Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PKN

Di Susun Oleh :

Nama Kelompok :
1. Rahmat Al Bari
2. Satria Okta Wijaya
3. Maryanto
4. Riadi
5. Imam Hanafi
6. Rio Saputra
7. Deriyansah
8. Danang Agung P.
9. Rusdianto

Kelas : XI TSM 2

SMK SATRIA NUSANTARA BETUNG


TAHUN AJARAN 2018 - 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas berkah dan
nikmat yang di berikan sehingga pengerjaan makalah ini berjalan sesuai
rencana. Dan tidak lupa salam dan shalawat kepada junjungan Nabiullah
Muhammad S.A.W dan keluarga serta para sahabatnya.
Terima kasih yang besar kepada guru dan teman teman yang telah
berkontribusi sehingga makalah ini selesai tepat waktu. Makalah ini kami
buat agar bisa menjadi sedikit penambah wawasan pembaca.
Semoga senua ini bisa memberi sedikit kebahagian dan menuntun
pada langkah yang lebih baik. Meskipun kami berharap isi makalah ini
bebas dari kesalahan dan kekurangan, namun tetap saja ada kesalahan
dan kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon maaf yang sebesar besarnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara dua
benua dan dua samudra dan dihuni oleh berbagi macam suku bangsa yang
memiliki adat istiadat, bahasa daerah dan kepercayaan yang berbeda.
Indonesia memiliki 17.508 pulau baik besar maupun kecil dan sudah diberi
nama maupun yang belum.
Dengan bentuk kepulauan dan memiliki banyak penduduk Indonesia
perlu adanya konsepsi dasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara
untuk menghadapi setiap gejolak dan tantangan globalisasi.
Sejak dahulu nenek moyang bangsa Indonesia telah menyebut
Indonesia sebagai “tanah air” yang artiya sejak dulu nenek moyang kita
telah melihat Indonesia sebagai kesatuan antara tanah (daratan) dan air
(lautan). Sehingga lautan bukan sebagai pemisah melainkan sebagai
penghubung.
Indonesia merupakan wilayah yang subur dengan hasil tambang yang
melimpah yang bila di kelola dengan baik akan membawa dampak yang
sangat baik terhadap warga Indonesia itu sendiri. Dan jumlah penduduk
yang besar bila dina dengan baik akan menjadi pekerja yang efektif dan
menjadi modal dalam pengembangan usaha di segala sector.
Melihat keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari pulau pulau
maka perlu dengan jumlah penduduk yang besar dan kebhinekaanya maka
perlu sudut pandang yang sama untuk menjaga keutuhannya dari seluruh
bangsa bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan utuh.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN DARI PENERAPAN SISTEM


DEMOKRASI YANG ADA DI INDONESIA

Pengetian Sistem Demokrasi

Ada berbagai macam definisi mengenai demokrasi. Demokrasi berasal dari


kata demos yang memiliki arti rakyat dan kratos yang memiliki arti
kekuasaan. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Sistem politik demokrasi ditandai oleh:

1. a) legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah


tersebut mewakili kehendak rakyatnya.
2. b) legitimasi kekuasaan diperoleh melalui pemilihan umum yang
kompetitif.
3. c) sebagian besar orang dewasa dapat ikut serta dalam pemilu, baik
sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan
penting.
4. d) penduduk memilih secara rahasia dan tanpa paksaan.
5. e) masyarakat dan pemimpin memiliki hak-hak dasar, seperti
kebebasan berbicara, beropini, berorganisasi, dan sebagainya.

ada lima hal yang menandakan sebuah sistem politik merupakan


demokrasi:

1. partisipasi yang efektif


2. persamaan dalam memberikan suara
3. pemahaman yang jernih dari warga negara atau anggota kelompok
asosiasi
4. pengawasan agenda, dan pencakupan dewasa.
5.
Sejarah Demokrasi
Demokrasi telah berkembang dari masa ke masa, sesuai perubahan
masyarakat. Dalam buku Demokrasi dan Proses Politik (1986), demokrasi
dimulai di Yunani Kuno, tepatnya di Athena, kurang lebih 25 abad yang
lalu.Demokrasi yang ada di Athena dianggap sebagai demokrasi paling
nyata, karena rakyatnya terlibat aktif dalam menentukan hukum dan
pemerintahan. Hal ini dapat dilakukan karena beberapa faktor, yaitu

1. a) wilayah negara kota tidak terlalu luas.


