Anda di halaman 1dari 62

PENGAJUAN INSTANSI

PROGRAM MAGANG MAGISTER MANAJEMEN KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANJARMASIN

Sehubungan dengan program magang yang akan dilaksanakan prasarat pendidikan Pasca Sarjana
Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen Kesehatan STIE Indonesia Banjarmasin, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SUPRIADI

NIM : 20161100033

Dengan ini mengajukan :

Nama Instansi : RSUD H. Abdul Aziz Marabahan

Alamat : Jl. Jendral Sudirman No. 10 Marabahan

Telp. / Fax : 0511-4799118 / 0511-4799488

Nama Pembimbing Lapangan (Preceptor) : dr. LISA HERAWATI, MM

Telp. / HP : 081348186985

Jabatan : Kabid Pelayanan

Pendidikan : Strata II (MM)

Sebagai instansi tempat magang dan pembimbing lapangan saya selama melakukan program
magang.

Marabahan, 21 Januari 2018

SUPRIADI
PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPANGAN
MAGANG OBSERVASI MANAJEMEN KESEHATAN

Kepada Yth,

Direktur RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


Kabupaten Barito Kuala
Di –
Marabahan

Dengan hormat,

Sehubungan dengan kegiatan magang observasi sebagai bagian dari proses pembelajaran
Program Magister Konsentrasi Manajemen Kesehatan STIE Indonesia Banjarmasin, diperlukan
pembimbing lapangan saat mahasiswa melakukan kegiatan magang di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kotabaru. Kami mohon kesediaan Bapak :

Nama : dr. LISA HERAWATI, MM


Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan
Alamat : Komplek Perumahan Olala , Handil Bakti Marabahan

Untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa berikut :

Nama : SUPRIADI
NIM : 20161100033

Panduan akan kami berikan setelah persetujuan pembimbing lapangan dan proses magang di
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru. Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Bapak yang telah memberikan konteribusi tak terhingga dalam menghasilkan calon manajer Dinas
Kesehatan Kabupaten Kotabaru di masa depan.

Demikian permohonan kami, atas kerjasama dan kesediaannya kami ucapkan terimakasih.

Marabahan, Januari 2019

Penanggungjawab Direktur Pasca Sarjana


Program Magang Magister Manajemen STIEI Banjarmasin

dr. Lisa Herawati, MM Dr.dr.A.J.Djohan, MM


RENCANA OPERASIONAL MAGANG

Peserta Magang

Nama : Supriadi
Alamat : Marabahan
Telp. / HP : 081251106691

Pembimbing Lapangan (Preceptor)

Nama : dr. Lisa Herawati, MM


Alamat : Komplek Perumahan Olala , Handil Bakti Marabahan
Telp. & HP : 081348186985

Instansi Tempat Magang

Nama Instansi : RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


Alamat / Telp. : Jl. Jend. Sudirman No. 10 Marabahan / 0511-4799118
Pimpinan : dr. H. Fathurrahman, Msi, Sp.PD, FINASIM

Rencana Kegiatan tahap I

A. Bagian / Unit / Instansi yang akan dikunjungi dan waktunya


B. Rencana Konsultasi dengan Preceptor
C. Rencana Konsultasi dengan Mentor

Rencana Kegiatan Tahap II

Bagian / unit yang dipilih untuk proyek magang

A) Rencana Konsultasi dengan Preceptor : Desember 2018


B) Rencana Konsultasi dengan Mentor : Januari 2019
C) Rencana Penyelesaian Proyek Magang : Minggu ke 4 Februari 2019
D) Rencana Presentasi : Minggu ke 4 Maret 2019

Banjarmasin, Maret 2019


Menyetujui,
Direktur Program

Dr.dr.A.J.Djohan,MM
LAPORAN AKHIR MAGANG

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


DI RSUD H ABDUL AZIZ MARABAHAN
TAHUN 2019

Disusun Oleh :
SUPRIADI
NIM. 20161100033

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
STEI INDONESIA BANJARMASIN
2019
LAPORAN AKHIR MAGANG

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


DI RSUD H ABDUL AZIZ MARABAHAN
TAHUN 2019

Disusun Oleh :
SUPRIADI
NIM. 20161100033

Disetujui

Preceptor Mentor
Tanggal Tanggal

dr. Lisa Herawati, MM DR.Dr. A.J. Djohan, MM


Evaluasi Kinerja Peserta Magang oleh Preceptor

Nama Preceptor : dr. Lisa Herawati, MM


Nama Instansi : RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
Nama Mahasiswa : Supriadi
Periode Magang : Desember 2018 s/d Januari 2019

I. Penilaian Kinerja

Berikan tanda (√ ) pada kolom skala penilaian sesuai dengan pengamatan anda terhadap
kinerja mahasiswa, dengan skor berikut :

5 = Sangat Baik ; 4 = Baik ; 3 = Cukup Baik ; 2 = Kurang Baik ; 1 = Sangat Kurang Baik

No. Aspek Penilaian 1 2 3 4 5


1. Hubungan Interpersonal
2. Kemampuan Komunikasi
3. Perilaku dan Inisiatif
4. Kinerja dan ketercapaian Tujuan Magang

II. Komentar dan Saran untuk Peserta Magang

 Kelebihan utama dari peserta magang adalah :

 Peserta Magang perlu lebih meningkatkan kemampuan pengalaman terutama aspek :

 Peserta magang sangat memerlukan tambahan pengalaman atau pelatihan dalam hal :

a+b+c+d
Nilai Kinerja dari Preceptor : = ......................
4

Nama Preceptor : dr. Lisa Herawati, MM Nilai = ................


Tanggal : ................................. (sebutan ......................)

Tanda Tangan :
Evaluasi Kinerja Peserta Magang oleh Mentor

Nama Mentor : DR.Dr. A.J. Djohan, MM


Nama Mahasiswa : Supriadi
Periode Magang : Desember 2018 s/d Januari 2019
Nilai :

Penilaian Mentor Berdasarkan :

1. Hasil Supervisi
2. Informasi yang diperoleh dari komunikasi dengan :
- Peserta Magang
- Manajemen Tempat Magang
- Preceptor

Penilaian kinerja peserta diberikan secara keseluruhan berdasarkan dengan komponen-komponen


magang.

Nilai :

5 = Sangat Baik ; 4 = Baik ; 3 = Cukup Baik ; 2 = Kurang Baik ; 1 = Sangat Kurang Baik

 Kelebihan utama dari peserta magang adalah :

 Peserta Magang perlu lebih meningkatkan kemampuan pengalaman terutama aspek :

 Peserta magang sangat memerlukan tambahan pengalaman atau pelatihan dalam hal :

Nama Mentor : DR.Dr. A.J. Djohan, MM Nilai = ...................................


Tanggal : ................................. (sebutan ................................)

Tanda Tangan :
Evaluasi Proyek Magang oleh Preceptor

Nama Preceptor : dr. Lisa Herawati, MM


Nama Instansi : RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
Nama Mahasiswa : Supriadi
Periode Magang : Desember 2018 s/d Januari 2019

Skala penilaian :

5 = Sangat Baik ; 4 = Baik ; 3 = Cukup Baik ; 2 = Kurang Baik ; 1 = Sangat Kurang Baik

No. Aspek Penilaian 1 2 3 4 5 6


a. Ketepatan waktu dan manfaat manajemen
b. Kelengkapan, kesesuaian tinjauan pustaka
c. Sistematika dan penulisan laporan
d. Ketepatan rekomendasi manajemen yang
diberikan
e. Pemahaman terhadap topik manajemen
dan aplikasinya pada organisasi
f. Nilai atau manfaat proyek magang bagi
organisasi dalam aspek perspektif baru
dan rekomendasi

Kelebihan utama proyek magang adalah :

Hal-hal yang perlu diperhatikan atau kelemahan proyek magang :

Peserta magang sangat memerlukan tambahan pengalaman atau pelatihan dalam hal :

a+b+c+d+e+f
Nama Preceptor : dr. Lisa Herawati, MM Nilai= = ……….
6
Tanggal : ......................... (sebutan :...................... ..............)

Tanda Tangan :
Evaluasi Proyek Magang oleh Mentor

Nama Mentor : DR.Dr. A.J. Djohan, MM


Nama Instansi : RSUD H Abdul Aziz Marabahan
Nama Peserta Magang : Supriadi
Proyek Magang : Magister Manajemen Rumah Sakit
Periode Magang : Desember 2018 s/d Januari 2019

Skala penilaian :

5 = Sangat Baik ; 4 = Baik ; 3 = Cukup Baik ; 2 = Kurang Baik ; 1 = Sangat Kurang Baik

No. Aspek Penilaian 1 2 3 4 5 6


a. Ketepatan waktu dan manfaat proyek
b. Kelengkapan, kesesuaian tinjauan pustaka
c. Sistematika dan penulisan laporan proyek
d. Ketepatan rekomendasi manajemen yang
diberikan
e. Pemahaman terhadap topik proyek dan
aplikasinya pada organisasi
f. Nilai atau manfaat proyek magang bagi
organisasi dalam aspek perspektif baru
dan rekomendasi

Kelebihan utama proyek magang adalah :

Hal-hal yang perlu diperhatikan atau kelemahan proyek magang :

Peserta magang sangat memerlukan tambahan pengalaman atau pelatihan dalam hal :

a+b+c+d+e+f
Nama Preceptor : DR.Dr. A.J. Djohan, MM Nilai = 6

Tanggal : .......................... (sebutan :............................................)

Tanda Tangan :
NILAI AKHIR PESERTA MAGANG

Nama : SUPRIADI
NIM : 20161100033
Tempat Magang : RSUD H Abdul Aziz Marabahan
Waktu Magang : Desember 2018 s/d Januari 2019
Pembimbing Kasus (Mentor) : DR. Dr. A.J. Djohan, MM
Pembimbing Lapangan (Preceptor) : dr. Lisa Herawati, MM

Nilai :

Angka :....................... (Sebutan :.................................................................................)

Penanggung Jawab Magang

Dr. Dr. A.J.Djohan, MM

A+B+C+D
Nilai Akhir Magang = = ......................
4

Sebutan :

5 = Sangat Baik ; 4 = Baik ; 3 = Cukup Baik ; 2 = Kurang Baik ; 1 = Sangat Kurang Baik

Rumus Penilaian

A) Nilai Evaluasi Kinerja dari Preceptor


B) Nilai Proyek Magang dari Preceptor
C) Nilai Evaluasi Kinerja dari Mentor
D) Nilai Proyek Magang dari Mentor
SERTIFIKAT MAGANG

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : dr. H. Fathurrahman, MSc, Sp.PD, FINASIM

Jabatan : Direktur RSUD H Abdul Aziz Marabahan

Menerangkan bahwa :

Nama : Supriadi

Pekerjaan / Jabatan : Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Manajemen


Konsentrasi Manajemen Rumah Sakit

Tempat,Tanggal Lahir : Baruh Kembang, 09 Juni 1981

Alamat : Jl. S. Parman No. 72 Marabahan

Telah melaksanakan magang pada RSUD H Abdul Aziz Marabahan dari tanggal 06 bulan
Desember 2018 sampai dengan tanggal 20 bulan Januarii tahun 2019.

Marabahan,
Direktur RSUD H Abdul Aziz Marabahan
Kabupaten Barito Kuala,

dr. H. Fathurrahman, MSc, Sp.PD, FINASIM


Direktur
Lembar Persetujuan

LAPORAN AKHIR MAGANG


DI RSUD H ABDUL AZIZ MARABAHAN
DESEMBER 2018 S/D JANUARI 2019

Disusun Oleh :
SUPRIADI
NIM. 20161100033

Disetujui

Preceptor Mentor
Tanggal Tanggal

dr. Lisa Herawati, MM DR.Dr. A.J. Djohan, MM


LAPORAN AKHIR MAGANG
DI RSUD H ABDUL AZIZ MARABAHAN

DISUSUN OLEH:

Disusun Oleh : Supriadi, S.Kep / NPM. 20161100031


Program Studi : Magister Manajemen Rumah Sakit

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANJARMASIN
2019

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan rumah sakit di Indonesia yang terus meningkat seiring dengan peningkatan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas. Untuk mendapatkan
perhatian dari masyarakat, rumah sakit memerlukan peningkatan kualitas pelayanan, agar
masyarakat tertarik untuk menggunakan jasa rumah sakit tersebut. Selain faktor
eksternal,diperlukan juga perhatian khusus terhadap faktor internal rumah sakit. Faktor internal
bertujuan memacu kemajuan rumah sakit. Faktor internal rumah sakit merupakan bagian dari
manajemen rumah sakit. Untuk kepentingan manajemen, rumah sakit harus mendapatkan seluruh
informasi yang tepat dan akurat mengenai seluruh data dan kejadian yang dilakukan dalam seluruh
kegiatan di rumah sakit.
Untuk mewujudkan informasi atas segala kegiatan rumah sakit diperlukan alat bantu
berupa sistem informasi rumah sakit yang terpadu (tidak parsial atau per bagian) agar semua
kegiatan dapat termonitor dengan baik (Medifirst,2000).
Sistem informasi pada dasarnya merupakan sekumpulan komponen pembentuk sistem
yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan
menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu (Handoyo,2008). Komponen tersebut
terintegrasi dan menghasilkan sebuah informasi yang akan dibutuhkan oleh pihak manajemen
rumah sakit dalam peningkatan kualitas pelayanan.
Menurut Tantos 2018, secara global, SIMRS yang ideal tentu dapat mengurangi beban
kerja masing-masing unit pelayanan. Manfaat dari sebuah sistem informasi antara lain:
1. Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam ‘menangani’ berkas rekam
medis. Sub-bagian rekam medis memang sub-bagian yang paling direpotkan dengan
berkas rekam medis. Dari coding, indexing, assembling, filing dan ing-ing yang lain (maaf,
sudah lupa) semua dihandle oleh sub-bagian ini. Dengan adanya sebuah sistem informasi,
seharusnya paling tidak dapat menggantikan fungsi koding pada sub-bagian rekam medis.
Sebagian besar rumah sakit di indonesia, masih menggunakan petugas rekam medis
ataupun kurir dalam mendistribusikan berkas ke masing-masing pelayanan. Beberapa
rumah sakit sudah menggunakan teknologi ‘lift’ sebagai sarana transportasi berkas ke
pelayanan-pelayanan ataupun kembali ke tempat penyimpanan (filing).
2. Dapat mengurangi pemakaian kertas (paperless).
Pemakaian kertas masih belum dapat dihilangkan di Indonesia saat ini, karena data medis
sangat rentan dengan hukum dan budaya pemakaian kertas masih melekat pada
masyarakat Indonesia.
Dengan sistem yang terkomputerisasi, pemakaian kertas yang bisa dipangkas antara lain :
• Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubungan dengan masalah autentikasi
atau aspek hukum.
• Laporan masing-masing unit pelayanan (karena semua laporan sudah terekap oleh
sistem).
• Rekap Laporan (RL) 1 – 6 yang dikirim ke dinas kesehatan.

