Anda di halaman 1dari 1

Monopoli Bencana, Inovasi Mitigasi Bencana bagi Disabilitas Netra

Indonesia dihadapkan pada bencana hebat pada akhir Desember 2004. Gempa dan tsunami yang meluluhlantakan pantai
paling barat Indonesia, membuka lembaran baru upaya penanggulangan bencana secara terkoordinir. Upaya
penanggulangan risiko becana menjadi isu yang terus digalakkan di Indonesia, terutama di Aceh, dengan dicanangkannya
pendidikan mitigasi bencana sebagai salah satu aspek yang mendapatkan perhatian publik. Namun demikian, upaya
tersebut belum menyasar para penyandang disabilitas netra, yang merupakan kelompok masyarakarat yang rentan
menjadi korban bencana. Refleksi tersebut mendorong mahasiswa Unsyiah untuk merancang skenario pembelajaran
mitigasi bencana agar dapat dijangkau oleh penyandang disabilitas netra.

Beranggotakan empat mahasiswa dari tiga fakultas berbeda, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian
Masyarakat (PKM-M) yang dibimbing oleh Dr. Ir. Mochammad Afifuddin, M.Eng., meluncurkan produk pendidikan
berbasis permainan bernama Monopoli Bencana (Monca). Diketuai Dessy Maharani dari Fakultas Teknik, tim yang terdiri
atas Devi Arhami Putri dari Fakultas KIP, Sry Audian Ansary dari Fakultas Kedokteran, dan Kiki Setiawan dari Fakultas
Teknik, merancang sebuah permainan monopoli yang dilengkapi dengan braille sebagai media pembelajaran mitigasi
bencana.

Monca dicetak di atas karton tebal berukuruan ± 70 x 70 cm dan dilengkapi dengan rel besi sebagai pembatas antar tiap
kolom permainan. Setiap kolom dilapisi dengan tulisan braille berbahan mika. Permainan mitigasi bencana ini dapat
dimainkan oleh dua sampai empat orang dalam setiap rondenya. Monca dilengkapi dengan dua belas jenis bencana yang
umum terjadi di Indonesia, yaitu gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, kebakaran, petir, tanah longsor,
gelombang pasang, kebocoran gas, angin puting beliung, bangunan runtuh dan kecelakaan lalulintas. Selain itu, permainan
ini juga dilengkapi dengan sembilan lokasi evakuasi, tiga fasilitas umum, dua fasilitas air bersih, serta kolom kesempatan
dan dana umum. Sebagaimana permainan monopoli, pemain Monca difasilitasi dengan kartu kesempatan, kartu dana
umum serta uang monopoli. Keseluruhan fasilitas ini dilapisi dengan tulisan braille berbahan mika.

Dalam permainan Monca, setiap bencana dilengkapi dengan perintah untuk membeli benda-benda tertentu, atau
melakukan evakuasi menuju lokasi tertentu. Sebagai contoh, jika pemain berhenti di kolom gunung meletus, ia diwajibkan
untuk membeli masker agar diizinkan untuk melanjutkan permainan. Pada kasus lain seperti banjir, pemain sedapat
mungkin menemukan lokasi yang aman untuk menyelamatkan diri agar dapat melanjutkan permainan. Pengurangan risiko
melalui pemanfaatan asuransi juga diajarkan melalui kolom kesempatan dan dana umum. Monca juga memperkenalkan
berbagai kebutuhan krusial saat terjadi bencana seperti air bersih, logistik, kotak P3K, tangki APAR, dan lain-lain. Selain
itu, permainan ini menanamkan berbagai filosofi melalui sistem pembelanjaan dan sumbangan kemanusiaan.

Dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa ini, juga dilakukan sosialisasi kepada 39 penyandang disabilitas netra
di UPTD Rumoh Sejahtera Beujroh Meukarya (RSBM), Gampong Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar pada akhir
Mei 2018 lalu. Kegiatan yang dilangsungkan selama seminggu ini, mengajarkan penggunaan permainan Monopoli Bencana
(Monca) kepada penyandang disabilitas netra tersebut. Lewat permainan ini, mereka seakan mengalami langsung
bencana tersebut, sehingga diharapkan Monca dapat menjadi sarana pembelajaran mitigasi bencana yang interaktif,
efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, penyandang disabilitas netra dapat memperoleh ruang untuk berkembang
menjadi kelompok masyarakat yang cerdas dan tangguh bencana.

Anda mungkin juga menyukai