Anda di halaman 1dari 4

RESUME

Pengembangan Bahan Ajar Model R2D2

Nur Aini/160341606069/Offering a 2016

Menurut Willis (2000) dalam Mistiani (2016), model pengembangan


pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik adalah model Layer
of Negotiation, Chaos Theory Instructional Design, A-Maze, dan model R2D2.
Dengan demikian model R2D2 merupakan salah satu model desain pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivistik atau constructivistic instructional design (C-
ID) yang berarti Reflective Recursive Design and Development. Model ini
memiliki tiga prinsip yang fleksibel yaitu recursive, reflection, dan participation.
Reflection, yaitu perenungan terhadap apa yang telah dan sedang
dikerjakan. Dalam hal ini pendekatan yang baru dicoba untuk dilaksanakan,
kadang diadopsi, direvisi lagi atau dibuang. Hal-hal yang tidak disepakati diubah
kembali dan disesuaikan dengan situasi. Recursive (iterative), artinya suatu
gagasan secara terus menerus dikaji sepanjang proses perancangan dan
pengembangan. Recursive adalah proses pengembangan materi pembelajaran di
mana konsumen atau pengguna maupun ahli dapat berpartisipasi secara penuh
dalam proses revisi dan reformulasi. Participation, di mana pembelajar, desainer,
ahli desain, ahli media dan pihak lain yang dirasa terkait dilibatkan secara penuh
dalam desain sebagai partisipan, bukan sebagai objek penelitian (Mistiani, 2016).
Model R2D2 memiliki karakteristik dalam Mistiani 2016 disebutkan
sebagai berikut;
1) proses pengembangan yang bersifat rekursif, non linier, kadang-
kadang tak beraturan/chaotic,
2) perencanaan yang bersifat organis, berkembang, reflektif, dan
kolaboratif,
3) tujuan bukan merupakan pemandu kegiatan dalam proses
mendesain dan mengembangkan,
4) tidak memerlukan uji ahli desain instruksional umum.a
5) adanya penekanan pada pembelajaran dalam konteks bermakna,
6) hasil evaluasi formatif merupakan kritik terhadap pembelajaran,
7) data kualitatif merupakan data yang paling berharga.

Model pengembangan R2D2 terdiri atas tiga fokus pengembangan


meliputi:
1. definisi focus (fokus definisi),
2. focus design and development (fokus desain dan pengembangan) dan
3. dissemination focus (fokus desiminasi).