3) Dapat berkomunikasi dengan sistem lain pada pelayanan kesehatan lain


Aplikasi SIMRS sangat berguna pada kasus rujukan, untuk seluruh pelayanan kesehatan di
rumah sakit sendiri atau luar rumah sakit. Dalam sistem manual, prosedur rujukan adalah
dengan mengirimkan kopian lembar resume medis pasien, dan membawa 1 atau 2
perawat yang mengantarkannya. Kesulitan dalam mengaplikasikan sistem ini adalah tidak
adanya standard sistem informasi rumah sakit di Indonesia. Masing-masing rumah sakit
dengan meluncurkan sistem mereka yang menurut mereka vendor paling bagus, namun
hal ini mengakibatkan tidak adanya komunikasi antar vendor dan tidak adanya
kesepakatan penanganan pelayanan kesehatan. Hal ini seharusnya menjadi pekerjaan
bagi pemerintah untuk mengeluarkan prosedur standard sistem informasi rumah sakit
sehingga antar rumah sakit memiliki prosedur yang sama.

Manfaat – manfaat diatas merupakan beberapa hal penting yang dapat dipertimbangkan rumah
sakit untuk mengimplementasikan SIMRS.
Pembangunan kesehatan Kabupaten Barito Kuala diarahkan untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat dan terwujudnya masyarakat Marabahan yang sehat tahun 2010. RSUD H.
Abdul Aziz Marabahan merupakan unsur penunjang pemerintah kabupaten di bidang kesehatan
yang bertugas mewujudkan hal tersebut.
RSUD H. Abdul Aziz Marabahan merupakan rumah sakit tipe C dengan luas tanah sebesar
3500 m2 dan kapasitas 95 tempat tidur serta 10 pelayanan poli rawat jalan. RSUD H. Abdul Aziz
Marabahan merintis pelaksanaan sistem informasi berbasis komputer sejak januari tahun 2012
yang bekerja sama dengan pihak Universitas Lambung Mangkurat. Dikarenakan pihak manajerial
lebih membutuhkan data yang semakin akurat dan mudah diakses dimanapun dan kapanpun,
maka pada tahun 2018 dilakukan pergantian vendor SIMRS. Aplikasi SIMRS dan perangkat yang
baru, sudah dipasang serta disosialisasikan ke unit ruangan yaitu loket, RM (Rekam Medik), IGD
(Instalasi Gawat Darurat), Radiologi, Elektromedik, Apotik, Laboratorium, Instalasi Rawat Inap, dan
hanya poli mata untuk Intalasi Rawat Jalan, serta kasir, namun dalam pelaksanaan proses aplikasi
SIMRS tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari petugas kesehatan yang
masih menggunakan kwitansi pembayaran untuk melakukan tagihan kepada pasien, petugas yang
masih belum mengentry data secara tepat waktu, petugas yang masih melakukan double entry,
bahkan beberapa komputer tidak mengaplikasikan SIMRS hanya dipergunakan untuk membuat
laporan.
Sebagian besar masalah yang timbul banyak dikarenakan perilaku user SIMRS. TAM
(Technology Acceptance Model) dapat mempelajari perilaku user dalam kesiapam menerima
teknologi baru. TAM merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan
digunakan oleh user yang terdiri dari lima konstruk utama yaitu kegunaan persepsian (perceived
usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived easy of use), sikap terhadap perilaku
(attitude towards) atau sikap menggunakan teknologi (attitude towards using technology), minat
perilaku (behavioral intention) atau minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral intention to
use) dan perilaku (behavior) atau penggunaan teknologi sesungguhnya (actual system use)(Prof
Jogiyanto HM,2007).

1.2 Ringkasan Identifikasi Masalah


Berdasar survei pendahuluan yang saya lakukan, permasalahan utama RSUD H. Abdul
Aziz Marabahan secara global adalah SIMRS tidak berjalan, sumber daya manusia kurang dari
segi kualitas maupun kuantitas, pelayanan lama, penurunan kunjungan rawat inap pada tahun
2018 sebesar 15,71% dan pihak manajemen sulit untuk mendapat informasi dalam hal
pengambilan keputusan di rumah sakit. Dari permasalahan secara global tersebut dilakukan
skoring masalah dan hasilnya prioritas masalah adalah SIMRS tidak berjalan.
Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) RSUD H. Abdul Aziz
Marabahanmerintis pelaksanaan sistem informasi berbasis komputer sejak januari tahun 2012
yang bekerja sama dengan pihak Universitas Lambung Mangkurat. Dikarenakan pihak manajerial
rumah sakit membutuhkan data yang semakin akurat dan mudah diakses dimanapun dan
kapanpun untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga menimbulkan kepuasan bagi
konsumen, maka pada tahun 2018 dilakukan pergantian vendor SIMRS. Namun dalam
implementasi SIMRS terdapat berbagai kendala yang ditemukan sehingga implementasi ini tidak
berjalan dengan baik. Hal ini didukung pula oleh petugas pemelihara system /server SIMRS yang
loyal meninggal 2 bulan lalu, sehingga aplikasi SIMRS sempat terhenti.
Berdasar survei pendahuluan yang saya lakukan, untuk aplikasi SIMRS di bagian loket
sudah berjalan dengan baik, namun terkadang harus melakukan double entry dikarenakan
software yang rumit dan minat petugas dalam menggunakan komputer kurang. Aplikasi SIMRS di
RM juga tidak berjalan sama sekali dikarenakan minat menggunakan komputer kurang dan masih
terbiasa dengan kertas. Aplikasi SIMRS di IGD tidak dapat berjalan dengan baik karena petugas
tidak dapat mengentrykan data secara tepat waktu. Hal ini terjadi akibat petugas IGD sendiri
terkadang kewalahan dengan pelayanan yang harus diberikan kepada pasien gawat darurat,
sementara dalam 1 shift hanya terdapat 2 - 3 orang perawat dan 1 orang dokter. Selain itu, budaya
user untuk menggunakan komputer masih kurang. Aplikasi SIMRS di bagian apotik sudah
dilakukan oleh petugas namun terdapat kendala yaitu user guide tidak sesuai dengan aplikasi
program. Aplikasi SIMRS di laboratorium belum berjalan dengan baik karena user merasa
penggunaan SIMRS rumit. Untuk aplikasi SIMRS di kasir masih belum menggunakan SIMRS yang
baru, masih menggunakan SIMRS lama, karena user merasa SIMRS baru rumit. Untuk aplikasi
SIMRS di Instalasi Rawat Inap di ruang utama dan Anggrek sudah berjalan dengan baik. Namun
pada ruang instalasi rawat inap selain ruang utama dan Anggrek belum berjalan dengan baik
dikarenakan terlambatnya entry data akibat penumpukan pasien. Selain itu, user juga merasa
.penggunaan SIMRS rumit serta budaya penggunaan komputer juga masih kurang
Dari hasil tersebut dilakukan identifikasi penyebab masalah dari SIMRS tidak berjalan
menggunakan fishbone yang ditiinjau dari 4 (empat) sudut pandang yaitu man (tenaga ahli kurang,
pengetahuan tentang pentingnya penggunaan SIMRS, ketertiban entry dan mutasi data SIMRS),
methode (SOP SIMRS tidak ada, buku manual SIMRS tidak sesuai, pelatihan SIMRS kurang
intensif), material (kurangnya sarana prasarana, software tidak sesuai dengan pelayanan RS,
sering terjadi gangguan jaringan, software kurang user friendly). dan environtment (jumlah pasien
banyak, ruangan terlalu sempit). Rencana alternatif solusi untuk masalah tersebut yaitu
penambahan tenaga ahli, pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS, sistem
reward and punishment, analisa TAM, pembuatan SOP SIMRS, perbaikan buku manual SIMRS,
pelatihan SIMRS secara intensif, penambahan sarana prasarana, perbaikan jaringan dan hardware
dan perbaikan atau penggantian software. Analisa masalah tersebut dilakukan skoring sehingga
solusi dititik beratkan pada analisa TAM, perbaikan/penggantian software, penambahan tenaga
ahli, penambahan sarana prasarana, sistem reward and punishment, pelatihan SIMRS secara rutin,
dan pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS. Dengan pelaksanaan beberapa
alternatif solusi tersebut diharapkan rumah sakit menggunakan SIMRS secara lebih optimal dan
mendapat data yang akurat serta membantu dalam pengambilan keputusan oleh tim eksekutif.
Pelaksanaan proyek magang dilakukan untuk lebih menganalisa masalah, penyebab
masalah dan solusi yang perlu diterapkan di RSUD H. Abdul Aziz dalam implementasi SIMRS serta
lebih difokuskan pada kesiapan user dan pihak manajerial dalam mengatasi permasalahan –
permasalahan yang muncul.

1. 3 Tujuan Proyek Magang


Tujuan dari proyek magang ini adalah untuk menganalisa kesiapan user SIMRS dalam
implementasi SIMRS dengan penerapan TAM (Technology Acceptance Model) dan juga
menganalisa solusi permasalahan dari sudut aspek sudut pandang manajerial yang lain.

1.4 Output Proyek Magang


Output proyek magang berupa saran bagi user dan rumah sakit dalam kesiapan
implementasi SIMRS dari berbagai sudut pandang manajerial agar SIMRS dapat berjalan dengan
baik.
BAB 2
PELAKSANAAN MAGANG

2.1 Studi pendahuluan


Sebelum diadakan proyek magang di RSUD H. Abdul Aziz Marabahansaya
melakukan survei pendahuluan terhadap rencana pelaksanaan magang yang akan
dilakukan. Beberapa masalah ditemukan dalam survei pendahuluan ini saya mencoba
menganalisa dengan mengidentifikasi penyebab masalah serta perkiraan alternatif solusi
yang mungkin akan diterapkan.

2.1.1 Permasalahan
Berikut daftar permasalahan yang ditemukan selama diadakan survei
pendahuluan:
Main Problem Potential Cause Root Cause
SIMRS tidak berjalan SDM ahli kurang Kesiapan user
Software kurang user friendly
Perilaku user
Sarana prasarana kurang
Pelatihan kurang intensif
SDM kurang Minat menjadi pegawai rumah sakit Gaji kurang
kurang
Tenaga ahli kurang
Gaji tenaga kontrak rendah
Pelayanan lama Tenaga ahli jarang ditempat Administrasi manual
Sistem administrasi masih manual
SDM kurang
Penurunan BOR Rumah sakit swasta pesaing Pelayanan lama
Pelayanan lama
Pihak eksekutif rumah sakit SIMRS tidak berjalan SIMRS tidak
sulit mendapat informasi Mutasi pegawai
berjalan
dalam pengambilan
keputusan dan pembuatan
laporan

Tabel 1. Daftar permasalahan global


2.1.2 Identifikasi Masalah
Berikut tabel identifikasi masalah dengan metode skoring untuk mendapatkan prioritas masalah dari daftar permasalahan
secara global di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan:
Main Problem Potential Cause Root Cause Skoring Severity
Dampak Berat Keuntungan jika
Negatif ringannya masalah
masalah diselesaikan
SIMRS tidak berjalan SDM ahli kurang Kesiapan 4 5 4 13
Software kurang user friendly user 3 3 3 9
Ketertiban entry&mutasi data 5 4 4 13
Sarana prasarana kurang 5 3 3 11
Pelatihan kurang intensif 4 5 4 13
SDM kurang Minat menjadi pegawai rumah Gaji kurang 3 4 3 10
sakit kurang
Tenaga ahli kurang 5 3 4 12
Gaji tenaga kontrak rendah 2 3 2 7
Pelayanan lama Tenaga ahli jarang ditempat Administrasi 4 3 3 10
Sistem administrasi masih manual 3 4 5 13
manual
SDM kurang 4 3 3 10
Penurunan BOR Rumah sakit swasta pesaing Pelayanan 2 3 1 6
Pelayanan lama lama 3 3 4 10
Pihak eksekutif rumah sakit sulit SIMRS tidak berjalan SIMRS tidak 4 5 5 14
mendapat informasi dalam Mutasi pegawai berjalan 1 3 1 5
pengambilan keputusan dan
pembuatan laporan

Tabel 2. Identifikasi masalah


Ket: Dampak negatif : skor 1 - 5 (tidak terlalu buruk sampai sangat buruk)
Berat ringannya masalah : skor 1 – 5 (sangat ringan sampai sangat berat)
Keuntungan jika masalah diselesaikan : skor 1- 5 (tidak menguntungkan sampai sangat menguntungkan)
Berdasar skor pemilihan masalah diatas, prioritas masalah dalam proyek magang ini adalah SIMRS tidak berjalan.
2.1.3 Identifikasi Penyebab Masalah

