Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH GEOLOGI TEKNIK

UJI FISIK DAN UJI MEKANIK TANAH DAN BATUAN

Disusun Oleh :
Muhammad Tri Rizki 21100113140062
Alif Akbar 21100113130063
Brahma Gilidian 21100113140064
Mohammad Bagus Pranata 21100113130065
Kurnia Sandi Mahardika 21100113140066
Nicholas Bastian 21100113130068
Ramadhika Abiyoga Perkasa 21100113140070
Reyhan Naufal Julias 21100113130072
Kevin Alexander 21100113140073
Dina Kusumawardani 21100113140076

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
NOVEMBER 2015
UJI FISIK DAN UJI MEKANIK TANAH DAN BATUAN

Mekanika tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari
perilaku tanah dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang
disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja. Sedangkan Teknik Pondasi merupakan
aplikasi prinsip-prinsip Mekanika Tanah dan Geologi yang digunakan dalam
perencanaan dan pembangunan pondasi seperti gedung, jembatan, jalan, bendung
clan lain-lain. Oleh karena itu perkiraan dan pendugaan terhadap kemungkinan
adanya penyimpangan dilapangan dari kondisi ideal pada mekanika tanah sangat
penting dalam perencanaan pondasi yang benar.
Mekanika batuan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
perilaku (behavior ) batuan baik secara teoritis maupun terapan, merupakan cabang
dari ilmu mekanika yang berkenaan dengan sikap batuan terhadap medan – medan
gaya pada lingkungannya. (US National Committee On Rock Mechanics, 1984).
Perbedaan dari batu dan tanah sendiri adalah batu merupakan kumpulan butir
butir mineral alam yang saling terikat erat dan kuat. Sehingga sukar untuk
dilepaskan. Sedangkan tanah merupakan kumpulan butir butir mineral alam yang
tidak melekat atau melekat tidak erat, sehingga sangat mudah untuk dipisahkan.
Sedangkan Cadas adalah merupakan peralihan antara batu dan tanah.
Agar suatu bangunan dapat berfungsi secara sempurna, maka seorang ahli
geoteknik harus bisa membuat perkiraan dan pendugaan yang tepat tentang kondisi
tanah atau batuan yakni dengan melakukan pengujian di laboratorium.
Batuan dan tanah mempunyai sifat tertentu dan dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
1. Sifat Fisik
2. Sifat Mekanik
1. Uji Laboratorium Tanah
Sifat-sifat fisik tanah dapat dipelajari dari hasil uji laboratorium pada
contoh-contoh tanah yang diambil dari pengeboran. Hasil-hasil pengujian yang
diperoleh dapat digunakan untuk menghitung kapasitas dukung dan penurunan.
Kecuali itu, data laboratorium dapat pula memberikan informasi mengenai
besarnya debit air yang mengalir ke dalam lubang galian fondasi, perilaku tanah
dalam mengalami tekanan, dan kemungkinan penanggulangan air pada
penggalian tanah fondasi.
Kondisi lapisan tanah di lapangan bervariasi, karena itu, jumlah contoh
tanah yang terlalu sedikit akan memberikan analisis data yang hasilnya
meragukan. Secara umum, pengujian di laboratorium yang sering dilakukan
untuk perancangan fondasi adalah :
1.1 Uji Fisik Tanah
Sifat fisis dan morfologi tanah merupakan satu kesatuan. Morfologi
tanah umumnya diamati dan dipelajari di lapangan. Sifat fisi tanah adalah
karakteristik tanah yang diukur dan diteliti di Laboratorium dengan
mengambil contoh tanah di lapangan. Sifat fisis dan morfologi tanah
yang dimaksud antara lain warna, tekstur, struktur, berat spesifik, kadar
air, konsistensi, dan porositas.
a. Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah
dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah
merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena
mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan
warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih
(Syarief, 1979). Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan
dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut,
iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen,
1978).
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari partikel-partikel atau
fraksi- fraksi primer tanah, yaitu pasir, debu, liat dan lempung atau
dilapangan dikenal dengan rasa kekasaran atau kehalusan dari tanah. Jika
beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka
hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel
partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloid,
sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar.
c. Struktur tanah
Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer
seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat, yang satu agregat
dengan lainnyadibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang
terbentuk secara alami disebut ped, sedangkan bongkah tanah hasil
pengolahan tanah disebut clod

Tabel 1.Klasifikasi Ukuran Struktur Tanah


d. Pengujian Kadar air
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah
karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air,
atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau
ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Pemeriksaan kadar air di lapangan dilakukan pada contoh tanah tak
terganggu yang dikirim ke laboratorium. Dengan membandingkan hasil-
hasilnya dengan hasil yang diperoleh dari uji batas plastis dan batas cair,
dapat disusun program uji kuat geser tanah. Selain itu, karena umumnya
tanah lunak berkadar air tinggi, pemeriksaan kadar air berguna untuk
meyakinkan kondisi tanah lunak tersebut. Pemeriksaan kadar air, biasanya
merupakan bagian dari uji kuat geser tanah.
e. Berat Spesifik
Harga berat spesifik butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhkan
dalam bermacam macam keperluan perhitungan dalam mekanika
tanah. Harga-harga itu dapat ditentukan secara akuran di laboratorium.
Tabel 2. Berat Spesific Tanah

Berat Spesifik (Bulk density) tanah menunjukkan perbandingan


antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori
tanah.
Bulk density = berat tanah kering (g) : volume tanah (cc)
Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin
sulit dilalui air dan ditembus akar tanaman.
f. Konsistensi Tanah
Konsitensi tanah menunjukan kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Berikut
Istilah- istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsistensi tanah :
- Tanah basah : tidak lekat, lekat, tidak platis dan plastis
- Tanah Lembab : mudah lepas, mudah pecah
- Tanah kering : lepas, halus, keras
g. Porositas
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh
udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk
menentukan porositas,contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air
sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara
keadaan jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang
pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada kondisi
jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).

1.2 Uji Mekanik Tanah


a. Analisis butiran
Uji analisis ukuran butir tanah dilakukan untuk keperluan
klasifikasi. pengujian dilakukan melalui analisis saringan dan sedimentasi
atau analisis hidrometer, untuk memperoleh kurva gradasinya.
b. Batas plastis dan batas cair
Pengujian ini dilakukan pada tanah kohesif untuk maksud
klasifikasi dan untuk estimasi sifat-sifat teknisnya. Grafik plastisitas dari
casagrande dapat digunakan untuk memperkirakan kompresibilitas tanah-
tanah lempung dan lanau. Dalam menggunakan grafik plastisitas, perlu
diketahui apakah tanah berupa tanah organik atau anorganik, yang
biasanya dapat diketahui dari warnanya yang gelap dan baunya seperti
tanaman yang busuk bila tanahnya organik. Bila terdapat keragu-raguan
mengenai tanah organik ini, uji batas cair dilakukan pada contoh tanah
yang telah dipanaskan dalam oven. Jika setelah pengeringan, nilai batas
cair tereduksi sampai 30% atau lebih, maka tanah adalah tanah organik.
Prosedur yang umum dipakai adalah dengan melakukan uji batas plastis
dan batas cair pada contoh tanah yang dipilih (yang jumlahnya tidak
begitu banyak) dari tiap-tiap macam tanah yang mewakili, yang diperoleh
dari lubang bor. Dengan membandingkan hasil-hasilnya dan mengeplot
hasil-hasil tersebut ke dalam grafik plastisitas, variasi macam tanah dapat
diklasifikasikan. Dari sini, secara kasar dapat diketahui sifat
kompresibilitanya, dan kemudian, pada contoh-contoh tanah yang dipilih,
dilakukan percobaan konsolidasi jika dibutuhkan.
c. Uji triaksial
Dalam perancangan fondasi, uji triaksial terbatas hanya
dilakukan pada tanah-tanah lempung, lanau, dan batuan lunak. Umumnya,
pengujian ini tidak dilakukan pada tanah pasir dan kerikil, karena sulitnya
memperoleh contoh tanah tak terganggu. Walaupun pengambilan contoh
tanah pasir sudah diusahakan sangat hati-hati, namun pada pelepasan
contoh tanah dari dalam tabung, tanah akan berubah atau terganggu dari
kondisi aslinya. Hal terbaik yang dapat dilakukan hanyalah dengan
mengukur berat volumenya, yaitu dengan cara menimbang contoh pasir
dalam tabung lalu diukur berat volumenya. Kemudian, pengujian geser
dilakukan pada contoh tanah yang dibuat mempunyai berat volume yang
sama. Pada tanah pasir, lebih baik jika sudut gesek dalam (j) secara
empiris diukur dari uji lepangan, seperti uji SPT atau uji penetrasi kerucut
statis (sondir). Kuat geser tanah lempung yang digunakan untuk hitungan
kapasitas dukung tanah dapat diperoleh dari pengujian triaksial tak
terdrainasi (undrained)
d. Uji tekan bebas
Pengujian ini berguna untuk menentukan kuat geser tak
terdrainasi pada tanah lempung jenuh yang tidak mengandung butiran
kasar, yang akan digunakan dalam hitungan kapasitas dukung.
e. Uji geser kipas
Uji geser kipas lebih banyak dilakukan di lapangan daripada di
laboratorium. Namun, uji geser kipas di laboratorium sangat berguna bila
tanah sangat sensitif dan lunak yang menyulitkan dalam pemasangan
contoh tanah pada waktu dilakukan uji tekan-bebas.
f. Uji konsolidasi
Pengujian ini hanya dilakukan untuk jenis tanah berbutir halus
seperti lempung dan lanau dan digunakan untuk mengukur besarnya
penurunan konsolidasi dan kecepatan penurunan. Pengujian dilakukan pada
alat oedometer atau konsolidometer. Dari nilai koefisien konsolidasi(Cv)
yang dihasilkan, dapat ditentukan kecepatan penurunan bangunannya. Data
hubungan beban dan penurunan diperoleh dari penggambaran grafik
tekanan terhadap angka pori. Dari sini, dapat diperoleh koefisien
perubahan volume (mv) atau indeks pemampatan (Cc), yang selanjutnya
digunakan untuk menghitung estimasi penurunan akibat beban bangunan.
Uji konsolidasi bisa tidak dilakukan bila tanahnya berupa
lempung terkonsolidasi sangat berlebihan karena pada jenis tanah lempung
tersebut, sepanjang beban yang diterapkan tidak sangat berlebihan,
penurunan yang terjadi sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
g. Uji permeabilitas
Uji permeabilitas dilakukan pada contoh tanah tak terganggu. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang harus dipompa pada
penggalian tanah fondasi.
h. Analisa bahan kimia
Analisa bahan kimia dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
kandungan bahan kimia dari air tanah yang dapat merusak fondasi beton,
turap baja, atautiang pancang baja. Bila fondasi berupa bahan baja,
biasanya cukup dengan menentukan nilai pH dan kandungan klorida pada
tanah dan air tanahnya. Untuk fondasi beton, umumnya perlu ditentukan
kandungan sulfatnya dan bila tanah mengandung banyak bahan organik,
disarankan untuk menambahkan uji pH dan penentuan presentase
kandungan bahan organiknya.
i. Uji Triaxial
Uji geser triaksial adalah uji yang paling dapat diandalkan untuk
menentukan parameter tegangan geser. Pengujian ini adalah salah satu
pengujian yang terpenting dalam mekanika batuan untuk menentukan
kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh yang digunakan
berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.
Dari hasil pengujian triaksial dapat ditentukan :
 Strength envelope (kurva instrinsic) atau selubung kekuatan
 Kuat geser atau shearstrength
 Sudut geser dalam, φ
 Kohesi, c
Pada uji ini umumnya digunakan sebuah sample batuan kira-kira
berdiameter 1,5 inc (38,1 mm) dan panjang 3 inc (76,2 mm). benda ujit
ersebut ditutup dengan membrane karet yang tipis dan diletakkan didalam
sebuah bejana selinder dari bahan plastic yang kemudian bejana tersebut
diisi dengan air atau larutan gliserin. Didalam bejana,benda uji tersebut
akan mendapat tekanan hidrostatis.untuk menyebabkan terjadinya
kerutuntuhan geser pada benda uji, tegangan aksial (vertikal) diberikan
melalui suatu piston vertical (tegangan ini biasanya juga disebut tegangan
deviator).

Gambar 1. Alat Uji Triaxial

Untuk pembebanan vertical dapat dilakukan dengan dua cara antara lain:
1. Dengan memberikan beban mati yang berangsur-angsur ditambah
(penambahan setiap saat sama) sampai benda uji runtuh (deformasi
arah aksialakibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji
ukur/dial gage)
2. Dengan memberikan deformasi arah aksial (vertical)dengan
kecepatan deformasi yang tetap dengan bantuan gigi-gigi mesin
atau pembebanan hidrolis. Cara ini disebut juga sebagai uji
regangan terkendali.
Beban aksial yang diberikan diukur dengan bantuan sebuah proving ring
(lingkaran pengukur beban) yang berhuhubungan dengan piston vertical.
Alat ini juga dilengkapi dengan pipa-pipa untuk mengalirkan air ke dan
dari dalam sample tanah dimana pipa-pipa tersebut juga berguna sebagai
sarana pengukur tegangan air pori (pada kondisi uji).

Gambar 2. Alat Uji Triaxial

 Sampel dimasukan kedalam silinder yang dibagian sampingnya dimana


kemudian dari atas diberikan gaya P sebagai σ1 yang berangsur angsur
naik.
 Pembacaan dengan lingkaran Mohr, dilakukan dengan cara melakukan
percobaan sebanyak 3 kali dan akan menghasilkan 3 data σ1dan σ3.
Kemudian dilakukan penggambaran lingkaran sesuai data σ1dan σ3, dan
ditarik garis singgung antara lingkaran lingkaran tersebut. Garis
singgung yang memotong garis S adalah nilai kohesi (c) sedangkan nilai
sudut geser dalam diambil dari sudut yang dibentuk oleh garis singgung
dan garis mendatar
Gambar 3. Diagram Moht

Dalam uji geser triaksial ada tiga tipe standar yang biasa nya
dilakukan yaitu:
1. Consolidated drained test (CD test)
Consolidated drained test atau uji air-teralirkan terkonsolidasi
biasanya dilakukan dengan cara benda uji diletakan dari segala arah
dengan tegangan penyekap dengan cara memberikan tekanan pada
cairan dalam silinder. Setelah penyekap dilakukan, tegangan air pori
dalam benda uji menjadi naik. Kenaikan air pori dapat dinyatakan
dalam bentuk parameter tak berdimensi. Untuk tanah-tanah yang jenuh
air, parameter tegangan pori sama dengan nol apabila pada hubungan
dengan pipa aliran (drainage) tetap terbuka, akan terjadi disipasi akibat
kelebihan tegangan airpori, dan kemudian terjadi konsolidasi lama
kelamaan kohesi mengecil menjadi nol. Pada tanah yang jenuh air
perubahan volume dari benda uji yang terjadi selama proses
konsolidasi dapat ditentukan dari besarnya volume airporiyang
mengalir keluar. Beban tengangan deviator, pada benda uji
ditambahkan dengan lambat sekali (kecepatan penambahan beban
sangat kecil). Selama pengujian ini pipa aliran dibiarkan terbuka
dengan demikian penambahan beban tegangan deviator yang sangat
perlahan-lahan tersebut memungkinkan terjadinya dispasi penuh dari
tegangan air pori sehingga dapat diciptakan selama pengujian.
Pengujian yang sama pada sample tanah dapat dilakukan
beberapa kali dengan tekanan penyekap yang berbeda-beda.bila harga
tegangan-tegangan utama besar dan kecil pada setiap uji tersebut dapat
diketahui, maka kita dapat menggambar lingkaran-lingkaran mohrnya
sekaligus didapat pula garis keruntuhannya (failure envelope).