2. b) jumlah penduduk tidak terlalu banyak.
3. c) pemilih terbatas pada pria (bukan budak, orang asing, dan wanita).

Setelah praktek demokrasi di Athena, dunia hampir kehilangan


demokrasi.Pada abad 13, dominasi sejarah dilakukan oleh monarki,
kesultanan, dan negara-negara teokratis.Pada zaman pertengahan,
demokrasi hanya merupakan selingan kecil.Memang di beberapa wilayah di
dunia, dilakukan percobaan-percobaan demokrasi, namun tidak
berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi modern.

Pada akhir abad 15 dan 16, sebagai awal zaman Renaissance, mulai
dipertanyakan tentang hubungan penguasa dan rakyat serta kedudukan
agama dalam masalah-masalah publik.Humanisme, filsafat yang cukup
dominan pada masa itu cenderung bersikap skeptis terhadap ilmu
pengetahuan dan tidak peduli pada agama, tapi sangat memuja manusia
dan nilai manusiawi sebagai yang paling agung di alam semesta.Pada masa
ini, pembahasan intelektual mulai menyinggung unsur-unsur demokrasi.

Barulah pada Masa Penerangan (Enlightenment), di abad 17 dan 18,


muncul pemikir-pemikir demokratik. John Locke, J. J. Rosseau, Charles
Montesquieu, dan lain-lain menolak absolutisme (kesetiaan) monarki dan
kekuasaan suci para penguasa. Sementara itu di Amerika, Thomas
Jefferson sangat menekankan kekuasaan rakyat.Pencerahan berkisar pada
masalah-masalah kebebasan, pembatasan kekuasaan pemerintah, hak
untuk memberontak terhadap kesewenangan-kesewenangan penguasa, dan
lain sebagainya.Masa ini dapat dikatakan sebagai masa peletakan pondasi
demokrasi modern seperti sekarang.

Pada abad ini, pemikiran-pemikiran sosial, ekonomi, politik, dan filsafat


secara langsung ataupun tidak telah mendorong terjadinya perubahan-
perubahan besar di Inggris, Prancis, dan Amerika.Di Inggris misalnya,
absolutisme monarki diserang dengan gencar sampai munculnya parlemen,
House of Commons. Lembaga ini memperlancar proses demokratisasi di
Inggris. Berbagai konsep di zaman tersebut telah menjadi pilar-pilar
demokrasi saat ini.

Pilar-Pilar Yang Menopang Berdirinya Demokrasi

Pertumbuhan demokrasi sangat ditentukan oleh pilar-pilarnya;

1. partai politik yang sehat,


2. tegaknya hukum
3. adanya penghormatan terhadap keragaman dan kemajemukan
masyarakat,
4. adanya sistem pembagian kekuasaan yang saling mengontrol antara
legislatif, eksekutif, dan yudikatif

Prinsip – Prinsip Demokrasi

Beberapa prinsip demokrasi terlihat dari unsur-unsur sebagai berikut:

1. Keterlibatan warga Negara dalam politik.


2. Kebebasan atau kemerdekaan tertentu tiap warga Negara.
3. Persamaan tertentu tiap warga Negara.
4. Sitem perwakilan melalui lembaga perwakilan rakyat.
5. Pemilihan yang didasarkan pada kemenangan mayoritas

Banyak negara yang memang sudah menganut sistem demokrasi, namun


keberhasilan sistem demokrasi juga ditentukan oleh para pelaku dari
sistem tersebut. Demokrasi di negara yang satu belum tentu cocok pula
diterapkan di negara yang lainnya.Demokrasi sendiri, harus mampu
berbaur dengan kearifan lokal maupun kearifan sosial serta budaya yang
ada di negara penganut sistem tersebut.

Macam-Macam Sistem Demokrasi

Demokrasi Langsung

yaitu suatu sistem demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat secara


langsung dalam

membicarakan atau menentukan suatu urusan negara.

Kelebihan:

1. Seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan pandangannya


secara langsung.
2. Pemerintah akan mengetahui secara langsung aspirasi dan persoalan
yang sebenarnya dihadapi masyarakat.