Tenaga ahli kurang

Pengetahuan tentang
pentingnya
penggunaan SIMRS

Ketertiban entry dan mutasi


data SIMRS

Jumlah pasien banyak


Software tidak sesuai
dengan pelayanan RS

Gambar 1. Diagram fishbone identifikasi penyebab masalah


2.1.4 Alternatif Solusi

Pertemuan rutin mengingat


pentingnya SIMRS

Gambar 2. Diagram fishbone alternatif solusi masalah


2.1.5 Solusi Terpilih
Solusi Skoring Kelayakan
Solusi
Dampak Berat Finansial
Positif Ringannya
Solusi
Man
- Penambahan tenaga ahli 4 5 5 14
- Pertemuan rutin mengingat 5 4 5 14
pentingnya penggunaan SIMRS
- Sistem reward and punishment 5 4 5 14
- Analisa TAM 5 5 4 14
Methode
- pembuatan SOP SIMRS 3 4 3 10
- perbaikan buku manual user 2 3 2 7
- pelatihan SIMRS secara intensif 5 4 5 14
Material
- penambahan sarana prasarana 3 5 5 13
- perbaikan jaringan dan 5 3 4 12
hardware
- perbaikan / penggantian 5 5 5 15
software
Environment
- perluasan ruangan 2 3 5 10

Tabel 3. Solusi terpilih berdasar skoring

Dari penilaian kelayakan solusi diatas, maka deskripsi solusi terpilih dititik beratkan pada hal
tersebut dibawah ini:
- Analisa TAM
- Perbaikan / penggantian software
- Penambahan tenaga ahli
- Penambahan sarana prasarana
- Sistem reward and punishment
- Pelatihan SIMRS secara intensif
- Pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS

2.1.6 Gambaran Solusi Terpilih


a. Analisa TAM
Analisa TAM dipilih sebagai alternatif utama dikarenakan asumsi bahwa
pemberlakuan sistem informasi membutuhkan kesiapan kognitif dan sikap dari
user. Pada masa transisi manual dan pelaksanaan SIMRS terdapat perubahan
sudut pandang dan juga hambatan yang terjadi pada internal user. TAM
merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan
digunakan oleh user yang terdiri dari lima konstruk utama yaitu kegunaan
persepsian (perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian
(perceived easy of use), sikap terhadap perilaku (attitude towards) atau sikap
menggunakan teknologi (attitude towards using technology), minat perilaku
(behavioral intention) atau minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral
intention to use) dan perilaku (behavior) atau penggunaan teknologi
sesungguhnya (actual system use)
Analisa TAM diperlukan untuk mengetahui kesiapan rumah sakit terutama
user dalam implementasi SIMRS, mencakup perilaku user. Analisa TAM
ditujukan untuk seluruh user SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.
b. Tenaga ahli
Penambahan tenaga ahli di bidang teknologi informasi (TI) terutama dengan
latar belakang pendidikan informatika sangat diperlukan dalam menjalankan
SIMRS. Dengan adanya tenaga ahli, dapat bertugas membantu tim IT RS
sehingga permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS dapat segera
diselesaikan dengan cepat.
c. Pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS
Pertemuan rutin dapat menjadi media pengingat bahwa SIMRS sangat
penting kegunaannya baik bagi user maupun kecepatan pelayanan. Selain itu,
dengan adanya pertemuan rutin, masalah-masalah yang timbul sehubungan
dengan interaksi antar unit dapat terpecahkan.

d. Sistem reward and punishment


Sistem ini diperlukan guna mencapai kepuasan kerja karyawan dan dapat
mendisiplinkan karyawan yang perilakunya menghambat implementasi SIMRS.
e. Pelatihan SIMRS secara intensif
Dalam proses belajar dan bukan dengan latar belakang TI, karyawan rumah
sakit terutama user memerlukan pelatihan secara intensif guna mengetahui apa
yang menghambat para karyawan dalam implementasi SIMRS. Selain user
pelatihan juga diberikan kepada seluruh karyawan baik paramedis dan non
paramedis, sehingga diharapkan meskipun user tidak berada ditempat, karyawan
lain dapat mengentry data.
2.1.7 Jadwal dan Tahapan Rencana Pelaksanaan Proyek Magang
Dari hasil survei pendahuluan yang saya lakukan, rencana tahapan pelaksanaan magang di RSUD H. Abdul Aziz
Marabahanadalah sebagai berikut:
Tahapan Tujuan Metode Instrumen dan Output Waktu (Minggu)
Sumber data 1 2 3 4
Mengumpulkan Memperoleh data Menghitung jumlah Observasi Data jumlah komputer √
data sekunder sekunder (jumlah komputer dan user dan user tiap unit
komputer dan user) tiap unit ruangan ruangan
Mengumpulkan Memperoleh data primer Pembagian Kuesioner, Data primer tentang √
data tentang model kuesioner ke masing- wawancara model perilaku user
implementasi penerimaan sistem masing ruangan (TAM) dalam 5
TAM teknologi informasi yang sumber data dari konstruk yaitu
akan digunakan user user SIMRS kegunaan persepsian,
(TAM) dalam menerima kemudahan
SIMRS penggunaan
persepsian, sikap
terhadap perilaku,
minat perilaku,
perilaku
Analisa dan Memperoleh kesimpulan Penghitungan data Hasil kuesioner Kesimpulan √
pengolahan data dari penerapan TAM dengan statistik penerapan TAM dan
Implementasi saran bagi rumah sakit
TAM dalam implementasi
SIMRS
Menyusun √
laporan
Tabel 4. Jadwal dan tahapan rencana pelaksanaan proyek magang
2.2 Pelaksanaan Proyek Magang
Berikut pelaksanaan proyek magang yang saya lakukan, terdapat perbedaan dengan rencana proyek magang yang telah saya susun,
sehubungan dengan berbagai kendala yang muncul.

2.2.1 Tahapan Pelaksanaan Proyek Magang


Tahapan Tujuan Metode Instrumen dan Output Waktu (Minggu)
Sumber data 1 2 3 4 5
Studi Mengetahui dan Observasi dan Observasi dan Proposal proyek √
pendahuluan menemukan Wawancara wawancara magang
dan pembuatan permasalahan secara
proposal garis besar serta
magang penyebab
permasalahan

Persiapan Perkenalan tentang Konsultasi dengan Wawancara Presentasi awal √


presentasi awal acara proyek magang user, pihak magang
Presentasi awal tentang SIMRS manajemen, dosen
pembimbing
lapangan, dosen
pembimbing
akademik
Mengumpulkan Memperoleh data Laporan Tahunan Data jumlah komputer √
data sekunder sekunder (jumlah Rumah Sakit dan user tiap unit
komputer dan user) ruangan
Mengumpulkan Memperoleh data primer Pembagian Kuesioner, Data primer tentang √ √
data tentang model kuesioner ke masing- wawancara, model perilaku user
implementasi penerimaan sistem masing ruangan dokumentasi (TAM) dalam 5
TAM teknologi informasi yang konstruk yaitu
akan digunakan user sumber data dari kegunaan persepsian,
(TAM) dalam menerima user SIMRS kemudahan
SIMRS penggunaan
persepsian, sikap
terhadap perilaku,
minat perilaku,
perilaku
Analisa dan Memperoleh kesimpulan Penghitungan data Hasil kuesioner Kesimpulan hasil √
pengolahan data dari penerapan TAM dengan statistik penelitian
Implementasi
TAM
Diskusi hasil Mengetahui respon Diskusi Hasil olah data Kesimpulan dan saran √
pihak manajemen dan tentang hasil penelitian
pihak terkait SIMRS penerapan TAM dan
tentang hasil penelitian saran bagi rumah sakit
dalam implementasi
SIMRS
Menyusun Format laporan Saran bagi rumah √ √
laporan akhir magang sakit dalam
implementasi SIMRS
Tabel 5. Tahapan pelaksanaan proyek magang
2.2.2 Pengambilan Data Primer
Dalam proyek magang ini dilakukan penelitian dalam rangka pengambilan
data primer untuk kemudahan menganalisa kesiapan user SIMRS dalam implementasi
SIMRS dengan penerapan TAM (Technology Acceptance Model) dan juga menganalisa
solusi permasalahan dari sudut aspek sudut pandang manajerial yang lain.

2.2.2.1 Jenis Penelitian Proyek Magang


Jenis penelitian yang dilakukan dalam proses magang ini adalah penelitian
ekspalanatory survei.

2.2.2.2 Sampel dan Populasi Penelitian Proyek Magang


Sampel penelitian adalah seluruh user di tiap unit di RSUD H. Abdul Aziz yang sudah
terpasang perangkat software SIMRS.
Populasi penelitian adalah seluruh karyawan baik paramedis dan nonparamedis di
RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.

2.2.2.3 Cara pengambilan Data


Cara pengambilan data penelitian proyek magang sebagai berikut:
1. Kuesioner
Responden diminta mengemukakan pendapatnya dengan menjawab pertanyaan tentang
variabel yang diteliti, baik berupa pertanyaan tertutup maupun pertanyaan terbuka.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengemukakan beberapa pertanyaan pada sejumlah
kecil responden, dimana tujuannya untuk melengkapi data.
3. Dokumentasi
Hasil wawancara disimpan dalam bentuk tulisan dan rekaman.

2.2.2.4 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian Proyek Magang


1. Kegunaan persepsian (perceived usefullness)
Kegunaan persepsian (perceived usefullness) didefinisikan sebagai sejauh mana
seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerjanya.
Variabel yang digunakan adalah:
- SIMRS bermanfaat untuk tugas user
- SIMRS memudahklan pekerjaan user
- SIMRS mempercepat pekerjaan user
2. Kemudahan penggunaan persepsian (Percerived Easy of Use)
Kemudahan penggunaan persepsian (Perceived Easy of Use) didefinisikan sebagai
sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan bebas dari usaha.
Variabel yang digunakan adalah:
- SIMRS mudah dipelajari
- SIMRS mudah dioperasikan
- SIMRS bisa membuat seseorang lebih mahir
3. Sikap pengguna (Attitude Towards)
Sikap terhadap perilaku pengguna didefinisikan oleh Davis et al (1989) sebagai
perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang
ditentukan.
Variabel yang digunakan adalah:
- Sikap menerima implementasi SIMRS karena bermanfaat untuk user
- Sikap menerima implementasi SIMRS karena memperingan tugas user
- Sikap menerima implementasi SIMRS karena mudah dipelajari
- Sikap menolak implementasi SIMRS karena menambah beban pekerjaan
- Sikap menolak implementasi SIMRS karena sulit dioperasikan
- Sikap menolak implementasi SIMRS karena tidak bisa mengoperasikan komputer
4. Minat perilaku (Behavioral Intention to Use)
Minat perilaku (Behavioral Intention to Use) adalah suatu keinginan (minat)
seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Variabel yang digunakan adalah:
- User merasa tidak mampu menguasai SIMRS
- User akan memakai dan mengembangkan pemakaian SIMRS
- User akan selalu menggunakan SIMRS di masa akan datang
- User menyarankan rekan kerjanya untuk mengimplementasikan SIMRS
- User menyampaikan hal-hal positif tentang penggunaan SIMRS ke rekan kerjanya
5. Kenyataan perilaku implementasi SIMRS (Actual system use)
Kenyataan perilaku implementasi SIMRS (Actual system use) adalah tindakan yang
dilakukan seseorang dalam penggunaan sesungguhnya sebuah teknologi.
Variabel yang digunakan adalah:
- User selalu menggunakan SIMRS saat bekerja
- User selalu mendalami, mengembangkan kemampuan teknis dan mempelajari
SIMRS
- User merasa puas dapat menggunakan SIMRS
- User merasa puas menggunakan SIMRS
- User tidak menggunakan SIMRS karena unit lain tidak menggunakan

2.2.2.5 Metode Analisis Data


Untuk menyimpulkan tujuan penelitian, data diolah secara deskriptif. Analisa
deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran responden, meliputi jenis kelamin,
umur, profesi, pendidikan, rata-rata penggunaan komputer, dan kebiasaan aplikasi komputer
yang sering dipakai di rumah sakit. Selain itu, juga mengetahui gambaran dari konstruk TAM
yaitu kegunaan persepsian (perceived usefullness), kemudahan penggunaan persepsian
(Percerived of Use), sikap terhadap perilaku pengguna (Attitude Towards), minat perilaku
(Behavioral Intention), dan kenyataan perilaku implementasi SIMRS (Actual system use)
berdasarkan distribusi frekuensi pada masing-masing variabel.

2.3 Kendala dan Perubahan Rencana Proyek Magang


Kendala yang dihadapi selama proses magang berlangsung adalah pada saat
proses pembagian kuesioner, banyak user yang sedang tidak pada unitnya, misal ada
Latihan Pra Jabatan (Prajab PNS), sehingga terdapat perubahan rencana proyek magang
dimana semula pengumpulan data primer berupa kuesioner diperpanjang menjadi 2 minggu.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


RSUD H. Abdul Aziz Marabahan dengan luas tanah sebesar 3500 m2 dan kapasitas
161 TT (tempat tidur), 10 pelayanan poli rawat jalan., Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Instalasi Bedah Sentral (OK), dan Instalasi Perawatan Intensif (ICU). Instalasi rawat inap
dengan rincian ruang Anggrek 6 TT, ruang Teratai 14 TT, ruang kebidanan 22 TT, ruang
perinatologi 19 TT, ruang bedah Kenanga 8 TT, ruang anak Kenanga 10 TT, ruang Penyakit
dalam Kenanga 10 TT, dan ruang Isolasi Kenanga 6 TT. Instalasi rawat jalan meliputi poli
kebidanan dan kandungan, poli kesehatan anak, poli penyakit THT, poli penyakit bedah, poli
kesehatan umum, poli mata, poli gigi dan mulut, poli penyakit dalam, poli gizi, dan poli syaraf.
Selain pelayanan medis juga terdapat pelayanan penunjang medis dan non medis antara
lain; Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi laboratorium, Fisioterapi,
Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS), Rekam Medis, Laundry, Cleaning Service, Satuan
Pengamanan (Satpam), dan ambulance.

3.1.1 Visi RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


Visi RSUD H. Abdul Aziz Marabahan yaitu menjadikan rumah sakit yang bermutu,
ramah dalam pelayanan dan sebagai Rumah Sakit Rujukan.

3.1.2 Misi RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


Misi RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
1. Peningkatan Mutu Pelayanan
2. Peningkatan Kinerja SDM, Manajemen dan Administrasi
3. Penyediaan sarana dan prasarana sesuai standar

3.1.3 Tujuan RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


Tujuan RSUD H. Abdul Aziz Marabahanyaitu meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan secara merata kepada masyarakat; terselenggaranya pelayanan medis,
penunjang medis dan non medis; terselenggaranya pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan secara profesional; terselenggaranya diklat litbang, terselenggaranya
adminstrasi umum dan keuangan secara profesional; serta meningkatnya retribusi rumah
sakit.

3.1.4 Sasaran RSUD H. Abdul Aziz Marabahan


Sasaran RSUD H. Abdul Aziz Marabahanyaitu; meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan secara merata kepada masyarakat; terselenggaranya pelayanan medis,
penunjang medis dan non medis; terselenggaranya pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan secara profesional; terselenggaranya diklat dan litbang; terselenggaranya
administrasi umum dan keuangan secara profesional; dan meningkatnya retribusi rumah
sakit.
3.1.5 Rencana Strategis RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
Rencana strategi RSUD H. Abdul Aziz Marabahanuntuk menuju visi, misi dan tujuan
rumah sakit yaitu:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan medis, penunjang medis maupun non medis
Yang dimaksud kualitas pelayanan medis (seperti diagnosa, pengobatan, dan lain-
lain), penunjang medis (seperti radiologi, fisioterapi, laboratorium, apotik, dan lain-lain).
Maupun kualitas pelayanan (seperti keramahan, senyum, kecepatan penanganan, dan
lain-lain). Dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
diharapkan :
a. Tingkat kepercayaan pelanggan makin meningkat
b. Kunjungan ke rumah sakit meningkat
c. Pendapatan rumah sakit makin meningkat
Dengan tersedianya biaya operasional maka peningkatan kualitas makin dapat
ditingkatkan. Dengan demikian akan terjadi lingkaran saling ketergantungan dan saling
berpengaruh. Masyarakat akan memilih instansi pelayanan kesehatan dengan melihat
kualitas pelayanan terlebih dahulu. Oleh karena itu, strategi peningkatan kualitas
pelayanan harus diletakkan sebagai strategi yang pertama dan utama.
2. Meningkatkan penampilan fisik rumah sakit baik gedung maupun lingkungannya, baik
kualitas maupun kuantitas
Penampilan fisik yang kurang memadai akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan dan kepuasan pelanggan. Oleh karenanya strategi yang kedua ini harus
dijalankan dalam rangka mendukung strategi yang pertama dan strategi yang ketiga.
Tidak jarang penampilan fisik yang kurang memadai menyebabkan kualitas pelayanan
menurun dan juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan pelanggan.
Apabila hal ini terjadi secara otomatis jumlah kunjungan akan menurun yang pada
akhirnya pendapatan rumah sakit akan menurun pula.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia secara profesional
Untuk memberikan pelayanan yang prima diperlukan tenaga kesehatan yang
memenuhi standar atau kualifikasi tertentu dan yang selalu meningkatkan kemampuan
keilmuan serta ketrampilannya. Disamping itu diperlukan juga jumlah tenaga yang cukup
agar pelayanan terhadap pelanggan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Untuk dapat
meningkatkan sumber daya manusia dapat ditengahi dengan cara penyediaan anggaran
untuk peningkatan SDM, pelaksanaan pelatihan biaya diadakan sendiri oleh rumah sakit
maupun mengirim ke instansi lain.
Rencana Strategis RSUD H. Abdul Aziz Marabahan

Indikasi kegiatan Pagu Indikatif


Sumber Lokas
No. Program Indikator keluaran Kerangka Anggaran Kerangka Tahun -1 Tahun -2 Tahun -3 Pendapatan Kegiata
Kebijakan Regulasi
1
2 3 4 5
1 Meningkatkan 1. Penambahan 1 a. Alkes sesuai standart Alkes Peningkatan 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000 APBN/DAU Kraksaa
kualitas pelayanan sarana dan Rumah Sakit type C mutu
medis, penunjang prasarana non fisik b. RASK terpenuhi 100% pelayanan
medis, dan non Rumah Sakit (alkes
medis rumah tangga, dll) - Alkes 50.000.000 60.000.000 70.000.000 APBN/PAD Kraksaa
-Alat-alat kantor 50.000.000 60.000.000 70.000.000 APBN/PAD Kraksaa
-Alat-alat rumah tangga 60.000.000 65.000.000 70.000.000 APBN/PAD Kraksaa
-Komputer 30.000.000 35.000.000 40.000.000 APBN/PAD Kraksaa
-Pengadaan AC 67.500.000
-Gaji dan tunj. Peg 3.967.828.800 4.761.394.560 5.713.673.472 APBN/DAU Kraksaa
-Honorarium & Upah 13.500.000 13.500.000 13.500.000 APBD/PAD Kraksaa
-Bhn habis pakai ktr 75.000.000 100.000.000 125.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Jasa kantor 224.900.000 292.370.000 380.081.000 APBD/PAD Kraksaa
-Cetak&kep kantor 75.000.000 90.000.000 105.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Makan& Minum pasien 375.000.000 400.000.000 425.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Bhn kes.habis pakai 250.000.000 300.000.000 350.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Bhn radiologi 100.000.000 125.000.000 150.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Bhn laboratorium 125.000.000 150.000.000 175.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Obat-obatan 150.000.000 175.000.000 200.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Penguburan pasien TM 8.000.000 9.000.000 10.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Perjalanan dinas 75.000.000 100.000.000 125.000.000 APBD/PAD Kraksaa
2. Pemeliharaan sarana 2. Tidak ada kerusakan
& prasarana non fisik sarana prasarana non fisik -Pemeliharaan Instalasi 25.000.000 30.000.000 35.000.000 APBD/PAD Kraksaa
(alkes, RT, dll) -Pemeliharaan jaringan 25.000.000 30.000.000 35.000.000 APBD/PAD Kraksaa
-Pemeliharaan angkutan 25.000.000 30.000.000 35.000.000 APBD/PAD Kraksaa
3. Akreditasi 12 program -Pemeliharaan alat RT 75.000.000 100.000.000 125.000.000 APBD/PAD Kraksaa
3. Terakreditasinya Rumah -Pemeliharaan Alkes 75.000.000 100.000.000 125.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Sakit 12 program
4. Terwujudnya ISO- Rumah Sakit 100.000.000 APBD/PAD Kraksaa
2000 Rumah Sakit 4. Terwujudnya ISO-2000 wajib
Rumah Sakit akreditasi

5. Penyuluhan 75.000.000 APBD/PAD Kraksaa


Kesehatan 5. PKMRS terlaksana 2-
Masyarakat RS minggu sekali

Peningkatan 7.500.0000 APBD/PAD Kraksaa


peran
masyarakat
6. Pemantauan dalam
Kesehatan 6. Terlaksananya kesehatan
Lingkungan RS pemanatauan Kesehatan rujukan
Lingkungan RS
Standarisasi 7.500.000 APBD/PAD Kraksaa
mutu
7. Kerjasama Lintas 7. Kerjasama/ kesehatan
Sektor, LSM dan penyuluhanlintas sektor 2 lingkungan
tokoh masayarakat minggu sekali Rumah Sakit
setempat
Peningkatan 7.500.000 APBD/PAD Kraksaa
peran serta
8. Penambahan masyarakat
sarana& prasarana Adanya Ruang NICU dalam
fisik Rumah Sakit Adanya ruang khusus kesehatan
Adanya ruang tindakan rujukan
Perluasan paviliun
Adanya poliklinik dan Adanya Ruang NICU Peningkatan 320.400.000 APBD/PAD Kraksaa
sekretariat terpadu Adanya ruang khusus pelayanan 213.600.000 APBD/PAD Kraksaa
Adanya loket terpadu Adanya ruang tindakan kesehatan 1.615.350.000 APBD&APBN Kraksaa
Adanya gudang alkes Perluasan paviliun rujukan 450.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Adanya bengkel Adanya poliklinik dan 4.896.050.000 APBD&APBN Kraksaa
Adanya master plan sekretariat terpadu
Adanya R. pertemuan Adanya loket terpadu 267.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Perluasan R. TU Adanya gudang alkes 267.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Adanya gedung IPS Adanya bengkel 300.000.000 APBD/PAD Kraksaa
R. perawatan luka bedah Adanya master plan 250.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Pemb.lobi, joglo & pagar Pav Adanya R. pertemuan 168.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Tenggaer Perluasan R. TU 250.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Lanjutan R.RR Adanya gedung IPS 130.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Lanjutan OK MOW R. perawatan luka bedah 40.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Program billing system Pemb.lobi, joglo & pagar Pav 110.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Pengadaan tempat tidur Tenggaer
9. Pemeliharaan sarana Paving depan apotik Lanjutan R.RR 440.000.000 APBD/PAD Kraksaa
& prasarana fisik Lanjutan OK MOW 205.000.000 APBD/PAD Kraksaa
10. Renovasi & Tidak ada kerusakan sarana Program billing system 200.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Rehabilitasi prasarana fisik Pengadaan tempat tidur 750.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Paving depan apotik 40.000.000 APBD/PAD Kraksaa
Rehab bangunan
Pemeliharaan gedung Peralatan 75.000.000 100.000.000 125.000.000 APBD/PAD Kraksaa
medis harus
terkalibrasi
Rehab R. Farmasi & Lab 100.000.000
Rehab R. Anak klas 1 100.000.000
Rehab R. Obgyn 100.000.000
2 Meningkatkan 1. Penambahan SDM 6 orangpertahun Jasa Pegawai non PNS Peningkatan 1.424.520.000 1.588.320.000 1.752.120.000 APBN/DAU Kraksaa
kualitas dan 2. Diklat Litbang Pengembangan SDM mutu
kuantitas SDM 3. Pemberian reward 30 orang pertahun pelayanan 75.000.000 90.000.000 105.000.000 APBD/PAD Kraksaan
dan pushment - Reward bagi yang
berprestasi, berupa:
a. pemberian insentif
b. pemberian penghargaan
(piagam)
-Punishment bagi yang
melanggar aturan
a. sangsi administrasi
b. sangsi tindakan
c. penundaan kenaikan
pangkat
4. Pembinaan SDM d. mutasi
Pertemuan rutin perawat 1 Peningkatan
minggu sekali mutu
Pertemuan rutin medis 1 pelayanan
minggu sekali
Pertemuan penunjang
medis dan non medis 2
5. Pengawan minggu sekali
melekat/SPI Laporan rutin SPI sebulan Peningkatan
sekali mutu
pelayanan
3 Evaluasi, 1. Revisi Perda Tarif Adanya perda tarif baru Peningkatan 2.000.000.000 2.250.000.000 2.500.000.000 APBD/PAD Kraksaan
penyesuaian Perda Rumah Sakit mutu
dan peraturan lain 2. Evaluasi komposisi PAD meningkat pelayanan
penerimaan PAD
3. Evaluasi penerimaan
jasa medis Adanya 5 % kenaikan JM
4 Kerjasama dengan 1. Kerjasama dengan Adanya 2 % kenaikan klaim Peningkatan
pihak ketiga Jamsostek PT. Jamsostek Kerjasama
Tepatnya waktu dengan pihak
pembayaran klaim ketiga
2. Kerjasama dengan Adanya 2 % kenaikan klaim
askes PT. Askes
Tepatnya waktu
pembayaran klaim
3. Kerjasama dengan Bertambahnya 1
perusahaan / BU lain perusahaan / BU yang
melakukan IKS dengan
RSU
3.1.6 Kinerja RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
Sumber daya manusia (SDM) di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan terdiri dari 24
tenaga medis (dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi), 138 tenaga paramedis non
perawatan (penata rawat, perawat kesehatan, bidan, perawat gigi, perawat pembantu),
44 tenaga paramedis non perawatan (analis, apoteker, sarjana kesehatan masyarakat,
asisten apoteker, penata fisioterapi, penata anestesi, penata gizi, pekarya kesehatan,
ATEM, sanitasi, penata lingkungan hidup, radiografi, refraksionis), 129 tenaga non
medis (pegawai tamatan sarjana, SLTA, SMKK, SLTP, SD), dan 14 tenaga eselon
(dokter, dokter gigi, sarjana, D3/sarmud, SLTA).
No. Uraian Satuan Jumlah
1 Tenaga Medis (dokter umum, dokter gigi dan dokter orang 24
spesialis)
2 Paramedis perawatan ( penata rawat, perawat orang 138
kesehatan, bidan, perawat gigi, perawat pembantu)
3 Paramedis non perawatan (analis, apoteker, SKM, orang 44
ssisten apoteker, penata fisioterapi, penata anestesi,
penata gizi, pekarya kesehatan, ATEM, sanitasi,
penata lingkungan hidup, radiografi, refraksionis)
4 Non medis/paramedis (sarjana, SLTA, SMKK, SLTP, orang 129
SD)
5 Tenaga eselon orang 14
JUMLAH 348
Tabel 7. Gambaran keadaan SDM
Keadaan keuangan RSUD H. Abdul Aziz Marabahan mengalami peningkatan
pendapatan dari tahun 2015 sampai 2018, dimana pada tahun 2015 dan 2016 realisasi
anggaran APBD lebih besar dari anggaran APBD yang disediakan sehingga rumah sakit
mengalami kerugian, namun pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 realisasi anggaran
APBD lebih kecil daripada anggaran APBD yang disediakan pemerintah sehingga rumah
sakit mendapat keuntungan. Realisasi retribusi pendapatan rumah sakit lebih besar daripada
retribusi yang ditargetkan sehingga rumah sakit juga mendapatkan keuntungan dari retribusi.
Kunjungan rawat jalan, kunjungan IGD, kegiatan operasi, kegiatan bedah, kunjungan
pelayanan keluarga berencana, kunjungan fisioterapi, laboratorium dan radiologi mengalami
peningkatan dari tahun 2015 sampai 2018.
Kunjungan rawat inap RSUD H. Abdul Aziz Marabahan dapat dilihat dengan indikator
Bed Ocupancy Rate (BOR). Bed Ocupancy Rate (BOR) RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
tahun 2015 sampai tahun 2016 meningkat yaitu dari 60,13 % menjadi 74,94%, namun pada
tahun 2017 mengalami penurunan kembali menjadi 68,48% dan tahun 2018 mengalami

peningkatan menjadi 80,71 %. Standar ideal menurut depkes yaitu 60% sampai 85%.
No. Indikator Satuan 2015 2016 2017 2018
1 BOR (64 – 68 %) % 60,13 74,94 68,48 80,71
2 ALOS (3 – 12 hari) Hari 4,31 3,7 4 5
3 BTO (40 – 50 x) Kali 47,46 74,22 70,92 57
4 TOI (1-3 hari) Hari 3,00 1 2 1
5 NDR (≤ 25%o) %o 8,779 15,617 16,605 21
6 GDR (≤ 45%o) %o 18,675 31,642 30,983 33
Tabel 8. Gambaran kunjungan rawat inap
Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) RSUD H. Abdul Aziz Marabahan
merintis pelaksanaan sistem informasi berbasis komputer sejak januari tahun 2012 yang
bekerja sama dengan pihak Universitas Lambung Mangkurat. Dikarenakan pihak manajerial
lebih membutuhkan data yang semakin akurat dan mudah diakses dimanapun dan
kapanpun, maka pada tahun 2018 dilakukan pergantian vendor SIMRS. Namun dalam
implementasi SIMRS terdapat berbagai kendala yang ditemukan sehingga implementasi ini
tidak berjalan dengan baik. Hal ini didukung pula oleh petugas SIMRS yang loyal meninggal
2 bulan lalu, sehingga aplikasi SIMRS sempat terhenti.
Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) RSUD H. Abdul Aziz
Marabahanmerintis pelaksanaan sistem informasi berbasis komputer sejak januari tahun
2012 yang bekerja sama dengan pihak Universitas Lambung Mangkurat. Dikarenakan pihak
manajerial lebih membutuhkan data yang semakin akurat dan mudah diakses dimanapun
dan kapanpun, maka pada tahun 2018 dilakukan pergantian vendor SIMRS. Namun dalam
implementasi SIMRS terdapat berbagai kendala yang ditemukan sehingga implementasi ini
tidak berjalan dengan baik. Hal ini didukung pula oleh petugas SIMRS yang loyal meninggal
2 bulan lalu, sehingga aplikasi SIMRS sempat terhenti. Aplikasi SIMRS terdapat di ruangan;
loket, RM (Rekam Medik), IGD (Instalasi Gawat Darurat), Radiologi, Elektromedik, Apotik,
Laboratorium, Instalasi Rawat Inap, dan hanya poli mata untuk Intalasi Rawat Jalan, serta
kasir, namun dalam pelaksanaan proses aplikasi SIMRS tidak berjalan sebagaimana
mestinya.

3.2 Data Sekunder dan Data Primer


3.2.1 Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh dari proyek magang ini adalah data jumlah
komputer dengan aplikasi software SIMRS dan data karyawan tiap unit ruang sebagai
berikut:
No Unit terdapat Ruang Komputer dengan
Software Perangkat SIMRS
SIMRS
1 Rawat jalan Poli Umum -
Poli Gigi dan Mulut -
Poli Penyakit Dalam -
Poli Bedah -
Poli Obgyn -
Poli Syaraf -
Poli THT -
Poli Mata 1
Poli Anak -
Fisioterapi -
IGD 1
ICU 1
2 Rawat Inap Anggrek 1
ICU 1
Dalam 1
Bedah 1
Kebidanan 1
Anak 1
Isolasi -
3 Penunjang Laboratorium 1
Medis Radiologi 1
Farmasi 2
EKG 1
Kamar Operasi 1
Recovery Room -
Kamar Mayat -
4 Loket Loket 1 & 3 2
5 Rekam Medik Rekam Medik 1
6 Kasir Kasir 2
6 Server Pusat Server Pusat 3
JUMLAH 23
Tabel 9. Data jumlah komputer dengan perangkat SIMRS dalam ruangan
Dari tabel diatas, dapat diketahui hanya pada terdapat 23 komputer atau hanya 18
ruang dari 30 ruangan yang dipasang perangkat SIMRS.

No Unit terdapat Ruang Rincian Jumlah Karyawan


Software menguasai
SIMRS SIMRS
1 Rawat jalan Poli mata 1 Dokter Spesialis 4 1
3 perawat
IGD 2 Dokter Umum 25 6
12 Perawat D3
2 SPK
7 SMA
ICU 10 Perawat D3 12 1
2 S1
2 Rawat Inap Anggrek 10 Perawat D3 17 2
4 Asisten Perawat
1 Adminstrasi (D1)
2 CS (SMP)
Teratai 12 Perawat D3 17 1
5 Asisten Perawat
Dalam 8 Perawat D3 10 2
1 SPK
1 S1
Bedah 1 Perawat S1 14 3
9 Perawat D3
3 SMA
2 SMP
Kebidanan 15 Bidan D3 23 3
2 D1
2 D4
1 S1
2 SMA
1 SMP
Anak 12 Perawat D3 17 2
5 Asisten Perawat
(SMA)
3 Penunjang Laboratoriu 1 Dokter Spesialis 15 1
Medis m 1 S1
6 Analis D3
1 SMK Analis
2 Perawat D3
1 D3 Kesling
3 SMA
Radiologi 1 Dokter Spesialis 8 6
5 Radiografer D3
1 D4
1 SMA
EKG 2 D3 Perawat 2 1
Farmasi 2 Apoteker 12 5
4 Farmasi D3
1 S1
2 SMA
3 admin (SMA)
Kamar 1 1
Operasi
4 Loket Loket 8 Admin 8 4
5 Rekam Medik Rekam 8 1
Medik
6 Kasir Kasir 6 4
Tabel 10. Data jumlah karyawan dalam ruangan

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dalam satu ruangan tidak semua karyawan
menguasai SIMRS.
3.2.2 Data Primer
3.2.2.1 Data Identitas Responden

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 13 37.1 37.1 37.1
perempuan 22 62.9 62.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 11. Tabel frekuensi jenis kelamin responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa 62,9 % responden berjenis kelamin perempuan


dan 37,1 % responden berjenis kelamin laki-laki.

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18-24 tahun 3 8.6 8.6 8.6
25-30 tahun 16 45.7 45.7 54.3
31-35 tahun 8 22.9 22.9 77.1
36-40 tahun 2 5.7 5.7 82.9
40-45 tahun 4 11.4 11.4 94.3
lebih dari 45 tahun 2 5.7 5.7 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 12. Tabel frekuensi umur responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 25 – 30


tahun.

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMA 10 28.6 28.6 28.6
DIPLOMA 19 54.3 54.3 82.9
SARJANA 6 17.1 17.1 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 13. Tabel frekuensi pendidikan responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa 54,3 % responden lulusan diploma, 28,6 % lulusan
SMA dan 17,1 % lulusan sarjana.

Profesi di RS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid paramedis 20 57.1 57.1 57.1
non paramedis 15 42.9 42.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 14. Tabel frekuensi frekuensi responden di RS

Tabel diatas menunjukkan bahwa profesi responden 57,1 % paramedis dan 42,9%
adalah responden non paramedis.
Rata-rata menggunakan komputer dalam 1 hari di RS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang dari = 30 menit 9 25.7 25.7 25.7
30-60 menit 9 25.7 25.7 51.4
1-4 jam 7 20.0 20.0 71.4
>4 jam 10 28.6 28.6 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 15. Tabel frekuensi responden rata-rata penggunaan komputer dalam 1 hari di RS

Tabel diatas menunjukkan bahwa 25,7 % menggunakan komputer kurang


dari 30 menit sampai dengan 60 menit dalam 1 hari di RS; 20 % menggunakan
komputer 1-4 jam dan 28,6 % lebih dari 4 jam.

Aplikasi komputer yang sering dipakai di RS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid microsoft office 3 8.6 8.6 8.6
SIMRS (billing) 31 88.6 88.6 97.1
game 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 16. Tabel frekuensi aplikasi komputer yang sering dipakai responden di RS

Tabel diatas menunjukkan bahwa aplikasi komputer yang banyak dipakai oleh
responden di RS adalah SIMRS yaitu sebanyak 88,6 %; microsoft office 8,6 % dan 2,9 %
menggunakan game.

3.2.2.2 Data dan Analisa TAM


Analisa TAM untuk mengetahui kesiapan user dan rumah sakit dalam implementasi
SIMRS diperoleh dengan metode kuesioner. Analisa dekriptif terhadap variabel tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan persepsian (perceived usefullness)
Variabel yang digunakan adalah:
- SIMRS bermanfaat untuk tugas user
- SIMRS memudahkan pekerjaan user
- SIMRS mempercepat pekerjaan user

Tabel 17. Tabel frekuensi penggunaan SIMRS bermanfaat untuk tugas responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan SIMRS bermanfaat (data


valid) bagi responden, 3, 2 % tidak setuju, 19,4 % kurang setuju, 61,3 % setuju dan 19,4
% sangat setuju bahwa SIMRS bermanfaat untuk tugas user terutama dalam kevalidan
data.
Tabel 18. Tabel frekuensi penggunaan SIMRS memudahkan pekerjaan responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan SIMRS memudahkan atau


memperingan tugas user, 3,2 % tidak setuju, 25,8% kurang setuju, 49,4 % setuju dan
22,6 % sangat setuju bahwa SIMRS memudahkan pekerjaan user, pengolahan dan
penyimpanan data menjadi lebih praktis.

Penggunaan SIMRS mempercepat pekerjaan saya


-
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak
1 3.2 3.2 3.2
setuju
kurang
12 38.7 38.7 41.9
setuju
setuju 12 38.7 38.7 80.6
sangat
6 19.4 19.4 100.0
setuju
Total 31 100.0 100.0
Tabel 19. Tabel frekuensi penggunaan SIMRS mempercepat pekerjaan responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan SIMRS mempercepat


pekerjaan user, 3,2 % tidak setuju, 38,7 % kurang setuju, 38,7 % setuju dan 19,4 %
sangat setuju bahwa SIMRS mempercepat pekerjaan user, waktu yang dipergunakan
lebih efisien.

Gambar 3. Grafik variabel konstruk TAM perceived usefulness (persepsi manfaat)


Berikut tabel tentang presentase user tentang persepsi manfaat SIMRS

Gambar 4. Grafik rata-rata persepsi manfaat SIMRS menurut responden

Dari grafik diatas menunjukkan frekuensi responden 2,87 atau 71,75% dari
seluruh responden menyatakan bahwa SIMRS bermanfaat bagi responden.
Secara global keadaan perceived usefulness adalah user merasakan manfaat
dari penggunaan SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.
2. Kemudahan penggunaan persepsian (Perceived Easy of Use)
Variabel yang digunakan adalah:
- SIMRS mudah dipelajari
- SIMRS mudah dioperasikan
- SIMRS bisa membuat seseorang lebih mahir

SIMRS mudah dipelajari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang setuju 6 19.4 19.4 19.4
setuju 24 77.4 77.4 96.8
sangat setuju 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 20. Tabel frekuensi SIMRS mudah dipelajari responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan SIMRS mudah dipelajari,


19,4 % kurang setuju, 77,4 % setuju dan 3,2 % sangat setuju bahwa SIMRS mudah
dipelajari oleh user.

SIMRS mudah dioperasikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 1 3.2 3.2 3.2
kurang setuju 8 25.8 25.8 29.0
setuju 22 71.0 71.0 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 21. Tabel frekuensi SIMRS mudah dioperasikan responden

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan SIMRS mudah dioperasikan,


3,2% tidak setuju, 25,8% kurang setuju, dan 71% setuju bahwa SIMRS mudah
dioperasikan user.

Mudah menjadi mahir mengoperasikan komputer

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 2 6.5 6.5 6.5
kurang setuju 10 32.3 32.3 38.7
setuju 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 22. Tabel frekuensi SIMRS membuat responden menjadi mahir dalam mengoperasikan komputer
Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menjadi mudah mahir
mengoperasikan SIMRS, 6,5% tidak setuju, 32,3% kurang setuju, dan 61,3% setuju
bahwa SIMRS membuat user lebih mahir dalam mengoperasikan SIMRS.

Gambar 5. Grafik variabel konstruk TAM perceived easy of use (persepsi kemudahan penggunaan)

Persepsi kemudahan
20

10
F re q u e n cy

Std. Dev = .45


Mean = 2.69
0 N = 31.00
1.50 2.00 2.50 3.00

Persepsi kemudahan

Gambar 6. Grafik rata-rata persepsi kemudahan SIMRS menurut responden

Dari grafik diatas menunjukkan frekuensi responden 2,69 atau 67,25% dari
seluruh responden menyatakan bahwa SIMRS mudah dipelajari, dioperasikan, dan
menambah mahir mengoperasikannya bagi responden.
Secara global keadaan perceived easy to use adalah aplikasi SIMRS mudah
digunakan oleh user di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.

3. Sikap pengguna (Attitude Towards)


Variabel yang digunakan adalah:
- Sikap menerima implementasi SIMRS karena bermanfaat untuk user
- Sikap menerima implementasi SIMRS karena memperingan tugas user
- Sikap menerima implementasi SIMRS karena mudah dipelajari
- Sikap menolak implementasi SIMRS karena menambah beban pekerjaan
- Sikap menolak implementasi SIMRS karena sulit dioperasikan
- Sikap menolak implementasi SIMRS karena tidak bisa mengoperasikan komputer
Menerima pelaksanaan SIMRS karena bermanfaat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 2 6.5 6.5 6.5
kurang setuju 2 6.5 6.5 12.9
setuju 20 64.5 64.5 77.4
sangat setuju 7 22.6 22.6 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 23. Tabel frekuensi responden menerima pelaksanaan SIMRS karena bermanfaat

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menerima pelaksanaan


SIMRS karena bermanfaat, 6,5% tidak setuju, 6,5% kurang setuju, 64,5% setuju dan
22,6% sangat setuju bahwa responden menerima implementasi SIMRS karena
bermanfaat.

Menerima pelaksanaan SIMRS karena memperingan tugas saya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 3 9.7 9.7 9.7
kurang setuju 9 29.0 29.0 38.7
setuju 18 58.1 58.1 96.8
sangat setuju 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 24. Tabel frekuensi responden menerima pelaksanaan SIMRS karena dapat memperingan
tugas

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menerima pelaksanaan


SIMRS karena memperingan tugas user, 9,7% tidak setuju, 29% kurang setuju, 58,1%
setuju dan 3,2% sangat setuju bahwa responden menerima implementasi SIMRS karena
dapat memperingan tugas responden.

Menerima pelaksanaan SIMRS karena mudah dipelajari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 1 3.2 3.2 3.2
kurang setuju 10 32.3 32.3 35.5
setuju 20 64.5 64.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 25. Tabel frekuensi responden menerima pelaksanaan SIMRS karena SIMRS mudah
dipelajari

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menerima pelaksanaan


SIMRS karena mudah dipelajari, 3,2% tidak setuju, 32,3% kurang setuju, dan 64,5%
setuju bahwa responden menerima implementasi SIMRS karena SIMRS mudah dipelajari
oleh responden.

Menolak penggunaan SIMRS karena menambah beban kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 1 2.9 2.9 2.9
setuju 12 34.3 34.3 37.1
kurang setuju 13 37.1 37.1 74.3
tidak setuju 9 25.7 25.7 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 26. Tabel frekuensi responden menolak penggunaan SIMRS karena menambah beban kerja

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menolak pelaksanaan


SIMRS karena menambah beban pekerjaan, 25,7% tidak setuju, 37,1% kurang setuju,
34,3% setuju dan 2,9 % sangat setuju bahwa responden menolak implementasi SIMRS
karena SIMRS menambah beban kerja responden.
Menolak penggunaan SIMRS karena software rumit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 2 5.7 5.7 5.7
setuju 4 11.4 11.4 17.1
kurang setuju 19 54.3 54.3 71.4
tidak setuju 10 28.6 28.6 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 27. Tabel frekuensi responden menolak penggunaan SIMRS karena software rumit

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menolak pelaksanaan


SIMRS karena software rumit, 5,7% sangat setuju, 11,4% setuju, 54,3% kurang setuju
dan 28,6 % tidak setuju bahwa responden menolak implementasi SIMRS karena software
SIMRS terlalu rumit menurut responden.

Menolak penggunaan SIMRS karena tidak bisa mengoperasikan komputer

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 2 5.7 5.7 5.7
setuju 2 5.7 5.7 11.4
kurang setuju 18 51.4 51.4 62.9
tidak setuju 13 37.1 37.1 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 28. Tabel frekuensi responden menolak penggunaan SIMRS karena tidak bisa
mengoperasikan komputer

Tabel diatas menunjukkan bahwa, untuk pertanyaan user menolak pelaksanaan


SIMRS karena user tidak bisa mengoperasikan komputer, 5,7% sangat setuju, 11,4%
setuju, 51,4% kurang setuju dan 37,1 % tidak setuju bahwa responden menolak
implementasi SIMRS karena user tidak bisa mengoperasikan komputer.

Gambar 7. Grafik variabel konstruk TAM Attitude toward (Sikap Pengguna)

Sikap pengguna
14

12

10

6
F re q u e n c y

Std. Dev = .53


2
Mean = 2.91

0 N = 31.00
1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

Sikap pengguna

Gambar 8. Grafik rata-rata sikap pengguna dalam implementasi SIMRS

Dari grafik diatas menunjukkan frekuensi responden 2,91 atau 72,75% dari
seluruh responden menyatakan menerima implementasi SIMRS.
Secara global keadaan attitude towards adalah user menerima implementasi
SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.
4. Minat perilaku pengguna (Behavioral Intention to Use)
Minat perilaku pengguna (Behavioral Intention to Use) adalah suatu
keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Variabel yang digunakan adalah:
- User merasa tidak mampu menguasai SIMRS
- User akan memakai dan mengembangkan pemakaian SIMRS
- User akan selalu menggunakan SIMRS di masa akan datang
- User menyarankan rekan kerjanya untuk mengimplementasikan SIMRS
- User menyampaikan hal-hal positif tentang penggunaan SIMRS ke rekan kerjanya

Saya merasa tidak akan mampu menguasai penggunaan SIMRS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 7 20.0 20.0 20.0
kurang setuju 22 62.9 62.9 82.9
tidak setuju 6 17.1 17.1 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 29. Tabel frekuensi responden merasa tidak akan mampu menguasai penggunaan SIMRS

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pertanyaan user merasa tidak
akan mampu menguasai penggunaan SIMRS, 80 % responden merasa akan mampu
untuk menguasai penggunaan SIMRS d an 20% responden merasa tidak akan
mampu menguasai penggunaan SIMRS.
Saya akan memakai dan mengembangkan pemakaian SIMRS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 3 9.7 9.7 9.7
kurang setuju 4 12.9 12.9 22.6
setuju 22 71.0 71.0 93.5
sangat setuju 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 30. Tabel frekuensi responden akan memakai dan mengembangkan pemakaian SIMRS

Tabel diatas menunjukkan untuk pertanyaan user akan mengembangkan


pemakaian SIMRS, 9,7% tidak setuju, 12,9% kurang setuju, 71% setuju dan 6,5% sangat
setuju bahwa responden akan mengembangkan implementasi SIMRS.

Saya akan selalu menggunakan SIMRS untuk masa akan datang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
kurang setuju 5 14.3 14.3 17.1
setuju 27 77.1 77.1 94.3
sangat setuju 2 5.7 5.7 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 31. Tabel frekuensi responden akan selalu menggunakan SIMRS untuk masa akan datang

Tabel diatas menunjukkan untuk pertanyaan user akan selalu menggunakan


SIMRS di masa akan datang, 2,9% tidak setuju, 14,3% kurang setuju, 77,1% setuju dan
5,7% sangat setuju bahwa responden akan selalu menggunakan SIMRS di masa akan
datang.
Saya akan menyarankan rekan kerja saya untuk menggunakan SIMRS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 2 6.5 6.5 6.5
kurang setuju 8 25.8 25.8 32.3
setuju 16 51.6 51.6 83.9
sangat setuju 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 32. Tabel frekuensi responden akan menyarankan rekan kerjanya untuk menggunakan
SIMRS

Tabel diatas menunjukkan, untuk pertanyaan user akan menyarankan rekan kerja
saya untuk menggunakan SIMRS juga, 6,5% tidak setuju, 25,8% kurang setuju, 51,6%
setuju dan 16,1% sangat setuju bahwa responden menyarankan rekan kerjanya untuk
mengimplementasikan SIMRS

Saya menyampaikan hal positif tentang SIMRS ke rekan kerja saya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang setuju 8 25.8 25.8 25.8
setuju 18 58.1 58.1 83.9
sangat setuju 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 33. Tabel frekuensi responden menyampaikan hal-hal positif tentang SIMRS ke
rekan kerjanya

Tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pertanyaan user menyampaikan hal-hal


positif tentang penggunaan SIMRS kepada rekan kerjanya, 25,8% kurang setuju, 58,1%
setuju, dan 16,1% sangat setuju bahwa responden akan menyampaikan hal positif
tentang implementasi SIMRS pada rekan kerjanya.

Gambar 9. Grafik variabel konstruk TAM behavioral intention (Minat perilaku pengguna)
Minat perilaku pengguna
20

10
Frequency

Std. Dev = .52


Mean = 2.88

0 N = 31.00
1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

Minat perilaku pengguna


Gambar 10. Grafik rata-rata minat pengguna dalam implementasi SIMRS

Dari grafik diatas menunjukkan frekuensi responden 2,88 atau 72% dari seluruh
responden memiliki minat dalam penguasaan, penggunaan, pengembangan dan hal-hal
poitif lain dalam implementasi SIMRS.
Secara global keadaan behavioral intention to use adalah sebagian user memiliki
minat terhadap implementasi SIMRS, termasuk penguasaan, penggunaan,
pengembangan dan hal positif lain dalam implementasi SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz
Marabahan.
5. Kenyataan perilaku implementasi SIMRS (Actual system use)
Variabel yang digunakan adalah:
- User selalu menggunakan SIMRS saat bekerja
- User selalu mendalami, mengembangkan kemampuan teknis dan mempelajari
SIMRS
- User merasa puas dapat menggunakan SIMRS
- User tidak menggunakan SIMRS karena unit lain tidak menggunakan

Saya selalu menggunakan SIMRS saat bekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 5 16.1 16.1 16.1
kurang setuju 11 35.5 35.5 51.6
setuju 14 45.2 45.2 96.8
sangat setuju 1 3.2 3.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 34. Tabel frekuensi responden selalu menggunakan SIMRS saat bekerja

Tabel diatas menunjukkan untuk pertanyaan user selalu menggunakan SIMRS


saat bekerja, 16,1% tidak setuju, 35,5% kurang setuju, 45,2% setuju dan 3,2% sangat
setuju bahwa responden selalu menggunakan SIMRS saat bekerja.

Saya selalu mendalami, mengembangkan dan mempelajari SIMRS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 3 9.7 9.7 9.7
kurang setuju 10 32.3 32.3 41.9
setuju 15 48.4 48.4 90.3
sangat setuju 3 9.7 9.7 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 35. Tabel frekuensi responden selalu mendalami, mengembangkan dan mempelajari SIMRS
Tabel diatas menunjukkan untuk pertanyaan user selalu mendalami,
mengembangkan kemampuan teknis dan mempelajari SIMRS, 9,7% tidak setuju, 32,3%
kurang setuju, 48,4% setuju dan 3% sangat setuju bahwa responden selalu mendalami,
menggunakan dan mempelajari SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz.

Saya merasa puas dapat menggunakan SIMRS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 1 3.2 3.2 3.2
kurang setuju 9 29.0 29.0 32.3
setuju 19 61.3 61.3 93.5
sangat setuju 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 36. Tabel frekuensi responden merasa puas dapat menggunakan SIMRS

Untuk pertanyaan user merasa puas menggunakan SIMRS, menunjukkan bahwa


3,2% tidak setuju, 29% kurang setuju, 61,3% setuju dan 6,5% sangat setuju bahwa
responden sudah merasa puas menggunakan SIMRS.

Saya tidak menggunakan SIMRS karena unit lain tidak menggunakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 1 2.9 2.9 2.9
setuju 3 8.6 8.6 11.4
kurang setuju 20 57.1 57.1 68.6
tidak setuju 11 31.4 31.4 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 37. Tabel frekuensi responden tidak menggunakan SIMRS karena unit lain tidak
menggunakan

Tabel diatas menunjukkan untuk pertanyaan user tidak menggunakan SIMRS


karena petugas di unit lain tidak menggunakan SIMRS, 2,9% sangat setuju, 8,6% setuju,
57,1% kurang setuju dan 31,4% tidak setuju bahwa responden tidak menggunakan
SIMRS karena unit lain tidak menggunakan SIMRS.

Gambar 11. Grafik variabel konstruk TAM actual system use (kenyataan perilaku pengguna
dalam implementasi SIMRS)
Kenyataan penggunaan
14

12

10

6
F re q u e n cy

Std. Dev = .55


2
Mean = 2.72

0 N = 31.00
1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

Kenyataan penggunaan

Gambar 12. Grafik rata-rata kenyataan perilaku pengguna


Dari grafik diatas menunjukkan frekuensi responden 2,72 atau 68% dari seluruh
responden mengimplementasikan SIMRS saat bekerja, mendalami, mengembangkan
kemampuan teknis, mempelajari SIMRS.
Secara global keadaan actual system use adalah SIMRS benar
diimplementasikan oleh user, di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.

3.2.2.3 Data Kendala Implementasi SIMRS


Dari hasil pengolahan data secara deskriptif, berikut data frekuensi kendala yang
timbul selama implementasi SIMRS.