Fokus yang pertama yaitu definisi focus (fokus definisi). fokus ini
memiliki tiga tahap. Tahap yang pertama yaitu creating and supporting a
participatory team (menciptakan dan mendukung tim partisipatori). Tim
partisipatori adalah sebuah tim atau kelompok partisipatif yang terlibat langsung
dalam proses pengembangan produk dari awal hingga akhir. Tahap kedua
yaitu progressive problem solution (melakukan pemecahan masalah secara
progresif). Pada tahap ini pengembang melakukan observasi, wawancara kepada
guru serta penyebaran angket minat belajar terhadap siswa. Tahap yang ketiga
ialah developing Phronesis or contextual understanding (mengembangkan
pronesis atau pemahaman konstekstual). Setelah menemukan permasalahan, maka
selanjutnya pengembang mencari pemecahan masalah sesuai dengan konteks
masalah yang dihadapi. Pada tahap ini, pengembang melakukan identifikasi
masalah untuk dapat menemukan solusi yang sesuai dengan konteks masalahnya
(Puji, dkk. 2014).
Setelah melalui tahap fokus yang pertama maka fokus yang kedua adalah
Focus Design and Development (fokus desain dan pengembangan). Fokus kedua
ini memiliki empat tahap. Tahap pertama ialah Selection Of a Development
Environment (memilih lingkungan pengembangan). Pada tahap ini pengembang
menentukan terlebih dahulu mata pelajaran yang dikembangkan. Tahap yang
kedua ialah Media and Format Selection (memilih format produk dan media).
Pada tahap ini pengembang melihat kesesuaian dengan perangkat pembelajaran.
Tahap yang ketiga adalah Evaluation Procedures (menentukan format penilaian).
Pada tahap ini, pengembang memilih jenis evaluasi yang bersifat evaluasi
formatif. Pengembang menggunakan uji ahli, uji pengguna dan juga uji lapangan.
Instrumen yang digunakan berupa angket penilaian dan tanggapan. Berdasarkan
hasil analisa penilaian angket tersebut maka dilakukan beberapa revisi dan
perbaikan hingga menghasilkan produk terbaik. Uji ahli dilakukan kepada ahli isi
bidang studi dan ahli media. Sedangkan untuk uji pengguna terbagi menjadi uji
pengguna I yaitu satu guru dan uji pengguna II yaitu siswa di sekolah tersebut.
Tahap keempat adalah Product Design and Development (mendesain dan
mengembangkan produk). Pada tahap ini, pengembang melakukan proses
pendesainan dan penyusunan bahan ajar (Puji, dkk. 2014).
Fokus yang ketiga taitu dissemination focus (fokus diseminasi). Fokus
ketiga ini memiliki empat tahap. Tahap awal pada fokus diseminasi adalah
Summative Evaluation (evaluasi sumatif). Langkah awal pada tahap evaluasi
sumatif ini ialah melakukan pengumpulan data-data obyektif pada sepanjang
prosedur pengembangan. Pengembang memilih format penilaian berupa jurnal
untuk menilai keefektifan bahan ajar yang telah dikembangkan.
Setelah dilakukan evaluasi sumatif, tahap kedua yaitu final packaging
(produk akhir). Tahap final packaging berarti pengemasan produk akhir. Produk
akhir tersebut telah melalui serangkaian proses uji coba dan revisi. Produk ini
merupakan produk unggul atau yang sudah fix. Tahap ketiga yaitu Diffusion
(penyebaran). Tahap ini merupakan tahap penyebaran atau pendistribusian produk
(Puji, dkk. 2014).

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Metode pembelajaran seperti apa yang dapat diterapkan dengan bahan ajar
model R2D2 ?
Jawab: Model R2D2 berpusat pada pebelajar (learner-centered) dimana
pebelajar dilibatkan langsung dalam penyusunan bahan ajar, sesuatu yang
tidak terdapat pada model lain. Dengan melibatkan pebelajar secara
langsung dalam penyusunan bahan ajar maka kebutuhan pebelajar akan
terakomodasi, bahan ajarpun sesuai dengan kondisi lapangan sehingga
diduga dapat menimbulkan motivasi belajar yang tinggi karena
pebelajarlah yang menentukan sendiri apa dan bagaimana isi serta cara
mempelajarinya.
2. Apakah ketiga fokus dalam model R2D2 harus dilakukan secara runtut ?
Jawab: Ketiga fokus dalam R2D2 bukanlah suatu prosedur yang harus
runtut urutannya, karena memang pengembangan model R2D2 ini
memiliki prinsip non linier.

3. Bagaimana keterkaitan model R2D2 dengan teori konstruktivisme ?


Jawab: Model ini memberi kesempatan luas kepada pembelajar untuk
aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, pendekatan konstruktivistik juga membangun interaksi
antar pebelajar dan interaksi antara pebelajar dengan pembelajar.

DAFTAR RUJUKAN

Mistiani, 2016. Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas Ix Smpk Mardi Wiyata Malang. Jurnal NOSI, 4(3). 438 – 447.
(Online), (https://media.neliti.com/media/publications/224424-
pengembangan-bahan-ajar-mata-pelajaran-p-f792b72a.pdf) diakses pada
9 September 2018.

Puji,R.P.N., Umamah, N., Sumarno. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis


Sejarah Lokal Menampilkan Eksistensi Benteng Portugis Situbondo pada
Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/319087477_Pengembangan_B
ahan_Ajar_Berbasis_Sejarah_Lokal_Menampilkan_Eksistensi_Benteng_
Portugis_Situbondo_pada_Mata_Pelajaran_Sejarah_Kelas_XI_IPS)
diakses pada 9 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai