Anda di halaman 1dari 3

MASTITIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2

Mohammad Inwan Ahsan


PUSKESMAS CEMPA
Nip.197304282003121005

1. Pengertian Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas
sampai tiga minggu setelah persalinan.
Kejadian mastitis berkisar 2-33% dari ibu meneteki dan lebih kurang 10%
kasus mastitis akan berkembang menjadi abses (nanah), dengan gejala yang
makin berat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan mastitis.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Cempa Nomor: 117/KAPUS/I/2016 tentang Layanan


Klinis Puskesmas Cempa
4. Referensi Permenkes RI No. 514 tahun 2015 tentang panduan Praktek Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/Langkah-lagkah 1. Dokter melakukan anamnesis terkait keluhan Mastitis yaitu nyeri di
daerah payudara.
2. Dokter melakukan pemeriksaan fisis
 Pemeriksaan tanda vital: nadi meningkat (tekikardi)
 Pemeriksaan payudara:
 Payudara membengkak
 Lebih teraba hangat
 Kemerahan dengan batas tegas
 Adanya rasa nyeri
 Unilateral
 Dapat pula ditemukan luka pada payudara
3. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisis.
4. Dokter melakukan penatalaksanaan:
 Memberikan informasi kepada para ibu menyusui sebagai upaya
pencegahan terjadinya mastitis, dengan melakukan perawatan
payudara yang baik, pemberian laktasi yang adekuat, dan
membersihkan sisa air susu yang ada di kulit payudara.
 Melakukan pencegahan terjadinya komplikasi abses dan sepsis
dengan cara: bedrest, pemberian cairan yang cukup, tetap
dianjurkan untuk laktasi dan pengosongan payudara.
 Lakukan kompres hangat
 Lakukan massase pada punggung untuk merangsang eksresi
oksitosin agar ASI dapat menetes keluar.
 Obat penghilang rasa sakit
 Obat anti inflamasi
 Obat antibiotik
Pemberian antibiotik secara ideal berdasarkan hasil kepekaan
kultur kuman yang diambil dari air susu sehingga keberhasilan
terapi dapat terjamin. Namun karena kultur kuman tidak secara
rutin dilakukan, maka secara empiris pilihan pengobatan pertama
terutama ditujukan kepada stafilokokus aureus sebagai penyebab
terbanyak dan streptokokus yaitu dengan penisilin tahan
penisilinase (dikloksasilin) atau sefalosforin. Untuk yang alergi

1/1
penisilin dapat digunakan eritromisin atau sulfa. Pada sebagian
kasus antibiotik dapat diberikan secara peroral dan tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit:
 Amoxicilin: 875 mg, 2x sehari; atau
 Cephalexin: 500 mg, 4x sehari; atau
 Ciprofloxacin: 500 mg, 2x sehari; atau
 Clindamicin: 300 mg, 4x sehari; atau
 Trimethoprim/sulfam ethoxazole: 160 mg/ 800 mg, 2x sehari.
5. Dokter melakukan konseling dan edukasi:
 Memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien, suami,
suami, dan keluarga mengenai pemberian laktasi dengan baik dan
benar, dampak dari pemberian laktasi yang tidak sesuai.
 Memberikan motivasi untuk selalu mengosongkan payudara, baik
dengan melakukan laktasi langsung, maupun dengan melakukan
pemompaan payudara.
 Menjaga kebersihan payudara dan puting susu ibu.
 Menjaga kebersihan mulut dan hidung bayi (sumber utama
masuknya kuman jika ada luka pada puting susu ibu)
6. Diagram Alur
Melakukan Melakukan pemeriksaan
anamnesis fisis

Melakukan
penatalaksanaan

Melakukan
Konseling dan
edukasi

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap reaksi obat

8. Unit terkait

9. Dokumen terkait  Rekam Medis


 Catatan tindakan

10.Rekaman historis perubahan No Yang Diubah Isi Perubahan Keterangan


1. Langkah-langkah Menambahkan bahan
yang diperlukan serta
deskripsi petugas yang
melaksanakan
2. Alur pelayanan Diagram alur
disempurnakan.
Model makro diubah
ke model mikro
3. Unit terkait Menambahkan bagian
dari jejaring
puskesmas sebagai

1/2
bagian unit terkait.
4. Dokumen terkait Menambahkan bagan
dokumen terkait

1/3

Anda mungkin juga menyukai