Dasar Teori Seismik
Dasar Teori Seismik
DISUSUN OLEH
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a c
b d
Gambar 2.7 Hubungan antara sifat fisis batuan dengan kecepatan penjalaran
gelombang seismik (Sheriff, 1995)
dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
Hubungan ini digunakan untuk menjelaskan metode pembiasan dengan sudut datang
kritis. Gambar 2.8 memperlihatkan gelombang dari sumber S menjalar pada medium
V1, dibiaskan kritis pada titik A sehingga menjalar pada bidang batas lapisan. Dengan
menggunakan Prinsip Huygens pada bidang batas lapisan, gelombang ini dibiaskan ke
atas setiap titik pada bidang batas itu sehingga sampai ke detektor P yang ada di
permukaan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 sebagai berikut :
Gambar 2.10 Kurva travel time pada dua lapis sederhana dengan bidang batas
paralel (Sismanto,1999)
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang menjalar dengan kecepatan lapisan di
bawahnya V2. Skema penjalaran gelombang pada bidang batas antar lapisan
ditunjukkan pada Gambar 2.11 sebagai berikut :
Gambar 2.11 Sistem dua lapis sederhana dengan bidang batas paralel
(Sismanto,1999).
Waktu rambat gelombang bias pada Gambar 2.11 dapat diperoleh dari persamaan
2.6 sebagai berikut :
𝐴𝐵+𝐶𝐷 𝐵𝐶
𝑇= + (2.6)
𝑉1 𝑉2
dengan T adalah waktu yang ditempuh gelombang seismik dari titik tembak (A)
sampai ke geophone (D), AB adalah jarak dari titk A ke titik B, CD merupakan
jarak dari titik C ke titik D, BC adalah jarak dari titik B ke titik C, V1 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan 1 dan V2 adalah kecepatan gelombang pada
lapisan 2. Dari persamaan 2.6 dapat diperoleh persamaan 2.7 sampai dengan
persamaan 2.9 sebagai berikut :
2𝑍1 𝑥−2𝑍1 tan 𝛼
𝑇=𝑉 + (2.7)
1 cos 𝛼 𝑉2
1 sin 𝛼 𝑥
𝑇 = 2𝑍1 [𝑉 −𝑉 ]+𝑉 (2.8)
1 cos 𝛼 2 cos 𝛼 2
𝑉 −𝑉 sin 𝛼 𝑥
𝑇 = 2𝑍1 [ 𝑉2 𝑉 1cos 𝛼 ] + 𝑉 (2.9)
1 2 2
sehingga persamaan 2.9 dapat dituliskan menjadi persamaan 2.10 sampai dengan
persamaan 2.13 sebagai berikut :
1
−sin 𝛼 𝑥
sin 𝛼
𝑇 = 2𝑍1 𝑉1 [ 𝑉 𝑉 ]+𝑉 (2.10)
1 2 cos 𝛼 2
1−sin2 𝛼 𝑥
𝑇 = 2𝑍1 𝑉1 [𝑉 𝑉 ]+𝑉 (2.11)
1 2 sin 𝛼 cos 𝛼 2
2𝑍1 𝑐𝑜𝑠2 𝛼 𝑥
𝑇=𝑉 +𝑉 (2.12)
2 sin 𝛼 cos 𝛼 2
2𝑍1 cos 𝛼 𝑥
𝑇= +𝑉 (2.13)
𝑉1 2
Bila x = 0 maka akan diperoleh Ti dan nilai tersebut dapat diketahui pada kurva
waktu terhadap jarak yang disebut sebagai intercept time. Kedalaman lapisan
pertama ditentukan dengan menuliskan persamaan di atas menjadi persamaan
2.14 sebagai berikut :
𝑖 1𝑇𝑉
𝑍1 = 2 cos (2.14)
𝛼
𝑉
dengan Ti disebut dengan intercept time. Apabila 𝛼 = sin−1 [𝑉1 ], maka
2
⁄ 1
((𝑉2 2 −𝑉1 2 ) 2 )
Jika , cos 𝛼 = , maka kedalaman atau ketebalan lapisan batuan
𝑉2
Gambar 2.12 Kurva travel time pada sistem tiga lapis dengan V1 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan pertama dan V2 adalah
kecepatan gelombang pada lapisan kedua (Sismanto,1999).
Pada Gambar 2.12, Ti1 dan Ti2 berurut-urut merupakan intercept time pada
gelombang bias yang pertama dan kedua. Untuk kedalaman lapisan kedua akan
diperoleh suatu persamaan 2.17.
2𝑍 𝑉2 𝑉3
𝑍2 = [𝑇𝑖2 − 𝑉 𝑉1 √(𝑉2 )2 − (𝑉1 )2 ] (2.17)
1 3 2√(𝑉3 )2 +(𝑉2 )2
dengan Ti2 adalah intercept time pada gelombang bias yang kedua. Dari
persamaan 2.16 dan persamaan 2.17, dapat digambarkan penampang struktur
lapisan bawah permukaan seperti pada Gambar 2.13 sebagai berikut :
Gambar 2.13 Skema sistem tiga lapis, dengan V1, V2 dan V3 berturut-urut adalah
kecepatan gelombang pada lapisan pertama, kedua dan ketiga, Z1
adalah kedalaman pada lapisan pertama, dan Z2 adalah kedalaman
pada lapisan kedua (Sismanto, 1999).
Kecepatan penjalaran gelombang seismik pada lapisan batuan bawah permukaan
berbeda-beda, tergantung sifat fisis yang dimiliki oleh tiap lapisan batuan. Variasi
kecepatan penjalaran gelombang P pada beberapa lapisan batuan bawah
permukaan ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kecepatan gelombang P pada beberapa lapisan batuan (Burger, 1992)
Material Kecepatan
gelombang P (m/s)
Weathered 200 – 900
layered
Soil 250 – 600
Clay 1000 – 2500
Sandstone 3000 – 4500
Limestone 5500 – 6000
Granite 5000 – 5100
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
(a)
Lokasi
(b)
Gambar 3.1 Lokasi penelitian dilihat dari :
(a) Peta Lombok (www.google.co.id)
(b) Pencitraan satelit (www.maps.google.co.id)
L4
Gambar 3.5 Konfigurasi akuisisi data seismik refraksi di lapangan untuk L1 dan L2
Gambar 3.6 Konfigurasi akuisisi data seismik refraksi di lapangan untuk L3 dan L4
Hasil akuisisi data seismik refraksi di lapangan berupa data rekaman penjalaran
gelombang seismik pada setiap geophone yang tersimpan secara otomatis dalam
bentuk file seismograph SEG2.
3.4.2 Pengolahan Data Seismik Refraksi
Pengolahan data seismik refraksi ini dilakukan dengan menggunakan software
Winsism V.12. Pengolahan data seismik refraksi ini diawali dengan
mengkonversi file seismograph SEG2 yang merupakan data hasil rekaman
akuisisi data seismik refraksi di lapangan menjadi file seismik unix. Selanjutnya
dilakukan tahap picking pada data rekaman seismik refraksi yang sudah
dikonversi menjadi file seismik unix, seperti yang ditunjukkkan pada Gambar 3.7
Gambar 3.7 Proses picking untuk menentukan waktu tiba gelombang pertama
Tujuan dari proses picking ini adalah untuk menentukan waktu tiba gelombang P
pertama (first break) yang sampai pada setiap geophone. Picking dilakukan
secara manual dengan memperbesar tampilan gelombang pertama terlebih dahulu
secara lebih detail kemudian ditentukan waktu tiba gelombang pertama tersebut.
Setelah waktu tiba gelombang pertama pada setiap geophone diketahui,
selanjutnya dibuat kurva travel time yaitu kurva hubungan jarak setiap geophone
dari sumber gelombang seismik terhadap waktu tiba gelombang pertama pada
setiap geophone, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8
Posisi Geophone
Pada kurva travel time, sudah dapat terlihat banyaknya lapisan batuan yang
dapat teridentifikasi dari hasil survei seismik refraksi. Ini dapat terlihat dari
banyaknya perbedaan slope pada kurva travel time. Karena perbedaan slope pada
kurva travel time mengindikasikan bahwa kecepatan penjalaran gelombang
seismik pada suatu lapisan telah mengalami perubahan seiring dengan perbedaan
kerapatan antar lapisan batuan.
Untuk menentukan kecepatan penjalaran gelombang seismik pada setiap
lapisan batuan dihitung dengan menggunakan metode regresi linear setiap slope
pada kurva travel time. Metode regresi linear adalah sebuah metode statistika
yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) linear antara dua
variabel atau lebih. Pada kurva travel time, kecepatan penjalaran gelombang P
merupakan variabel terikat sedangkan posisi geophone dan waktu tiba merupakan
variabel bebas.
Untuk mengetahui apakah bidang batas antar lapisan datar atau miring,
akuisisi data seismik refraksi di lapangan dilakukan dengan forward and reverse
(bolak balik). Jika kurva travel time forward and reverse simetris seperti Gambar
3.8 mengindikasikan bidang batas lapisan batuan datar/horizontal. Sebaliknya jika
kurva travel time forward and reverse tidak simetris dapat mengindikasikan
bahwa bidang batas lapisan batuan tidak datar (miring), dengan bidang yang
memiliki sudut kemiringan lebih besar menjadi bidang yang lebih tinggi.
3.4.3 Interpretasi dan Analisa Data Seismik Refraksi
Tujuan dari interpretasi dan analisa data ini adalah untuk mengetahui litologi
batuan pada daerah penelitian. Dari litologi batuan ini, selanjutnya dapat
diketahui berapa ketebalan lapisan batuan keras pada daerah penelitian. Metode
interpretasi data yang digunakan untuk mengetahui kedalaman bidang batas antar
lapisan batuan (Zi) yaitu dengan metode intercept time. Tahapan interpretasi data
ini diawali dengan menentukan intercept time setiap slope pada kurva travel time.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung kedalaman lapisan 1 dan lapisan 2
berturut-urut dengan persamaan 3.1 dan 3.2 di bawah ini :
𝑇𝑖 𝑉1 𝑉2
𝑍1 = (3.1)
2√𝑉2 2 −𝑉1 2
2𝑍 𝑉2 𝑉3
𝑍2 = [𝑇𝑖2 − 𝑉 𝑉1 √(𝑉2 )2 − (𝑉1 )2 ] (3.2)
1 3 2√(𝑉3 )2 +(𝑉2 )2
Survei lapangan
Selesai
Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki karakteristik lapisan bawah permukaan dengan konsep fisika tentang
gelombang khususnya hukum pembiasan. Besarnya kecepatan penjalaran gelombang seismik
pada setiap lapisan bawah permukaan dipengaruhi oleh karakteristik dari lapisan batuan
tersebut, artinya semakin besar rapat massa (padat) lapisan batuan maka semakin besar
kecepatan penjalaran gelombang seismik pada lapisan batuan tersebut, begitu juga
sebaliknya.
Hasil survei seismik refraksi di lapangan berupa kurva travel time yang diperoleh
setelah melakukan picking pada rekaman penjalaran gelombang seismik. Hasil picking
rekaman penjalaran gelombang seismik pada hasil survei seismik refraksi di lapangan
ditunjukkan pada Lampiran 2. Picking bertujuan untuk menentukan waktu tiba gelombang
pertama yang sampai pada setiap geophone. Kurva travel time dari hasil picking rekaman
penjalaran gelombang seismik pada lintasan 1 ditunjukkkan pada Gambar 4.1 berikut :
Posisi geophone
Dari kurva travel time lintasan 1, terlihat ada lima grafik yang saling memotong
dengan warna yang berbeda-beda. Shot 1 dan shot 5 merupakan offset shot yang ditunjukkan
dengan grafik berwarna hijau. Offset shot menentukan kedalaman penetrasi geombang
seismik atau dalam hal ini lapisan paling bawah (lapisan kedua). Shot 2 dan shot 4
merupakan end shot yang ditunjukkan dengan grafik berwarna merah muda. Shot 3
merupakan center shot yang ditunjukkan dengan grafik berwarna merah. Target dari center
shot adalah lapisan yang paling atas (lapisan pertama). Dalam penentuan kecepatan
penjalaran gelombang P pada lapisan batuan, kelima grafik dari tiap shot saling
dikorelasikan/dibandingkan sehingga menghasilkan kecepatan gelombang P yang lebih
akurat. Pada kurva travel time lintasan 1 Gambar 4.1, sudah dapat terlihat banyaknya jumlah
lapisan batuan yang dapat teridentifikasi dari hasil survei seismik refraksi. Ini dapat terlihat
dari banyaknya slope (kemiringan) pada kurva travel time. Perbedaan slope penjalaran
gelombang P pada kurva travel time mengindikasikan adanya perbedaan lapisan batuan
seiring dengan perbedaan rapat massa antar lapisan batuan. Kurva travel time untuk lintasan
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Selanjutnya dari kurva travel time tersebut dilakukan
penentuan kecepatan penjalaran gelombang P setiap lapisan batuan dengan menggunakan
metode regresi linear. Metode regresi linear adalah sebuah metode statistika yang memberikan
penjelasan tentang pola hubungan (model) linear antara dua variabel atau lebih. Penentuan
kecepatan gelombang P pada kurva travel time dihitung berdasarkan slope (slope = 1⁄𝑉 ),
untuk lintasan 1 ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut :
Ti
Posisi geophone
Pada penampang litologi batuan hasil survei seismik refraksi pada lintasan 1, warna
biru tua-biru muda menunjukkan kecepatan penjalaran gelombang P rendah berkisar antara
300 – 900 m/s, warna hijau kekuning-kuningan menunjukkan kecepatan penjalaran
gelombang P sedang berkisar antara 900 m/s – 2200 m/s dan warna orange kemerah-merahan
menunjukkan kecepatan penjalaran gelombang P tinggi berkisar antara 2200 m/s – 3000 m/s.
Pada penampang litologi batuan lintasan 1 Gambar 4.3, memperlihatkan hanya ada 1 jenis
lapisan batuan yang dapat teridentifikasi. Lapisan tersebut ditunjukkan dengan warna biru
dengan kecepatan penjalaran gelombang P berkisar antara 99m/s – 258m/s dan terletak pada
kedalaman 2,42 – 3,63 m dengan ketebalan lapisan 3,63 m. Penampang litologi batuan untuk
lintasan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut merupakan variasi kecepatan
gelombang P, kedalaman dan ketebalan lapisan batuan berdasarkan hasil penampang litologi
batuan survei seismik refraksi pada semua lintasan, yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1
Variasi kecepatan gelombang P pada setiap lapisan batuan
berdasarkan hasil survei seismik refraksi pada semua lintasan
Lintasan Vp Lapisan Pertama Vp Lapisan Kedua
(m/s) (m/s)
Tabel 4.2
Variasi kedalaman dan ketebalan lapisan batuan
berdasarkan hasil survei seismik refraksi pada semua lintasan
Lintasan Kedalaman Lapisan (m) Ketebalan Lapisan (m)
I II I
1 0 – 3,63 3,63 ke bawah 2,42 – 3,63
2 0 – 7,3 7,3 ke bawah 1,97 – 7,3
3 0 – 6,13 6,13 ke bawah 1,51 – 6,13
4 0 – 4,75 4,75 ke bawah 2,6 – 4,75
Hasil penampang litologi batuan untuk semua lintasan pengukuran L1, L2, L3 dan L4 seperti
terlihat pada gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.4 Perbandingan penampang litologi batuan pada semua lintasan
Secara umum hasil penampang litologi batuan dari semua lintasan pengukuran hanya
memperlihatkan 1 macam lapisan, namun dengan perhitungan manual dapat diperoleh 2
lapisan batuan dengan ketebalan dan kedalaman yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisa dan pembahasan mengenai penelitian tingkat
kekerasan batuan menggunakan metode seismik refraksi di lapangan sepak bola
Universitas Mataram , maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Litologi batuan daerah penelitian berdasarkan hasil pengukuran dengan
menggunakan metode seismik refraksi yaitu pada kedalaman 0 – 7,3 m dari
permukaan diinterpretasikan sebagai lapisan batuan lapuk (soil), pasir dan kerikil tak
jenuh.
2. Batuan keras berada pada kedalaman 7,3 meter ke bawah dari permukaan.
3. Batuan lapuk sebagai lapisan batuan teratas memiliki densitas 1 – 1,29 gr/cc.
5.2 Saran
Bagi mahasiswa geofisika perlu dilakukan penelitian pada lokasi yang sama dengan
metode geofisika lainnya sehingga dapat dilakukan perbandingan dengan hasil penelitian
sebelumnya menggunakan metode seismik refraksi, agar hasil yang diperoleh lebih
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Akyas, 2007. Pemodelan Gelombang Seismik Untuk Memvalidasi Interpretasi Data Seismik
Refraksi, Skripsi, Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan
dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung.
Burger, Robert, 1992. Exploration Geophysics Of The Shallow Subsurface. New Jersey :
Prentice Hall.
Halliday, David, Resnick, Robert dan Walker, Jearl, 2009. Dasar – Dasar Fisika Jilid I Versi
Diperluas, Terjemahan Syarifudin, S.T. , Tangerang : Binarupa Aksara.
Rosid, S., & Setiawan, B. (2008). Pemetaan tingkat kekerasan batuan menggunakan metode
seismik refraksi. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. Lampung:
Universitas Lampung.
Sheriff dan Gildart, 1995. Exploration Seismology. United States Of America : Cambridge
University Press.
Suswandi, Iwan, 1997. Pendugaan Struktur Lapisan Bumi Dengan Metode Seismik Bias,
Jurnal Aneka Widya STKIP Singaraja No.4 TH.XXX Juli 1997.
Telford, Geldart dan Sheriff, 1990. Applied Geophysics Second Edition. United States Of
America : Cambridge University Press.
Www.maps.google.co.id (http://maps.google.co.id/maps?hl=id&tab=wlM) diunduh Jam
20:00 WITA, tanggal 26/05/2013.