Cara Pembayaran :
Sumber Dana
Kelengkapan Data : - FS
(Legalisir) - Lokasi Tempat
- Data Teknis
Lokasi Kegiatan : - Elevasi ± 465 m dpl
- Terletak di sekitar Jembatan Gantung, Dusun Rabuk,
Banyumas, Jateng
- Jarak dari pusat kota Purwokerto menuju Jembatan Gantung ±
18,5 Km
- Lokasi rencana power house dari Jembatan Gantung dicapai
jalan kaki sejauh 500 m.
Timeline Pekerjaan :
Rekanan Konsultan :
Perencana
Kelebihan : - Material batu yang ada di sungai dapat digunakan untuk pembangunan
bendung
Kekurangan : - Lokasi terletak di kaki gunung Slamet yang masih aktif.
- Belum dipastikan Sungai Logawa termasuk jalur lahar dingin dari
Gunung Slamet atau tidak.
Sebagaimana gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Slamet terbentuk akibat
subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan pada
lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19.
Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan
Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.[1] Sebelumnya ia tercatat
meletus pada tahun 1999.
Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada.
Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat
terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB,
pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali
embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke
arah timur hingga setinggi 1 km.
Ketinggian: 3.428 m
Ketinggian relatif: 3.284 m
Letusan terakhir: September 2014
Provinsi: Jawa Tengah
Letak: Banyumas, Brebes, Tegal, Purbalingga, dan Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia
Saat sampai di wilayah atas hulu, tim mendapati fakta adanya bekas longsoran yang
areanya cukup luas, sekitar 1 hektar di Igir Kalong. Butuh perjalanan 4 jam dari halaman parkir
Curug Gomblang untuk mencapai area longsor.
Pihaknya kemudian mengidentifikasi kaitan bencana longsor di wilayah hulu ini
dengan meluapnya sungai Logawa.
Sebelum terjadi banjir, material longsoran berupa tanah dan bebatuan itu diduga sempat
membendung sungai Logawa di hulu.
Air yang terbendung menjadi tak terkendali karena hujan deras hingga mengakibatkan
bendungan itu jebol. Air yang sempat tertahan itu pun akhirnya lepas bersama material
longsor hingga mengakibatkan sungai meluap. "Air keruh disebabkan bercampur tanah sisa
longsor,"katanya. (Artikel Sabtu, 21 Oktober 2017)