Kelemahan:

1. Kesulitan mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat


dalam membicarakan suatu urusan.
2. Tidak setiap rakyat memahami persoalan negara yang dewasa ini
semakin rumit dan kompleks.
3. Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan
keputusan yang baik.

Demokrasi tak langsung

Atas dasar kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam sistem demokrasi


langsung, negara-negara modern tidak menggunakan lagi sistem demokrasi
langsung, dan menggantikannya dengan demokrasi tidak langsung atau
demokrasi perwakilan.Demokrasi perwakilan yaitu suatu sistem demokrasi
yang untuk menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakilnya
untuk duduk dalam parlemen.Dalam demokrasi tidak langsung, tidak
semua rakyat turut serta dalam membicarakan dan menentukan kebijakan
tentang persoalan pemerintahan. Aspirasi rakyat akan disampaikan melalui
wakil-wakilnya yang duduk di parlemen.

Kelebihan:

a Lebih mudah diterapkan dalam amsyarakat yang lebih kompleks

b Jarak yang jauh dari proses pembuatan kebijakan yang sesungguhnya


bisa membuat

masyarakat bisa menolaknya ketika hendak diterapkan

c Mengurangi beban masyarakat dari tugas-tugas membuat, merumuskan


dan melaksankan kebijakan bersama

d Memungkinkan fungsi-fungsi pemerintahan berada di tangan-tangan


yang lebih terlatih untuk itu.

Kelemahan:

a Mudah terjebak dalam kepentingan para wakil rakyat yang bertentangan


dengan kepentingan masyarakat

b Demokrasi perwakilan menghadapi persoalan waktu dan jumlah seperti


yang dihadapi demokrasi langsung

c Cenderung menciptakan politik yang stabil karena menjauhkan


masyarakat dari (konflik) politik; dan karenanya mendorong kompormi.
B. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

 Demokrasi dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia


dari Masa ke Masa

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dari


masa ke masa. Masalah utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
bagaimana mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi dan membina suatu
kehidupan sosial dan politik yang demokratis di tengah masyarakat yang
beraneka ragam pola budayanya ini. Pada intinya masalah ini berkisar
pada penyusunan suatu sistem politik dimana kepemimpinan cukup kuat
untuk melaksanakan pembangunan ekonomi dengan partisipasi seluruh
rakyat serta menghindari timbulnya diktator, baik diktator yang bersifat
perorangan, partai, maupun militer.

1. Masa Republik Indonesia I (1945-1959)

Demokrasi yang digunakan pada periode ini adalah demokrasi parlementer,


karena pada masa ini merupakan kejayaan parlemen dalam sejarah politik
Indonesia. Demokrasi parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah
kemerdekaan diproklamirkan dan diperkuat dalam Undang–Undang Dasar
1949 dan 1950. Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan barlakunya
sistem parlementer dimana badan eksekutif yang terdiri atas presiden
sebagai kepala negara dan menteri-menterinya mempunyai tanggung jawab
politik.

Penerapan demokrasi tersebut ternyata kurang cocok di Indonesia,


meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa negara Asia
lain. Persatuan masyarakat Indonesia melemah dan tidak dapat dibina
menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif setelah kemerdekaan tercapai.
Karena lemahnya demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk
didominasi oleh partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Disamping itu ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik yang tidak
mendapat saluran dan tempat yang realistis dalam kehidupan politik,
padahal merupakan kekuatan yang paling penting. Misalnya seorang
presiden yang tidak mau bertindak sebagai rubberstamp (presiden yang
membubuhi capnya belaka) dan seorang tentara yang karena lahir dalam
revolusi merasa bertanggung jawab untuk turut menyelesaikan persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indoonesia pada umunya.

Faktor-faktor semacam inilah yang mendorong presiden Soekarno untuk


mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang menentukan berlakunya kembali
Undang-Undang Dasar 1945 dan berakhirnya masa demokrasi parlementer.

