Anda di halaman 1dari 8

EVIDENCED BASED DALAM ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (Antenatal Care)

A. EVIDENCE BASED MIDWIFERY (PRACTICE)


EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan
ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah
dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang
telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan
jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru
kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk
platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan
untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal
mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada
tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang ‘untuk membantu bidan dalam mendorong
maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk
ibu dan bayi ‘(Silverton, 2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi
kebidanan berorientasi komunitas. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian
kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis,
kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan
implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

Menurut Sackett et al. Evidence-based (EB)adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan
demikian, dalam prakteknya, EB memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan
bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk
menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari
pengambilan keputusan klinik.

Jadi secara lebih rincinya lagi, EB merupakan keterpaduan antara :


1. bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence)
2. keahlian klinis (clinical expertise)
3. nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).

Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang
telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari acountable aspek
metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang
diakui.
Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (Bidan) dan
pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya
dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan(Gray, 1997).
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
B. BUKTI KLINIS PADA PELAYANAN KEHAMILAN
Fokus lama ANC :
1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya
untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah
usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi
Pendekatan resiko mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang
akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok
resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya
yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus
pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi
yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
Sementara, bagi Bumil kelompok Resiko Rendah :
• tidak diberi pengetahuan tentang Resti
• tidak dipersiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetri
• Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah
mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang
dapat dilakukannya
• Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko :adalah bahwa setiap bumil beresiko
mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga setiap bumil harus mempunyai
akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu
diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap
wanita hamil.
C. ISI REFOCUSING ANC:
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan
yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial
untuk ibu-bayi).
2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi
dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi,
transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan.
Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC,
IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS
akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan
yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat,
penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi
abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai
jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada
bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
8. Untuk populasi tertentu:
– Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,
– Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah
endemik
-Suplementasi yodium
– Suplementasi vitamin A

D. ISSU – ISSU TERKINI DALAM KEHAMILAN.


1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin
meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara
pasif.
Kecenderungan saats ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam
perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik.
Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik
perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan
kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu.
Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien
maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang
berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi
mereka.

2. ANC pada usia kehamilan lebih dini


Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan
segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil
juga lebih banyak.

3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah
menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:

a) Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :
o Trimester I
Sebelum 14 minggu – Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.
– Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya)
– Membangun hubungan saling percaya
– Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.
– Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).
o Trimester II
14 – 28 minggu – Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
o Trimester III
28 – 36 minggu – Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.
Setelah 36 minggu – Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan
persalinan di RS.

b) Pemberian suplemen mikronutrien :


yang mengandung FeSO4 320 g sebanyak 1Tablet mg (= zat besi 60 tablet/hari mg) dan asam
folat 500 segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus
dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

c) Imunisasi TT 0,5 cc
Interval Lama perlindungan % perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama – –
TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%

HAL-HAL YANG KURANG EFEKTIF DILAKUKAN :

STANDAR ANC MENURUT ARIFIN (1996) MENGENAI STANDAR PELAYANAN.


Pelayanan ANC minimal 5T meningkat menjadi 7T dan sekarang 12 T.
• 5T
a. Tinggi badan
b. Tekanan darah
c. TFU
d. TT
e. Tablet besi
• 7T
a. Tes PMS
b. Temu wicara
• 12 T
a. Test HB
b. TEST PROTEIN URINE
c. PERAWATAN PAYUDARA
d. TES REDUKSI URINE
e. PEMELIHARAAN TINGKAT KEBUDAYAAN.
• 14 T
a. Terapi yodium kapsul
b. Terapi anti malaria.
PERHITUNGAN DJJ
Dahulu perhitungan DJJ adalah dengan 15 detik dikalikan 4. Tapi sekarang perhitungan
dilakukan satu menit penuh.
E. POLA ASUHAN KEHAMILAN
I. Evidence Based Tentang Tradisi Masa Kehamilan :
1. Seorang dukun yang ketika ada masyarakat hamil periksa dan ketika diperiksa diprediksi oleh
si dukun letak janinnya sungsang. Kemudian si dukun melakukan tindakan pemutaran janin
dengan manual. Tindakan ini dilakukan karena diyakini akan merubah posisi janin.
Fakta: Tindakan merubah posisi dengan memutar tidak efektif dilakukan dan berpotensi besar
terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan, karena hal ini erat kaitannya dengan letak plasenta
yang tidak diketahui dukun tersebut. Jika nanti proses pemutarannya salah atau tidak sesuai
dengan keadaan di intra uteri maka akan mengakibatkan perdarahan, rupture plasenta, solutio
plasenta. Sehingga hal ini lebih membahayakan, karena bisa menyebabkan kematian ibu dan
janin.
2. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa
menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi,
penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan
karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena
psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau
menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
3. Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin
terhindar dari marabahaya
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
4. Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam
hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam
terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam
kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
5. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali
pusat.
Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan bayi yang
berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat menyebabkan lilitan tali
pusat karena ibunya terlalu aktif.
6. Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip
seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak
membenci seseorang berlebihan.
7. Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi
oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
8. Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau
sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah
mengeluarkan air liur.
9. Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan
daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar
getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam
askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
10. Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan
makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi
saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
11. Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah.
Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan
ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga
ketimbang ikan mentah.
12. Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini
menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik dan faktor
keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan
terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang
berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
13. Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang
kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi
asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hartanti Bahar Amd,keb dengan judul Kondisi sosial
budaya berpantang makanan dan implikasinya pada kejadian anemia ibu hamil (Studi kasus pada
masyarakat pesisir Wilayah Kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari) Tahun 2010. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil selama masa
kehamilan terdiri atas golongan hewani, golongan nabati dan gabungan dari keduanya (golongan
nabati dan hewani).
Makanan yang dipantang ibu hamil dari golongan hewani adalah cumi-cumi, gurita, kepiting,
daging, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan pari, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan
yang memiliki banyak duri (terundungan) dan telur bebek. Kepercayaan berpantang makan ini
didasarkan atas hubungan asosiatif antara bahan makanan tersebut menurut bentuk atau sifatnya
dengan akibat buruk yang akan ditimbulkan bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil
berpantang makan cumi-cumi sebab cumi-cumi berjalan maju mundur diasosiasikan dengan
proses melahirkan yang sulit di pintu lahir, bayi akan menyulitkan persalinan dengan maju
mundur pada saat proses kelahiran.
Kepiting dilarang karena dikhawatirkan anak akan nakal dan suka menggigit jika besar. Gurita
dilarang sebab bersifat lembek diasosiasikan dengan bayi yang juga akan lemah fisiknya seperti
gurita. Kepiting dan udang yang baru ganti kulit dilarang sebab bertekstur lembek tidak
bertulang diasosiasikan dengan anak yang juga akan lemah tak bertulang jika lahir, begitu juga
dengan ikan pari dipantang karena memiliki tulang lembut dipercayai akan menyebabkan bayi
juga bertulang lembut, daging dipantang karena dikhawatirkan ibu akan kesulitan melahirkan
jika bayinya terlalu sehat, ikan yang bemiliki banyak duri (terundungan) dilarang karena akan
menyebabkan perasaan ibu hamil tidak enak dan menimbulkan rasa panas selama kehamilan,
telur bebek dipantang karena akan menyulitkan persalinan.
Makanan yang dipantang oleh ibu hamil dari golongan nabati adalah mangga macan, durian,
nenas, nangka, sayur rebung, pisang kembar, daun kelor, nangka muda, kelapa muda, pepaya
muda, terong dan tebu.
Ibu hamil berpantang makan mangga macan, durian, nenas, dan nangka karena dianggap bersifat
panas dikaitkan dengan keyakinan dikotomi panas dingin. Ibu hamil dianggap dalam kondisi
dingin sehingga tidak boleh makan makanan yang sifatnya panas sebab dapat menyebabkan
keguguran kandungan pada umur kehamilan muda.
Kelapa muda dipantang pada awal kehamilan karena dapat mengakibatkan keguguran, rebung
dilarang karena dikhawatirkan akan menyebabkan anak memiliki banyak bulu/rambut jika lahir,
pisang kembar dipantang diasosiasikan anak juga akan kembar jika lahir, daun kelor dilarang
karena mengandung getah yang pedis yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran
dikenal dengan sebutan “getah kelor”, juga karena daun kelor yang berakar diasosiasikan dengan
ari-ari bayi yang juga akan berakar.
Ibu hamil berpantang mengkonsumsi nangka muda karena nangka muda juga memiliki getah
yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran. Pepaya muda dipantang karena dapat
menyebabkan gatal-gatal pada ibu hamil dan bayi yang ada didalam kandungan. Terong dilarang
karena juga dapat mengakibatkan gatal-gatal pada ibu dan bayinya. Tebu dilarang karena akan
menyebabkan rasa sakit karena ibu akan mengeluarkan banyak air mendahului proses kelahiran
diasosiasikan dengan tebu yang juga mengandung banyak air.
F. PERAN, FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB BIDAN DALAM ASUHAN KEHAMILAN

1. Peran bidan dalam asuhan kehamilan :


a. Peran sebagai pelaksana
1. Tugas mandiri
2. Tugas kolaborasi
3. Tugas merujuk
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.

b. Peran sebagai pengelola


Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

c. Peran sebagai pendidik


Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Peran sebagai peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
2. Tanggungjawab bidan dalam asuhan kehamilan yang meliputi :
Memberi pelayanan berdasarkan kebutuhan klien
Menjaga kerahasiaan klien
Memberi asuhan kehamilan berdasarkan wewenang bidan.
KESIMPULAN

Dengan adanya Evidence Based maka masyarakat diharapkan dapat membedakan atau memilah
– milah mana mitos – mitos yang menguntungkan dan merugikan dalam kehamilan serta
masyarakat mengetahui alasannya berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan.
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan
7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Issu – issu terkini dalam kehamilan.
Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin
meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara
pasif.
ANC pada usia kehamilan lebih dini
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan
peningkatan yang signifikan.
Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Hani,Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
Ben-Zion, Taber. 1998. Kegawatdaruratan Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta: ECG.

https://www.academia.edu/3636516/Evidence_Base-

Midwifery_Materi_AJAR_D4_Stikes_BPM

https://oshigita.wordpress.com/tag/evidence-based-midwifery/

Anda mungkin juga menyukai