Anda di halaman 1dari 4

TEORI HEAT

DEATH
Leony Sinaga
XI MIA 8
HEAT DEATH
"Heat death", adalah salah satu teori tentang berakhirnya alam semesta. Nama
"Heat Death" berasal dari gagasan bahwa, dalam sebuah sistem yang terisolasi
(contohnya alam semesta), entropi akan terus meningkat hingga mencapai nilai
maksimum. Jika itu terjadi, energi panas dalam sistem tersebut akan dibagi
secara merata, sehingga menyebabkan tidak ada ruang untuk energi (atau panas)
yang dapat digunakan. Yang artinya, 'Mechanical motion' atau gerakan mekanis
dalam alam semesta tidak akan mungkin lagi. Yang mengingatkan kita oleh
perkataan T.S. Eliot: "This is the way the world ends: not with a bang but with a
whimper."
Dalam teori ini, kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses
mengembangnya semesta yang tanpa batas. Istilah Heat Death yang menjadi
nama lain teori ini berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi,
entropi atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur akan terus
meningkat hingga mencapai nilai maksimum. Pada saat entropi mencapai
maksimum, panas akan terdistribusi merata di wilayah yang sangat luas, tak
mengizinkan adanya ruang yang memungkinkan penggunaan energi. Saat itu,
gerak mekanik dalam suatu sistem takkan mungkin. Skenario akhir masa dalam
Big Freeze berlawanan dengan Big Crunch. Dalam Big Crunch, semesta akan
menjadi sangat mampat, membentuk lubang hitam sangat besar. Sementara itu,
dalam Big Freeze, semesta menjadi sangat gelap dan dingin. Untuk menentukan
skenario mana yang lebih mungkin, ilmuwan harus menggali data tentang
densitas, komposisi, dan bahkan bentuk semesta. Ada yang disebut densitas
kritis. Jika nilai densitas yang ditemukan lebih rendah, skenario Big Freeze
menjadi mungkin. Sejauh ini, pengukuran oleh Wilkinson Microwave
Anisotropy Probe (WMAP) yang menangkap Cosmic Microwave Background
Radiation (CMBR) mengindikasikan bahwa densitas jauh lebih kecil daripada
densitas kritis. Dengan demikian, ilmuwan menyatakan, Big Freeze adalah
skenario kiamat semesta yang paling mungkin.
Menurut konstanta kosmologi, kita bisa menentukan masa depan dari alam
semesta. Pertama, sifat dari materi adalah tidak bisa mengembang dan
bertambah, sehingga jumlah dari materi baryonik dan materi gelap tidak akan
bertambah seiring dengan waktu. Kedua, sifat dari energi adalah dapat
mengembang namun tidak dapat dikurangi, sesuai dengan konsep konservasi
energi, sehingga mempercepat penambahan ruang-waktu di jagad raya.
Ketika energi gelap yang bertindak sebagai anti-gravitasi akan mendominasi
ruang angkasa dan menjadikan jarak antara satu galaksi dengan galaksi lainnya
menjadi semakin jauh dan jauh. Jarak antara bintang akan jauh dan semakin jauh
juga memberikan ruang dingin hampa diantaranya yang kosong. Dalam jarak
yang semakin jauh itu, maka akan membuat alam semesta jauh lebih dingin lagi
dan lagi.

Ketika nebula yang membentuk bintang akhirnya habis dan pembentukkan


bintang terakhir terjadi, maka dimulailah era kelam alam semesta dimana semua
bintang satu persatu mati, entah itu mati dalam ledakan super besar seperti
supernova atau mati akibat gravitasinya sendiri dan menjadi lubang hitam.

Akan tetapi, pada waktu yang cukup lama, bahkan bintang katai putih akan
berhenti berpijar dan semakin dingin, begitu juga dengan lubang hitam yang
semakin lama akan menguap dalam sebuah radiasi yang kita sebut Radiasi
Hawking (Penemu radiasinya Stephen Hawking). Sehingga tidak ada lagi
kehangatan di alam semesta.