1. Masa Republik Indonesia II (1959-1965)

Pada periode ini sistem demokrasi yang digunakan adalah demokrasi


terpimpin, dengan ciri-ciri didominasi oleh presiden, terbatasnya peranan
partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan
ABRI sebagai unsur sosial-politik.[2]

Dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yang membubarkan


Konstituante dan menyatakan kembali kepada UUD 1945 berdampak
sangat besar dalam kehidupan politik nasional. Dengan demokrasi
terpimpin memungkinkan Soekarno untuk menjadi salah satu agenda setter
politik Indonesia, yang akhirnya membuat dia menjadi pemimpin yang
sangat berkuasa dan menjadi seorang diktator. Politik pada masa
demokrasi terpimpin diwarnai oleh tarik ulur yang sangat kuat antara
ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu Soekarno, PKI
dan Angkatan Darat.

Pada periode ini juga terjadi penyelewengan di bidang perundang-undangan


dimana berbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan
Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber hukum.
Kemudian didirikan pula badan-badan ekstra konstitusional seperti Front
Nasional yang ternyata dipakai oleh pihak komunis sebagai arena kegiatan.
Partai politik dan pers yang menyimpang dari rel revolusi ditutup, tidak
dibenarkan, sedangkan politik mercusuar di bidang hubungan luar negeri
dan ekonomi dalam negeri telah menyebabkan keadaan ekonomi bertambah
suram. G 30S/PKI telah mengakhiri periode ini dan membuka peluang
untuk dimulainya masa demokrasi Pancasila.

1. Masa Republik Indonesia III (1965-1998)

Landasan formal dari periode ini adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar


1945, serta ketetapan-ketetapan MPRS. Pada Periode ini menunjukkan
peranan presiden yang semakin besar, karena pemusatan kekuasaan
berada di tangan presiden (Soeharto) yang telah menjelma sebagai tokoh
yang paling dominan dalam sistem politik Indonesia, tidak saja karena
jabatannya sebagai presiden dalam sistem presidensial, tetapi juga karena
pengaruhnya yang dominan dalam elit politik Indonesia. Keberhasilan
memimpin penumpasan G 30S/PKI dan kemudian membubarkan PKI
dengan menggunakan Surat Perintah 11 Maret (Super Semar) memberikan
peluang yang besar bagi Soeharto untuk menjadi tokoh yang paling
berpengaruh di Indonesia menggantikan Soekarno.

Masa Republik Indonesia III menunjukkan keberhasilan dalam


penyelenggaraan pemilu. Pada periode ini telah dilaksanakan enam kali
pemilu, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, dan 1997. Namun ternyata
nilai-nilai demokrasi tidak diberlakukan dalam pemilu-pemilu tersebut
karena tidak ada kebebasan memilih bagi para pemilih dan tidak ada
kesempatan yang sama bagi ketiga Organisasi Peserta Pemilu (OPP) untuk
memenangkan pemilu.

Pada periode ini, pembangunan ekonomi Indonesia sangat baik karena


menjadikan Indonesia swasembada beras pada pertengahan dasawarsa
1980-an. Namun seiring dengan keberhasilan pembangunan ekonomi
tersebut, ternyata Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) juga berkembang
dengan pesat.

Di bidang politik, dominasi Presiden Soeharto telah membuat presiden


Soeharto menjadi penguasa mutlak karena tidak ada satu lembaga pun
yang dapat menjadi pengawasa presiden dan mencegahnya melakukan
penyelewengan kekuasaan (abuse of power).
Akibat dari semua ini adalah semakin menguatnya kelompok-kelompok
yang menentang Presiden Soeharto dan Orde Baru terutama dari kelompok
mahasiswa dan pemuda. Gerakan mahasiswa yang berhasil menduduki
Gedung MPR/DPR di Senayan pada bulan Mei 1998 merupakn langkah
awal kejatuhan Presiden Soeharto dan tumbangnya orde baru. Presiden
Soeharto merasa tidak mendapat dukungan yang besar dari rakyat
sehingga ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden RI
pada tanggal 20 Mei 1998. Mundurnya Presiden Soeharto ini menjadi
pertanda berakhirnya masa Republik Indonesia III dan disusul dengan
masa Republik Indonesia IV.

1. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang)

Pada periode ini Indonesia memasuki era baru yang biasa disebut dengan
era reformasi yaitu era yang menjadi babak baru dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Jika masa sebelumnya demokrasi di Indonesia
diwarnai oleh kekuasaan presiden yang sangat dominan dan peran
lembaga-lembaga lainnya, di era reformasi ini tampak peran yang sangat
proporsional di antara lembaga-lembaga negara yang ada. Kemudian jika di
masa sebelumnya kebebasan warga masyarakat mendirikan partai politik
sangat dibatasi dengan dalih penciptaan stabilitas nasional yang mantap,
pada era reformasi ini warga masyarakat memiliki kebebasan politik yang
sangat besar untuk mendirikan partai politik.

Langkah terobosan yang dilakukan pada periode ini untuk melakukan


perubahan adalah amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR hasil
pemilu 1999 serta pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden
pada tahun 2004. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut,
demokrasi di Indonesia telah mempunyai dasar yang kuat untuk
berkembang.

 Prospek Demokrasi di Indonesia

Harold Crough mengungkapkan pesimisme yang kuat terhadap


demokrasi Indonesia, akan tetapi Afan Gaffar mempunyai keyakinan yang
sebaliknya yaitu demokrasi akan dapat ditingkatkan kualitas
pelaksanaannya dengan alasan selama dua dasawarsa terakhir ini,
masyarakat Indonesia telah mengalami transformasi sosial yang sangat
fundamental.[3]

Proses transformasi sosial ini membawa hasil positif terhadap


pembangunan nasional Indonesia seperti meningkatnya kesejahteraan
masyarakat meskipun tingkat distribusi yang masih belum baik. Selain itu
hasil positif lainnya adalah peningkatan proporsi orang yang mengalami
peningkatan kemampuan politik. Hal ini dapat kita lihat dari besarnya
jumlah pemilih muda yang semakin bertambah pada setiap pemilu. Pemilih
muda tersebut adalah generasi baru yang mempunyai pengalaman politik
yang berbeda, yang mengalami sosialisasi atau pendidikan politik serta
memiliki aspirasi dan tuntutan politik yang berbeda pula dari generasi-
generasi sebelumnya.

C. CARA UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN YANG DEMOKRATIS DI


INDONESIA

Pada hakikatnya sebuah negara dapat disebut sebagai negara yang


demokratis, apabila di dalam pemerintahan tersebut rakyat memiliki
persamaan di depan hukum, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, dan memperoleh pendapatan yang layak
karena terjadi distribusi pendapatan yang adil, serta memiliki kekebasan
yang bertanggung jawab. Mari kita uraikan makna masing-masing.

Persamaan kedudukan di muka hukum

Hukum itu mengatur bagaimana seharusnya penguasa bertindak,


bagaimana hak dan kewajiban dari penguasa dan juga rakyatnya. Semua
rakyat memiliki kedudukan yang sama di depan hukum. Artinya, hukum
harus dijalankan secara adil dan benar. Hukum tidak boleh pandang bulu.
Siapa saja yang bersalah dihukum sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk
menyiptakan hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat penegak
hukuxm yang tegas dan bijaksana, bebas dari pengaruh pemerintahan
yang berkuasa dan berani menghukum siapa saja yang bersalah.

Partisipasi dalam pembuatan keputusan

Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi, kekuasaan tertinggi


berada di tangan rakyat dan pemerintahan dijalankan berdasarkan
kehendak rakyat. Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi dan
pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi yang merupakan arah dan
pedoman dalam melaksanakan hidup bernegara. Para pembuat kebijakan
memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang berkembang. Kebijakan yang
dikeluarkan harus dapat mewakili berbagai keinginan masyarakat yang
beragam. Sebagai contoh ketika rakyat berkeinginan kuat untuk
menyampaikan pendapat di muka umum, maka pemerintah dan DPR
menetap undang-undang yang mengatur penyampaian pendapat di muka
umum.

Distribusi pendapatan secara adil

Dalam negara demokrasi, semua bidang dijalankan dengan berdasarkan


prinsip keadilan termasuk di dalam bidang ekonomi. Semua warga negara
berhak memperoleh pendapatan yang layak. Pemerintah wajib memberikan
bantuan kepada fakir dan miskin yang berpendapatan rendah. Akhir-akhir
ini pemerintah menjalankan program pemberian bantuan tunai langsung,
hal tersebut dilakukan dalam upaya membantu langsung para fakir
miskin. Pada kesempatan lain, Pemerintah terus giat membuka lapangan
kerja agar masyarakat bisa memperoleh penghasilan. Dengan program-
program tersebut diharapkan terjadi distribusi pendapatan yang adil di
antara warga negara Indonesia.

Kebebasan yang bertanggungjawab

Dalam sebuah negara yang demokratis, terdapat empat kebebasan yang


sangat penting, yaitu kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan
mengeluarkan pendapat dan kebebasan berkumpul. Empat kebebasan ini
merupakan Hak Asasi Manusia yang harus dijamin keberadaannya oleh
negara. Akan tetapi dalam pelaksanaanya mesti bertanggung jawab, artinya
kebebasan yang dimiliki oleh setiap warga Negara tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku. Dengan kata lain kebebasan yang
dikembangkan adalah kebebasan yang tidak tak terbatas, yaitu kebebasan
yang dibatasi oleh aturan dan kebebasan yang dimiliki orang lain.

Setelah kalian memahami karakteristik negara yang demokratis, coba


kalian bayangkan jika kalian tidak diperlakukan sama di depan hukum,
maka kalian tentunya merasa diperlukan tidak adil dan kepercayaan kalian
terhadap lembaga-lembaga peradilan menjadi menurun atau bahkan tidak
ada. Bayangkan pula apabila masyarakat tidak diberi kesempatan yang
sama untuk mencari pekerjaan dan memperoleh penghidupan yang layak,
maka masyarakat banyak yang menganggur, fakir miskin bertambah
banyak jumlahnya dan semakin terlantar kehidupannya.

Demikian pula halnya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah,


dan masyarakat. Apa yang kalian rasakan seandainya kalian tidak diberi
kesempatan berbicara di depan orang tuamu, sehingga segala sesuatu
aturan keluarga harus kalian ikuti tanpa dimusyawarahkan terlebih
dahulu. Jika di kelas kalian, guru tidak memberi kesempatan untuk
bertanya, mengemukakan pendapat, berdiskusi, maka pemahaman kalian
terhadap pelajaran menjadi kurang optimal. Dalam masyarakat apabila
penyelesaian perkara tidak melalui musyawarah, maka akan terjadi main
hakim sendiri dan pengambilan kebijakan yang sewenang-wenang,
akibatnya suasana di lingkungan masyarakat menjadi tidak nyaman dan
tidak aman.

Dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, seandaianya tidak ada


pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden, maka tentu
saja tidak akan terwujud kebebasan warga negara untuk memilih
pemimpinnya. Bayangkan pula seandainya warga Negara tidak diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah,
maka kebijakan yang dibuat pemerintah kecenderungannya akan
sewenang-wenang, artinya kebijakan tersebut tidak sesuai dengan aspirasi
warga negara.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kehidupan demokratis


penting dikembangkan dalam berbagai kehidupan, karena seandainya
kehidupan yang demokratis tidak terlaksana maka, asas kedaulatan rakyat
tidak berjalan, tidak ada jaminan hak-hak asasi manusia, tidak ada
persamaan di depan hukum. Jika demikian tampaknya kita akan semakin
jauh dari tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan tengtang demokrasi menghadapkan kita pada suatu


kompleksitas permasalahan yang klasik, fundamental namun tetap aktual.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah
hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik
secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum, karena Demokrasi sangat erat
kaitannya dengan politik dan hukum.

Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang


dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan
lebih mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila
dilandaskan atas mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan
pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.

B. Saran

Indonesia telah melewati berbagai jenis bentuk demokrasi, mulai dari


Demokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi pada
Pemerintahan Orde Baru. Untuk sekarang demokrasi yang sedang berjalan
di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila Era Reformasi yang dimulai sejak
runtuhnya pemerintahan Orde Baru hingga sekarang.

Dari panjangnya perjalanan Indonesia dalam melewati berbagai jenis


demokrasi ini, sudah sepatutnya kita sebagai Warga Negara Indonesia
mampu bersikap bijak akan demokrasi dan mampu menjalankan
demokrasi dengan semestinya, baik dilingkungan yang paling kecil yaitu
keluarga sampai lingkungan yang paling besar yaitu pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai