Anda di halaman 1dari 12

JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.

2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma


Safrizal
Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra
e-mail: sf_rizals@yahoo.com

Muhajir
e-mail: muhajir@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian kualitas produk
pada UD.Delima Bakery Kabupaten Aceh Timur dengan menggunakan metode
Six Sigma. Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata kerusakan setiap
harinya adalah sebanyak 95 unit. Kerusakanyang sering terjadi adalah gosong,
roti kecil atau tidak mengembang serta pecah. Berdasarkan p-chart diketahui
bahwa sebagian berada di peta kendali yang telah ditetapkan, sedangkan
sebagian lainnya keluar dari batas peta kendali. Pengendalian kerusakan roti
pada UD.Delima Bakery belum maksimal atau masih tinggi yaitu sebesar 40%.
DPMO sebesar 263 yang artinya setiap proses produksi dengan kemungkinan
kerusakan sebesar 263 unit untuk satu juta unit roti. Dengan metode six sigma
sebesar 2,13, artinya setiap proses produksi tidak akan membuat kerusakan
sebesar 2,13% untuk setiap 1 juta unit roti, hal ini dapat menjadi sebuah kerugian
yang sangat besar apabila tidak ditangani sebab banyak produk yang gagal
dalam setiap kali proses produksi yang mengakibatkan pengeluaran biaya yang
tinggi.

Kata Kunci: Pengendalian kualitas, Six Sigma.

PENDAHULUAN perbaikan tidak bisa dilakukan dan akhirnya


Suatu perusahaan memiliki tanggung penyimpangan akan terjadi secara
jawab penuh untuk menjaga kualitas produk berkelanjutan. Apabila pengendalian kualitas
agar sesuai dengan standardan memenuhi dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap
selera konsumen. Assauri (2006), menyatakan terjadinya penyimpangan maka dapat
bahwa pengendalian kualitas merupakan salah digunakan untuk perbaikan proses produksi
satu fungsi yang penting dari suatu dimasa yang akan datang. Dengan demikian,
perusahaan, sehingga kegiatan ini ditangani proses produksi yang selalu memperhatikan
oleh bagian pengendalian kualitas yang ada kualitas produk akan menghasilkan produk
diperusahaan. Oleh karena itu, diperlukan yang memiliki kualitas tinggi dan bebas dari
adanya pengendalian kualitas yang dimulai kecacatan dan kerusakan, sehingga harga
dari pengendalian bahan baku, pengendalian produk tersebut dapat bersaing lebih
kualitas proses produksi hingga produk yang kompetitif.
siap dipasarkan. Kualitas produk memiliki peranan yang
Pengendalian kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang
merupakan usaha untuk mengurangi produk semakin bersaing, kualitas produk sangat
yang cacat dari yang dihasilkan perusahaan. mempengaruhi maju atau tidaknya
Tanpa adanya pengendalian kualitas produk perusahaan.Suatu perusahaan tidak hanya
akan menimbulkan kerugian besar bagi memperhatikan kualitas produk yang
perusahaan, karena penyimpangan- dihasilkan tetapi juga memperhatikan kualitas
penyimpangan yang tidak diketahui sehingga dari produk tersebut. Setiap perusahaan yang

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 615
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Tabel 1: Jenis Produk Roti pada UD Delima Tahun 2015


No Jenis Roti Produk (unit) Rusak (unit) Persentase (%)
1 Coklat 49.500 11.500 8,71
2 Kelapa 39.600 9.500 7,19
3 Kacang 42.900 12.500 9,46
Jumlah 132.000 33.500 25,36
Sumber: UD. Delima Bakery (2016)
tidak memperhatikan kualitas produk yang Tingkat kerusakan pada jenis roti kacang
dihasilkan, maka perusahaan tersebut akan adalah yang tertinggi yaitu 9,46% menurut
mengalami banyak kendala dalam pemasaran pemilik adalah kurang maksimal dalam
produknya, sehingga produk tersebut kurang mengawasi kualitas produk. Tujuan dari
laku dan mengalami penurunan penjualan. penelitian adalah untuk mengetahui
Suatu perusahaan yang mengalami pengendalian kualitas pada usaha tersebut
peningkatan volume penjualan akan dengan menggunakan metode Six Sigma.
memberikan profitabilitas yang diterima oleh
perusahaan akan semakin meningkat. Adanya TINJAUAN REFERENSI
pengendalian kualitas produk diharapkan oleh Assauri (2006) menyatakan kualitas
perusahaan dapat menghasilkan produk yang ini dapat berbeda-beda tergantung dari
memenuhi syarat yang dibutuhkan sesuai rangkaian perkataan atau kalimat dimana
dengan yang diinginkan oleh konsumen. istilah mutu ini dipakai, dan orang yang
UD. Delima Bakery Kabupaten Aceh mempergunakannya. Dalam perusaahaan
Timur merupakan usaha roti milik keluarga pabrik istilah mutu diartikan sebagai faktor
dan memproduksi roti dengan 3 (tiga) rasa yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang
yaitu rasa coklat, kelapa dan kacang serta menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai
pemasaran dari produk roti saat ini Idi denggan tujuan untuk apa barang/hasil itu
Rayeuk, Peureulak dan Darul Aman. Pemilik dimaksudkan atau dibutuhkan.Selanjutnya
UD Delima Bakery dalam menjalankan menurut Feingenbaum (2009),kualitas adalah
kegiatan usahanya agar tetap berjalan dan sejumlah atribut atau sifat-sifat sebagaimana
menghasilkan pendapatan harus dideskripsikan didalam produk atau jasa yang
memperhatikan kualitas dari produk roti yang bersangkutan dengan penggunaan produk
dihasilkan. Kualitas ini menjadi indikasi dari yang ada.Perbendaharaan istilah ISO 8402
keberhasilan penjualan dan keberhasilan dan dari Standar Nasional Indonesia (SNI10-
memperoleh keuntungan. Pelaksanaan 8402-1991): “kualitas adalah keseluruhan ciri
pengendalian kualitas produk diawasi oleh dan karakteristik produkatau jasa yang
pemilik dan para karyawan yang bekerja kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan,
sehingga kualitas produk roti dapat tetap baik yang dinyatakan secara tegas maupun
terjaga. Akan tetapi terkadang pengawasan tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai
yang kurang maksimal menerapkan kebijakan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak
produksidalam pengendalian kualitas produk maupun kriteria-kriteria yang harus
yang dihasilkan sehingga masih terdapat didefinisikan terlebih dahulu.
produk yang rusak.Hal ini dapat dilihat dari Prawirosentono (2007), pengertian
kualitas produk yang dihasilkan pada tahun kualitas suatu produk adalah Keadaan fisik,
2015. fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan
Berdasarkan survey awal yang yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan
dilakukan dapat diketahui pada tabel 1 jumlah konsumen dengan memuaskan sesuai nilai
produk terbanyak tahun 2015 adalah roti uang yang telah dikeluarkan. Sedangkan
coklat dengan jumlah produk rusak sebanyak Wahyu (2009) menyatakanbahwa kualitas
11.500 unit (8,71%), kemudian roti kelapa yang baik menurut produsen adalah apabila
rusak sebanyak 9.500 unit (7,19%) dan roti produk yang dihasilkan oleh perusahaan telah
kacang rusak sebanyak 12.500 unit (9,46%). sesuai dengan spesifikasi yang telah

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 616
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

ditentukan oleh perusahaan.Sedangkan 1. Mengurangi kesalahan dan meningkatkan


kualitas yang jelek adalah apabila produk mutu.
yang dihasilkan tidak sesuai dengan 2. Mengilhami kerja tim yang baik.
spesifikasi standar yang telah ditentukan serta 3. Mendorong keterlibatan dalam tugas.
menghasilkan produk rusak. Namun demikian 4. Meningkatkan motivasi para karyawan.
perusahaan dalam menentukan spesifikasi 5. Menciptakan kemampuan memecahkan
produk juga harus memerhatikan keinginan masalah.
dari konsumen, sebab tanpa memerhatikan 6. Menimbulkan sikap-sikap memecahkan
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak masalah.
akan dapat bersaing dengan perusahaanlain 7. Memperbaiki komunikasi dan
yang lebih memerhatikan kebutuhan mengembangkan hubungan antara
konsumen. Untuk menciptakan sebuah manager dengan karyawan.
produk yang berkualitas sesuai dengan 8. Mengembangkan kesadaran akan
keinginan konsumen tidak harus konsumen yang tinggi.
mengeluarkan biaya yang lebih besar.Maka 9. Memajukan karyawan dan
dari itu, diperlukan sebuah program mengembangkan kepemimpinan.
peningkatan kualitas yang baik, dengan tujuan 10. Mendorong penghematan biaya
menghasilkan produk yang lebih baik (better), Assauri (2006) menyatakan
lebih cepat (faster), dan dengan biaya lebih bahwatingkat kualitas ditentukan oleh
rendah (at lower cost). beberapa faktor, antara lain:
Reksohadiprojo dan Indrio (2009) 1. Fungsi Suatu Barang
menyatakan bahwa pengendalian kualitas Kualitas yang hendak dicapai sesuai
merupakan alat penting bagi manajemen dengan fungsi untuk apa barang tersebut
untuk memperbaiki kualitas produk bila digunakan atau dibutuhkan tercermin
diperlukan, mempertahankan kualitas, yang pada spesifikasi dari barang tersebut
sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang seperti tahan lamanya, kegunaannya,
yang rusak.Pengendalian kualitas statistik berat, bunyi, mudah atau tidaknya
merupakan teknik penyelesaian masalah yang perawatan dan kepercayaannya.
digunakan untuk memonitor, mengendalikan, 2. Wujud Luar
menganalisis, mengelola, dan memperbaiki Salah satu faktor yang penting dan sering
produk dan proses menggunakan metode- dipergunakan oleh konsumen dalam
metode statistik. Assauri (2006) memberikan melihat suatu barang pertama kalinya,
pengertian pengendalian kualitas adalah untuk menentukan kualitas barang
kegiatan memastikan apakah kebijakan dalam tersebut, adalah wujud luar barang
hal kualitas (standar) dapat tercermin dalam itu.Faktor wujud luar yang terdapat pada
hasil akhir, atau dengan kata lain usaha untuk suatu barang tidak hanya terlihat dari
mempertahankan mutu atau kualitas dari bentuk, tetapi juga dari warna, susunan
barang-barang yang dihasilkan agar sesuai dan hal-hal lainnya.
dengan spesifikasiproduk yang telah 3. Biaya Barang Tersebut
ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan. Umumnya biaya dan harga suatu barang
Prawirosentono (2007), pengendalian kualitas akan menentukan kualitas barang
adalah kegiatan terpadu mulai dari tersebut. Hal ini terlihat dari barang-
pengendalian standar kualitas bahan, standar barang yang mempunyai biaya atau harga
proses produksi, barang setengah jadi, barang yang mahal, dapat menunujukan bahwa
jadi, sampai standar pengiriman produk akhir kualitas barang tersebut baik.
ke konsumen, agar barang (jasa) yang Ahyari (2005) menyatakan
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kualitas bahwauntuk melaksanakan pengendalian di
yang direncanakan. Handoko (2005) dalam suatu perusahaan, maka manajemen
menyatakan tujuan pengendalian kualitas, perusahaan perlu menerapkan melalui apa
terdiri dari: pengendalian kualitas tersebut akan
dilakukan. Hal ini disebabkan, faktor yang
Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 617
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

menentukan atau berpengaruh terhadap baik 5. Menentukan maksimum variasi proses


dan tidaknya kualitas produk perusahaan untuk setiap CTQ(menentukan nilai
terdiri dari beberapa macam misal bahan maksimum standar deviasi untuk setiap
bakunya, tenaga kerja, mesin dan peralatan CTQ ).
produksi yang digunakan, di mana faktor 6. Mengubah desain produk dan / atau proses
tersebut akan mempunyai pengaruh yang sedemikian rupa agarmampu mencapai
berbeda, baik dalam jenis pengaruh yang nilai target Six Sigma.
ditimbulkan maupun besarnya pengaruh yang Sukania dkk (2013) melakukan
ditimbulkan. Dengan demikian agar penelitian dengan judul Pengendalian
pengendalian kualitas yang dilaksanakan Kualitas Produk Consumer Goods (Studi
dalam perusahaan tepat mengenai sasarannya Kasus: Royal Bakery). Penelitian ini
serta meminimalkan biaya pengendalian bertujuan untuk mengetahui hasil produksi
kualitas, perlu dipilih pendekatan yang tepat roti di PT Bakery apakah sudah terkendali
bagi perusahaan. Pada dasarnya pelanggan pada batas kendali 3 sigma. Untuk itu
akan merasa puas apabila merekamenerima dilakukan pengumpulan data mulai dari
nilai yang diharapkan mereka. Apabila produk penyiapan bahan baku dan peralatan,
diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, maka pengolahan bahan dan seleksi produk akhir.
perusahaan boleh mengharapkan 3,4kegagalan Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk
per sejuta kesempatan atau mengharapkan memberikan masukan dalam rangka
bahwa 99,99966 persen dari apa yang peningkatan kualitas.Untuk menyelidiki
diharapkan pelanggan akan ada dalam produk bahwa produk memiliki proporsi cacat dan
itu. keseragaman berat tidak melebihi dari tatanan
Menurut Gaspersz (2005) terdapat enam 3 sigma (3σ), maka data akan diolah dengan
aspek kunci yang perludiperhatikan dalam alat kendali mutu statistik yaitu peta
aplikasi konsep Six Sigma, yaitu: pengendali proporsi (p) dan peta pengendali
1. Identifikasi pelanggan rata-rata (X). Dari hasil perhitungan dengan
2. Identifikasi produkIdentifikasi kebutuhan menggunakan peta pengendali rata-rata dan
dalam memproduksi produk range diketahui tidak adanya data yang keluar
untukpelanggan dari batas pengendali. Begitu pula dengan
3. Definisi proses perhitungan dengan menggunakan peta
4. Menghindari kesalahan dalam proses dan
pengendali p sebaran data tidak ada yang
menghilangkan semuapemborosan yang
keluar dari batas kendali.Dengan demikian
ada
dapat dikatakan bahwa hasil produksi
5. Tingkatkan proses secara terus menerus
menuju target Six Sigma
perusahaan sudah terkendali dengan batas
Menurut Gaspersz (2005) apabila pengendalian 3σ.
konsep Six Sigma akanditetapkan dalam bidang
manufakturing, terdapat enam aspek yang perlu METODE PENELITIAN
diperhatikan yaitu: Metode analisis bahwa produk
1. Identifikasi karakteristik produk yang memiliki proporsi cacat dan keseragaman
memuaskan pelanggan (sesuai kebutuhan berat tidak melebihi dari tatanan 3 sigma (3σ),
dan ekspetasi pelanggan). metode ini digunakan untuk mengantisipasi
2. Mengklasifikasikan semua karakteristik terjadinya kesalahan atau defect dengan
kualitas itu sebagai CTQ (Critical-To- menggunakan langkah-langkah terukur dan
Quality) individual. terstruktur. Metode six sigma yang meliputi
3. Menentukan apakah setiap CTQ tersebut Define, Measure, Analize, Improve dan
dapat dikendalikanmelalui pengendalian Controle (DMAIC) oleh Pande & Holpp
material, mesin proses kerja dan lain-lain. (2005):
4. Menentukan batas maksimum toleransi 1. Define
untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan Tahapan ini ditentukan proporsi defect
pelanggn (menentukan nilai UCL dan LCL yang menjadi penyebab paling signifikan
darisetiap CTQ) terhadap adanya kerusakan yang
Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 618
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

