Studi Literatur Perbaikan Subgrade Pada Tanah Lempung Lunak
Studi Literatur Perbaikan Subgrade Pada Tanah Lempung Lunak
Oleh:
Dosen Pengajar:
Abstrak
Berbagai teknik perbaikan tanah dapat dilakukan untuk memperbaiki masalah yang
terjadi pada saat membangun di atas tanah lempung lunak. Memperbaiki tanah yang
ada dengan menggunakan bahan tambahan disebut stabilisasi tanah. Proses tersebut
dapat mengurangi penurunan, meningkatkan kuat geser tanah yang berarti
meningkatkan daya dukung subgrade jalan, meningkatkan faktor keamanan lereng
timbunan, maupun menurunkan karakteristik penyusutan dan pemuaian tanah. Untuk
menanggulangi problema pembangunan infrastruktur transportasi pada tanah
lempung lunak, maka dilakukan metoda perbaikan tanah.
2. Aktivitas
Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi
tanah ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953)
mendefinisikan aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks
Plastisitas (IP) dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm yang
dinotasikan dengan huruf C, disederhanakan dalam persamaan:
a) Investigation of Stability Batu Pahat Soft Soil Pertaining on its CBR and
Permeability Properties for Road Construction (M M Mohd Idrus, J S M
Singh, ALA Musbah, DC Wijeyesekera); (Soft Soil Engineering International
Conference 2015 (SEIC 2015)
Sekitar 20 juta hektar atau lebih dari 10% luas daratan di Indonesia merupakan
tanah lunak yang terdiri dari tanah lempung lunak (soft clay soil) dan tanah gambut
(peat soil). Penyebaran tanah lempung lunak di Indonesia ditunjukkan pada Gambar
1. Di Pulau Kalimantan penyebaran tanah lempung lunak berada di Provinsi
Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat
maupun Kalimantan Tengah.
Sebagai pendukung bangunan infrastruktur transportasi, tanah lempung lunak
mempunyai karakteristik daya dukung yang relatif rendah dan pemampatannya yang
relatif besar serta berlangsung relatif lama. Apabila tanpa dilakukan perbaikan
terlebih dahulu maka bangunan infrastruktur transportasi yang dibangun di atasnya
berpotensi mengalami kerusakan sebelum mencapai umur konstruksi yang
direncanakan.
Salah satu hal penting yang menentukan keberhasilan metoda preloading dengan
PVD adalah dalam hal perencanaan timbunan preload. Preload harus direncanakan
sesuai dengan beban konstruksi (construction load) dan beban kerja (work load) yang
akan berada di atas tanah dasar. Output hasil perencanaan preload berupa data berat
jenis () dan tinggi timbunan preload atau dapat dilihat seperti Gambar 3.
Perencanaan PVD
PVD (prefabricated vertical drain) merupakan salah satu produk geosintetik
(geosynthetics products) yang berfungsi sebagai pengalir air (drainage). PVD
merupakan material komposit yang terdiri dari inti (core) dan penyaring (filter)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Fungsi PVD pada pekerjaan perbaikan
tanah lempung lunak metoda preloading dengan penggunaan PVD adalah untuk
mempercepat waktu proses konsolidasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 10. Penggunaan pasir dan 2 geotextile Gambar 13. Penggunaan PHD
Apabila permeabilitas pasir sangat kecil dan untuk membuat horizontal drain
yang lebih tebal memerlukan biaya yang tinggi maka di dalam pasir tersebut
dipasang subdrain yang dibuat dari kerikil yang dibungkus geotextile seperti pada
Gambar 11. Apabila untuk penggunaan pasir biayanya sangat tinggi maka horizontal
drain dibuat dari pipa berlubang (perforated pipe) yang dibungkus geotextile seperti
pada Gambar 12. Sebagai alternatif pengganti pipa berlubang (perforated pipe) yang
dibungkus geotextile digunakan prefabricated horizontal drain (PHD) seperti pada
Gambar 13. PHD (prefabricated horizontal drain) merupakan salah satu produk
geosintetik (geosynthetics products) yang berfungsi sebagai pengalir air (drainage).
(Ahmad Fauzi , Wan Mohd Nazmi Wari Abdul Rahman, Zuraidah Jauhari);
(Malaysian Technical Universities Conferenceon Engineering & Technology
2012)
d) Mix Design Charts For lightweight cellular cemented Bangkok Clay (Chairat
Teerawattanasuk, Panich Voottipruex, Suksun Horpibulsuk); (ELSEVIER,
2015)
Bagan desain untuk LCC clay sebagai material perkerasan ada 5 standar material
perkerasan yang ditentukan olehDinas Bina Marga, Thailand termasuk: tanah-dasar
semen(DH-S 204/2533), subbase semen tanah (DH-S 206/2532), dipilih bahan A
(DH-S 208/2532), material B yang dipilih (DH-S 209/2532) dan materi subgrade
(DH-S 102/2532). Bahan yang dipilih A dan B adalah umumnya antara subgraded
dan subbase untuk tujuan peningkatan ketebalan perkerasan Tabel 2 merangkum
persyaratan UCS untuk bahan perkerasan. Dari Tabel 1 dan 2, dicatat bahwa
LCCTanah liat Bangkok dengan C = 100 kg / m3 pada 7 hari pengawetan tidak
cocok sebagai bahan subgrade untuk semua isi udara karena nilai UCS semua
spesimen lebih rendah dari
Gambar 14. Design charts for LCC Bangkok clay as pavement materials.
persyaratan (kurang dari 294.20 kPa). Gambar 14. menunjukkan grafik desain untuk
C = 150, 200 dan 250 kg / m3, masing-masing untuk material perkerasan yang
berbeda. Jelaslah bahwa LCC Tanah liat Bangkok tidak cocok sebagai bahan dasar.
The LCC Bangkok clay dapat digunakan sebagai material subbase hanya ketika C =
250 kg / m3 di mana berat unit minimum adalah sekitar 13,8 kN / m3 untuk AF =
22%. Berikut ini adalah ringkasan dari data uji:
Materi subgrade:
Penelitian ini memastikan bahwa tanah liat Bangkok yang digali halus, secara
tradisional ditakdirkan untuk TPA, dapat digunakan untuk mengembangkan
berkelanjutan bahan perkerasan ringan, yang signifikan dari teknik, perspektif
ekonomi dan lingkungan. Tipikal Bangkok tanah liat dari provinsi Pathumthani,
memiliki batas cair 69% dan plastik indeks 40%, dipelajari. The UCS dari LCC
Bangkok clay meningkat dengan meningkatkan kandungan semen dan waktu
pengawetan dan menurunkan kadar udara. Tiga bagan desain campuran untuk 4
material perkerasan ditentukan oleh Departemen Jalan Raya, Thailand termasuk
subbase semen tanah, material terpilih A, material B yang dipilih dan material
subgrade adalah disajikan. Bagan ini berguna sebagai alat praktis untuk
memperkirakan input busa udara dan semen untuk mencapai berat unit target untuk
setiap material perkerasan.