Pelaksanaan mutasi data SIMRS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak lancar 5 14.3 14.3 14.3
kurang lancar 20 57.1 57.1 71.4
lancar 10 28.6 28.6 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 38. Tabel frekuensi pelaksanaan mutasi data SIMRS

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan mutasi data di RSUD H.
Abdul Aziz 14,%3 responden mengungkapkan tidak lancar, 57,1 % kurang lancar dan 28,6 %
lancar.

Pelaksanaan SIMRS didukung server

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang setuju 5 14.3 14.3 14.3
setuju 28 80.0 80.0 94.3
sangat setuju 2 5.7 5.7 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 39. Tabel frekuensi pelaksanaan SIMRS didukung server

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan SIMRS sudah didukung
server, 14,3% responden mengungkapkan kurang setuju, 80 % setuju dan 5,7 % sangat
setuju.

Pelaksanaan SIMRS didukung manajemen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang setuju 4 11.4 11.4 11.4
setuju 28 80.0 80.0 91.4
sangat setuju 3 8.6 8.6 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 40. Tabel frekuensi pelaksanaan SIMRS didukung pihak manajemen

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan SIMRS sudah didukung
pihak manajemen, 11,4% responden mengungkapkan kurang setuju, 80 % setuju dan 8,6 %
sangat setuju.
Pelaksanaan SIMRS mengurangi pelayanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 10 28.6 28.6 28.6
kurang setuju 13 37.1 37.1 65.7
setuju 11 31.4 31.4 97.1
sangat setuju 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0

Tabel 41. Tabel frekuensi pelaksanaan SIMRS mengurangi pelayanan

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan SIMRS mengganggu


pelayanan, 28,6 % responden mengungkapkan tidak setuju, 37,1 % kurang setuju, 31,4 %
setuju dan 2,9 % sangat setuju.

3.2.3 Data Kualitatif


Dari hasil wawancara dengan user SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz, fungsi
SIMRS menurut resonden adalah sebagai berikut:
1. Fungsi SIMRS menurut - Memudahkan pembuatan rincian biaya yang akan dibayarkan oleh pasien
responden - Semua tindakan dan perawatan bisa diisi di ruang masing-masing
- Hanya untuk melengkapi fasilitas rumah sakit saja
- Untuk menyimpan data pasien
- Data yang disimpan lebih akurat
- Menyimpan semua data-data yang ada di rumah sakit sehingga untuk membuat
laporan tidak usah menggunakan buku/tulisan-tulisan
- Meringankan pekerjaan
- Memberi informasi data pasien secara umum
- Memberi informasi tindakan sampai administrasi
- Kontroling suatu program
- Lebih transparan
- Memudahkan laporan keuangan tiap akhir bulan (tutup bulan)
- Mempercepat pekerjaan
- Mendata pasien yang berkunjung di RS sehingga memudahkan kita mencari
datanya dan pasien yang keluar
- Mendapatkan data valid dengan cara praktis, sehingga dapat mengefisiensi
waktu
- Dapat diakses lebih dari 1 tempat
- Mempercepat pelayanan dan adminstrasi
- Pencatatan data lengkap, tapi harus ada syaratnya saat entry data tidak ada
gangguan
- Komunikasi data antar kantor
2. Kendala penggunaan - tenaga operator diruangan kurang
SIMRS - software/program yang ada kurang praktis
- software sering terkena virus dan error sehingga tugas menumpuk
- data loket lama masuk sehingga entry data di poli lambat
- komputer rusak dan sering kena virus dan minta diganti berdering
- banyaknya pasien, sehingga pengisian tertunda
- SIMRS/komputer mudah error
- pada saat tertentu, data yang dimasukkan tidak dapat disimpan
- karena saya dinas di IGD, jika tidak terentry karena banyak pasien, petugas
selanjutnya mencoba mengentry kadang bisa masuk, kadang tidak bisa masuk
- untuk mengecek data pasien terkadang lama loadingnya
- untuk memutasikan pasien keruangan kadang ada yang leiru tidak dimutasikan
keruangan yang dituju namun ke ruang lain
- data yang di SIMRS tidak sesuai dengan format kertas RS
- pasien dari loket atau IGD belum dimutasikan (data pasien tidak bisa di MRS)
- option yang harus diisi kadang-kadang tidak sesuai kebutuhan
- sebaiknya ada petugas khusus billing
- sering error sehingga nomer register tidak bisa diketik petugas loket pendaftaran
- nomer register belum diketik oleh petugas loket pendaftaran
- handling dan loading terlalu lama, program tidak praktis
- buku reg tidak sesuai dengan petunjuk dirjen pelayanan medik 2005
- urutan pemeriksaan urine belum diubah
- Faal hati dihasil masih terdapat tulisan LFT
- Apabila petugas loket tidak mengentry kan data kunjungan pasien otomatis di
unit lain nama pasien tidak muncul
- hanya terdapat sebagian item obat saja
2.Pendukung SIMRS - mudah dipelajari
- jika ada masalah bisa menghubungi server pusat
3. Alasan menolak SIMRS - Menolak karena SIMRS memakan waktu untuk dinas
- Menolak karena adang-kadang komputernya macet
- Menerima karena bisa membantu kita mengetahui tindakan yang sudah
dilakukan di ruang perawatan
- Menghambat pekerjaan dan menambah beban kerja
- Menyita waktu untuk melakukan tugas keperawatan

3. Alasan menerima SIMRS - menerima namun saat ini masih belum menggunakan SIMRS karena program
yang ada harganya tidak sesuai dengan perda
- bisa membantu pasien untuk mengetahui tindakan di ruang perawatan
- karena mudah dipelajari
- menyimpan data dengan valid
- memudahkan akses data dari tiap-tiap unit
4. Alasan tidak - Tidak menggunakan karena pada pemilihan pemeriksaan ada harga yang tidak
menggunakan SIMRS sesuai dan ada pemeriksaan yang tidak terdapat pada SIMRS
- tidak menggunakan karena banyak pasien berobat, akhirnya tidak sempat
mengoperasikan SIMRS, namun apabila tidak banyak pasien tetap
menggunakan
- pekerjaan yang ditulis banyak sehingga tidak sempat menggunakan
- karena saya bukan petugas khusus adminstrasi
4. Alasan menggunakan - menggunakan SIMRS karena mempermudah pekerjaan saya dan mengetahui
SIMRS tindakan pasien di ruangan
- menggunakan, namun hanya sebagian obat saja karena hanya terdapat
beberapa item
-menggunakan, karena memudahkan saya untuk mencari data pasien di
kemudian hari
- bisa membantu pasien untuk mengetahui tindakan di ruang perawatan
- sudah menjadi tugas operator SIMRS
Tabel 42. Fungsi SIMRS menurut wawancara dengan responden

Harapan yang muncul dalam implementasi SIMRS berdasar wawancara yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
- Jika terdapat software yang praktis dan awal entry sampai dengan mengeluarkan
data mungkin akan lebih baik
- Selalu memperhatikan kendala dan memberi solusi yang tepat
- Software di up grade sehingga tidak terlalu banyak option yang harus diisi
- Peningkatan pelatihan
- Penambahan tenaga khusus
- Jangan ada error lagi

3.2.4 Analisa Peringkat Aspek TAM


Dari hasil analisa data, dapat ditarik kesimpulan bahwa peringkat aspek TAM dari
presentase terbesar yaitu kesan yang terburuk sampai presentase kecil yaitu kesan yang
paling baik tentang implementasi SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan adalah sebagai
berikut:
1. Perceived easy to use (persepsi kemudahan) sebesar 32,75% user merasa dalam
penerimaan teknologi baru masih mengalami kesulitan dalam hal pembelajaran dan
pengoperasian SIMRS.
2. Actual sytem use (kenyataan penggunaan oleh user) sebesar 32 %, user pada
kenyataannya masih belum menggunakan SIMRS secara maksimal, beberapa masih
menggunakan microsoft excel. Beberapa user juga masih belum mendalami,
mengembangkan kemampuan teknis dan mempelajari SIMRS serta belum
merasakan kepuasan dalam menggunakan SIMRS.
3. Perceived usefulness (persepsi manfaat) sebesar 28,25% user belum memanfaatkan
SIMRS secara maksimal, dan beberapa user belum memahami manfaat yang
dihasilkan dengan implementasi SIMRS sehingga untuk menggunakan SIMRS juga
tidak maksimal.
4. Behavioral intention to use (minat perilaku pengguna) 28% user belum memiliki
minat dalam menggunakan SIMRS, dimana beberapa user merasa tidak akan
mampu menguasai SIMRS, tidak berminat menyarankan rekan kerjanya untuk
mengimplementasikan SIMRS, serta tidak memilki kesan positif dalam implementasi
SIMRS.
5. Attitude towards (sikap pengguna) 27,75% user menolak implementasi SIMRS
karena menambah beban pekerjaan, sulit dioperasikan, dan beberapa tidak bisa
mengoperasikan komputer.
Berdasar analisa peringkat aspek TAM diatas, maka aspek yang perlu diperhatikan
yaitu perceived easy to use (persepsi kemudahan) karena menduduki peringkat teratas
sebesar 32,75% dimana user merasa dalam penerimaan teknologi baru masih mengalami
kesulitan dalam hal pembelajaran dan pengoperasian SIMRS. Hal tersebut merupakan
masalah yang dipandang dalam aspek TAM. Alternatif solusinya adalah perbaikan atau
penggantian software untuk menjadi mudah dan pelatihan SIMRS ke seluruh paramedis dan
non paramedis secara intensif serta terjadwal, sehingga berbagai masalah teknis yang timbul
dalam proses pembelajaran dan pengoperasian SIMRS segera terselesaikan.

3.2.5 Analisa Permasalahan dari Berbagai Sudut Pandang


Berdasar analisa data primer, sekunder dan hasil wawancara yang dilakukan, dapat
disimpulkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS di RSUD
H. Abdul Aziz Marabahanadalah sebagai berikut:
• Pihak user: penundaan entry data, kurangnya pelatihan untuk paramedis dan non
paramedis (user dan rekan kerja user), pertemuan kurang intensif untuk membahas
masalah-masalah ,
• Pihak vendor: pemeliharaan SIMRS dari pihak vendor tidak ada
• Pihak manajemen: pengawasan terhadap evaluasi implementasi SIMRS, usulan
penambahan tenaga IT khusus software
• Pihak server / tim SIMRS : penambahan tenaga khusus software
• Peraturan: Kurangnya peraturan yang mengikat
• Keuangan: Dana APBD yang kurang disesuaikan dengan kebutuhan tenaga rumah
sakit
• Hardware: Penambahan hardware untuk jaringan, agar kalau lampu mati data yang
di loket tetap bisa dimutasikan ke ruang-ruang
• Software: Software rumit, Software tidak sesuai dengan pelayanan di RS,
3.3 Pembahasan
Setelah terdeteksi masalah dari aspek TAM dan permasalahan dari berbagai sudut
pandang, maka dilakukan prioritas masalah seperti dijabarkan pada poin 3.31 berikut.

3.3.1 Prioritas Pemecahan masalah


Berbagai permasalahan yang muncul mengakibatkan seluruh pihak harus terlibat
dalam mengatasi permasalahan tersebut. Berdasar FGD yang dilakukan bersama pihak
manajemen dan tim SIMRS, maka disusun prioritas pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Perbaikan atau penggantian software untuk menjadi mudah.
2. Usulan penambahan tenaga IT khusus software
3. Usulan penambahan sarana prasarana
4. Pelatihan SIMRS ke seluruh paramedis dan non paramedis secara intensif dan
terjadwal
5. Pertemuan rutin secara rutin
6. Pengawasan dan sistem reward and punishment

3.3.2 Proses Pemecahan Masalah


Menurut Jogiyanto 2007, proses pemecahan masalah (coping) untuk mengatasi
gangguan – gangguan dapat dilakukan lewat dua proses bagian yang terus menerus satu
mempengaruhi yang lainnya. Kedua proses-proses bagian ini adalah:
1. Pertama, individual melakukan proses penilaian (appraisal), yaitu proses
mengevaluasi konsekuensi dari suatu kejadian. Individual ini akan menilai sifat dari
kejadian tertentu dan pentingnya bagi individual dan relevansinya. Proses penilaian
awal ini disebut juga dengan penilaian primer (primary appraisal). Dalam konteks
manajemen, kejadian yang mengganggu (disruptive events) dapat dikelompokkan
menjadi dua tipe yaitu:
a. Tantangan (challenges), yaitu kejadian –kejadian yang dipersepsikan mempunyai
konsekuensi-konsekuensi positif
b. Ancaman (threats), yaitu kejadian-kejadian yang dipersepsikan mempunyai
konsekuensi – konsekuensi negatif.
Setelah menilai pentingnya suatu kejadian, individual-individual juga mengevaluasi
opsi-opsi pemecahan yang tersedia untuk mereka. Proses mengevaluasi opsi-opsi
ini disebut dengan penilaian sekunder (secondary appraisal. Proses ini digunakan
untuk menentukan tingkat dari kontrol yang harus diterapkan terhadap situasi
tertentu dan apa yang mereka rasakan dapat dilakukan dengan sumber daya yang
tersedia.
2. Kedua, individual akan melakukan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengatasi
situasi yang dihadapi, yang disebut dengan usaha penyelesaian masalah (coping
efforts). Individual akan menggabungkan usaha-usaha kognitif (cognitive efforts) dan
usaha-usaha perilaku (behavioral efforts), keduanya juga dikategorikan sebagai
berfokus masalah (problem focused) atau berfokus emosi (emotion-focused).
Setelah proses penilaian (appraisal) selesai, pemakai mulai melakukan adaptasi
(adaptation).
Gambar 13. Model penyelesaian masalah adaptasi pemakai

Strategi adaptasi diperoleh dengan mengkombinasikan tipe penilaian awal (primary


appraisal) yaitu kesempatan (opportunity) dan ancaman (threats) dengan hasil penilaian
sekunder (secondary appraisal) yang berupa kontrol rendah dan kontrol tinggi. Dari
kombinasi dua faktor ini, penilaian primer (kesempatan dan ancaman) dan penilaian
sekunder (kontrol rendah dan kontrol tinggi) diperoleh empat macam strategi adaptasi.
Keempat macam strategi adaptasi ini adalah pemaksimalan manfaat-manfaat (benefis
maximizing), pemuasan manfaat-manfaat (benefits satisficing), penanganan gangguan
(disturbance handling), dan preservasi sendiri (self preservation) seperti tampak apada
gambar berikut:

Ancaman
(Threat)

Gambar 14. Strategi adaptasi pemakai


Strategi pemaksimalan manfaat (benefits maximizing strategy)terjadi jika :
- Penilaian primer (primary appraisal) dari konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan
dari kejadian teknologi informasi dinilai sebagai suatu kesempatan (opportunity)
- Penilaian sekunder (secondary appraisal) dari pemakai-pemakai merasa mereka
memilki kontrol terhadap situasinya (high control)
- Usaha-usaha adaptasi terutama berupa berfokus masalah (problem – focused
adaptation)
- Diarahkan untuk mendapatkan keuntungan penuh dari kesempatan-kesempatan
(opportunities) yang ditawarkan oleh peristiwa teknologi informasi dan juga untuk
memaksimumkan manfaat-manfaat personal.