Gambar 4. Diagram Mohr

Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb


Bila suatu titik pada sembarang bidang dari suatu massa tanah
memiliki tegangan geser yang sama dengan kekuatan gesernya, maka
keruntuhan akan terjadi pada titik tersebut. Kekuatan geser tanah pada
bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai parameter kuat geser,
yang berturut-turut didefinisikan sebagai kohesi (cohesion intercept
atau apparent cohesion) dan sudut tahanan geser (angle of
shearing resitance).
Berdasarkan konsep dasar Terzaghi, tegangan geser pada
suatu tanah hanya dapat ditahan oleh tegangan partikel-partikel
padatnya. Kekuatan geser tanah dapat juga dinyatakan sebagai fungsi
dari tegangan normal efektif. Dengan demikian keruntuhan akan
terjadi pada titik yang mengalami keadaan kritis yang disebabkan
oleh kombinasi antara tegangan geser dan tegangan normal efektif.
Selain itu, kekuatan geser juga dapat dinyatakan dalam
tegangan utama pada keadaan runtuh dititik yang ditinjau. Garis yang
dihasilkan oleh persamaan pada keadaan runtuh merupakan garis
singgung terhadap lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan
tegangan dengan nilai positif untuk tegangan tekan.
Kondisi terkonsolidasi lebih pada benda uji akan terjadi bila
suatu sapel tanah lempung yang pada mulanya dikonsolidasi dengan
tekanan penyekap yang sama besardan kemudian dibolehkan
mengembang dengan menurunkan tegangan penyekap menjadisama
besar. Garis keruntuhan yang dihasilkan dari uji triaksial kondisi air
air teralirkan pada sample tanah lempung terkonsolidasi lebih akan
membentuk cabang dan mempunyai sudut yang lebih kecil dan
memotong sumbu vertical pada suatu harga sebesar harga kohesi dari
tanah tersebut.
Pelaksanaan uji geser triaksial dengan metode air teralilirkan
terkonsolidasi pada tanah lempung biasanya memerlukan beberapa
hari untuk setiap benda uji. Hal ini disebabkan karena kecepatan
penambahan tegangan deviator lambat sekali agar dapat menghasilkan
kondisi air teralirkan sepenuhnya dari dalam benda uji. Inilah
sebabnya mengapa uji triaksial cara CD tidak umum dilakukan (uji CU
dan UU lebih disukai).
2. Consolidated undrained test (CU test)
Uji CU merupakan uji triaksial yang paling umum
dipakai.Dimana pada uji ini sample tanah yang jenuh air mula-mula
dikonsolidasi dengan tekanan penyekap yang sama dari segala penjuru
dalam bejana yang berisikan fluida. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya pengaliran air dari sample tanah keluar. Sesudah tegangan
airporiakibat pemberian tekanan penyekap telah seluruhnya terdipasi,
tegangan deviator pada sample tanah kemudian ditambah sampai
menyebabkan keruntuhan pada sample tanah tersebut.
Selama fase ini berlangsung, hubungan draenase (pengaliran
air) dari dan ke dalam sample tanah harus dibuat tertutup (drainase ini
terbuka pada fase konsolidasi). Karena tidak mungkin terjadi
pengaliran air, maka pada saat pembebanan ini akan terjadi kenaikan
teganganpori. Selama uji berlangsung diadakan pengukuran terus
menerus.
Pada tanah pasir lepas (renggang) dan tanah lempung
terkonsolidasi normal, tegangan airporiakan membesar dengan
bertambahnya regangan tadi sedangkan untuk tanah pasir padat dan
lempung terkonsolidasi libih, tegangan airporiakan membesar dengan
bertambahnya regangan sampai suatu batas tertentu. Kemudian
setyelah itu tegangan airporimenjadi negative (relative terhadap
tekanan atmosfer). Hal ini dikarernakan tanahnya yang mengembang.
Pada uji ini berbeda dengan uji air mengalir-terkonsolidsasi,
harga tegangan total dan tegangan efektif padda uji air termampatkan-
terkonsolidasi tidak sama. Pada uji ini harga tegangan airporipada saat
terjadi keruntuhan langsung daspat diukur. Pada uji ini juga dapat
dilakukan padas sample tanah yang berbeda, dengan tegangan
penyekap dibuat berbeda-beda untuk menentukan parameter kekuatan
geser tanah tersebut.
3. Unconsolidated Undrainned test (UU test)
Pengujian Triaksial UU adalah suatu cara untuk pengujian kuat
geser tanah. Pengujian Triaksial tipe UU tersebut untuk mendapatkan
nilai kohesi (c) dan E tersebut yaitu dengan lingkaran Mohr dan
regresi linier.
Pada pengujian Triaksial tipe UU Unconsolidation-Undrained)
benda uji mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel
kemudian dibebani dengan beban normal, melalui penerapan tegangan