Pada saat itu terjadi, alam semesta ada dititik sangat dingin sehingga tidak ada
panas dan energi bebas yang dihasilkan. Itulah skenario yang paling mungkin
untuk alam semesta berakhir. Saat itu, semua mahkluk hidup akan mati karena
tidak dapat melakukan apa-apa karena tidak dapat menghasilkan energi dan
panas apapun. Para ilmuwan menyebutnya "Heat Death Of The Universe" atau
"Kematian 'Panas' dari Alam Semesta", dan itu sebutan yang benar, karena tidak
ada panas yang bisa dihasilkan dari energi apapun ketika 'Kematian' itu terjadi.

Secara termodinamika, ini hal yang sah. Kita tidak bisa menghasilkan apapun
dan tidak dapat melakukan apapun ketika heat death terjadi. Heat death adalah
tempat dimana keseimbangan entropi dari alam semesta terjadi. Entropi adalah
sebuah sistem yang menjelaskan hukum termodinamika kedua. Hukum
termodinamika kedua menjelaskan bahwa panas mengalir dari suhu tinggi ke
rendah.
Bayangkan bahwa alam semesta ini bentuknya tertutup dan setiap waktu panas
yang dihasilkan dari segala kegiatan yang ada di alam semesta ini dialirkan ke
tempat yang lebih dingin. Peristiwa itu terus berlanjut hingga akhirnya mencapai
entropi maksimum dan terjadi kesamaan temperatur disetiap sudut alam semesta.
Sesuai dengan hukumnya, kita tidak dapat menghasilkan panas pada kesamaan
temperatur, karena setidaknya perlu perbedaan suhu untuknya.

Ini sama seperti kita di kutub dan kita membeku di dalam es. Panas tubuh kita
tidak akan bisa mencairkan es yang mengelilingi kita. Karena kita saat itu sudah
mencapai kesetimbangan antara suhu tubuh kita dengan suhu es yang
mengelilingi kita dan segala usaha kita untuk menghasilkan panas adalah sama
dengan nol. Analogi yang sama berlaku kepada alam semesta kita.

Saat itulah, setiap mahkluk yang cerdas juga harus mati karena dinginnya alam
semesta.

Dalam hal ini , gravitasi tidak cukup kuat untuk mengatasi ekspansi sehingga
alam semesta hanya terus berkembang secara eksponensial. Galaksi menjauh
mencakup segalalanya sehingga ruang menjadi lebih lebar dan lebih luas . Alam
semesta mengikuti aturan yang sama seperti sistem termodinamika, dan mereka
semua berakhir dengan cara yang sama yaitu dengan panas merata di seluruh
ruang. Akhirnya, energi panas bintang-bintang akan menghilang, satu per satu ,
dan tidak akan ada energi yang cukup tersisa untuk menyalakan yang baru.
Akhirnya , seluruh alam semesta akan gelap. Materi akan tetap ada , namun
dalam bentuk partikel , dan gerakannya akan benar-benar acak. Alam semesta
akan berada dalam keadaan tidak berkeseimbangan, dan partikel-partikel ini akan
terpental satu sama lain tanpa bertukar energi. Akhirnya semua benda dalam
galaksi akan saling bertabrakan dan menghancurkan apapun yang ditabraknya.

Menurut teori populer , sebagian besar materi di alam semesta mengorbit


bertumpu pada lubang hitam (black hole). Hanya melihat galaksi, yang
mengandung hampir segala sesuatu dan rumah lubang hitam supermasif di pusat-
pusat mereka. Sebagian besar teori lubang hitam melibatkan kanibalisasi bintang
atau bahkan seluruh galaksi ketika mereka jatuh ke dalam event horizon lubang
itu

Dalam alam semesta yang terbatas , ini lubang hitam akhirnya akan melahap
sebagian besar materi dalam ruang, dan akan membuat alam semesta gelap.
Sesekali akan ada kilatan cahaya , hampir seperti petir , setiap kali sebuah benda
ditarik cukup dekat dengan lubang hitam memancarkan energi, dan kemudian
akan gelap lagi. Lubang hitam yang lebih besar akan mengkonsumsi yang kurang
masif , menjadi lebih besar , bahkan lebih besar lubang hitam. Tapi tetap saja , ini
tidak akan menjadi akhir dari alam semesta . Seiring waktu , lubang hitam
menguap ( kehilangan massa mereka ) karena mereka memancarkan apa yang
disebut " radiasi Hawking . " Jadi setelah lubang hitam yang terakhir mati, kita
akan ditinggalkan dengan pemerataan subatomik partikel radiasi Hawking

Anda mungkin juga menyukai