Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya
keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka
kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei
Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun
1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian
maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka
Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting
kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan
keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk
saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus
ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena
faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil
besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan
kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985)
melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif
menemukan 0,33% plasenta.

1
Plasenta Previa
1.2 Tujuan

1.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep plasenta previa.


1.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi plasenta previa.
1.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi plasenta previa.
1.2.4 Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala plasenta previa.
1.2.5 Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi plasenta previa.
1.2.6 Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan plasenta previa.
1.2.7 Mahasiswa mampu menjelaskan pengruh plasenta previa terhadap kehamilan,
partus dan persalinan.
1.2.8 Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada plasenta previa.

2
Plasenta Previa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya


abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (FKUI, 2000).
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan
jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang
dimaksud A ( Menurut Prawiroharjo 1992)
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi
ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah
rahim. (Menurut Cunningham 2006).
Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal
yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan/ostium uteri internal (OUI).
Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari
ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui


pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu :
1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan
jalan lahir.

3
Plasenta Previa
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat
dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba memastikan
hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum ketika serviks
berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.

Gambar 1.
Plasenta Previa

Gambar 2. Lokasi Plasenta Previa

2.3 Etiologi

4
Plasenta Previa
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup :
a. Perdarahan (hemorrhaging).
b. Usia lebih dari 35 tahun.
c. Multiparitas.
d. Pengobatan infertilitas.
e. Multiple gestation.
f. Erythroblastosis.
g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
h. Keguguran berulang.
i. Status sosial ekonomi yang rendah.
j. Jarak antar kehamilan yang pendek.
k. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar
atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda,
pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

2.4 Tanda dan gejala

a. Perdarahan tanpa nyeri.


b. Perdarahan berulang.
c. Warna perdarahan merah segar.
d. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
e. Timbulnya perlahan-lahan.
f. Waktu terjadinya saat hamil.
g. His biasanya tidak ada.
h. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
i. Denyut jantung janin ada.
j. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
l. Presentasi mungkin abnormal.

5
Plasenta Previa
Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri
biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak
peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedngan tumbuh.
Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium
internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias
dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat pelekantan plasenta yang diikuti oleh
pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi
dengan ketidakmampuan serabut- serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk
mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture
sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang
kosong pada kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat
daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan
kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari
tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah
dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi
yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen
bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian
bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta
yang melekat itu secara manual.

2.5 Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat


mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
Kehamilan kembar (gamelli).
Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
Malnutrisi ibu hamil.
Melebarnya plasenta karena gamelli.
Bekas seksio sesarea.
Sering dijumpai pada grandemultipara.

6
Plasenta Previa
3. Terlambat implantasi :
Endometrium fundus kurang subur.
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap
untuk nidasi.

2.6 Patofisiologi

Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian
atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui
sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta
dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan.

2.7 Diagnosa dan Gambaran Klinis

a. Anamneses
Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR,
terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh
darah dan placenta.
b. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
c. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating.

7
Plasenta Previa
2.8 Komplikasi

Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari


adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
a. Pada ibu dapat terjadi :
Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
Anemia karena perdarahan
Plasentitis
Endometritis pasca persalinan
b. Pada janin dapat terjadi :
Persalinan premature
Asfiksia berat

2.9 Penatalaksaan Plasenta Previa

a. Konservatif bila :
Kehamilan kurang 37 minggu.
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan
selama 15 menit).

Perawatan konservatif berupa :


Istirahat.
Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan


konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama.
b. Penanganan aktif bila :
Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
Anak mati

8
Plasenta Previa
Penanganan aktif berupa :
Persalinan per vaginam.
Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
Plasenta previa marginalis
Plasenta previa letak rendah
Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
c. Penanganan (pasif)
Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke
Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan
belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram
persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik,
progestin/progesterone, observasi teliti.
Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin
prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan
menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun
janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan
aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi
yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus
larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya
sejak saat dilahirkan.

9
Plasenta Previa
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat
diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta
yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn
utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks
yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang
disebabkan oleh plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk
melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :
1. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti
2. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.

2.10 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan

a. Karena terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk PAP.
Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak kepala mengapung.
b. Sering terjadi partus prematur; rangsangan koagulum darah pada servix, jika
banyak placenta yang lepas kadar progesterone menurun dan dapat terjadi His,
pemeriksaan dalam.

2.11 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus

a. Letak janin yan tidak normal; partus akan menjadi patologis.


b. Bila pada placenta previa lateralis; ketuban pecah/dipecahkan dapat terjadi prolaps
funkuli.
c. Sering dijumpai insersi primer.
d. Perdarahan.

10
Plasenta Previa
2.12 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan

a. Seksio Sesarea
Seksio Sesarea merupakan metode persalinan janin yang bisa diterima hampir
pada semua kasus plasenta previa. Jika letak janin plasenta cukup jauh di posterior
sehingga segmen bawah uterus dapat diinsisi tranversal tanpa mengenai jaringan
plasenta dan jika posisi sefalik, maka insisi yang disukai adalah insisi transversal.
b. Prognosis
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal, sekalipun
penatalaksanaan plasenta previa seperti yang diharapkan sudah dilakukan.

11
Plasenta Previa
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA

3.1 Asuhan Keperawatan

3.1.1 Masalah Keperawatan:

a. Kekurangan cairan
b. Distress janin
c. Potensial terjadi shock
d. Gangguan ADL
e. Cemas

3.1.2 Pemeriksaan Diagnostik:


a. Darah lengkap, USG
b. Hasil laboratorium :
Hb : 9,6
PVC : 30,0
c. Trombosit : 243.000
d. Hasil USG: Tampak janin T/H letak lintang, kepala BPD= 83,5 sesuai
kehamilan 33 minggu, Placenta di SBR belakang meluas sampai menutupi
Osteum Uteri Internum Grade II.

Gambar 3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

12
Plasenta Previa
3.1.3 Diagnosa Keperawatan:
a. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
b. Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
c. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
d. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas
yang terbatas.
e. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kehamilan yang bermasalah.

3.1.4 Intervensi:
a. Diagnosa 1: Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.
Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan).
Observasi tanda-tanda vital.
Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
Pantau kadar elektrolit darah.
Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak
minum.
Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.

b. Diagnosa 2: Resiko terjadi distress janin berhubungan dengan kelainan letak placenta.
Observasi tanda-tanda vital.
Monitor perdarahan dan status janin.
Pertahankan hidrasi.
Pertahankan tirah baring.
Persiapkan untuk section caesaria.

c. Diagnosa3: Potensial terjadi shock hipovolemik berhubungan dengan adanya


perdarahan.
Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).

13
Plasenta Previa
Observasi tanda-tanda vital.
Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
Pantau kadar elektrolit darah.
Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak
minum.
d. Diagnosa 4: Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene berhubungan dengan
aktivitas yang terbatas.
Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan aktivitas
yang berlebihan.
Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest
e. Diagnosa 5: Gangguan psikologis cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah..
Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang
status janin, mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata
dan berkomunikasi dengan tenang, hangat dan empati yang tepat.
Pertahankan hubungan saling percaya dengan komunikasi terbuka. Hubungan
rasa saling percaya terjalin antara perawat dan klien akan membuat
klien mudah mengungkapkan perasaannya dan mau bekerja sama.
Jelaskan tentang proses perawatan dan prognosa penyakit secara bertahap.
Dengan mengerti tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan
memberikan rasa tenang.
Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan
alternatif koping akan membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya.
Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan
support sistem akan membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya.

14
Plasenta Previa
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi


ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah
rahim. Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari
ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.
Klasifikasi plasenta previa yaitu Plasenta previa totalis. Plasenta previa lateralis,
marginalis dan plasenta previa letak rendah. Derajat plasenta previa akan tergantung kepada
luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar
atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda,
pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang paling sering terjadi pada
plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah
pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.

4.2 Saran dan Kritik

   


Tugas yang berjudul “Plasenta Previa” akhirnya dapat terselesaikan. Makalah ini
penulis susun dengan segenap usaha agar dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya informasi yang di dapat oleh penulis. Maka dari
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada narasumber yang karyanya telah dijadikan
sebagai referensi dan kepada pihak - pihak yang telah memfasilitasi sarana dan prasarana
serta telah mendukung kami sehingga makalah ini selesai tepat waktu dan sesuai dengan apa
yang kami harapkan.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.

15
Plasenta Previa
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2 Tujuan............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian ...................................................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi...................................................................................................................... 3

2.3 Etiologi .......................................................................................................................... 4

2.4 Tanda dan gejala............................................................................................................ 5

2.5 Faktor Predisposisi dan Presipitasi................................................................................ 6

2.6 Patofisiologi .................................................................................................................. 7

2.7 Diagnosa dan Gambaran Klinis .................................................................................... 7

2.8 Komplikasi .................................................................................................................... 8

2.9 Penatalaksaan Plasenta Previa ....................................................................................... 8

2.10 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan.......................................................... 10

2.11 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus ................................................................. 10

2.12 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan .......................................................... 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA ......................................... 12

3.1 Asuhan Keperawatan................................................................................................... 12

3.1.1 Masalah Keperawatan: ........................................................................................... 12

3.1.2 Pemeriksaan Diagnostik: ........................................................................................ 12

3.1.3 Diagnosa Keperawatan: .......................................................................................... 13

3.1.4 Intervensi: ............................................................................................................... 13

16
Plasenta Previa
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 15

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 15

4.2 Saran dan Kritik .......................................................................................................... 15

Daftar Pustaka

http://media.photobucket.com/image/animated%20arrow/MyElectronicArt/arrow.gif?o=1#!oZZ2QQcurrentZZhttp%3A%2F%2F
media.photobucket.com%2Fimage%2Fanimated%20arrow%2Fbiz92037%2Fweb%20doodads%2Fleftarrowanimated.gif%3Fo
%3D2

http://www.gifs.cc/aniarrows.htm

17
Plasenta Previa

Anda mungkin juga menyukai