Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna ke
suatu objek atau suatu kain. Sejarah zat warna bermula pada zaman
prasejarah. Indigo merupakan zat warna tertua, zat ini digunakan oleh orang Mesir kuno
dekat kota Tirus, digunakan oleh orang Romawi untuk mewarnai jubah
maharaja.Alizarin disebut juga merah Turki, diperoleh dari akar pohon madder dan dalam
Inggris.
Terdapat banyak sekali senyawa organik berwarna, namun hanya beberapa yang sesuai
untuk zat warna. Agar dapat digunakan sebagai pewarna, senyawa itu harus tidak luntur
(tetap pada kain selama pencucian), untuk zat tersebut harus terikat pada kain dengan satu
atau lain cara. Suatu kain yang terbuat dari serat polipropilena atau hidrokarbon yang serupa,
sukar untuk diwarnai karena tidak memiliki gugus fungsional untuk menarik molekul
suatu kompleks logam zat warna kedalam polimer itu. Mewarnai kapas (selulosa) lebih
mudah karena ikatan hidrogen antara gugus hidroksil satuan glukosa dan gugus molekul zat
warna akan mengikat zat warna itu pada pakaian. Serat polipeptida, seperti wol atau sutera,
warna.
Suatu zat warna langsung ialah zat warna yang diaplikasikan lansung ke kain dari dalam
suatu larutan (air) panas. Jika tekstil yang akan diwarnai itu mempunyai gugus polar, seperti
dalam serat peptide, maka dengan memasukkan suati zat warna, baik dengan suatu gugus
amino maupun dengan suatu gugus asam kuat akan menyebabkan zat warna itu tidak
luntur. Kuning Martius adalah suatu zat warna langsung yang lazim. Gugus fenol yang asam
dalam kuning Martius bereasi dengan rantai samping yang basa dalam wol ataupun sutera.
Suatu zat warna tong (vat dye) adalah suatu zat warna yang diaplikasikan pada tekstil
dalam bentuk terlarut. Baju biru yang dikirim oleh orangorang Perancis kepada orang
Amerika dalam Revolusi Amerika diwarnai dengan indigo, suatu zat warna tong yang lazim.
Indigo diperoleh dari fermentasi suatu tumbuhan woad (Isatis tincoria) di Eropa barat atau
mengandung glukosida indikan, yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan indoksil, suatu
prekursor (zat pendahulu) yang tak berwarna dari indigo. Tekstil direndam dalam campuran
fermentasi yang mengandung indoksil, kemudian dibiarkan kering di udara. Oksida indoksil
oleh udara menghasilkan indigo yang tidak larut dan berwarna biru. Indigo mengendap dalam
Suatu zat warna mordan (mordant) adalah zat warna yang dibuat tak larut pada suatu
tekstil dengan mengkomplekskan atau menyepit (chelation) dengan suatu ion logan , yang
disebut mordan (mordant: Latin : mordere, “menggigit”). Mulamula tekstil itu di olah
dengan suatu garam logam (seperti Al, Cu, Co, atau Cr), kemuian diolah dengan suatu bentuk
warna permanen. Salah satu zat warna mordan tertua ialah alizarin, yang membentuk warna
berlainan bergantung ion logam yang digunakan. Misalnya, alizarin memberikan suatu warna
merahmawar dengan Al3+ dan warna biru dengan Ba2+.
Zat warna azo merupakan kelas zat yang terbesar dan terpenting, jumlahnya
mencapai ribuan. Dalam pewarnaan azo, mulamula tekstil itu dibasahi dengan senyawa
garam diazonium untuk membentuk zat warna.
Warna
Zat warna yang dapat digunakan dalam makanan diklasifikasikan menjadi:
1.Zat warna Buatan
Bahan pewarna buatan digunakan secara luas karena kekuatan zat warnanya lebih kuat
dibandingkan zat warna alami. Karena itu, zat warna buatan dapat digunakan dalam
konsentrasi yang kecil. Zat warna buatan lebih stabil, penampilan warna lebih seragam, dan
umumnya tidak mempengaruhi rasa makanan.
2. Zat Warna Alami
Zat warna alami meliputi pigmen yang berasal dari bahan alami seperti tumbuhan,
mineral dan hewan, serta bahan yang diproses oleh manusia yang bahan bakunya berasal dari
bahan alami.
Jenisjenis pewarna alami tersebut antara lain :
a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga
sering disebut zat warna hijau daun.
daging.
c. Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange,
yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain, tomat, cabe merah,
wortel.
biasanya terdapat pada bunga, buahbuahan dan sayursayuran.
IV. Tumbuhan yang dapat Menghasilkan Warna Alam
Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat menghasilkan zat pewarna alami yang
dapat diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun dan bunga. Zat Warna Alami (ZPA) 2
pewarna alami yang dapat digunakan pada proses pewarnaan batik dengan teknik celup. Zat
warna tumbuhan dapat diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun dan bunga. Zat Warna
Alami (ZPA) 2 zat tumbuhan yang sudah dikenal masyarakat Indonesia sampai kirakira abad
ke8 dan dari Departemen Perindustrian, antara lain:
Daun pohon nila (indigofera)
Kulit pohon soga Tingi (Ceriops Candoleana Am)
Kulit pohon soga Tegeran (Cudrania Javanesis)
Kulit soga Jambal (Peltophorun Ferrugineum)
Akar pohon Mengkudu (Morinda Citrifelia)
Temu lawak
Kunir
Gambir dan pinang
Teh
Pucuk gebang (Corypha gebanga), dll.
V. Penyebab Zat Warna
Warna merupakan salah satu sifat penting makanan yang dapat menambah selera makan.
1. Mengurangi atau mencegah hilangnya warna makanan yang disebakan oleh adanya
paparan sinar matahari, suhu yang ekstrem, kelembaban, dan kondisi penyimpanan.
penyimpanan.
6. Memberikan penampilan makanan sesuai keinginan konsumen.
Menurut Winarno (1997) ada lima faktor yang dapat menyebabkan suatu zat warna yaitu
4.Reaksi oksidasi.
5.Penambahan zat warna baik zat warna alami (pigmen) maupun sintetik.
Ada lima sebab yang dapat menyebabakan suatu bahan makanan berwarna:
a.Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan tumbuhan. Misalanya: klorofil yang
berwarna hijau, karoten yang berwana jingga dan mioglobin menyebabkan warna merah pada
daging.
b.Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat. Misalnya:
warna cokla pada kembang gula caramel atau roti yang dibakar.
c.Warna gelap yang timbul Karen aadanya reaksi maillrad, yaitu antara gugus amino protein
berwarna gelap.
d.Reaksi anrtara senyawa organic dengan uidara akn menghasilkan warna hitam atau coklat
gelap. Reksi oksidasi ini dipercepat olejh adanya logam serta enzim. Misalnya: warna gelap
e.Penambahan zat warna , baik warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalm
golongan bahan aditif makanan.
Zat warna sintetis dipakai sangat luas dalam pembuatan berbagai macam makanan. Zat
warna tersebut dapat dicampurkan dan akan menghasilkan banyak warna. Pemakaian zat
warna oleh industri pangan jumlahnya tidak begitu banyak, yaitu biasanya tidak lebih dari
100 mg per kg produk pemakaian zat warna sintetis dalam industri pangan.
Ada beberapa acuan dalam pengklasifikasian zat warna khususnya yang digunakan di industri
tekstil. Zat warna yang kita kenal mewarnai beragam pakaian memiliki keunikan struktur
molekul sendiri-sendiri dan jenis ikatan yang terbentuk dengan bahan. Berikut adalah
pengklasifikasian zat warna berdasarkan sumber pembuatan:
Zat warna alam adalah zat warna yang proses mendapatkannya dari ekstraksi bahan-bahan
yang sudah tersedia di alam. Misalnya buah manggis yang berwarna ungu, zat warnanya di
ekstrak (diambil) lalu digunakan untuk mewarnai kain atau benang. Zat warna alam
umumnya didapatkan dari tumbuh-tumbuhan baik bagian daun, batang, atau akarnya tetapi
tidak semua tumbuhan walaupun berwarna dapat dijadikan sumber zat warna. Ini karena
pertimbangan kandungan pigmen warna yang terkandung pada setiap tanaman berbeda-beda
dan juga keterbatasan jumlah tanaman untuk dibudidayakan.
gambar ilustrasi sumber zat warna alam
Proses ektraksi dilakukan dengan cara merebus bahan dengan pelarut biasanya menggunakan
media air sampai seluruh zat warna terektraksi. Proses pengemasan zat warna alam dapat
dibuat dalam bentuk cair yaitu hasil ektraksi langsung dan bentuk bubuk dimana endapan
hasil ektraksi diproses lagi dengan pengeringan. Zat warna alam di pasaran harganya relatif
lebih mahal daripada zat warna sintesis dan jumlahnya juga terbatas.
Zat warna sintesis atau zat warna buatan adalah zat warna yang dibuat dengan sintesis zat
kimia. Zat warna jenis ini adalah jenis yang mayoritas digunakan pada skala industri karena
sumber bahan baku mudah, stabil dalam penyimpanan, variasi warna sangat beragam, dan
dapat diproduksi dalam skala besar. Proses pembuatan zat warna sintesis dapat dilakukan
dengan reaksi kondensasi dan reaksi adisi. Reaksi kondensasi adalah reaksi pembentukan
molekul zat warna dengan manghasikan residu berupa air sedangkan reaksi adisi adalah
reaksi pembentukan molekul zat warna dengan tanpa menghasilkan resio atau lewat
penambahan panjang rantai molekul.
Reaksi pembuatan zat warna sintesis terlihat sederhana tetapi sebenarnya sangat rumit karena
harus mencampurkan zat-zat tambahan pada saat proses kimia berlanjut untuk meningkatkan
karakteristik warna yang dihasilkan.
Zat warna tekstil
1. Pengertian Warna
2. Percampuran warna
Hampir semua warna yang terdapat dalam bahan tekstil dapat diperoleh
dengan cara mencampurkan tiga jenis zat warna. Untuk dapat
memahami hal ini diperlukan pengertian tentang sifat-sifat warna primer
dan jenis-jenis penyempurnaan.
Spektrum yang tampak dalam pelangi mengandung beraneka
warna dari Merah, jingga, kuning, hujau, biru dan lembayung. Warna warna
tersebut diperoleh dengan cara melewatkan cahaya putih melalui
prisma. Sebaliknya warna spektrum tersebut mudah digabungkan lagi
dengan prisma menjadi cahaya putih. Tetapi cahaya putih dapat pula
diperoleh dengan cara menggabungkan tiga jenis cahaya yakni merah,
hijau dan biru. Ketiga cahaya tersebut disebut cahaya primer. Hal ini
dapat dilihat pada diagram komposisi cahaya primer ideal.
Zat warna alam (natural dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam/
tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar
zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses
pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur
logam ke dalam serat (Tawas/Al).
Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat
diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga,
contoh terlihat pada Tabel 3.
Prosedur mordanting:
• Tawas dan soda abu dilarutkan dalam 15 liter air, panaskan sampai mendidih.
• Kain dimasukkan ke dalam larutan mordan yang sebelumnya dibasahi dengan air dan
diaduk-aduk selama 1 jam.
• Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam.
• Diangkat dan cuci bersih (tanpa sabun atau tambahan lainnya) keringkan dan seterika.
Sebelum dilakukan pewarnaan, bahan zat warna alam seperti kayu, kulit
kayu atau biji dilakukan proses ekstraksi dengan perebusan.
Ekstraksi bahan pewarna alam:
• Bahan dari biji, contohnya Bixa orellana (somba) sebanyak 250 gram
ditambah air 5 liter air abu atau soda abu 2 gram hingga PH 7,5–9.
Direbus bersama–sama selama 1 jam, disaring dan siap untuk
mewarnai kain.
• Untuk bahan dari kayu: secang, tingi, tegeran, atau yang lainnya, 1
kg kayu/bahan pewarna ditambah 5 liter air rebus selama 1 jam,
saring dan siap untuk mewarnai.
• Untuk daun: 1 kg daun (Alpukat, jambu biji, puring, dsb) ditambah air
6 liter, rebus 1 jam atau sampai air menjadi 4,5 liter, saring dan siap
untuk mewarnai.
Cara fiksasi:
Zat warna sintetis (synthetic dyes) atau zat wana kimia mudah diperoleh,
stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil
merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena,
naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara (coal, tar,
dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan berat
jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak
tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling
sederhana misalnya benzena (C6H6) sampai bentuk yang rumit mialnya
krisena (C18H12) dan pisena (C22Hn) .Macam-macam zat warna sintetis
antara lain:
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar
dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut
garam naptol. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain:
Cara pewarnaan:
• Larutkan zat warna naptol dan kustik soda dengan air panas.
• Tambahkan air dingin sampai jumlah larutan 2 liter. Celupkan kain kedalam larutan TRO
terlebih dahulu dan tiriskan.
• Celupkan kain kedalam larutan zat warna ± 15-30 menit kemudian ditiriskan.
• Larutkan garam naptol ke dalam air dingin sebanyak 2 Liter.
• kain yang sudah dicelup dimasukkan kedalam larutan tersebut ± 15 menit.
• kain dicuci bersih.
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai
secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan
dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida. Jenis
warna Indigosol antara lain:
Cara pewarnaan:
• Larutkan zat warna Indigo dan natrium nitrit dengan air panas. Tambahkan air dingin sesuai
dengan kebutuhan
• Tambahkan air dingin sampai jumlah larutan 2 Liter.
Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna
ini adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium yang
distabilkan, biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena
warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok indigosol.
Resep Pencelupan:
Cara pewarnaan:
• Zat warna,TRO dan Matexil dilarutkan dengan air dingin, aduk sampai rata.
• Kain dibasahi dengan TRO kemudian ditiriskan.
• Celupkan kedalam larutan zat warna diamkan selama 15 menit, angkat kain tambahkan soda
abu aduk sampai larut, kemudian pencelupan dilanjutkan sampai waktu yang ditentukan.
• Tiriskan dan keringkan tanpa panas matahari langsung.