merupakan sumber kegagalan produk, CL = control limit


dengan cara: UCL = upper control limit
a. Mendefinisikan masalah standar LCL = lower control limit
kualitas dalam menghasilkan produk 3. Analyze
yang telah ditentukan perusahaan Mengidentifikasi penyebab masalah
b. Mendefinisikan rencana tindakan yang kualitas dengan menggunakan diagram
harus dilakukan berdasarkan hasil pareto. Setelah melakukan measure
observasi dan analisis penelitian dengan diagram P-Chart, maka akan
c. Menetapkan sasaran dan tujuan diketahui apakah ada produk yang berada
peningkatan kualitas six sigma diluar batas kontrol atau tidak. Jika
berdasarkan hasil observasi. ternyata diketahui ada produk rusak yang
2. Measure berada diluar batas kontrol, maka produk
Tahap pengukuran yang dilakukan tersebut akan dianalisis dengan
melaui 2 tahap dengan pengambilan menggunakan diagram pareto
sampel yang dilakukan oleh perusahaan 1 untukdiurutkan berdasarkan tingkat
April – 30 April 2016 sebagai berikut: proporsi kerusakan terbesarsampai
a. Pengambilan populasi dan sampel. dengan terkecil. Diagram pareto ini akan
Populasi di ambil untuk analisis P membantuuntuk memfokuskan pada
chart adalah jumlah produk yang masalah kerusakan produk yang lebih
dihasilkan dalam kegiatan produksi sering terjadi, yang mengisyaratkan
UD. Delima Bakery selama bulan masalah-masalahmana yang bila
April 2016. ditangani akan memberikan manfaat
b. Pemeriksaan karakteristik dengan yangbesar.
menghitung nilai mean, dengan 4. Improve
rumus yang dikemukakan oleh Merupakan tahap peningkatan kualitas
Prawirosentono (2007). Six sigma harus melakukan pengukuran
X (lihat dari peluang, kerusakan, proses
P= kapabilitas saat ini), rekomendasi ulasan
n perbaikan, menganalisa
dimana: kemudiantindakan perbaikan dilakukan.
p = proporsi cacat dalam setiap sampel 5. Controle
X = Banyaknya barang yang rusak Merupakan tahap peningkatan kualitas
n = jumlah sampel yang diambil dalam dengan memastikanlevel baru kinerja
setiap inspeksi dalam kondisi standar dan terjaga nilai-
Untuk menggambarkan data kedalam nilaipeningkatannya yang kemudian
peta kendali perlu dihitung garis tengah didokumentasikan dandisebarluaskan
proporsi CLp dan garis batas bawah (LCL p) yang berguna sebagai langkah perbaikan
dan garis batas atas (UCLp), dengan rumus untukkinerja proses berikutnya.
yang dikemukakan oleh Prawirosentono
(2007:113): HASIL DAN ANALISIS
CL p = Pengendalian kualitas pada UD.
Delima Bakery dilakukan secara manual oleh
pemilik, karena pemilik langsung melakukan
P (1  P )
UCL p = p + 3 = pengawasan setiap kali memproduk si roti.
n Akan tetapi pada penelitian ini di lakukan
penerapan secara teori mengenai
LCL p = p -3 P (1  P ) pengendalian kualitas roti pada UD. Delima
n Bakery, sehingga diketahui tingkat kerusakan
dimana: selama satu periode yaitu bulan April 2016.
p = proporsi cacat dalam setiap sampel Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
diketahui bahwa tingkat kerusakan roti pada
Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 619
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

UD. Delima Bakery dapat dibagi menjadi 3 3. Masalah kerusakan roti pecah
macam yaitu gosong, kecil atau tidak Kerusakan karena roti pecah pada saat
kembang. melakukan pemanggangan disebabkan
1. Masalah kerusakan karena gosong pada saat mengisi roti dengan bahan isi
Kerusakan karena gosong dikarenakan penutupnya terlalu tipis sehingga
penjagaan saat pemanggangan roti yang menyebabkan roti menjadi pecah atau isi
tidak di awasi menyebabkan roti menjadi dari roti keluar dan hal ini merusak
gosong, kemudian tidak memperhatikan kualitas roti.
tingkat suhu pada saat dilakukan Kerusakan-kerusakan di atas secara
pemanggangan yang juga menyebabkan umum terjadi karena karyawan pada
roti menjadi gosong.Hal-hal tersebut UD.Delima Bakery yang kurang pengalaman
terjadi karena kelalaian karyawan dalam (karyawan baru) dan selebihnya adalah akibat
melaksanakan pekerjaan serta kurangnya kurang maksimalnya pengawasan pimpinan
pengawasan yang dilakukan oleh pemilik. pada setiap karyawan yang bekerja di
2. Masalah kerusakan kecil atau tidak UD.Delima Bakery.
kembang Produksi roti pada UD. Delima Bakery
Kerusakan karena pengolahan bahan pada April 2016 sebanyak 10.800 unit dan
baku yang salah urutan menyebabkan roti mengalami kerusakan dengan total sebanyak
tidak kembang, kemudian kesalahan juga 2.836. Dalam melakukan pengendalian
dapat terjadi saat pengadonan roti yang kualitas secara statistik, langkah pertama yang
tidak atau terlalu sedikit memasukan ragi akan dilakukan adalah membuat check sheet.
ke dalam adonan yang menyebabkan roti Check sheet berguna untuk mempermudah
menjadi kecil atau tidak mengembang. proses pengumpulan data serta analisis. Selain
Untuk itu pimpinan UD. Delima Bakery itu pula berguna untuk mengetahui area
dalam melakukan pengadonan roti selalu permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis
menjaga kondisi tersebut dan melakukan atau penyebab dan mengambil keputusan
pengadonan dengan cara tidak sekaligus untuk melakukan perbaikan atau tidak.Berikut
atau dibagi-bagi dalam beberapa bagian. data produksi selama tahun 2014.
Tabel 2: Laporan Produksi Harian Roti pada UD. Delima Bakery April 2016 (dalam unit)
Coklat Kelapa Kacang Jumlah Produk Persentase
Tgl
Produksi Rusak Produksi Rusak Produksi Rusak Produksi Rusak Produk rusak
1 140 10 100 28 120 25 360 63 0,18
2 140 30 100 20 120 37 360 87 0,24
3 140 38 100 10 120 37 360 85 0,24
4 140 38 100 31 120 37 360 106 0,29
5 140 30 100 20 120 37 360 87 0,24
6 140 40 100 32 120 37 360 109 0,30
7 140 38 100 20 120 37 360 95 0,26
8 140 10 100 15 120 37 360 62 0,17
9 140 30 100 25 120 37 360 92 0,26
10 140 35 100 30 120 37 360 102 0,28
11 140 35 100 20 120 37 360 92 0,26
12 140 36 100 20 120 37 360 93 0,26
13 140 35 100 35 120 37 360 107 0,30
14 140 30 100 30 120 37 360 97 0,27
15 140 30 100 35 120 37 360 102 0,28
16 140 40 100 20 120 37 360 97 0,27
17 140 38 100 15 120 37 360 90 0,25
18 140 38 100 15 120 37 360 90 0,25
19 140 10 100 15 120 15 360 40 0,11
20 140 35 100 30 120 37 360 102 0,28
21 140 28 100 27 120 37 360 92 0,26
22 140 35 100 26 120 37 360 98 0,27
23 140 40 100 27 120 37 360 104 0,29
24 140 40 100 30 120 37 360 107 0,30
25 140 40 100 20 120 37 360 97 0,27
26 140 35 100 25 120 37 360 97 0,27
27 140 50 100 45 120 50 360 145 0,40
28 140 40 100 22 120 37 360 99 0,28
29 140 40 100 23 120 37 360 100 0,28
30 140 29 100 33 120 37 360 99 0,28
Jlh 4.200 1.003 3.000 744 3.600 10.89 10.800 2.836 7,88
Rata 140 33,43 100 24,8 120 36,3 360 95 0,26
Sumber: UD. Delima Bakery (data diolah, 2016)
Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 620
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Berdasarkan tabel di atas dapat terlalu lama atau terlalu cepat


menunjukkan bahwa jumlah produksi bulan sehingga mempengaruhi produk roti
April 2016 ini sebanyak 10.800 unit, dimana yang di produksi.
rata-rata produksi setiap harinya adalah b. Pencetakan
sebanyak 360 unit.Kemudian kerusakan roti Penyebab kerusakan pada saat
pada UD. Delima Bakery secara keseluruhan pencetakan adalah kesalahan yang
selama bulan April 2016 sebanyak 2.836 unit disebabkan oleh kurang telitinya
atau rata-rata sebanyak 787 unit yang terdiri karyawan dalam mencetak roti
dari kerusakan roti coklat sebanyak 4.200 unit sehingga menyebabkan ukuran yang
dengan rata-rata setiap harinya adalah tidak sama, apabila ukuran terlalu
sebanyak 140 unit. Kemudian kerusakan pada kecil maka hal ini menyebabkan roti
jenis ini sebanyak 1.003 unit dengan rata-rata menjadi rusak pada saat pengisian atau
kerusakan setiap harinya adalah sebanyak 33 roti terlalu tipis membungkus isi dan
unit.Selanjutnya jenis kerusakan roti kelapa akhirnya pecah.
pada April 2016 jumlahnya sebanyak 3.000 c. Pembakaran
unit dengan rata-rata unit setiap harinya Penyebab kerusakan yang ketiga
sebanyak 100 unit dengan rata-rata kerusakan adalah roti menjadi hangus, yang
perhari 120.Jumlah produk roti kacang pada disebabkan oleh yang tidak dijaga
bulan April 2016 sebanyak 3.600 unit atau pada saat pembakaran, kemudian
rata-rata 120 unit serta jumlah kerusakan di pemanggangan pada oven yang tidak
bulan april sebanyak 1.089 unit dengan rata- bisa di atur suhunya.Hal tersebut
rata 36 unit. Dengan demikian jumlah membuat roti menjadi rusak.
produksi roti secara keseluruhan selama bulan Kemudian dilakukan pendefinisian
April adalah sebanyak 10.800 dan kerusakan rencana tindakan yang harus
selama bulan April 2016 adalah sebanyak dilakukan berdasarkan hasil observasi
2.836 unit dengan rata-rata krusakan dan analisis penelitian, diantaranya:
sebanyak 95 unit perhari. 1. Melakukan pengadonan bahan
Kerusakan roti pada UD. Delima dengan cara menentukan takaran
Bakery kemudian dihitung dengan melakukan yang tepat, waktu pengadonan
pengendalian kualitas secara statistik yang yang dijaga dan disesuaikan waktu
dibagi kedalam lima tahap, yaitu yang sebenarnya.
pendefinisian (define), pengukuran (measure), 2. Mencetak roti sesuai ukuran,
analisis (analyse), peningkatan kualitas terutama ukuran isi roti yang
(improve), pengawasan (control). Dari kelima terkadang terlalu banyak sehingga
tahap tersebut akan di analisis sebagai menyebabkan roti menjadi pecah.
berikut: 3. Menjaga roti saat dibakar oleh
1. Pendefinisian (define) karyawan, atau memasang
Pendefinisian masalah kualitas dalam temperature dan alarm waktu
produk akhir jenis roti coklat, roti kelapa pembakaran sehingga tidak
dan roti kacang yang rusak atau hangus.
mengalami cacat didefinisikan 2. Pengukuran (Measure)
penyebabnya. Tiga penyebab kerusakan a. Analisis diagram control (p-chart)
yaitu saat pengadonan bahan, pencetakan Menganalisis dengan diagram
dan pembakaran. Ketiga penyebab control P-chart menggunakan data
tersebut sangat sering terjadi dan dapat yang diperoleh dari UD. Delima
didefinisikan sebagai berikukt: Bakery pada bulan April 2016
a. Pengadonan dengan jumlah sebanyak 10.800
Sumber penyebab kerusakan pada saat unit yang terdiri dari roti coklat,
pengadonan bahan roti disebabkan kelapa dan kacang dan ditemukan
takaran bahan yang tidak sesuai, kerusakan selama bulan April
kemudian waktu pengadonan yang 2016 sebanyak 2.836 unit.
Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 621
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Pengukuran dilakukan dengan 1. Menghitung mean atau garis


control kualiatas secara statistik tengah atau (CLp) atau rata-
terhadap roti pada bulan April rata produk akhir, yaitu:
2016 dengan ukuran sampel 2. Menghitung persentase
sebanyak 100 unit. Jumlah yang kerusakan.
dihasilkan selam April 2016 3. Menghitung batas kendali atas
adalah sebanyak 10.800 unit roti atau Upper Control Limit
dan produk roti yang rusak (UCL) untuk menghitung batas
sebanyak 2.836 unit. Dari data- kendali atas atau UCL.
data tersebut dapat dibuat peta 4. Menghitung batas kendali
kendali p-chart dengan langkah bawah atau Lower Control
sebagai berikut: Limit (LCL) untuk menghitung
batas kendali bawah atau LCL
dilakukan dengan rumus:
Tabel 3: Perhitungan Batas Kendali April 2016
Tgl/Hari Jumlah Produk Persentase CL UCL LCL
Produksi Rusak Cacat (P)
1 360 63 0,18 0,26 0,431 -0,120
2 360 87 0,24 0,26 0,431 -0,120
3 360 85 0,24 0,26 0,431 -0,120
4 360 106 0,29 0,26 0,431 -0,120
5 360 87 0,24 0,26 0,431 -0,120
6 360 109 0,30 0,26 0,431 -0,120
7 360 95 0,26 0,26 0,431 -0,120
8 360 62 0,17 0,26 0,431 -0,120
9 360 92 0,26 0,26 0,431 -0,120
10 360 102 0,28 0,26 0,431 -0,120
11 360 92 0,26 0,26 0,431 -0,120
12 360 93 0,26 0,26 0,431 -0,120
13 360 107 0,30 0,26 0,431 -0,120
14 360 97 0,27 0,26 0,431 -0,120
15 360 102 0,28 0,26 0,431 -0,120
16 360 97 0,27 0,26 0,431 -0,120
17 360 90 0,25 0,26 0,431 -0,120
18 360 90 0,25 0,26 0,431 -0,120
19 360 40 0,11 0,26 0,431 -0,120
20 360 102 0,28 0,26 0,431 -0,120
21 360 92 0,26 0,26 0,431 -0,120
22 360 98 0,27 0,26 0,431 -0,120
23 360 104 0,29 0,26 0,431 -0,120
24 360 107 0,30 0,26 0,431 -0,120
25 360 97 0,27 0,26 0,431 -0,120
26 360 97 0,27 0,26 0,431 -0,120
27 360 145 0,40 0,26 0,431 -0,120
28 360 99 0,28 0,26 0,431 -0,120
29 360 100 0,28 0,26 0,431 -0,120
30 360 99 0,28 0,26 0,431 -0,120
Jumlah 10.800 2.836
Rata-rata 360 95
Sumber: UD. Delima Bakery (data diolah, 2016)

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 622
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui kerusakan roti sehingga mencapai nilai


jumlah produk pada UD.Bakery pada April sebesar 0% kerusakan.
2016 sebanyak 10.800 unit, sedangkan untuk Kemudian dilakukan pengukuran
jumlah produk yang rusak selama April 2016 dengan tingkat sigma dan Defect Per Million
pada UD.Delima Bakery sebanyak 2.836 unit. Opportunities (DPMO). Mengukur tingkat six
Selanjutnya diketahui juga persentase roti sigma dari hasil produksi roti pada
rusak atau cacat tertinggi dibulan tanggal 27 UD.Delima Bakery digunakan tabel konversi
April 2016 sebesar 0,40 dan terendah di DPMO penilaian six sigma berdasarkan
tanggal 19 April 2016 sebesar 0,11%. konsep Motorola.
Kemudian control limit sebesar 0,26, Pada Tabel 4 dapat diketahui bagian
sedangkan Upper Control Limit atau batas produksi roti pada UD. Delima Bakery
kendali atas sebesar 0,431 serta Lower dengan tingkat kerusakan rata-rata 94,53 unit
Control Limit atau batas kendali bawah setiap harinya atau 26%, nilai DPMO sebesar
sebesar -0,120. Dari hasil perhitungan pada 263 artinya kemungkinan kerusakan dalam 1
Tabel 3 di atas, maka selanjutnya dapat dibuat juta unit produksi. Nilai six sigma diperoleh
peta kendali p yang dapat dilihat pada sebesar 2,13 yang artinya setiap proses
gambar. produksi tidak akan terdapat kerusakan lebih
Berdasarkan gambar tersebut yaitu dari 2,13% untuk setiap 1 juta unit
peta kendali dapat dilihat bahwa data yang roti.Berdasarkan angka tersebut maka pemilik
diperoleh sebagian berada di peta kendali UD.Delima Bakery perlu memperhatikan
yang telah ditetapkan, sedangkan sebagian produksi roti sehingga kerusakan dapat di
lainnya keluar dari batas peta kendali.Hal kelola dengan baik yang pada akhirnya dapat
tersebut menunjukkan bahwa jumlah mengurangi kerusakan roti.
kerusakan roti pada UD. Delima Bakery
dalam bulan April masih terdapat kerusakan 3. Analisis (Analyze)
yang dengan jumlah terbanyak pada tanggal Analisis dilakukan dengan diagram
27 April 2016 sebesar 0,40. Hal tersebut pareto dan data yang diolah untuk mengetahui
menyatakan bahwa pengendalian kualitas presentase jenis produk di rusak dihitung
pada UD.Delima Bakery masih membutuhkan dengan rumus:
adanya perbaikan utuk menurunkan tingkat

Gambar 1: Grafik Peta Kendali April 2016 UD. Delima Bakery

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 623
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Tabel 4: Pengukuran Tingkat Sigma dan Defect Per Million Opportunities (DPMO) Periode
April 2016
Tgl/Hari Jumlah Produk DPMO Nilai Sigma
Persentase Cacat
Produksi Rusak
1 360 63 0,18 175 2,43
2 360 87 0,24 242 2,20
3 360 85 0,24 236 2,22
4 360 106 0,29 294 2,04
5 360 87 0,24 242 2,20
6 360 109 0,30 303 2,02
7 360 95 0,26 264 2,13
8 360 62 0,17 172 2,45
9 360 92 0,26 256 2,15
10 360 102 0,28 283 2,07
11 360 92 0,26 256 2,15
12 360 93 0,26 258 2,15
13 360 107 0,30 297 2,03
14 360 97 0,27 269 2,11
15 360 102 0,28 283 2,07
16 360 97 0,27 269 2,12
17 360 90 0,25 250 2,17
18 360 90 0,25 250 2,17
19 360 40 0,11 111 2,72
20 360 102 0,28 283 2,07
21 360 92 0,26 256 2,15
22 360 98 0,27 272 2,10
23 360 104 0,29 289 2,06
24 360 107 0,30 297 2,03
25 360 97 0,27 269 2,11
26 360 97 0,27 269 2,11
27 360 145 0,40 403 1,74
28 360 99 0,28 275 2,10
29 360 100 0,28 278 2,09
30 360 99 0,28 275 2,10
Jumlah 10800 2836 7,88
Rata-rata 360 94,53 0,26 263 2,13
Sumber: UD. Delima Bakery (data diolah, 2016)

4. Peningkatan kualitas (improve) d. Rekomendasi perbaikan


Peningkatan kualitas roti dengan six sigma a. Pengawasan pekerjaan setiap
sebagai berikut: pekerjaan karyawan lebih
a. Pengukuran. Peluang: menurunkan maksimal
jumlah produk cacat dengan b. Menentukan ukuran dan waktu
menerapkan sistem kontrol yang lebih pengadonan rotiMembuat alat ukur
baik. pencetakan sehingga ukuran lebih
b. Rekomendasi. Kerusakan: dari 10.800 pas
unit roti yang dihasilkan pada April c. Mengawasi pembakaran degan
2016 terdapat produk rusak sebanyak cara memasang alarm waktu
2.836 unit. pembakaran serta menentukan
c. Proses dengan DPMO suhu pembakaran, sehingga
kerusakan akibat pembakaran
dapat lebih minimal.

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 624
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

5. Pengawasan (Control) secara maksimal oleh pemilik UD. Delima


Merupakan tahap analisis terakhir dari Bakery setiap harinya.
proyek six sigma yang menekankan pada
pendokumentassian dari tindakan yang KESIMPULAN
telah dilakukan meliputi: Berdasarkan data produksi roti yang diperoleh
a. Melakukan pengawasan pada saat dari UD. Delima Bakery pada April 2016
melakukan pengadonan bahan roti sebanyak 10.800 unit roti dan jumlah produk
mulai dari waktu dan ukuran yang tepat. yang rusak pada bulan April 2016 adalah
b. Memberikan penjelasan mengenai sebanyak 2.836 unit yang terdiri dari
ukuran yang tepat pada setiap karyawan kerusakan roti coklat sebanyak 1.003 unit, roti
agar roti tidak terlalu kecil dari ukuran kelapa 744 unit dan roti kacang sebanyak
sebenarnya, sehingga roti tidak terlalu 1.089 unit. Jenis kerusakan yang sering terjadi
tipis yang mengakibatkan menjadi adalah gosong, roti tidak mengembang (kecil)
pecah. serta roti pecah sehingga isinya keluar. Dari
c. Melakukan pengawasan pada saat p-chart diketahui bahwa sebagian berada di
pembakaran dengan cara memberikan peta kendali yang telah ditetapkan, sedangkan
waktu pembakaran dengan alarm, sebagian lainnya keluar dari batas peta
menentukan suhu pembakaran dan kendali. Hal tersebut menunjukkan bahwa
menyiapkan karyawan yang selalu siap pengendalian kerusakan roti pada UD. Delima
pada saat pembakaran roti. Bakery belum maksimal atau masih sangat
Berdasarkan pembahasan diperoleh tinggi yaitu 27 April 2016 sebesar 40%.
persentase produk roti rusak melebihi titik Nilai DPMO sebesar 263, dengan
batas kendali (CL) nilai depect per million kemungkinan kerusakan sebesar 263 unit
opportunities (DPMO) sebesar 263 dan nilai untuk satu juta unit roti dan tingkat sigma
six sigma dengan rata-rata sebesar 2,13, 2,13yang artinya setiap proses produksi tidak
dengan demikian hipotesis yang menyatakan akan terjadi kerusakan sebesar 2,13% untuk
sistem pengendalian kualitas produk pada satu juta unit roti, hal ini dapat menjadi
UD. Delima Bakery Kabupaten Aceh Timur sebuah kerugian yang sangat besar apabila
belum efektif, dapat diterima yang dibuktikan tidak ditangani sebab mungkin banyak produk
dengan hasil penelitian, dimana berdasarkan yang gagal dalam setiap kali proses produksi
p-chart atau peta kendali diketahui bahwa yang mengakibatkan pengeluaran biaya yang
terdapat persentase produk roti rusak melebihi tinggi.
titik batas kendali (control limit) yaitu
terutama pada tanggal 27 April 2016 SARAN
mencapai 40% dan rata-rata kerusakan UD. Delima Bakery dapat menggunakan
sebesar 26%, didukung dengan nilai sigma metode six sigma agar dapat mengetahui
dengan rata-rata sebesar 2,13 dan rata-rata kerusakan yang sering terjadi, serta
depect per million opportunities (DPMO) mengetahui batas tertinggi dan batas terbawah
sebesar 263 unit dengan asumsi terdapat 263 kerusakan produksi roti. Berdasarkan hasil
unit roti rusak setiap sejuta unit produksi penelitian diketahui penyebab kerusakan roti
roti.Dengan demikian dapat dinyatakan karena kurang maksimalnya pengawasan
bahwa hasil produksi UD.Delima Bakery selama proses produksi roti, sehingga
sudah terkendali dengan batas pengendalian menyebabkan kerusakan roti, untuk itu pihak
six sigma.Berdasarkan nilai sigma tersebut UD. Delima Bakery dapat melakukan
juga diketahui bahwa pengamatan produk pengawasan yang maksimal selama proses
yang rusak secara detail belum dilakukan produksi roti.

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 625
JURNAL MANAJEMEN DAN KEUANGAN, VOL.5, NO.2, NOVEMBER 2016 ISSN 2252-844X

Gambar 2: Diagram Jumlah Kerusakan Berdasarkan Jenis Roti pada UD. Delima Bakery

DAFTAR PUSTAKA FMEA (bagian Produksi CV Essen),


Jurnal Tehnik Industri. Semarang:
Ahyari, Agus. 2005. Manajemen Produksi. Uiversitas Diponegoro.
Yogyakarta: BPFE. Reksohadiprodjo, Sukanto dan Indriyo
Assauri, Sofjan. 2006. Manajemen Produksi Gitosudarmo. 2009. Manajemen
dan Operasi. Jakarta: FEUI. Produksi. Yogyakarta: BPFE.
Dorothea, Wahyu. 2003. Manajemen Render, Berry dan Jay Heizer. 2006.
Kualitas. Jakarta: Dikti Depdiknas Manajemen Produksi. Jakarta: FEUI.
Feigenbaum, AV. 2009. Kendali Mutu Pemetaan Lembaga Penilaian Kesesuaian.
Terpadu. Jakarta: Erlangga. Standar Nasional Indonesia (SNI).
Gaspersz, Vincent. 2005. Pedoman www.sisni.bsn.go.id diunduh 23
Implementasi Six Sigma Desember 2015.
Terintegrasi dengan ISO 9001:2000. Sukania, I Wayan, Anita Stacia, Hanny
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Natalia, Devianna Mariam dan Tri
Handoko, T. Hani. 2005. Dasar-dasar Multi. 2013. Pengendalian Kualitas
Manajemen Produksi dan Operasi. Produk Consumer Goods (Studi Kasus
Yogyakarta: BPFE. di Royal Bakery). Journal
Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Tarumanegara.
Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia. journal.tarumanagara.ac.id, Hal 1-9
Noor, Juliansyah, 2014, Analisis Data diunduh tanggal 22 Desember 2015
Penelitian Ekonomi dan Sunyoto, Danang. 2013. Metode Penelitian
Manajemen, Grasindo Jakarta Bisnis. Jakarta: Caps.
Pande, Neuman, Roland R. Cavanagh dan Tisnowati, Henny, Musa Hubeis dan
Holpp. 2005. Six Sigma Way, Hartrisari Hardjomidjojo. 2008.
Bagaimana GE Motorola & Analisis Pengendalian Mutu Produksi
Perusahaan Terkenal Lainnya Roti (kasus PT. AC. Tanggerang).
Mengasah Kinerja Mereka. Jurnal MPI. Vol. 3 Nomor 1, Hal 51-
Yogyakarta: Andi. 62.journal.ipb.ac.id diunduh tanggal
Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru 22 Desember 2015
tentang Manajemen Mutu Terpadu Umar. 2003. Metode Penelitian untuk
Abad 21 “Kiat Membangun Bisnis Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Kompetitif” Jakarta: Bumi Aksara. Gramedia Pustaka Utama.
Badan Standar Nasional. 1991. Wahyu, Ariani Dorothea. 2009. Manajemen
Perbendaharaan Istilah ISO 8402 dan Kualitas. Yogyakarta: Andy Offset
Standar Nasional Indonesia (SNI 19- Yamit, Zulian. 2006. Manajemen Kualitas
8402-1991. Serpong: BSN. Produk dan Jasa. Yogyakarta:
Rahman, Adhi. 2010. Analisis Pengendalian Ekonosia.
Kualitas Produk dengan Metode

Safrizal dan Muhajir: Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma 626

Anda mungkin juga menyukai