PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
Pada dinding lateral nasofaring lebih kurang 1,5 inci dari bagian belakang
konka nasal inferior terdapat muara tuba eustachius. Pada bagian belakang atas muara
tuba eustachius terdapat penonjolan tulang yang disebut torus tubarius dan
dibelakangnya terdapat suatu lekukan dari fossa Rosenmuller dan tepat diujung atas
posteriornya terletak foramen laserum. Pada daerah fossa ini sering terjadi
pertumbuhan jaringan limfe yang menyempitkan muara tuba eustachius sehingga
mengganggu ventilasi udara telinga tengah.4
Nasofaring berbentuk kerucut dan selalu terbuka pada waktu respirasi karena
dindingnya dari tulang, kecuali dasarnya yang dibentuk oleh palatum molle.
Nasofaring akan tertutup bila paltum molle melekat ke dinding posterior pada waktu
menelan, muntah, mengucapkan kata-kata tertentu.
Gambar 3 Nasofaring
Fungsi nasofaring :
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung
2.2. Definisi
Carcinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epithelial
yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.
(Dorland, 2002)
Nasopharyngeal carcinoma merupakan tumor ganas yang timbul pada
epithelial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan ditemukan dengan
frekuensi tinggi di Cina bagian selatan(Dorland, 2002)
Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epithelial
yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis
(Harry, 2002).
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku di atas, belakang
dan lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring.
Karsinoma Nasofaring merupakan tumor ganas yang timbul pada epithelial
pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) (Harry, 2002).
Harry a. Asroel. Penatalaksanaan radioterapi pada karsinoma nasofaring. Referat.
Medan: FK USU, 2002.h. 1-11.
2.3. Etiologi
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti. Secara
umum, karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan,
seperti zat karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV).(3,4,8,10)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan
karsinoma nasofaring, yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan
pada orang daerah cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid ).selain itu
telah berhasil diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom, termasuk
didalamnya kromosom 1,2,3,4,5,6,8,9,11,13,14,15,16,17,22 dan X.(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang
diasinkan dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini
telah dikonsumsi sejak masa kanak-kanak ). Bukti ditemukannya DNA-EBV pada
hampir setiap kasus karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk
membuat kesimpulan bahwa keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi
pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV. Hal ini memberikan indikasi bahwa
EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi sel menjadi ganas dan
menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal terjadinya proses
keganasan pada nasofaring.(3,4)
2.4. Pathway/Patofisiologi
2.5. Manefestasi Klinis
Karsinoma nasofaring biasanya dijumpai pada dinding lateral dari nasofaring
termasuk fossa rosenmuler. Yang kemudian dapat menyebar ke dalam ataupun keluar
nasofaring ke sisi lateral lainnya dan atau posterosuperior dari dasar tulang tengkorak
atau palatum, rongga hidung atau orofaring. Metastase khususnya ke kelenjar getah
bening servikal. Metastase jauh dapat mengenai tulang, paru-paru, mediastinum dan
hati (jarang). Gejala yang akan timbul tergantung pada daerah yang terkena1,2. Sekitar
separuh pasien memiliki gejala yang beragam, tetapi sekitar 10% asimtomatik.
Pembesaran dari kelenjar getah bening leher atas yang nyeri merupakan gejala yang
paling sering dijumpai5,13. Gejala dini karsinoma nasofaring sulit dikenali oleh karena
mirip dengan infeksi saluran nafas atas.
Gejala klinik pada stadium dini meliputi gejala hidung dan gejala telinga. Ini
terjadi karena tumor masih terbatas pada mukosa nasofaring. Tumor tumbuh mula-
mula di fossa Rosenmuller di dinding lateral nasofaring dan dapat meluas ke dinding
belakang dan atap nasofaring, menyebabkan permukaan mukosa meninggi.
Permukaan tumor biasanya rapuh sehingga pada iritasi ringan dapat tejadi perdarahan.
Timbul keluhan pilek berulang dengan mukus yang bercampur darah. Kadang-kadang
dapat dijumpai epistaksis. Tumor juga dapat menyumbat muara tuba eustachius,
sehingga pasien mengeluhkan rasa penuh di telinga, rasa berdenging kadang-kadang
disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini umumnya unilateral, dan
merupakan gejala yang paling dini dari karsinoma nasofaring. Sehingga bila timbul
berulang-ulang dengan penyebab yang tidak diketahui perlu diwaspadai sebagai
karsinoma nasofaring6,17.
Pada karsinoma nasofaring stadium lanjut gejala klinis lebih jelas sehingga
pada umumnya telah dirasakan oleh pasien, hal ini disebabkan karena tumor primer
telah meluas ke organ sekitar nasofaring atau mengadakan metastasis regional ke
kelenjar getah bening servikal. Pada stadium ini gejala yang dapat timbul adalah
gangguan pada syaraf otak karena pertumbuhan ke rongga tengkorak dan pembesaran
kelenjarleher5,6,17. Tumor yang meluas ke rongga tengkorak melalui foramen
laserasum dan mengenai grup anterior saraf otak yaitu syaraf otak III, IV dan VI.
Perluasan yang paling sering mengenai syaraf otak VI ( paresis abdusen) dengan
keluhan berupa diplopia, bila penderita melirik ke arah sisi yang sakit. Penekanan
pada syaraf otak V memberi keluhan berupa hipestesi ( rasa tebal) pada pipi dan
wajah. Gejala klinik lanjut berupa ophtalmoplegi bila ketiga syaraf penggerak mata
terkena. Nyeri kepala hebat timbul karena peningkatan tekanan intrakranial6,17.
Metastasis sel-sel tumor melalui kelenjar getah bening mengakibatkan timbulnya
pembesaran kelenjar getah bening bagian samping ( limfadenopati servikal).
Selanjutnya sel-sel kanker dapat mengadakan infiltrasi menembus kelenjar dan
mengenai otot dibawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada otot dan sulit digerakkan.
Limfadenopati servikal ini merupakan gejala utama yang dikeluhkan oleh pasien6,17.
Gejala nasofaring yang pokok adalah :
1. Gejala Telinga
Oklusi Tuba Eustachius
Pada umumnya bermula pada fossa Rossenmuller. Pertumbuhan
tumor dapat menekan tuba eustachius hingga terjadi oklusi pada
muara tuba. Hal ini akan mengakibatkan gejala berupa
mendengung (Tinnitus) pada pasien. Gejala ini merupakan tanda
awal pada KNF.
Oklusi Tuba Eustachius dapat berkembang hingga terjadi Otitis
Media.
Sering kali pasien datang sudah dalam kondisi pendengaran
menurun, dan dengan tes rinne dan webber, biasanya akan
ditemukan tuli konduktif
2. Gejala Hidung
Epistaksis; dinding tumor biasanya dipenuhi pembuluh darah yang
dindingnya rapuh, sehingga iritasi ringan pun dapat menyebabkan
dinding pembuluh darah tersebut pecah.
Terjadinya penyumbatan pada hidung akibat pertumbuhan tumor
dalam nasofaring dan menutupi koana. Gejala menyerupai rinitis
kronis.
Gejala telinga dan hidung di atas bukanlah gejala khas untuk Karsinoma
Nasofaring, karena dapat ditemukan pada berbagai kasus pada penyakit lain. Namun
jika gejala terus terjadi tanpa adanya respons yang baik pada pengobatan, maka perlu
dicurigai akan adanya penyebab lain yang ada pada penderita; salah satu di antaranya
adalah KNF.
1. Gejala Mata
Pada penderita KNF seringkali ditemukan adanya diplopia (penglihatan
ganda) akibat perkembangan tumor melalui foramen laseratum dan
menimbulkan gangguan N. IV dan N. VI. Bila terkena chiasma opticus akan
menimbulkan kebutaan.
2. Tumor sign :
Pembesaran kelenjar limfa pada leher, merupakan tanda penyebaran atau
metastase dekat secara limfogen dari karsinoma nasofaring.
3. Cranial sign :
Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai saraf-saraf
kranialis.
Gejalanya antara lain :
Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini merupakan metastase secara
hematogen.
Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang.
Kesukaran pada waktu menelan
Afoni
Sindrom Jugular Jackson atau sindroma reptroparotidean mengenai N. IX, N.
X, N. XI, N. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada:
o Lidah
o Palatum
o Faring atau laring
o M. Sternocleidomastoideus
o M. trapezeus 14,15
Pada penderita KNF, sering ditemukan adanya tuli konduktif bersamaan
dengan elevasi dan imobilitas dari palatum lunak serta adanya rasa nyeri pada wajah
dan bagian lateral dari leher (akibat gangguan pada nervus trigeminal). Ketiga gejala
ini jika ditemukan bersamaan, maka disebut Trotter’s Triad.
2.6. Komplikasi
1. Petrosphenoid sindrom
Tumor tumbuh ke atas ke dasar tengkorak lewat foramen laserum sampai
sinus kavernosus menekan saraf N. III, N. IV, N.VI juga menekan N.II. yang
memberikan kelainan :
2. Retroparidean sindrom
Tumor tumbuh ke depan kea rah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi
ke sekitarnya. Tumor ke samping dan belakang menuju ke arah daerah
parapharing dan retropharing dimana ada kelenjar getah bening. Tumor ini
menekan saraf N. IX, N. X, N. XI, N. XII dengan manifestasi gejala :