deviator sampai mencapai keruntuhan. Pada penerapan tegangan
deviator selama penggeserannya tidak diijinkan air keluar dari benda
ujinya dan selama pengujian katup drainasi ditutup. Karena pada
pengujian air tidak diijinkan mengalir keluar, beban normal tidak
ditransfer ke butiran tanahnya. Keadaan tanpa drainasi ini
menyebabkan adanya tekanan kelebihan tekanan poridengan tidak
ada tahanan geser hasil perlawanan dari butiran tanahnya.
j. Direct Shear
Percobaan Geser Langsung merupakan salah satu jenis pengujian
tertua dan sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah
(shear strength parameter). Dalam percobaan ini dapat dilakukan pengukuran
secara (undrained), atau dalam konsep tegangan total (total stress). Pengujian
ini pertama-tama diperuntukkan bagi jenis tanah non-kohesif, namun dalam
perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif. Dengan
demikian selama proses pembenahan horizontal, tegangan yang timbul dalam
bidang geser sangat kompleks, hal ini sekaligus merupakan salah satu
kelemahan utama dalam percobaan geser langsung. Nilai kekuatan geser tanah
antara lain digunakan dalam merencanakan kestabilan lereng, serta daya
dukung tanah fondasi, dan lain sebagainya. Nilai kekuatan geser ini
dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam persamaan : S = c + σntanf
dimana ,
S = kekuatan geser maksimum [kg/cm2]
C = kohesi [kg/cm2]
σn = tegangan normal [kg/cm2]
f = sudut geser dalam [°]
Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horisontal
terhadap benda uji melalui cincin/kotak geser yang terdiri dari dua bagian dan
dibebani vertikal dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah
tegangan geser maksimun yang menyebabkan terjadinya keruntuhan. Selama
pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval regangan tetap
tertentu (Strain controlled). Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) buah
benda uji yang identik, untuk meleng-kapi satu seri pengujian geser langsung.
Prosedur pembebanan vertikal dan kecepatan regangan geser akibat
pembebanan horisontal, sangat menentukan parameter-parameter kuat geser
yang diperoleh. Dalam pelaksanaannya, percobaan geser langsung dapat
dilaksanakan dalam 3 (tiga) cara:
1) Consolidated Drained Test
Pembebanan horisontal dalam percobaan ini dilaksanakan dengan
lambat, yang memungkinkan terjadi pengaliran air, sehingga tekanan air
pori bernilai tetap selama pengujian berlangsung. Parameter c dan f yang
diperoleh digunakan untuk perhitungan stabilitas lereng.
2) Consolidated Undrained Test
Dalam pengujian ini, sebelum digeser benda uji yang dibebani vertikal
(beban normal) dibiarkan dulu hingga proses konsolidasi selesai.
Selanjutnya pembebanan horisontal dilakukan dengan cepat.
3) Unconsolidated Undrained Test
Pembebanan horisontal dalam pengujian ini dilakukan dengan cepat,
sesaat setelah beban vertikal dikenakan pada benda uji. Melalui
pengujian ini diperoleh parameter-parameter geser cu dan fu.
Pada dasarnya percobaan Geser Langsung lebih sesuai untuk jenis
pengujian Consolidated Drained test, oleh karena panjang pengaliran relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan pengujian yang sama, pada percobaan
Triaksial.
k. Atterberg Limit Test
Atterberg Limit diciptakan oleh Albert Atterberg seorang kimiawan
Swedia Pada awal tahun 1900 an, yang kemudian diperbaharui oleh Arthur
Casagrande. Limit ini adalah Perhitungan dasar dari tanah butir halus. Apabila
tanah butir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat di
remas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini
disebabkan karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaan dari
partikel lempung. Atterberg mengembangkan metode untuk menjelaskan sifat
konsistensi tanah butir halus pada kadar air yang bervariasi. Beliau
menjelaskan pengaruh dari variasi kadar air terhadap konsistensi tanah
berbutir halus. Bila kandungan air sangat tinggi , maka campuran tanah dan
air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh sebab itu atas dasar
kandungan air pada tanah, dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar ,
Yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair. Pengujian tersebut dilakukan di
laboratorium berdasarkan ASTM (American Standart Testing and Material)
sbb :
Batas cair (LL) ASTM D-423 c
Batas plastis(PL) ASTM D-424
Batas susut ASTM D-427

 Batas Cair (LL)


Dengan menjalankan alat pemutar , mangkok kemudian dinaikturunkan dari
ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam persen, dari
tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 in (12,7
mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok sesudah 25 pukulan
didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit).
Gambar 5. Batas Limit pada Mangkok
Untuk mengatur kadar air dari tanah yang bersangkutan agar dipenuhi
persyaratan di atas ternyata sangat sulit. Oleh karena itu kalau dilakukan uji
batas cair paling sedikit empat kali pada tanah yang sama tetapi pada kadar
air yang berbeda-beda sehingga jumlah pukulan N, yang dibutuhkan
bervariasi antara 15 dan 35. Kemudian, kadar air yang bersesuaian dengan
N = 25, yang ditentukan dari kurva aliran, adalah batas cair dari tanah yang
bersangkutan.
Gambar 6. Kurva Aliran

Atas dasar hasil analisis dari beberapa uji batas cair, US waterways
Experiment Station Vicksburg, Mississippi (1949) mengajukan suatu
persamaan empiris untuk menentukan batas cair yaitu :

Dimana :

N = Jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk menutup goresan selebar 0,5 in


pada dasar contoh tanah yang diletakkan dalam mangkok kuningan dari alat
uji batas cair.

WN = Kadar air dimana untuk menut up dasar goresan dari contoh tanah
dibutuhkan pukulan sebanyak N

Tanβ = 0,121 (harap dicatat bahwa tidak semua tanah mempunyai harga tan
β=0,121)
Gambar 7. Gambar Alat

 Batas Plastis (PL)


Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,
dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm)
menjadi retak-retak. Batas plastis adalah batas terendah dari tingkat
keplastisan suatu tanah. Cara pengujiannya sangat sederhana, yaitu
dengan cara menggulung tanah berukuran elipsoida dengan telapak
tangan di atas kaca datar
 Batas Susut (SL)
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara
perlahan-lahan hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air secara
terus-menerus, air akan mencapai tingkat keseimbangan dimana
penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume
(gambar 9). Kadar air, dinyatakan dalam persen di mana perubahan
volume suatu massa tanah berhenti dinamakan batas susut.
Dimana :
m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada saat permulaan pengujian
(gram)
m2 = massa tanah kering (gram)

batas susut (ASTM D-427, 1998) diindikasikan sebagai kadar air


dimana pengurangan kadar air pada tanah tidak lagi mempengaruhi
volume total tanah. Dimana suatu contoh tanah akan menyusut
sebanding dengan volume air dalam pori tanah yang menguap.
𝑉 − 𝑉𝑜
𝑆𝐿 = 𝑊𝑐 − 𝑥100%
𝑊𝑜
Dimana :
Wc = Kadar air pada pasta tanah
Wo = Berat kering pasta tanah (W2-W)

 Indeks plastis/ The plasticity index (PI)


Yaitu ukuran plastis tanah. PI adalah perbedaan lantara batas cair dan
batas plastis suatu tanah.
PI = LL - PL
Liquid limit (LL)/ Batas cair
Dimana, LL merupakan kadar air dimana tingkah laku tanahnya
merupakan perubahan dari plastis ke Liquidity index/ indeks cair
LL = Wc(n/25)0.121
Wc = [(Wbasah-Wkering)/Wkering]x100%
n = jumlah ketukan
Gambar 8. Soil Plasticity-Atterbergh Limits

2. Uji Laboratorium Batuan


2.1 Uji Fisik Batuan
Di laboratorium, penentuan sifat fisik batuan dapat dilakukan dengan
Pembuatan contoh di laboratorium diantaranya dapat dilakukan dari inti
(core) hasil pemboran lapangan atau bongkah batu yang diambil dari
lapangan. Bongkahan ini dibuat berbentuk silinder diameter antara 50 – 70
mm dan tingginya dua kali diameter.
Penimbangan Berat Contoh
a. Wn : Berat contoh asli /natural (gram)
b. Wo : Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan temperatur ± 90oC) (gram)
c. Ww : Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan selama 24 jam)
(gram)
d. Wa : Berat contoh jenuh + berat air + berat bejana (gram)
e. Wb : Berat contoh jenuh tergantung di dalam air + berat air + berat
bejana
f. Ws : Berat contoh jenuh di dalam air (Wa-Wb)
g. Wo - Ws : Volume contoh tanpa pori-pori
h. Ww - Ws : Volume contoh total

Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah
dilakukan pengujian tanpa melakukan pengerusakan. Sifat-sifat fisik antara
lain bobot isi, berat jenis, porositas, absorbsi dan void ratio. Pengujian sifat
fisik batuan yang ditentukan, antara lain :
a. Bobot isi asli (natural density), γn , dengan rumus :
𝑊𝑛
γn = 𝑊𝑤 −𝑊𝑠

b. Bobot isi kering (dry density), γd , dengan rumus :


𝑊𝑜
γd = 𝑊𝑤 −𝑊𝑠

c. Bobot isi jenuh (saturated density), γs , dengan rumus :


𝑊𝑠
γs = 𝑊𝑤 −𝑊𝑠

d. Berat jenis nyata (true specific gravity) , dengan rumus :


𝑊𝑜
(𝑊𝑜 −𝑊𝑠 ) /𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟

f. Kadar air asli (natural water content) , dengan rumus :


𝑊𝑛 −𝑊𝑜
𝑥 100%
𝑊𝑜

Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air


yang terdapat di dalam pori-pori suatu contoh. Prinsipnya adalah kadar
air tanah dapat ditentukan dari perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam pori-pori butir batuan dengan berat butir batuan itu
sendiri setelah dikeringkan pada kondisi standar.
h. Derajad kejenuhan , dengan rumus :
𝑊𝑛 −𝑊𝑜
𝑥 100%
𝑊𝑤 −𝑊0

i. Porositas , dengan rumus :


𝑊𝑛 −𝑊𝑜
𝑥 100%
𝑊𝑤 −𝑊𝑠

j. Void ratio , dengan rumus :


𝑛
e= 1−𝑛

2.2 Uji Mekanik Batuan


Sifat mekanik batuan adalah sifat suatu batuan setelah mengalami
pengerusakan. Pengujian sifat mekanik ini terdiri dari :
a. Pengujian Triaksial
Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam
mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah
tekanan triaksial. Percontoh yang digunakan berbentuk silinder
dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.
Dari hasil pengujian triaksial dapat ditentukan :
- Strength envelope (kurva instrinsic) atau selubung kekuatan
- Kuat geser atau shear strength
- Sudut geser dalam, φ
- Kohesi, C
b. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength)
Tujuannya dari pengujian ini adalah Untuk mengetahui kekuatan
tekan bebas suatu jenis tanah yang bersifat kohesif dalam keadaan asli
(undisturbed) atau dalam keadaan buatan/dibentuk kembali (remoulded).
Uji kuat tekan bebas dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari
tanah kohesif secara cepat dan ekonomis. Kuat tekan bebas (qu) adalah
harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji
silindris (dalam hal ini tanah) sebelum mengalami keruntuhan geser.
Derajar kepekaan (St) adalah rasio antara kuat tekan bebas dalam kondisi
asli (Undisturbed) dan dalam kondisi teremas (remolded)
Uji ini dilakukan menggunakan mesin tekan (Compression
Machine) untuk menekan contoh batu yang berbentuk silinde, balok atau
prisma dari satu arah (uniaxial) penyebaran tengangan dalam contoh batu
secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh
tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan
gaya yang dikenakan pada contoh tersebut karena pengaruh dari plat
penekan mesin tekan yang menghimpit. Sehingga, bentuk pecahan tidak
berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
kerucut seperti pada gambar berikut:

Gambar 9. Penyebaran Tengangan dan Bentuk Pecahan pada Uji Kuat Tekan

Modulus Young = 
E
 a

Poissin’s ratio =  1

 a1
Beberapa definisi modulus young:
1. Modulus young tangen → diukur pada tingkat tegangan = 50 %

Et 
 a

2. Modulus Young Rata-rata → diukur dari rata-rata kemiringan kurva


atau bagian linier yang terbesar dari kurva.

Eav 
 a
3. Modulus young secant → diukur dari tegangan = 0 sampai nilai
tegangan tertentu, biasanya 50% c


Es 
 a
Untuk perbandingan panjang/diameter (1/D) = 1 kondisi tegangan
triaxial saling bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan
batuan. Untuk pengujian digunakan 2<1/D<2,5

Gambar 10. Perbandingan panjang/diameter (1/D)


Gambar 11. Regangan yang dihasilkan dari Pengujian Kuat Tekan Batuan

Dari uji ini akan menghasilkan kurva seperti berikut :

Gambar 12. Kurva Tegangan-renganga Hasil Pengujian Kuat Tekan


c. Pengujian Kuat Tarik-Uji Brazilia (Indirect Tensile Strength
Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile
strength) dari percontoh batu berbentuk silinder secara tidak
langsung. Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada
pengujian kuat tekan.

Gambar 12. Pengujian Kuat Tarik


DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H.C. 2002. Teknik Fondasi I. Yogyakarta : Beta Offset.


Laurence D.W. 2012. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu. Jakarta :
Andi Publisher
Waltham, Tony. 2003. Foundations of Engineering Geology. Spon Press: New York
D.S Kuswanto. 2006. Uji Fisik dan Mekanika Batuan.eprints Undip:Semarang

Anda mungkin juga menyukai