
berhasil meruntuhkan semangat. Sudah hampir dua bulan aku menjalani hari-hariku dengan susah
payah dan sampai sekarang aku masih belum terbiasa dengan semuanya.
“Kenapa? Siapa yang bilang putus? Pasti kamu, kan? Kenapa? Bosan?” kali ini nada bicaranya
normal, tidak setinggi tadi.

Dicky Aditya. Dia adalah satu-satunya teman laki-laki yang lumayan akrab denganku. Kami berteman
dari kelas 2 SMA hingga sekarang kami sudah sama-sama memasuki semester 5 di jurusan masing-
masing. Tiba-tiba hari ini dia mengajak untuk bertemu dan sekarang kami sedang duduk di bangku
pinggir taman setelah sebelumnya dia mengajakku makan di tempat favoritnya. Sebenarnya aku
sudah menduga kalau Dicky akan membahas tentang hal ini saat kita bertemu nanti tapi aku tetap
saja pergi menemuinya.

Aku membuka mata lalu menghela napas. “Ya, mungkin aku bosan,” jawabku seadanya.

Walaupun aku ingin sekali mendengar tanggapan orang lain tentang alasanku yang sebenarnya tapi
tentu bukan Dicky orangnya. Aku tidak biasa mengatakan sesuatu yang pribadi kepada teman laki-
laki.

“Mungkin? Ah, ayolah Na. Ceritakan alasan yang sebenarnya. Dari matamu saja aku tau sampai saat
ini kamu belum bisa melupakannya. Yang namanya bosan tidak akan seperti itu.”

Dia menyenderkan tubuhnya ke belakang lalu menyeruput minuman dinginnya.

Aku memandanginya lama. Ada sesuatu yang aneh dari ucapannya tadi dan aku merasa… sedikit
terganggu.

“Apa karena orang ketiga?”

Tiba-tiba saja tubuhnya sudah lebih dekat denganku. Matanya menatapku penuh selidik. Detik itulah
pandangan kami bertemu. Tidak lama, karena aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain
lebih dulu.

“Entahlah. Tapi sepertinya sekarang ini dia sedang dekat dengan masa lalunya.” Aku memaksakan
untuk mengukir senyum, “Seseorang melihat mereka jalan berdua. Tiga hari yang lalu.” Aku balas
menatap Dicky yang masih pada posisinya, berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

Kali ini Dicky yang mengalihkan pandangannya lebih dulu. “Jadi bagaimana perasaanmu? Kamu
cemburu?” Dia diam cukup lama sebelum menanyakan hal iu.

“Lebih dari itu. Aku … hancur,” jawabku pelan. Aku menunduk. Tidak! Aku tidak boleh menangis di
sini. “Tapi dia berhak memilih kebahagiannya. Dan itu sudah pasti bukan denganku. Ah, sudahlah.
Aku pasti akan baik-baik saja nanti.”
“Memang harusnya begitu. Apapun alasannya, yang memutuskan untuk berakhir adalah kamu. Jadi
kamu harus bertanggung jawab atas keputusanmu itu.”

“Hmm aku tau. Aku hanya perlu waktu untuk membiasakan diri,” jawabku lirih.

Dicky tidak bersuara lagi begitu juga denganku. Kami sama-sama diam untuk waktu yang lama.
Pandangan kami terarah kedepan, seolah sedang menonton anak kecil yang bermain bola bersama
temannya. Angin sore tiba-tiba berubah menjadi dingin. Aku mendongak ke atas dan benar saja,
sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Anak-anak yang bermain tadi mulai beranjak kembali
pada orang tuanya masing-masing, mungkin mereka memutuskan untuk pulang. Dan sepertinya
kami juga harus segera menyusul.

Setelah hari itu, hari dimana Dicky mengajak ku bertemu, aku memang tidak lagi merasa kesepian
seperti hari-hari sebelumnya. Entah kenapa Dicky mulai sering menghubungiku meskipun kadang isi
dari pesannya selalu membuat keningku berkerut tapi tidak jarang juga malah membuatku tertawa.
Seringkali pesannya masuk tepat saat dimana aku sedang menuliskan rinduku untuk masalaluku dan
setelah membaca pesan darinya aku merasa sedikit terhibur. Tidak bisa kupungkiri bahwa kehadiran
seorang teman memang sangat kuperlukan saat ini. Tapi setelah lama kubiarkan, aku mulai merasa
tidak nyaman. Aku memang tidak kesepian karena ditemani orang sebaik dan seperhatian Dicky
setiap harinya, tapi tetap saja rindu-rindu itu masih datang mengganggu tanpa bisa kutolak. Semakin
aku berusaha untuk melupakan dan mencari obat untuk luka hatiku maka semakin banyak pula rindu
itu datang sampai akhirnya malah menambah luka yang kualami.

Aku tidak tau apa sebabnya tapi yang jelas kurasakan ada satu ruang kecil di sudut hatiku yang
menolak untuk diobati dengan sesuatu yang baru.

Dengan sangat hati-hati aku menciptakan batasan di antara kami. Hampir saja batasan itu berhasil
menjadi jarak tapi sepertinya aku terlalu lambat membuatnya. Dicky lebih dulu menyadari tentang
perubahan sikapku dan dengan tegas dia mengatakan kalau dia tidak suka aku menghindarinya,
dengan alasan apapun. Bersamaan dengan penegasan itu dia juga mengatakan sesuatu yang sangat
tidak ingin aku dengar.

Dia menyatakan cintanya padaku.

Aku sempat kesusahan mengendalikan suasana hatiku saat ini. Gugup. Ya, aku benar-benar gugup
sekarang. Beberapa meter dari tempatku berdiri nampak jelas seseorang sedang menungguku di
meja ujung sebuah tempat makan. Pada posisinya yang sedang membelakangiku, aku tau dia sedang
memikirkan sesuatu sekarang. Tubuhnya tidak bergerak, begitu juga dengan kepalanya. Dari
pantulan cermin di depannya, aku bisa melihat bahwa pandangannya sedang kosong. Dia seperti
sedang melamun.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cerita Pendek - Tetangga Sebelah
    Cerita Pendek - Tetangga Sebelah
    Dokumen3 halaman
    Cerita Pendek - Tetangga Sebelah
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 2
    Uplo 2
    Dokumen1 halaman
    Uplo 2
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 5
    Uplo 5
    Dokumen2 halaman
    Uplo 5
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 2
    Uplo 2
    Dokumen6 halaman
    Uplo 2
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Cerpen
    Cerpen
    Dokumen1 halaman
    Cerpen
    rosa
    Belum ada peringkat
  • Uplo 1
    Uplo 1
    Dokumen1 halaman
    Uplo 1
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 3
    Uplo 3
    Dokumen2 halaman
    Uplo 3
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 8
    Uplo 8
    Dokumen1 halaman
    Uplo 8
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 2
    Uplo 2
    Dokumen4 halaman
    Uplo 2
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 1
    Uplo 1
    Dokumen3 halaman
    Uplo 1
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 2
    Uplo 2
    Dokumen4 halaman
    Uplo 2
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 7
    Uplo 7
    Dokumen1 halaman
    Uplo 7
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 3
    Uplo 3
    Dokumen2 halaman
    Uplo 3
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 6
    Uplo 6
    Dokumen3 halaman
    Uplo 6
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 5
    Uplo 5
    Dokumen4 halaman
    Uplo 5
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Cerpen 1
    Cerpen 1
    Dokumen1 halaman
    Cerpen 1
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 3
    Uplo 3
    Dokumen3 halaman
    Uplo 3
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Cerpen 3
    Cerpen 3
    Dokumen1 halaman
    Cerpen 3
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 4
    Uplo 4
    Dokumen2 halaman
    Uplo 4
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 1
    Uplo 1
    Dokumen2 halaman
    Uplo 1
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Uplo 2
    Uplo 2
    Dokumen3 halaman
    Uplo 2
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Cerpen 2
    Cerpen 2
    Dokumen2 halaman
    Cerpen 2
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Pungtuasi Dan Ejaan
    Pungtuasi Dan Ejaan
    Dokumen75 halaman
    Pungtuasi Dan Ejaan
    Muhammad Anka
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Tropis Hiv (Dr. Tirta)
    Kuliah Tropis Hiv (Dr. Tirta)
    Dokumen59 halaman
    Kuliah Tropis Hiv (Dr. Tirta)
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Ragam Bahasa Indonesia
    Ragam Bahasa Indonesia
    Dokumen23 halaman
    Ragam Bahasa Indonesia
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Tertib Mengutip
    Tertib Mengutip
    Dokumen23 halaman
    Tertib Mengutip
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • DNA Replication
    DNA Replication
    Dokumen27 halaman
    DNA Replication
    Bagoes As
    Belum ada peringkat
  • Panu
    Panu
    Dokumen15 halaman
    Panu
    mulkihakam21
    Belum ada peringkat
  • DNA Ekstranuklear-R
    DNA Ekstranuklear-R
    Dokumen51 halaman
    DNA Ekstranuklear-R
    Bagoes As
    Belum ada peringkat