Strategi pemuasan manfaat – manfaat (benefits satisficing) terjadi jika:


- Penilaian primer (primary appraisal)di situasi dimana konsekuensi-konsekuensi
persepsian dari peristiwa teknologi informasi dinilai sebagai suatu kesempatan
(opportunity)
- Tetapi penilaian sekunder (secondary appraisal) dari pemakai-pemakai merasa
bahwa mereka hanya mempunyai kontrol yang terbatas atau rendah terhadap
situasinya
- Usaha-usaha adaptasi tampaknya akan minimal dan terbatas
- Diarahkan untuk mendapatkan efisiensi dan efektivitas individual dari kesempatan-
kesemapatan (opportunities) yang ditawarkan oleh peristiwa teknologi informasi.
Strategi penanganan gangguan (distrurbance handling) terjadi ketika:
- Penilaian primer (primary appraisal) seseorang dalam menilai suatu peristiwa
teknologi informasi di suatu situasi dianggap sebagai suatu ancaman (threat)
- Penilaian sekunder (secondary appraisal)menunjukkan bahwa dia mempunyai
beberapa kontrol terhadap situasinya (kontrol tinggi)
- Akan cenderung mengandalkan pada adaptasi berfokus emosi (emotion-focused
adaptation)untuk menangani situasinya
- Untuk meminimalkan konsekuensi-konsekuensi negatif dan mengembalikan
kestabilan emosi
- Usaha-usaha adaptasi cenderung mengarah ke diri sendiri, teknologi dan tugas
Strategi preservasi diri (self-prservation strategy) terjadi jika:
- Penilaian primer (primary appraisal) dari konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan
dari suatu peristiwa teknologi informasi di suatu situasi dipersepsikan sebagai suatu
ancaman (threat)
- Penilaian sekunder (secondary appraisal)dari pemakai-pemakai merasa bahwa
mereka hanya mempunyai kontrol terbatas (kontrol rendah) di situasinya
- Usaha-usaha adaptasi mereka terutama akan berfokus pada emosi (emotion
focused)
- Diarahkan pada mengembalikan stabilitas emosi dan mengurangi ketegangan-
ketegangan yang disebabkan oleh peristiwa teknologi informasi.
Berdasar strategi diatas, maka proses pemecahan masalah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Ancaman
(Threat)

Gambar 15. Strategi adaptasi pemecahan masalah di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan

Proses pemecahan masalah seperti gambar diatas diperlukan kerjasama antara pihak
manajemen, pihak vendor, pihak server / tim SIMRS, serta seluruh user, agar mendapatkan
pelaksanaan SIMRS berjalan dengan lancar dan diharapkan seluruh pihak dapat
memanfaatkan SIMRS.
Dari ke 4 kuadran diatas, strategi utama yang akan diterapkan rumah adalah
pemaksimalan manfaat (Benefits maximizing). Rumah sakit menerapkan strategi adaptasi ini
karena user menilai bahwa dengan adanya teknologi baru merupakan ancaman atau
kesempatan. Kesempatan dapat diperoleh apabila dilakukan perbaikan software,
penambahan tenaga IT, kebijakan entry data sepenuhnya dengan komputer oleh pihak
manajemen. User akan merasa memilki kontrol atas situasi tersebut. Usaha adaptasi
tersebut lebih berfokus pada masalah. Strategi ini diarahkan untuk mendapatkan keuntungan
penuh dari kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ditawarkan oleh peristiwa teknologi
informasi dan juga untuk memaksimumkan manfaat-manfaat personal (Jogiyanto,2007, Hee-
Ock Rho, IY ,2010).
3.4 Output Proyek Magang
Output proyek magang di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan berupa saran bagi user
dan rumah sakit dalam menghadapi kesiapan implementasi SIMRS dari berbagai sudut
pandang manajerial agar SIMRS dapat berjalan dengan baik. Saran yang diberikan dalam
proyek magang ini adalah sebuah prioritas pemecahan masalah serta rencana langkah nyata
yang bisa diterapkan di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.

3.4.1 Rekomendasi dan rencana langkah nyata pemecahan masalah


Berdasar prioritas pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Perbaikan atau penggantian software untuk menjadi mudah.
2. Usulan penambahan tenaga IT khusus software
3. Usulan penambahan sarana prasarana
4. Pelatihan SIMRS ke seluruh paramedis dan non paramedis secara intensif dan
terjadwal
5. Pertemuan rutin secara intensif
6. Pengawasan implementasi dan sistem reward and punishment
Maka disusun tahapan-tahapan rencana langkah nyata proses pemecahan masalah
implementasi SIMRS, sebagai berikut:
a. Rencana langkah nyata perbaikan atau penggantian software untuk menjadi mudah
dengan melibatkan tim SIMRS, pihak vendor dan user
1. Mendata masalah tiap ruang atau unit yang terdapat aplikasi SIMRS
2. Perbaikan software untuk menjadi mudah dan perbaikan buku manual oleh pihak
vendor
3. Evaluasi dan percobaan software selama proses perbaikan
4. Selama perbaikan, diperlukan dukungan user tiap unit dalam ketertiban
mengentry data tepat waktu agar terjadi evaluasi perbaikan software
5. Apabila hal diatas dijalankan, maka implementasi SIMRS dapat berjalan lancar.
b. Rencana langkah nyata usulan penambahan tenaga IT melibatkan tim SIMRS, pihak
manajemen dan keuangan
1. Rapat koordinasi tentang kebutuhan tenaga baru khusus dengan latar belakang
IT
2. Usulan penambahan tenaga IT oleh tim SIMRS ke pihak manajemen RS
3. Usulan pihak manajemen RS ke pemkab Marabahan perihal kebutuhan tenaga
c. Rencana langkah nyata usulan penambahan sarana prasarana melibatkan tim
SIMRS, user, pihak manajemen dan keuangan
1. Pendataan kekurangan sarana prasarana tiap unit ruangan dan server pusat
oleh tim SIMRS
2. Rapat koordinasi tim SIMRS, user, pihak manajemen dan keuangan tentang
kebutuhan sarana prasarana mulai kebutuhan tidak mendesak, mendesak dan
sangat mendesak sehingga mengetahui mana yang diprioritaskan terlebih
dahulu, disesuaikan dengan anggaran yang ada.
3. Pengajuan kebutuhan sarana prasarana ke bagian keuangan
d. Rencana langkah nyata pelatihan SIMRS ke seluruh paramedis dan non paramedis
secara rutin dan terjadwal
1. Penjadwalan pelatihan SIMRS kepada seluruh paramedis dan non paramedis,
jadwal diberikan secara rutin
2. Pelatihan kepada seluruh paramedis dan non paramedis secara bergantian
sesuai jadwal agar pelayanan tidak terganggu dan tetap berjalan.
3. Dalam pelatihan juga diberikan buku panduan pengoperasian SIMRS untuk
seluruh peserta untuk dipelajari dan dipraktekkan.
4. Evaluasi dan pemantauan hasil pelatihan oleh tim SIMRS sesuai jadwal yang
ada.
e. Rencana langkah nyata pertemuan rutin seluruh pihak yang berkaitan dengan
SIMRS (tim SIMRS, dan user)
1. Pertemuan user dan rekan kerja user dengan tim SIMRS secara intensif
2. Sosialisasi manfaat dan pentingnya penggunaan SIMRS serta sharing masalah
yang dihadapi selama penggunaan SIMRS
3. Solusi masalah oleh tim SIMRS
4. Aplikasi solusi pemecahan masalah pengoperasian SIMRS ke tiap unit/ruang
f. Rencana langkah nyata sistem reward and punishment melibatkan tim SIMRS, pihak
manajemen dan bagian keuangan serta pengawasan evaluasi implementasi oleh
pihak manajemen
1. Rapat koordinasi tim SIMRS, pihak manajemen dan bagian keuangan tentang
pemberlakuan sistem reward and punishment
2. Pemantauan evaluasi implementasi SIMRS oleh pihak manajemen, sehingga
dari pengawasan dapat diberlakukan reward and punshment
3. Sistem reward diberikan apabila user menerapkan hasil pelatihan dan tertib
dalam entry dan mutasi data
4. Sistem punishment diberlakukan apabila user tidak tertib entry data
5. Pemberlakuan sistem reward and punishment melalui persetujuan pihak
manajemen dan bagian keuangan rumah sakit
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keadaan kesiapan user SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan berdasarkan
analisis TAM adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan persepsian (Perceived Usefullness)
71,75 % responden menyatakan bahwa SIMRS bermanfaat dalam menyelesaikan
tugas-tugas responden.
2. Kemudahan penggunaan persepsian (Perceived Easy of Use)
67,25 % responden menyatakan bahwa SIMRS mudah dipelajari, dioperasikan dan
menambah kemahiran responden dalam megoperasikan computer.
3. Sikap pengguna (Attitude Towards)
72,25 % responden menyatakan bahwa responden menerima implementasi SIMRS.
4. Minat perilaku (Behavioral Intention)
72 % responden memilki minat dalam penguasaan, penggunaan, pengembangan
dan hal-hal positif lain dalam implementasi SIMRS.
5. Kenyataan perilaku implementasi SIMRS (Actual system use)
68 % responden dalam kenyataan penggunaan SIMRS selalu menggunakan SIMRS
saat bekerja, mendalami, mengembangkan kemampuan teknis dan mempelajari
SIMRS.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa user SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz siap
dalam menerima implementasi SIMRS. Namun memerlukan perhatian pada aspek
perceived easy to use (persepsi kemudahan) karena menduduki peringkat teratas sebesar
32,75% dimana user merasa dalam penerimaan teknologi baru masih mengalami kesulitan
dalam hal pembelajaran dan pengoperasian SIMRS.
Sehubungan dengan tidak berjalannya SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz, didapatkan
kendala-kendala utama yang dipandang dari aspek analisis TAM dan aspek yang lain yaitu:
1. Software yang rumit (tidak sesuai dengan pelayanan dan kurang user friendly)
2. kurangnya tenaga ahli khusus IT
3. Kurangnya sarana prasarana meliputi hardware dan software
4. Kurangnya pelatihan SIMRS ke seluruh paramedis dan non paramedis secara
intensif dan terjadwal
5. Kurangya pertemuan rutin membahas manfaat, pentingnya menggunakan SIMRS
dan sharing masalah pengoperasian SIMRS
6. Peraturan yang mengikat mengenai ketertiban dalam entry dan mutasi data belum
ada sehingga perlu diterapkan sistem reward and punishment untuk user

4.2 Saran
Untuk RSUD H. Abdul Aziz Marabahan, saran yang kami berikan adalah sebagai
berikut:
1. Pihak user :
- Diharapkan tertib dalam entry dan mutasi data
- Apabila terdapat masalah sehubungan pengoperasian SIMRS dapat menghubungan
pihak server atau tim SIMRS
- Selalu menerapkan hasil pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh tim SIMRS dan
mempelajari SIMRS
- Selalu mengikuti pertemuan rutin sebagai media dalam membahas kendala-
kendala yang muncul
2. Pihak manajemen RS
- Diperlukan penambahan tenaga khusus IT dalam membantu proses implementasi
SIMRS
- Diperlukan penambahan sarana prasarana baik hardware dan software untuk
menunjang pelaksanaan SIMRS dan maintenance SIMRS
- Sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap user dalam implementasi SIMRS
- Selain pengawasan, diperlukan peraturan yang mengikat yaitu sistem reward and
punishment untuk memacu semangat user
3. Pihak server/Tim SIMRS :
- Diharapkan maintenance rutin dan membantu menyelesaikan masalah yang timbul
selama implementasi SIMRS(Prof Jogiyanto HM. 2007)

4. Peneliti selanjutnya
- Untuk peneliti selanjutnya, kami sarankan untuk menganalisa perkembangan
implementasi SIMRS di RSUD H. Abdul Aziz Marabahan.
DAFTAR PUSTAKA

Handoyo, E 2008, 'Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis Web pada Subsistem
Farmasi menggunakan Framework Prado', in Teknologi Elektro, vol. 7.
Hee-Ock Rho, IY, 'The impact of information technology threat avoidance factors on
avoidance behaviour of user', 4 november 2010.
Medifirst 2000, 'Proposal Pengembangan SIMRS Medifirst 2000'. Medifirst, Bandung.
Prof Jogiyanto HM., A, MBA., Ph.D 2007, Sistem Informasi Keperilakuan, Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai