95fcb Modul 7 Perencanaan Sumur Bor
95fcb Modul 7 Perencanaan Sumur Bor
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Perencanaan Sumur Bor sebagai Materi
Substansi dalam Pelatihan Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT). Modul ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di
bidang Sumber Daya Air.
Modul Perencanaan Sumur Bor disusun dalam 4 (empat) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami perencanaan
sumur bor dalam perencanaan jaringan irigasi air tanah (JIAT). Penekanan orientasi
pembelajaran pada modul ini lebih menekankan pada partisipasi aktif dari para
peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 7 PERENCANAAN SUMUR BOR
GLOSARIUM ............................................................................................................ 86
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.24. Saran Penentuan Posisi Saringan Sumur di Berbagai Formasi Akuifer
.................................................................................................................................. 70
Gambar 3.25. Konvergensi Garis Aliran Ke Interval yang Dipasang Screen ............. 70
Gambar 3.26. Beberapa Macam Celah (Slot) Screen ............................................... 73
Gambar 3.27. Saringan Bercelah Kontinyu ............................................................... 73
Gambar 3.28. Celah (Slot) Berbentuk “V” Mengurangi Penyumbatan....................... 73
Gambar 3.29. Konfigurasi Celah (Slot) ...................................................................... 75
Gambar 3.30. Pemilihan Celah Saringan Ntuk Formasi Pasir Homogen .................. 75
Gambar 3.31. Sketsa Pemaangan Saringan (A) Bagian Stratigrafi Yang Akan
Dipasang Saringan Dan (B) Sketsa Pemasangan Saringan Yang Menunjukkan
Ukuran Celah ............................................................................................................ 76
Gambar 3.32. Gravel Pack Dengan Ukuran Butir Sesuai Screen ............................. 77
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 7 PERENCANAAN SUMUR BOR
Deskripsi
Modul Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan ini terdiri dari dua
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas tahapan
perencanaan sumur bor. Kegiatan belajar kedua membahas perencanaan
pemboran.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami
perencanaan sumur bor. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau
evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Metode
Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu menjelaskan prinsip perencanaan sumur bor.
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERENCANAAN SUMUR BOR
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan air pemukaan, seperti sungai, danau, waduk, embung dan lain-
lain telah lama dilakukan masyarakat. Namun demikian, karena kebutuhannya
belum proporsional dibandingkan dengan kesediaannya terutama di musim
kemarau, maka sering kali tanaman yang dibudidayakan pada periode tersebut
mengalami kekeringan. Berdasarkan fakta empiris tersebut, maka perlu
dipikirkan alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dari sumber
air yang lain. Air tanah merupakan salah satu pilihan sumber air yang dapat
dikembangkan untuk pertanian.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi, dikenal dengan jaringan irigasi air tanah
(JIAT) telah lama dikembangkan oleh pemerintah melalui Kementerian PUPR
hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Pembangunan jaringan irigasi air tanah
memerlukan tenaga-tenaga ahli yang mengerti di dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan jaringan irigasi air tanah.
jaringan irigasi air tanah (JIAT) untuk menghasilkan SDM bidang SDA dan
Konstruksi yang kompeten dan berintegritas dalam rangka mendukung
pembangunan infrastruktur bidang SDA dan Konstruksi yang handal.
1) Umum
2) Tahapan Studi Hidrogeologi
3) Sosialisasi dan Konsultasi Publik
4) Langkah Perencanaan Sumur Bor
5) Data Perencanaan yang Diperlukan
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
BAB II
TAHAPAN PERENCANAAN SUMUR BOR
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu melaksanakan tahap perencanaan
sumur bor
2.1 Umum
Air tanah sebagai salah satu pemasok untuk memenuhi kebutuhan hidup
sangat diperlukan, sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut oleh
air permukaan.
Penggunaan air tanah yang terus meningkat, dapat menyebabkan terjadinya
pengambilan air tanah yang melebihi cadangan pada cekungan air tanah.
Untuk menjaga keseimbangan antara pengambilan dan imbuhan, pemanfaatan
air tanah harus melalui tahapan-tahapan tertentu.
Disamping studi tentang air tanah tersebut, diperlukan studi tentang kondisi
sosial dan ekonomi masyarakatnya, untuk mengetahui prioritas kebutuhan air
dan kesiapannya dalam memanfaatkan air tanah.
g) Estimasi Imbuhan
h) Estimasi lapangan dan analisis sifat akuifer
i) Kualitas air tanah daerah penelitian
j) Pemodelan
a) Survei geofisika
1) Metode Magnetis
2) Metode Elektro magnetic
3) Metode Electrical Resistivity
4) Metode Polarissi Induksi
5) Metode Seismik
6) Metode Gravitasi
7) Metode Ground Penetrating Radar (GPR)
8) Metode Bore Hole Logging
Sumur eksplorasi ini setelah mendapat data yang cukup akurat kadang
kadang hanya dikonstruksi dengan pipa diameter 6” sebatang sebagai
tanda bahwa daerah ini pernah diteliti dengan cermat.
a) Diameter Sumur.
1) Besaran diameter casing yang digunakan sesuai dengan keperluan,
2) Jenis casing yang digunakan dapat berbahan metal, plastik atau serat
gelas. Pemilihannya berdasarkan pertimbangan :
(a) Harga barang atau pertimbangan ekonomis
(b) Kualitas air tanah, untuk daerah dengan kualitas korosif dipilih pipa
bahan plastik atau metal jenis stainless steel, bukan jenis low
carbon..Pertimbangan lain mungkin diperlukan dengan mengingat
kondisi lingkungan dan keperluanyaa.
b) Kedalaman Sumur.
1) Tergantung pada berapa lapisan akifer yang akan disadap dan potensi
akifernya.
2) Penentuan jenis akuifer (tertekan atau tidak) berdasarkan data log bor.
c) Penggunaan Screen.
opening yang besar tetapi tidak sinkron denga ukuran gravel pack dapat
menyebabkan masuknya pasir atau material formasi batuan kedalam
sumur, kemudian akan terpompa dan berakibat popma menjadi lebih cepat
rusak.
d) Gravel Pack.
Gravel pack juga berfungsi menstabilkan lubang bor agar tidak runtuh.
e) Development
f) Grouting
Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi untuk
menahan konstruksi lubang bor, menahan rembesan air permukaan atau
soil water yang tidak diinginkan masuk kedalam lubang bor, sekaligus
sebagai penguat konstruksi sumur didekat permukaan tanah.
b) Hasil pemetaan yang sebenarnya adalah koleksi dari data terbaru dan
pengecekan data di lapangan : penerapan geologi, geofisika, kimia, geologi
foto-kartografi dan metoda lainnya.
c) Data dasar kondisi hidrogeologi, saat ini sudah dirangkum dan tersimpul
menjadi Peta Cekungan Air Tanah. Didalam peta CAT disamping terlihat
2.6 Latihan
1. Pada daerah batu gamping, akan di lakukan survey untuk evaluasi
hidrogeologi, survey permukaan sudah dilakukan, namun kondisi bawah
permukaan belum diketahui; Apa yang anda lakukan untuk mendapatkan
informasi bawah permukaan? jelaskan
2. Anda diminta untuk mendisain sumur guna mengantisipasi kebakaran
hutan didaerah CAT yang potensial. Ketika anda ditanya oleh calon
pengguna: ” Berapa rencana kedalaman sumur yang akan dibuat ? “ Apa
jawaban yang dapat anda berikan?
3. Di dekat Pegunungan Bintang di Papua dengan daerah yang sulit diakses;
suatu tempat yang jalan pun tidak ada, dan merupakan daerah tektonik kuat
yang banyak terdapat gempa bumi, anda harus mendisain sumur, lalu
bahan apa yang akan anda pilih?
2.7 Rangkuman
Survei air tanah tidak hanya dilakukan di permukaan, tetapi juga dilakukan
untuk bawah permukaan. Tidak semua metode bawah permukaan cukup teliti
menghasilkan informasi kondisi bawah permukaaan, akan lebih teliti jika
digunakan beberapa metode sekaligus.
Hasil survey dan pemodelan tetap harus diperkuat dengan data pemboran
sumur eksplorasi dan sumur uji produksi.
Kalaupun alam mengijinkan memberikan potensi air tanah yang cukup, belum
tentu masyarakat setempat dapat menerimanya dan suka. Sosialisasi juga
merupakan faktor penting dalam pengembangan pemanfaatan air tanah ini.
2.8 Evaluasi
1. Bahan casing dan screen apa yang paling cocok untuk derah dengan
kualitas air yang korosif :
a. Black Mild Steel (BMS),
b. Plastik PVC, Fibre Glass dan stainles steel
c. Pipa Screen
2. Untuk mengetahui ketebalan satuan akuifer pada suatu wilayah, anda
harus mencarinya dimana ? :
a. Survey Topografi
b. Mempelajari peta Cekungan Air Tanah
c. Pemboran Sumur
3. Setelah lubang sumur jadi dan kemudian dipasang konstruksi casing dan
screen maka lubang anulus harus di beri :
a. Gravel Pack
b. Sumbat (Bottom Plug)
c. Grouting
BAB III
PERENCANAAN PEMBORAN
Indikator Hasil Belajar:
a) Bor tumbuk atau dikenal dengan nama cable tool drilling juga disebut
perkusi atau spudder. Pada dasarnya pemboran sumur air dengan metode
ini adalah dengan cara mengangkat dan menjatuhkan berulang-ulang kali
serangkaian alat pemboran ke dalam lubang bor.
Jika tidak ada atau hanya sedikit air dari formasi yang ditembus,
ditambahkan air untuk membentuk bubur. Akumulasi bubur meningkat
seiring dengan hasil kemajuan pemboran pada giliranya akan mengurangi
atau meredam kemampuan alat dalam menghancurkan batuan. Bila tingkat
penetrasi menjadi tidak dapat diterima karena adanya redaman bubur
cutting, secara periodik bubur diambil dari lubang bor oleh pompa pasir atau
menggunakan alat yang disebut bailer.
Mata bor dipasang melekat pada ujung bawah dari serangkaian pipa bor yang
disebut sebagai drill string, yang meneruskan aksi berputar dari mesin bor
yang disebut sebagai rig ke mata bor.
Mata bor yang mendapat beban dari drill string, menggiling dan melumatkan
batuan menjadi parikel serbuk bor atau selanjutnya disebut cutting, yang
bercampur dengan air atau lumpur, bubur dan serpihan batuan ini kemudian
diambil dengan cara memompakan cairan pemboran untuk “menghanyutkan”
cutting.
terbatas pada fluida yang terdiri dari campuran air dengan lempung
(termasuk disini bentonite) serta sedikit bahan tambahan (additives) , fluida
pemboran mempunyai banyak fungsi, karena itu, sering ditambahkan
bahan pencampur (additives) yang akan dijelaskan kemudian.
Fluida dipompakan masuk melalui lubang dalam pipa stang bor atau drill
pipe sampai ke ujung mata bor dan keluar melalui lubang penyemprot
(nozle) yang terdapat di mata bor, fluida mengalir disamping mendinginkan
dan melumasi mata bor juga menghanyutkan partikel hancuran batuan
yang digiling oleh mata bor dalam bentuk suspensi terbawa naik melalui
ruang anulus yaitu ruang antara dril string dengan lubang sumur hasil
pemboran, aliran fluida yang membawa muatan cutting meluap di
permukaan dan mengalir melalui parit kedalam kolam pengendap
kemudian sebagian besar cutting mengendap turun terkumpul di dasar
kolam, sedangkan cairan yang bersih dialirkan ke kolam tempat cadangan
lumpur dipompa dengan menggunakan pompa lumpur.
Fluida sebagai sebagai media sirkulasi bahan dasarnya dapat berupa air
(water base fluid) yang umum digunakan untuk pemboran air, dan dapat
berupa minyak (oil base fluid) yang umumnya untuk pemboran minyak.
Fluida berbasis air, untuk mendapatkan hasil lubang sumur yang optimal
menggunakan berbagai macam bahan pencampur (additiv), diantaranya
bentonite, polimer, udara, CMC, barite dan lain sebagainya yang akan
dijelaskan kemudian. Pemboran dengan metode putar sirkulasi langsung ini
yang sangat umum dan paling banyak dilakukan dalam pemanfaatan air
tanah di Indonesia.
Pipa hisap pompa dan drill pipe yang digunakan pada metode ini dengan
demikian harus memiliki diameter yang cukup besar, biasanya berukuran 6
inci, mata bor yang digunakan juga cukup besar, biasanya antara 10 sampai
22 inci.
Dari kondisi tersebut, maka metode rotary direct circulation mud flush yang
paling banyak dilakukan, karena dinilai paling sesuai dengan kondisi
geologisnya.
d) Pemboran lubang pandu atau pilot hole diameter antara 4” - 8 3/4" dengan
kedalaman sampai rencana akhir pemboran dan pengambilan contoh
batuan (cutting) tiap meter kedalaman dari awal sampai akhir pemboran.
Dalam modul ini hanya dibahas sampai disain dan konstruksi sumur saja,
sedangkan development, pemompaan uji dan pengambilan contoh air untuk
analisa kualitas air dibahas dalam modul yang lain.
3.3 Persiapan
Jenis rig atau mesin bor yang digunakan dapat dipilih sesuai kondisi medan,
dan ketersediaan alat, jika kondisi jalan dan jalan masuk ke lokasi cukup baik,
rata dan mampu dilewati truck maka rig yang digunakan adalah truck mounted,
atau tractor mounted. Tetapi bila kondisi medan tidak mungkin dilalui kendaraan
berat, maka dapat digunakan jenis skid mounted yang dapat menyeret dirinya
ke titik lokasi dengan menggunakan kabel baja serta memanfaatkan drum liner/
sand liner yang ada pada rig atau mesin bor tersebut.
Rencana jalan yang dilewati atau route harus di cek kondisinya, apakah
terdapat jembatan yang tidak mampu dilewati mobilisasi (terutama jika
menggunakan mesin bor alat berat). Kemungkinan perlu tidaknya perkuatan
jembatan/ gorong-gorong yang akan dilalui. Kondisi jalan berlumpur atau
berbatu yang mungkin perlu perekayasaan perkerasan atau perataan.
Gambar 3.4. Mesin Bor (RIG) Model Skid Mounted Dengan Pemutar Spindle
Head
Gambar 3.5. Mesin Bor (RIG) Model Truck Mounted Dengan Pemutar Rotary
Head
Penataan bahan harus cukup aman dan tidak mengakibatkan kerusakan atau
turunya mutu bahan. Penataan pipa pipa termasuk saringan harus disusun
ditempat yang teduh rata dan tidak terinjak hewan, misalnya pipa PVC harus
Gambar 3.6. Mesin Bor (RIG) Model Tractor Mounted Dengan Pemutar Rotary
Head
Penyimpanan gravel pack tidak terganggu atau terinjak-injak orang atau hewan,
dan tidak kebanjiran atau berceceran tercampur tanah atau lumpur. Bentonite
dan bahan additives serta bahan lain yang peka terhadap hujan dan panas
harus dibuatkan peneduh atau disimpan di direksi keet / gudang lapangan.
Perijinan masuk lokasi harus sudah tuntas diurus ke desa, warga pemukiman
disekitar lokasi.
Untuk keperluan pekerjaan pemboran perlu penyediaan air untuk sirkulasi dan
kebutuhan lain proses pemboran, harus dijamin kelancaran penyediaannya.
Mutu air harus bersih dan tawar, Air yang payau atau asam (air gambut) akan
mempengaruhi kualitas lumpur pemboran sehingga dapat menimbulkan
gangguan pengambilan cutting, keruntuhan lubang bor karena viskositas dan
densitas lumpur berubah yang disebabkan adanya reaksi kimia antara air
tersebut dengan bentonite. Bahkan air keruh, berpasir atau asam dapat
merusak pompa lumpur dan ausnya mata bor. Jumlah air yang disediakan
harus dapat diperhitungkan kebutuhannya, jika lokasi pengambilan atau
penyaluran air cukup jauh dan tersendat-sendat, perlu disiapkan tangki atau
tandon air sementara didekat lokasi pemboran.
Mungkin dengan drilling rig tipe tractor mounted dapat saja masuk ke lokasi
rencana titik pemboran, tetapi truck cargo sebagai alat bantu yang
menggunakan roda biasa tidak dapat masuk atau tidak sesuai dengan jalan
yang ada, sehingga dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan
Kondisi jalan masuk juga sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lainya,
dan musimnya, apakah musim hujan yang berlumpur, atau musim kemarau
yang berdebu, apakah tersedia jalan masuk ke lokasi dari jalan utama yang
cukup baik atau cukup sesuai dengan peralatan, ada tidak yang perlu
memperbaiki atau memperkuat jalan masuk yang disesuaikan dengan perlatan
nya.
Ukuran perforated steel ini kurang lebih 3 (tiga) meter dengan lebar 0,5
meter, di pasaran banyak variasi ukuran.
Pada tanah sangat lunak atau berlumpur perlu ditimbun dengan batu kali
dari jalan utama sampai titik lokasi, jumlah penimbunan tergantung
peralatan yang akan melewati.
Jika tidak tersedia batu berukuran besar, pelapisan dengan geotektile atau
anyaman bambu (bambu kepang) perlu digunakan sebagai pembatas
antara tanah lunak (lumpur) dengan urugan perkuatan.
Kolam tersebut dihubungkan satu dengan lainnya ke lubang bor melalui kanal
dengan ukuran lebar 0,2 m pada bagian dasarnya, kedalaman 0,2 m. Kanal
dilengkapi dengan kolam pengedap kecil berukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m yang
terletak antara lubang bor dengan kolam pertama.
portabel dari plat besi. Kapasitas kolam portabel untuk rig putar langsung
berkisar antara 200 sampai 10.000 gal. Kolam besar, 20.000 sampai 80.000
gal, cocok untuk pemboran sirkulasi balik. Ukuran kolam lumpur ditentukan oleh
volume cairan pemboran yang akan digunakan untuk membuat lubang bor dan
kebutuhan akan volume cadangan, yang bervariasi sesuai dengan kondisi
tempat. Biasanya volume kolam adalah dua sampai tiga kali volume lubang bor
selesai. Untuk pemboran rotary terbalik, dimana kehilangan cairan pemboran
biasanya tinggi, volume kolam umumnya tiga kali lipat dari lubang bor yang
selesai.
udara hanya terdiri dari fase udara kering, namun lebih sering mengandung
beberapa air jikka ditambahkan surfaktan (sabun) untuk menghasilkan busa.
Banyak penambah khusus lainnya, seperti flocculants, agen pengencer
(dispersan), bahan pemberat, penghambat korosi, pengencer filtrat, pelumas,
pengawet, bakterisida, dan material anti lost-circulation, digunakan untuk
menyesuaikan sifat fluida pemboran lebih lanjut.
Sistem fluida sirkulasi yang tepat yang dipilih, akan tergantung terutama pada
sifat batuan atau stratigrafi yang akan dihadapi atau diperkirakan dan peralatan
yang tersedia. Pemboran di batuan keras misalnya, memerlukan prosedur yang
berbeda dengan pemboran batuan sedimen atau endapan yang tidak
konsolidasi. Sistem pemboran sumur bor dengan penambah lempung atau
polimer biasanya digunakan dalam formasi yang tidak konsolidasi; Sistim
pemboran sirkulasi udara digunakan pada batuan dan sedimen yang
terkonsolidasi atau setengah konsolidasi.
Fluida air bersih saja, digunakan dengan peralatan bor putar sirkulasi air terbalik
(rotary reverse circulation water flush) untuk sumur berdiameter besar dengan
endapan yang tidak terkonsolidasi, semikonsolidasi, dan tidak sensitive (tidak
mudah runtuh), dan endapan tidak megembang (nonswelling).
3) Mendinginkan dan melumasi mata bor. Cairan yang beredar melalui drill
string mendinginkan dan melumasi mata bor, sehingga menghindari
keausan.
c) Yield Point
d) Gel Strength
e) Filtrasi - Fluid-loss-control effectiveness
f) Sifat Pelumasan (Lubricity)
Namun untuk kepentingan praktis dalam pemboran sumur air tanah, beberapa
sifat fluida dijelaskan dibawah ini, sedangkan sifat sifat yang tidak dijelaskan di
sini hanya penting untuk pemboran minyak.
a) Densitas
Paling tidak, semua kru pemboran putar harus dapat mengukur densitas
fluida pemboran dan kekentalan fluida pemboran di lapangan, dan
memahami hubungan sifat-sifat ini dengan stabilitas lubang, pengambilan
cutting dan kontrol fluid loss (hilangnya fluida).
Dimana tekanan hidrostatik ada di psi, densitas lb / gal dan tinggi pada ft.
Jika ada lanau, lempung, atau serpih terkonsolidasi lemah, densitas fluida
pemboran akan menjadi naik, kenaikan densitasnya mungkin signifikan dan
air harus ditambahkan atau padatan diambil untuk mengurangi
perbandingan padatan/ fluida.
Partikel polimer biasanya jauh lebih kecil dari lempung. Misalnya partikel
partikel polimer halus berukuran sekitar 0,0001 mikron. Penambahan
sedikit volume polimer ke fluida dapat memiliki efek yang signifikan
terhadap kekentalan.
b) Kekentalan
Sifat kental fluida pemboran yang dibuat dengan bahan penambah lempung
berasal dari partikel ukuran kecil, lempung (kurang dari 4 mikron) dan luas
permukaannya relatif besar.
Lempung jenis montmorillonit, kaolinit, dan ilit adalah lempung utama yang
digunakan untuk fluida air tawar, tetapi montmorillonit adalah satu-satunya
lempung dari ketiga yang tersedia secara komersial.
Pasir halus 35 - 45
Pasir sedang 45 - 55
Pasir kasar 55 – 65
Kerikill 66 – 75
Kerikil Kasar 75 - 85
c) Yield Point
Besaran gaya tarik menarik antara partikel yang disebabkan muatan positif
dan negative dalam fluida pemboran, besarnya kekuatan menyebabkan
lumpur bersifat “gel” dalam kondisi fluida pemboran tidak bergerak. Yield
point menunjukkan tingkat minimum stres harus dibuat sebelum lumpur
mengalir Satuan dalam lb / 100ft2.
Gambar 3.14. Hubungan Antara Stress - Strain Dan Yield Point Pada Fluida
Pemboran
d) Gel Strength
Fluida umumnya menunjukkan lebih dari satu kondisi fisik. Empat keadaan
fluida pemboran yang umum adalah:
1) Aggregated-Flocculated,
2) Aggregated-Deflocculated,
3) Dispersed-Flocculated,
4) Dispersed-Deflocculated.
Kekuatan gel terbesar terjadi bila fluida berada dalam keadaan dispersed-
flocculated. Misalnya, jika driller telah melakukan pekerjaan menyeluruh
untuk mencampur penambah lempung sehingga platelets terdispersi, dan
fluida pemboran kemudian dibiarkan tetap berada dalam kondisi diam atau
tidak ada sirkulasi, fluida akan mengasumsikan keadaan flokulasi
tersubstitusi yang menyebabkan kekuatan gel meningkat dan kandungan
padatan seragam.
Jika fluida dengan penambah lempung dibiarkan berdiam di lubang bor atau
kolam lumpur untuk beberapa waktu, ia memperoleh kekuatan gel, karena
meningkatnya jumlah pelat lempung yang berjajar berhadapan. Kualitas ini
disebut thixotropy. Apabila fluida dibiarkan untuk tetap terdiam selama
beberapa waktu, kekuatan gel yang terlalu tinggi dapat membutuhkan
begitu banyak tekanan pompa jika ingin melanjutkan sirkulasi, sehingga
fluida dapat dipaksa masuk ke formasi yang retak retak atau lemah.
Kimia air juga mempengaruhi kekuatan gel fluida yang dibuat dengan
penambah lempung. Penggunaan air lunak membantu penambah lempung
mencapai kondisi flokulasi yang baik, sedangkan pada kelompok air sadah
platelet lempung cenderung tetap bersama dan kekuatan gel agak kurang.
e) Filtrasi
Gambar 3.15. Skema Pengaruh Kualitas Air Terhadap Kondisi Gel Strength
Pada Fluida Bentonite Dalam Pemboran
Partikel koloid dan stek yang masuk tersuspensi selama pemboran adalah
komponen penting dari padatan total yang membuat cake filter atau film.
Dengan demikian, sifat filtrasi dari semua fluida pemboran, sebagian,
dipasok oleh bahan yang berasal dari lubang bor.
Pembentukan Mud Cake pada dinding sumur, sebaiknya tipis tetapi mampu
menahan runtuhan dan menahan air masuk ke formasi.
Mud Cake yang terlalu tebal justru menimbulkan masalah Karena akan
lengket di drill pipe dan menyulitkan saat melaksanakan development
sumur.
Gambar 3.16. Filter Cake (= Mud Cake = Cake Saringan) Terbentuk Pada
Dinding Lubang Bor
f) Sifat Pelumasan
Pada mata bor dan drill string pelumasan dimaksudkan agar tidak terjadi
penempelan cutting dan lempung formasi batuan pada mata bor, stabilizer,
drill collar dan drill pipe yang ber potensi menghentikan sirkulasi atau
menyumbat.
a) Air
Zat tunggal paling penting yang terlibat dalam teknologi fluida pemboran. Air
adalah komponen lumpur yang utama (ditinjau dari volumenya).
Sifat air sangat istimewa dibandingkan dengan cairan lainnya, antara lain -
tegangan permukaannya tertinggi, dielektrikkonstane, panas fusi, panas
penguapan dan mempunyai kemampuan superior melarutkan berbagai zat.
Disosiasi garam, asam dan basa terjadi di air. Sifat lumpur pemboran
ditentukan oleh reaksi antara permukaan air dan permukaan lempung dan
efek elektrolit.
b) Bentonit
Minimum 85% lempung montmorilonit): berat jenis 2,45-2,55. Terbentuk
sebagai endapan alam. Terdapat dua macam, bentonit natrium dan bentonit
kalsium. Dari segi performanya juga terdapat betonit tiggi dan bentonit
rendah.
Dosis: (a) 3 sampai 7% tergantung pada sistem lumpur. (b) 7 sampai 10%
untuk menstabilkan pembentukan caving. (c) 8 sampai 11% untuk
kehilangan sirkulasi. Suspensi disiapkan di air tawar karena hidrasinya tidak
terjadi pada air asin.
c) Barite (BaSO4)
Serbuk berwarna abu-abu dengan ukuran butir, 97% bahan lolos melalui
200 mesh saringan; 90 ± 5% bahan lolos 300 mesh saringan, Berat jenis
4.2 - 4.25 hampir tidak larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lumpur lainnya,
Dosis: Sesuai kebutuhan berat jenis. Bahan pemberat lainnya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan berat jenis lumpur menjadi lebih dari 2,2
adalah:
Dosis: 0,1 - 0,2% untuk perbaikan lumpur normal dan 0,8% untuk
melarutkan lignit. Untuk membuat larutan dalam air ditambahkan secara
perlahan lahan karena pada pembuatan larutan berlangsung reaksi
eksotermik.
Maksimum berat jenis dari air asin 1,20. Dosis: minimal 3% untuk
penghambatan.
Apabila oleh karena sesuatu alasan, sehingga sirkulasi lumpur pemboran harus
dihentikan dalam waktu yang cukup lama, pada waktu pekerjaan pemboran
belum selesai, untuk alasan keamanan, maka mata bor dan stang bor harus
segera diangkat dari dasar lubang sumur setidaknya sepanjang 12 meter ke
atas, artinya mata bor diposisikan 12 m diatas dasar lubang bor yang telah
tercapai, hal tersebut guna menghindari tertimbunya mata bor/stang bor
terbawah dari runtuhan, atau endapan lumpur dan lempung selama tidak
berlangsung sirkulasi. Dalam kondisi diam tidak ada sirkulasi, cutting muatan
lumpur dalam lubang bor akan sedikit demi sedikit mengendap, jika
terakumulasi, endapan inilah yang sering menimbulkan masalah tertimbunya
mata bor, drill collar, stabiliser, dan drill pipe bagian bawah, yang umumnya
dikatakan terjepit.
Apabila selama pemboran terjadi perubahan sifat seperti diuraikan diatas, dan
lumpur telah banyak mengandung pasir halus yang sulit mengendap atau
48 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 PERENCANAAN SUMUR BOR
Apabila terjadi mud lost, atau hilangnya lumpur sirkulasi secara tiba tiba, maka
segera diambil langkah langkah pengamanan.diantaranya dengan segera
mengangkat mata bor dan stang bor, dan bila perlu merubah komposisi lumpur
dengan menambahkan bahan additive yang dijelaskan berikutnya.
Electric logging sendiri terdiri dari resistivity logging dan self potential logging.
Walaupun dua macam logging namun kebanyakan keduanya dijadikan dalam
satu alat, karena untuk interpretasinya keduanya saling melengkapi. Kedua
logging ini sering disebut sebagai E-Logging.
Hasil logging yang baik dapat memberikan gambaran rinci tentang karakter dan
ketebalan berbagai perlapisan batuan didalam sumur dan juga dapat
memberikan indikasi kualitas air melalui logging resistivitas dalam lubang
sumur. Hal ini memungkinkan perencana menempatkan screen pada posisi
yang paling diminati dengan akurasi yang jauh lebih baik daripada hanya
mengandalkan deskripsi sampel yang diambil dari cutting hasil pemboran.
Prosedur electric logging, adalah dengan menurunkan satu atau lebih elektroda
yang dihubungkan dengan kabel dan diturunkan masuk ke dalam lubang bor
yang masih berisi fluida pemboran. Kemudian arus listrik dialirkan ke elektroda
ini dan ke elektroda lain yang berada di permukaan tanah dekat sumur. Alat
logging listrik kemudian mengukur kerugian arus antara dua elektroda.
Electroda didalam sumur, saat digerakkan naik atau turun dalam lubang bor,
akan mempengaruhi arus listrik kareana adanya perbedaan media yang
menyebabkan perbedaan resistivitas disepanjang gerakan elektroda tersebut.
Perubahan tahanan listrik dari keseluruhan sirkuit dicatat pada tiap kedalaman
untuk menghasilkan grafik atau kurva yang disebut log listrik, "E" log, atau log
resistivitas.
Perubahan resistivitas terutama disebabkan oleh perbedaan karakter lapisan
bawah permukaan dan kandungan mineral air yang terkandung dalam formasi.
Persyaratan dalam proses logging listrik ini adalah bahwa logging hanya dapat
dilakukan pada lubang bor yang tidak dipasang casing (open holle) tetapi masih
terisi fluida pemboran atau air.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 51
MODUL 7 PERENCANAAN SUMUR BOR
b) Resistivitas Normal
Jika elektroda dengan pengaturan dua elektroda disebut log normal. Bila
spasi atau jarak masing-masing elektroda berukuran 16 in (406 mm) atau
kurang, konfigurasinya disebut short normal ; Jika dipisahkan dengan 64
in (1.630 mm), itu disebut long normal. Jarak dari elektroda arus dan
potensial menentukan kedalaman jangkauan penetrasi ke dalam formasi
pada diameter lubang sumur tertentu. Semakin dalam penetrasi akan
semakin rendah resolusi perlapisan.
Pengaturan tiga elektroda terdiri dari satu elektroda arus dan dua elektroda
potensial di lubang bor. Jarak antara elektroda arus dan potensial adalah
16 dan 64 inci. Karakteristik pembeda dari pengaturan ini adalah bahwa
kedua elektrodes potensial ditempatkan di lubang bor.
c) Perhatikan defleksi ke sisi kiri (negatif) atau ke sisi kanan (positif) baseline
lempung. Formasi yang memiliki defleksi ke kiri umumnya menunjukkan
airtanah yang memiliki aktivitas kimia lebih tinggi daripada formasi yang
memiliki defleksi ke kanan.
f) Garis dasar lempung bisa bergeser secara bertahap atau miring atau tiba-
tiba pada kedalaman tertentu meningkat tanpa alasan yang jelas.
Gambar 3.21. Kurva SP Dan Kurva Resistiviti Ideal yang Menunjukkan Respons
Log-Elektrik Terhadap Perselingan Lapisan Lempung Dan Pasir
casing yang diisi dengan fluida. Oleh karena itu, peralatan sinar gamma dapat
mencatat data sumur yang ada walaupun log asli telah hilang atau hancur.
Deteksi emisi sinar gamma melibatkan dua proses acak. Pertama, sinar
diberikan secara acak oleh mineral radioaktif. Ini berarti bahwa jumlah pulsa
energi yang dipancarkan per detik atau per menit bervariasi dengan nilai
minimum dan maksimum tertentu. Kedua, pulsa yang tidak beraturan ini
bertabrakan dengan elemen pendeteksi dalam probe logging. Tidak semua
pulsa yang dilepaskan oleh bahan radioaktif diukur oleh detektor dan proporsi
yang menyerang detektor bervariasi tidak teratur. Kedua fakta ini dan sifat acak
dari emisi sinar gamma harus dipertimbangkan dalam membaca atau
menafsirkan log sinar gamma.
Unit sinar gamma adalah instrumen sederhana yang beroperasi karena tidak
ada garis permukaan atau pancang yang diperlukan, seperti dalam logging
elektrik semua peralatan yang diperlukan terkandung dalam logger dan probe.
Probe terdiri dari rangkaian penerima dan rangkaian penghitung kilau
(scintilator). Intensitas radiasi dari bahan geologi tertentu diukur dengan jumlah
pulsa yang terdeteksi oleh instrumen per satuan waktu. Intensitas ini dinyatakan
sebagai jumlah rata-rata hitungan per detik atau per menit, dan biasanya selalu
dicatat selama periode tertentu. Periode dimana pulsa atau hitungan dirata-
ratakan disebut konstanta waktu (time constant).
Pemilihan konstanta waktu akan bergantung pada frekuensi emisi gamma,
tingkat probe dinaikkan atau diturunkan di lubang bor, dan resolusi yang
dibutuhkan. Konstanta waktu dan tingkat probe dinaikkan harus
dikoordinasikan dengan benar untuk mendapatkan log yang baik; Artinya,
jumlah yang cukup harus dicatat sepanjang waktu konstan.
Untuk logger otomatis di mana kabel dinaikkan dan diturunkan secara mekanis,
kecepatan kabel diatur sehingga jumlah yang cukup dapat direkam.
Dengan logger yang dioperasikan secara manual, pengukuran diskrit dilakukan
dengan alat tulis probe untuk jangka waktu tertentu pada setiap interval
kedalaman. Dengan jenis sistem logging ini, pengukuran dicatat di lapangan
dan diplot secara manual di kantor.
Untuk menggambarkan pengaruh konstanta waktu, misalkan 400 hitungan
dicatat dalam 20 detik dengan probe diposisikan 200 kaki (61 m) di bawah
tanah. Ini akan mewakili rata-rata 20 hitungan per detik selama periode 20 detik,
atau setara dengan 1.200 jumlah per menit. Jumlah sebenarnya per detik akan
sangat bervariasi dari nilai rata-rata.
Sirkuit elektronik dari logger gamma terdiri dari detektor, catu daya tegangan
tinggi, penguat denyut, regulator voltase, dan timer elektronik. Sebagian besar
dilengkapi dengan scintillation crystal detector - natrium yang diberi thallium
yodida - namun probe ini tidak dapat digunakan pada suhu di atas 500 ° F (260
° C), tergantung pada pabriknya. Di sisi lain, beberapa unit sumur air yang lebih
tua dilengkapi dengan tabung gas Geiger-Mueller (G-M) yang terisi gas sebagai
detektor. Tabung Geiger-Mueller kurang sensitif dibanding probe scintillator,
namun umumnya lebih kecil diameternya.
Sinar gamma yang terdeteksi oleh probe berasal dari bahan dalam jarak dekat
di luar lubang bor. Telah diperkirakan bahwa 90 persen sinar gamma yang
terdeteksi saat logging berasal dari 6 sampai 12 inci (152 sampai 305 mm)
dinding lubang bor. Dengan demikian, volume material yang relatif kecil kira-
kira bulat memberi kontribusi sebagian besar radiasi yang diambil oleh detektor.
Jari-jari bola ini disebut "radius investigasi" dari logger. Lubang bor termasuk
dalam radius penyelidikan. Dengan demikian, ukuran lubang bor dan posisi
probe berhadapan dinding lubang bor memiliki beberapa efek pada pengukuran
sinar gamma.
sinar gamma pada tingkat yang sangat rendah. Biasanya, log gamma-ray
menunjukkan jumlah lebih banyak per menit pada kedalaman yang sesuai
dengan lapisan lempung atau serpih, dan jumlah yang lebih sedikit per menit
pada kedalaman yang sesuai dengan lapisan pasir atau lapisan batupasir jika
pasir sebagian besar adalah kuarsa.
Masalah dalam interpretasi log gamma muncul pada saat pasir mengandung
mineral feldspar dengan proporsi yang tinggi.
Kontras sinar gamma antara lempung dan jenis pasir ini akan menjadi tidak
sebesar antara lempung dan kuarsa. Akibatnya, log tidak mengidentifikasi
lapisan pasir kaya feldspar sejelas mungkin. Ini adalah hal yang penting untuk
diperhatikan di logging sumur di endapan glasial atau dekat sumber batuan
beku, dimana jumlah butir pasir yang signifikan terdiri dari feldspar.
Interpretasi log sinar gamma sangat sulit dimana batu pasir atau formasi lainnya
termasuk fragmen batuan vulkanik, seperti riolit, yang mengandung mineral
radioaktif dalam jumlah relatif tinggi. Biasanya, bijih uranium dan batuan
radioaktif lainnya terjadi di daerah yang sangat kecil.
a) Pipa jambang umumnya untuk irigasi sampai debit 40 l/dt berdiameter 12",
atau sesuai dengan design sumur dan spesifikasi rencana pompa yang
akan dipasang atau rencana debit operasi. Fungsi pipa jambang adalah
sebagai tempat atau jambang pompa yang umumnya berdiameter lebih
besar dari screen, pipa penghantar/ pipa buta.
b) Pipa sebagai penghantar air yang diperoleh dari penyadapan akuifer oleh
screen sering disebut sebagai pipa buta. Diameter dapat 6 ", 5”, 4” dan 3”
SNI sesuai kebutuham. Dapat berupa PVC, Black Mild Steel, atau Fibre
glass (sekarang jarang digunakan).
c) Pipa Saringan diameter dapat 6", 5”, 4” dan 3 “ sesuai kebutuhan, Dapat
berupa PVC, Black Mild Steel, Stainless Steel atau Fibre glass (sekarang
jarang digunakan).Tipe lubang saringan atau slot dapat berupa wire wound
slot, bridging slot, perforated slot, hand cut slot atau celah gergaji tangan,
yang biasa dibuat sendiri.
f) Pipa kantong lumpur, berupa pipa buta berdiameter sama dengan screen
dipasang pada ujung paling bawah konstruksi dan diakhiri dengan tutup
bawah sumur. Fungsi pipa ini untuk menampung endapan baik berupa
pasir, lempung atau benda lain yang mengendap dan tidak ikut terpompa,
suatu saat pada periode operasi pemeliharaan secara berkala endapan ini
dikeluarkan dengan pencucian sumur atau redevelopment.
g) Tutup atas, kunci dan tutup dasar sumur (top cap & bottom plug).Tutup
dasar sumur dapat dibuat dari besi, plastik dan kayu tua yang keras (kayu
tahan lapuk jika terendam terus dalam air)
material karbonat serta material lain yang mudah pecah atau remuk, bentuk
butir membulat tanggung sampai membulat.
i) Penempatan gravel pack ke dalam rongga di antara lubang bor dan pipa
produksi
j) Semen / mortar digunakan untuk menutup bagian lubang bor atas agar tidak
terjadi rembesan dan kontaminasi air permukaan.
Pada akuifer jenis ini jika seluruhnya dipasang screen akan boros.
Pemasanga hanya dilakukan pada lapisan pasir kasar. Untuk lapisan pasir
kasar yang tebal cukup dipasang pada bagian ujung bawah. Untuk lapisan
yang berlapis tipis, dapat dipasang di setiap segmen lapisan.
Pada akuifer bebas kapasitas spesifik yang lebih besar diperoleh dengan
menggunakan saringan (screen) sepanjang mungkin, karena garis aliran
konvergen dan kecepatan masuk melalui saringan (screen) sumur
diminimalkan.Tetapi jika screen dipasang lebih pendek, maka dawdown
akan menjadi lebih besar.
Dalam banyak pemakaiann screen penuh suatu akuifer tebal yang uniform
tidak disarankan, karena disamping mahal juga akan menghasilkan
kecepatan aliran air masuk melalui saringan (screen) sumur menjadi terlalu
lambat.
Pada akuifer tertekan yang homogen dan tebal tidak disarankan untuk
memasang screen penuh seluruh ketebalan, karena tidak ekonomis dan
kecepatan masuk aliran air dri akuifer menjadi sangat lambat, hasil terbaik
jika saringan dibagi menjadi beberapa bagian sama panjang diselingi
dengan blank casing. Dengan membagi saringan tersebut maka efek
konvergensi aliran menjadi kecil agar sumur mempunyai kinerja yang baik.
2) Metode uji permeabilitas (Tes falling head dan constan head, jarang
dilakukan)
(a) Jika kemiringan kurva hasil analisa ukuran butir kira-kira sama,
permeabilitas relatif dua sampel atau lebih diperkirakan sama
dengan kuadrat dari ukuran efektif masing-masing sampel.
Misalnya pasir yang memiliki ukuran butir efektif 0,2 mm akan
memiliki sekitar 4 kali konduktivitas hidrolik pasir yang memiliki
ukuran butir efektif 0,1 mm.
(b) Jika dua sampel memiliki ukuran efektif yang sama, maka sampel
dengan kurva yang memiliki kemiringan paling curam biasanya
memiliki konduktivitas hidrolik terbesar.
Seringkali, panjang saringan dan ukuran celah saringan (slot) ditentukan oleh
karakteristik alami formasi; Dengan demikian diameter saringan adalah sangat
variabel.
Kecepatan masuk sama dengan debit yang diharapkan atau yang diinginkan
dibagi dengan luas total bukaan di saringan. Jika kecepatan masuk lebih besar
dari 0,03 m / det., maka diameter harus diperbesar untuk memperoleh area
terbuka yang cukup sehingga kecepatan masuk menjadi sekitar 0,03 m/det.
Bukaan celah (slot) individu harus berbentuk V, dan melebar ke dalam untuk
mengurangi penyumbatan pada celah (slot) juga dapat mengendalikan
pemompaan pasir (Gambar 3.13.)
Nilai lolos 60 % digunakan di daerah air tanah tidak terlalu korosif, dan atau
adanya keraguan keandalan sampel batuan. Nilai lolos 50 % digunakan pada
daerah dengan air bersifat korosif atau jika ada keraguan keandalan sampel;
nilai lolos 50 % adalah desain yang lebih konservatif.
Secara umum, pemilihan ukuran celah yang lebih besar memungkinkan zona
development yang lebih tebal di sekitar saringan (screen), dan karena itu
meningkatkan kapasitas spesifik. Selain itu, jika airnya bersifat mengkerak.
Pilihan celah (slot) ukuran yang lebih konservatif (misalnya, nilai kelulusan 50%)
dipilih jika ada keraguan keandalan deskripsi sampel; Jika akuifer menutupi
atau ditutupi oleh material halus, material lepas; atau jika waktu development
mahal.
Secara umum, teknik analisis saringan (screen) yang sama dapat digunakan
untuk akuifer heterogen atau berlapis kecuali sebagai berikut:
Gambar 3.31. Sketsa Pemaangan Saringan (A) Bagian Stratigrafi Yang Akan
Dipasang Saringan Dan (B) Sketsa Pemasangan Saringan Yang Menunjukkan
Ukuran Celah
Ukuran celah pada material kasar tidak boleh lebih dua kali lipat ukuran celah
untuk material halus yang ada tepat diatasnya. Menggandakan ukuran celah
(slot) harus dilakukan di atas saringan (screen) naik 2 kaki (0,6 m) atau lebih.
Cara penuangan gravel pack kedalam ruang anulus dilakukan dengan hati-hati,
dengan menggunakan wadah, gayung atau ember dan memasukkanya tidak
hanya dari satu sisi.
Pengisian gravel dilaksanakan hati - hati agar pipa sumur terbungkus secara
merata dengan baik oleh gravel pack mulai dari dasar lubang sumur sampai
pada kedalaman rencana penyemenan (kurang lebih 20 m dari permukaan
tanah).
Volume gravel pack yang telah dimasukkan dicatat dan diukur posisi kedalaman
gravel dalam lubang pemboran. Setelah pengisian gravel cukup maka
penyempurnaan dan development sumur dapat dimulai.
Semua kegiatan dalam pemboran memiliki format format yang dapat dibuat
sesuai kebutuhan atau mengacu contoh terlampir, hasil gambar akhir kegiatan
(as built drawing) digambar sebagai composite well logging yang memuat
semua catatan pemboran termasuk denah lokasinya.
3.16 Latihan
1. Apa yang anda ketahui jika air sirkulasi itu tidak tawar (asam atau alkalis)
atau keruh? Jelaskan!
2. Apa fungsi dari pipa konduktor atau temporary casing) dalam pemboran?
Jelaskan!
3. Mengapa kecepatan penetrasi pemboran perlu dicatat? Jelaskan!
3.17 Rangkuman
Material bahan sumur berupa casing, screen, reducer, bottom plug, centralizer,
gravel pack, semen, kawat las, lem pipa, tutup sumur dan kunci, bahan bakar,
dan pelumas, tangki air, sudah harus siap di lapangan tertata rapi dan aman.
Peralatan pemboran utama berupa mata bor, stang bor, sub-sub penyambung
stang bor, pemberat (drill collar), stabilizer, alat pencampur lumpur (bentonite
mixer),mud balance, marsh funnel, pH meter, dan alat bantu lain harus tersedia
dengan cukup sesuai program pekerjaan.
Lokasi medan kerja harus memudahkan operasional, diamankan dengan
pembatas dan tanda/ rambu, harus tersedia sarana komunikasi. Tempat
Penyimpanan material harus sesuai prosedur standar.
Proses pemboran, pemasangan instalsi, dekripsi contoh (sampel) batuan serta
hal hal penting harus terekam dalam catatan.
Pelaksanaan dan interpretasi hasil logging geofisik harus dilakukan oleh ahli
yang berpengalaman, dan peralatan yang terkalibrasi.
Perencanaan konstruksi sumur dibuat saat lubang bor selesai mencapai target,
dan telah di logging. Desain konstruksi setidaknya harus mengacu hasil korelasi
antara log penetrasi pemboran, log deskripsi sampel batuan, log geofisik serta
acuan sumur didekatnya jika ada.
Desain dan konstruksi harus optimal, mempertimbangkan biaya dan kondisi
lapangan dan hidrogeologis. Pedoman desain dan prosedur pemasangan harus
diikuti disesuaikan dengan kondisi hidrogeologis.
3.18 Evaluasi
1. Pada akuifer tertekan homogen, dijumpai akuifer setebal 9 meter, berapa
meter kah seyogyanya harus dipasang saringan?
a. Seluruh ketebalan
b. Separohnya ketebalan
c. Tigaperempat ketebalan
2. Jika anda harus mendisain sumur, maka pada ujung terbawah instalasi akan
anda pasang apa?
a. Dibiarkan terbuka
c. Penyangga
a. 0,3 meter/detik
b. 0,03 meter/detik
c. 0,003 meter/detik
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Daerah yang cukup air, tidak sulit untuk mendapatkanya, tetapi ketika
kehidupan sama sekali tergantung air dan berada ditempat yang sulit air, maka
upaya sekuat tenaga untuuk mendapatkan air menjadi suatu keniscayaan.
Salah satu upaya, adalah membuat sumur bor untuk kebutuhan air minum,
irigasi bahkan industriawan berani membayar mahal untuk mendapatkanya,
semuanya akan tergantung dengan teknologi untuk mendapatkanya.
Teknologi bervariasi tingkat kesulitan dan kecanggihannya. Pemboran sumur
adalah teknologi yang gampang jika bermain untung untungan di tempat yang
menguntungkan, tetapi menjadi teknologi yang rumit ketika ditempat yang rumit.
Teknologi selalu dibarengi dengan prosedur, dimana prosedur menentukan
sukses tidaknya pekerjaan, atau apapun yang diperoleh, prosedur asal asalan
juga akan dihadiahi hasil seasalnya saja.
Teknologi pemboran sumur berkembang sejalan dengan berkembangnya
peralatan dan bahan, dan juga sejalan dengan berkembangnya kebutuhan dan
pembiayaan.
Teknologi yang tidak sejaman dengan kebutuhan, bahkan yang tidak sejaman
dengan teknologi dan kebutuhan yang tidak seimbang dengan pembiayaan
tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.
Pemboran sumur menuntut prosedur, tata cara, pengalaman dan pencermatan
pelaksanaan, banyak pertimbangan yang diperlukan, lalu banyak perhitungan
yang harus dijawab dan jika telah banyak yang disaksikan, dikerjakan,
diperhitungkan dan dibekali sarana prasarana yang cukup. Mendapatkan air di
daerah yang sulit air adalah menemukan kehidupan.
Ekspresi contoh dari uraian diatas adalah, ketika merencanakan pemboran,
harus ada komunikasi dengan masyarakat, harus ada komunikasi pemahaman
dengan kondisi geohidrologis, cekungan air tanah, karakter mein bor, karakter
bahan pipa casing dan screen untuk menghadapi agresifnya air yang korosif
masih ditambah pula dengan kemahiran, kecerdikan, kecendikiaan dan
pengalaman. Tetapi semua itu perlu prosedur yang benar, contohnya
DAFTAR PUSTAKA
Boonstra, J., 1999. Well Hydraulic and Akuifer Test. In Hand Book of
Groundwater Engineering. Delleur, J. CRC Press LLC. Boca Raton, FL,
USA.
Camppbell, M.D. and Lehr, J.H.,1974. Water Well Technology, National Water
Well Association. McGraw-Hill Book Company, New York, 681 p.
Delleur, J., 1999. The Handbook of Groundwater Engineering, CRC Press LLC
Boca Raton, FL, USA.
Driscoll, F. G., 1986. Ground Water and Wells, 2nd Edition. Johnson Division,
St. Paul, MN, 1089 pages
Fontana, M.G. (1986). Corrosion Engineering, 3rd ed. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Uhlig, H.H. (1985). Corrosion and Corrosion Control, 3rd ed. New York: John
Wiley and Sons.
U.S. Department of the Interior Water and Power Resources Service, 1981,
Ground Water Manual, Revised Reprint, A Wiley-Interscience Publication,
JOHN WILEY & SONS, New York, 480 p
GLOSARIUM
Akuifer atau akuitard Isotropik : Disebut isotropik bila konduktivitas hidroliknya sama
arah di tempat tertentu seperti lapisan pembawa air,
nilainya dengan demikian bebas dari orientasi.
Permeability : Permeabilitas
Sifat media berpori untuk mentransmisikan air. Ini adalah
fungsi dari diameter pori
Phreatic water : Air Freatik ;
Air Tanah freatik
Air di atas batas kapiler yang berada di bawah tekanan.
KUNCI JAWABAN
Jawaban:
Untuk daerah dengan batuan gamping atau batuan yang banyak rekahan
selain metode resitivity (geolistrik) digunakan metoda elektro magnetik. Kalau
hanya menggunakan geolistrik tidak akurat dan untuk dearah tersebut sering
salah.
Jawaban:
Kedalaman Sumur.
a) Tergantung pada berapa lapisan akifer yang akan disadap dan potensi
akifernya.
b) Penentuan Jenis Akifer (Tertekan atau tidak) berdasarkan data log bor.
Jawaban:
Kualitas air tanah, untuk daerah dengan kualitas korosif dipilih pipa bahan
plastik atau metal jenis stainless steel, bukan jenis low carbon.
Pertimbangan lain mungkin diperlukan dengan mengingat kondisi
lingkungan dan keperluanyaa.
ditahan agar tidak runtuh, dan juga tidak terjadi rembesan baik ke permukaan
tanah dari lubang bor, maupun dari lingkungan masuk ke lubang bor.
Beberapa daerah, didalam tanah pada kedalaman dangkal banyak ditemui
berangkal atau boulder yang banyak dikenal sebagai batu mangga yang lepas,
jika pemboran tanpa pipa konduktor sudah mencapai kedalaman yang cukup
dalam, goncangan atau getaran drill string (stang bor dan mata bor) dan mein
bor dapat menyebabkan batu mangga terjatuh menimpa mata bor dan
mengunci sehingga mata bor terjepit tidak dapat diangkat atau diputar, perlu
di ingat bahwa mata bor hanya tajam ke bawah, dan tidak dapat
menghancurkan apa yang menindih diatasnya.
3. Mengapa kecepatan penetrasi pemboran perlu dicatat? Jelaskan!
Jawaban:
Deskripsi sample formasi batuan dikombinasikan dengan penetration log atau
catatan kecepatan pemboran serta interpretasi rekaman electric logging
setidaknya akan dapat menentukan keberadaan lapisan lepung, pasir halus
dan pasir, pemasangan saringan mengacu pada data tersebut. Jika tidak
dicatat penempatan saringan akan keliru dan sumur tidak produktif.