• Fiksasi dilanjutkan dengan pencucian.
• Zat warna dan Matexil dilarutkan dengan air dingin, aduk sampai rata.
• Kain dibasahi dengan TRO kemudian ditiriskan bentangkan pada spanram diperkuat dengan
paku pines.
• Celetkan zat warna menggunakan kuas sampai rata.
• Tiriskan dan keringkan tanpa panas matahari langsung.
• Fiksasi dilanjutkan dengan pencucian.
Larutkan kostik soda dan soda abu pada ember plastik, waterglass
dilarutkan sedikit demi sedikit dan aduk sampai rata, dikuaskan pada kain
yang sudah diwarna. Setelah diolesi waterglass kemudian pad-batch
dengan cara digulung dan masukkan ke dalam plastik selama 4 – 10 jam.
Penggulungan dalam keadaan basah. setelah Pad-Pad selesai, plastik
dibuka dan kain dicuci dengan air mengalir sampai tidak licin lagi,
keringkan atau untuk batik dilanjutkan dengan perebusan.
Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang
tidak larut dalam air. proses pencelupannya tidak perlu penambahan
elektrolit karena mempuyai daya serap yang tinggi. Pemakaian reduktor
dan alkali banyak dan dicelup pada suhu (40-60°C). Contoh zat warna
Indanthrene:
Helanthrene Yellow GC MP
Helanthrene Orange RK MP
Helanthrene Brilian Pink RS MP
Helanthrene Blue RCL MP
Helanthrene Green B MP
Helanthrene Brown BK MP
Resep oksidasi:
Cara pewarnaan:
• Timbang zat warna dan obat bantunya, sesuai resep untuk pencelupan.
• Celupkan kain yang akan diwarna selama 60 menit, kemudian cuci dingin dan oksidasi
sesuai resep.
• Setelah selesai segera cuci dingin dan cuci panas selama 15 menit, cuci dingin dan
keringkan.
2.2.6. Zat warna pigmen
Adalah zat warna yang tidak larut dalam segala macam pelarut. Zat
warna ini sebetulnya tidak mempunyai afinitas terhadap segala macam
serat. Pemakaiannya untuk bahan tekstil memerlukan suatu zat pengikat
yang membantu pengikatan zat warna tersebut dengan serat.pengikat
yang digunakan yaitu emulsi (campuran dari emulsifier, air dan minyak
tanah) yang dicampur dengan putaran tinggi. Zat warna pigmen banyak
digunakan untuk cetak saring, tidak layak digunakan sebagai pencelupan.
Contoh nama dagang zat warna pigmen:
Acramin (Bayer)
Helizarin (BASF)
Sandye ((Sanyo)Pristofix (Sandoz)
Alcilan (I.C.I)
sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap
lebih aman daripada zat warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah
bagi berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Dalam daftar FDA pewarna
alami dan pewarna identik alami tergolong dalam ”uncertified color additives” karena tidak
Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang
tidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna
kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik. Pewarna sintetik mempunyai
keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai
yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan biasanya lebih murah.
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan
adalah:
a. Karoten
mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat
b. Biksin
Biksin memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon
Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega,
Karamel berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan)
karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu aramel tahan
asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, aramel cair untuk roti dan aramel,
serta aramel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan
d. Klorofil
Klorofil menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk
makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil
banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji
dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan
pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.
e. Antosianin
Antosianin penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada
bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana,
krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada
buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga
belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya
pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman
yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan
biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan
menurut ”Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan
dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin dan indigoid.
Zat pewarna sintetis adalah zat pewarna yang dibuat menurut reaksi-reaksi kimia
tertentu. Jenis zat warna sintetis untuk tekstil cukup banyak, namun hanya beberapa
diantaranya yang dapat digunakan sebagai pewarna batik.Hal ini dikarenakan dalam proses
pewarnaan batik suhu pencelupan harus pada suhu kamar. Adapun zat warna yang biasa
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen
pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Zat warna ini
merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkannya diperlukan zat
pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan
dengan larutan naphtolnya sendiri (penaphtolan). Pada pencelupan pertama ini belum
diperoleh warna atau warna belum timbul, kemudian dicelup tahap kedua/dibangkitkan
dengan larutan garam diazodium akan diperoleh warna yang dikehendaki. Tua muda warna
tergantung pada banyaknya naphtol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat
warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai secara
pencelupan.
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya
baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan .
Pada saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna yang
diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan ke dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) akan
diperoleh warna yang dikehendaki. Obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan
zat warna indigosol adalah Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan
Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini adalah
campuran komponen naphtol dan garam diazonium yang distabilkan, biasanya paling
banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok
indigosol. Untuk membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka. Dalam
pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan.
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik,
berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna
dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam
florida. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat