Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN BAHAN KULIAH

METODE FARMAKOLOGI
Oleh : Kus Haryono
Sistem Saraf Otonom

Disusun oleh:
Nurmayanti Mahmud
H51107049

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008

Sistem saraf otonom


Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang

tidak dapat

dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom


mengendalikan beberapa organ tubuh seperti jantung, pembuluh darah, ginjal
pupil mata, lambung dan usus. Sistem saraf ini dipacu (induksi) atau
dihambat (inhibisi) oleh senyawa bioaktif.
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf
parasimpatik dan sistem saraf simpatik. Pada sistem saraf parasimpatik,
mekanisme

kerjanya

(neurotransmitor/neurohormon)

menggunakan
yang

suatu

disebut

zat

asetilkolin

kimia
untuk

menghantarkan impuls saraf ke organ atau saraf berikutnya, sehinga saraf ini
disebut juga saraf kolinergik. Saraf simpatik menggunakan adrenalin sebagai
neurotransmitornya sehingga disebut juga saraf adrenergik.
Senyawa yang dapat memacu saraf parasimpatik disebut senyawa
parasimpatomimetik atau kolinergik, sedangkan yang menghambat disebut
senyawa parasimpatolitik atau antikolinergik. Sebaliknya senyawa yang
memacu saraf adrenergik disebut senyawa simpatomimetik atau senyawa
adrenergic, dan yang menghambat nya disebut senyawa simpatolitik atau
antiadrenergik.

AKTIVITAS BIOLOGIK SENYAWA BIOAKTIF KOLINERGIK DAN


ANTIKOLINERGIK.
A. Senyawa Parasimpatik
Pada pemberian senyawa kolinergik atau ineuksi saraf parasimpatik
akan menyebabkan:
1. Pupil mata menyempit (miosis)
2. Peristalsis saluran cerna meningkat
3. Sekresi asam lambung meningkat
4. Tremor dan kejang otot (gejala parkinsonisme)
5. Bronkus kontraksi (menyempit)
6. Kontraksi jantung melambat (Bradikardi)
7. Pembuluh darah tepi melebar (vasodilatasi)
8. Kelenjar ludah, keringat, dan air mata meningkat
9. Kapasitas kandung kemih berkurang (diuresis)
Efek parasimpatik terhadap otot polos dan kelenjar disebut efek
muskarinik (mirip efek alkaloid muskarin), yaitu semua efek yang tersebut
diatas dan biasanya disebut juga sebagai reseptor muskarinik. Senyawa
bioaktif yang mempunyai efek utama muskarinik adalah alkaloid pilokarpin.
Efek saraf parasimpatik pada otot rangka disebut efek nikotinik (mirip
efek alkaloid nikotin) dengan reseptor nikotinik. Efek nikotinik berlawanan
dengan efek muskarinik, bahkan menyerupai efek adrenergik, yaitu
vasokonstriksi,

tekanan

darah

meningkat,

memacu

jantung,

dan

perangsangan sistem saraf pusat. Senyawa bioaktif yang memiliki efek


utama nikotinik adalah neostigmin dan piridostigmin.
Senyawa kolinergik terbagi atas 4 golongan, yaitu:
1. Ester kolin atau senyawa ester asetilkolin, terdiri dari:
a. kolin klorida (tidak digunakan lagi dalam terapi)
b. asetilkolin klorida (tidak digunakan lagi dalam terapi)
c. metakolin klorida (digunakan dalam terapi)
d. karbakol klorida
e. betanekol klorida
2. Antikolinesterase adalah senyawa yang dapat menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase, yaitu enzim yang dapat menghidrolisis asetilkolin
sehingga efek farmakodinamik tidak lama. Jika enzim ini dihambat maka
kerja asetilkolin endogen dapat bekerja lebih lama.
Efek samping
Efek samping senyawa kolinergik sesuai dengan efek farmakodinamik
nya, misalnya pada saluran cerna terjadi mual, diare, muntah, sekresi ludah,
air mata dan keringat berlebih (bradikardi) dan bronkokonstriksi.

B. Senyawa Parasimpatolitik
Senyawa

parasimpatolitik

atau

antikolinergik

dibedakan

atas

antimuskarinik dan antinikotinik. Antimuskarinik adalah senyawa bioaktif yang


menghambat efek parasimpatis terhadap otot polos dan kelenjar, sedangkan
antinikotik menghambat efek saraf parasimpatis terhadap otot rangka.
Karena yang mempunyai efek farmakologi yang penting adalah efek
antimuskarinik.
Efek farmakodinamik senyawa parasimpatolitik/ Antimuskarinik:
1. Pada sistem saraf pusat: merangsang sistem saraf pusat
2. Pada saluran napas: mengurangi sekret hidung dan mulut
3. Pada kardiovaskuler: menimbulkan bradikardi dengan dosis kecil,
takikardi dengan dosis besar.
4. Pada saluran cerna: menghambat peristalsis lambung dan usus
(antispasmodik)
5. Pada kelenjar eksokrin: menghambat sekresi air liur, keringat dan air
mata.
6. Pada mata: pupil mata melebar (midriasis), air mata berkurang.
7. Pada saluran kemih: sulit buang air kemih

FARMAKODINAMIK SENYAWA SIMPATIK DAN SIMPATOLITIK


A. Senyawa simatik/Adrenergik
Efek farmakodinamik dari senyawa simpatik atau adrenergik terhadap
sistem saraf dan organ tubuh ada dua macam yang tergantung pada
reseptornya. Efek ini memacu atau menghambat. Reseptor adrenergik
terbagi dua yaitu reseptor A dan reseptor B.
Efek senyawa adrenergik terhadap tubuh antara lain:
1. Pupil mata melebar (midriasis)
2. Bronkus membesar (bronkodilatasi)
3. Kontraksi jantung cepat (takikardi)
4. Pembuluh darah tepi menyempit (vasokontriksi)
5. Kelenjar ludah dan keringat berkurang
6. Peristalsis otot usus dan lambung berkurang
B. Senyawa simpatolitik/Antiadrenergik
Senyawa golongan ini dibedakan menjadi beberapa subgolongan
berdasarkan penghambatnya terhadap reseptor adrenergic. Subgolongan
tersebut adalah antagonis adrenoseptor A atau A-bloker dan antagonis
adrenoseptor B atau B-bloker.
Efek farmakodinamik keduanya adalah sama, yaitu vasodilatasi yang
menyebabkan tekanan darah turun.

Efek samping
1. Gagal jantung dapat terjadi pada penderita

gagal jantung, infark

miokard.
2. Brodiaritmia: bradikardi, terutama bersama verapamil, digitalis, atau dosis
berlebihan.
3. Bronkospasme: sebaiknya tidak digunakan pada penderita asma,
bronchitis kronik, alergi berat.
4. Hipoglikemi: B-bloker menghambat gliogenesis sehingga dapat terjadi
hopoglikemik.

Anda mungkin juga menyukai