Anda di halaman 1dari 2

PARASIMPATOLITIKA

Parasimpatolitika adalah obat yang bekerja pada


saraf parasimpatis. Parasimpatolitika merupakan obat yang memiliki ketertarikan (afinitas) yang tinggi.
Ketertarikan antara obat dan reseptor sangat kuat, namun tidak menstimulasi karena tidak mempunyai
kerja obat atau hanya menempel saja. Jika terdapat asetilkolin, maka asetilkolin akan didorong keluar
sehingga asetilkolin tidak dapat masuk. Dengan kata lain, Obat ini bekerja
menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan menurunkan fungsi saraf parasimpatis. Contoh obatnya
yaitu berasal dari alkaloid belladonna seperti atropin dan skopolamin.

STRUKTUR PARASIMPATOLITIK
Struktur parasimpatolitik dibentuk oleh gabungan dua cincin yaitu cincin pyrolidin dan
cincin piperidin. Gabungan keduanya membentuk isomer cis sehingga disebut No.-atropan.
Obat parasimpatolitik dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Sumber dari alam
Obat ini merupakan yang murni dari alam tanpa diproses secara kimiawi. Obat yang
bersumber dari alam secara struktur terdapat kerangka dasar (No-atropan) yang
berbentuk planar dan terdapat rantai samping gugus asil (R-CO). Contoh obatnya antara lain atropin
dan skopolamin yang berasal dari alkaloid belladonna.
b. Hasil Sintesis
Obat hasil sintesis adalah obat yang berasal dari tumbuhan/hewan namun diproses secara
kimiawi. Secara struktur, tidak terdapat kerangka dasar (No-atropan) tetapi terdapat gugus asil (R-
CO). Contoh obatnya Tropikamid dan Oksefenium Bromida.
Ikatan antara Oksefenium Bromida dengan reseptor berdasarkan ikatan ionik yaitu adanya
nitrogen kuartener. Aktivitas senyawa dengan L (levo) hiosiamin lebih kuat daripada D (dekstra)
sehingga jika menempel reseptor akan penuh
FARMAKOLOGI
a. Kejang (spasmolisis) otot polos yaitu pada saluran cerna, pembuluh darah dan jantung.
b. Menghambat sekresi kelenjar yaitu terhambatnya pengeluaran air liur sehingga mulut menjadi
kering.
c. Pelebaran pupil mata
d. Frekuensi jantung menjadi lebih cepat
Obat parasimpatolitik berkhasiat terhadap kejang-kejang pada Gastrointestinal (lambung),
saluran empedu, dan saluran urin juga uterus. Selain itu dapat juga digunakan untuk
refleks vagus yaitu refleks yang disebabkan karena adanya pada
saraf vagus dan menurukan pengeluaran lendir dari saluran penapasan.

IDENTIFIKASI
Obat parasimpatolitika seperti atropin dan skopolamin dapat diidentikasi dengan menggunakan
metode Vital Morin yaitu alkaloid tropan dengan asam nitrat berasap akan membentuk 4-nitrotropat.
Cara pengerjaannya yaitu dengan diuapkan terlebih dahulu pada cawan poselin dimasukkan atropin lalu
tambahkan air kemudian ditampung uap asam nitrat pekat kemudian dipanaskan diatas waterbath.
Pengerjaannya harus dilakukan pada lemari asam. Jika tidak dilakukan pada lemari asam, maka akan
sangat berbahaya jika sampai terhirup. Efeknya jika terhirup yaitu peradangan padan mata dan saluran
nafas. Karena sangat bersifat korosif.

SIMPATOMIMETIKA LANGSUNG
Simpatomimetika langsung adalah obat yang bekerja pada saraf simpatis. Obat ini sebut juga obat
adrenergik. Pada simpatomimetika langsung terdapat senyawa katekolamin. Katekolamin merupakan
senyawa yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Katekolamin adalah senyawa yang mempunyai
struktur katekol (suatu struktur aromatik dengan dua gugus hidroksil) terhubung dengan
suatu amina.Katekolamin penting pada manusia adalah adrenalin, noradrenalin, dan dopamin.

PEMBENTUKAN ADRENALIN
Terdapat 3 fase yaitu :
a. Fase Dopaminergik neuron
Pada fase ini, Tirosin akan dikatalisis oleh
enzim tirosin hidroksilase menjadi dihidroksifenilalanin (dopa). Dihidroksifenilalanin kemudian
dikatalisis oleh enzim dopamine dekarboksilase menjadi dopamin.
b. Fase Noradrenergik neuron
Pada fase kedua ini, Dopamin akan dikatalisis oleh enzim dopamine-ß-
hidoksilase menjadi noradrenalin.
c. Fase nebennierenmark
Noradrenalin kemudian dikatalisis oleh enzim feniletanolamin-N-metil transferase hingga
menjadi adrenalin. Jika tidak terdapat N-metil transferase makan noradrenalin akan tetap
menjadi noradrenalin

Anda mungkin juga menyukai