PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh persalinan masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada
waktu persalinan dan nifas. Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian
maternal yang paling penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu kebidanan,
khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta
pencegahannya, dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa dan antibiotik
lainnya, di negara-negara maju peranannya sebagai penyebab kematian
tersebut sudah berkurang. Di negara-negara sedang berkembang, dengan
pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas
masih besar (Sarwono, 2008).
Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi
demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint Commite on
Maternal Welfare (Amerika Serikat) definisi morbiditas puerperalis ialah
kenaikan suhu sampai 38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari
mulut sedikit-dikitnya 4 kali sehari (Sarwono, 2008).
2. Etiologi
Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi.
Infeksi nifas umumnya disebabkan bakteri yang dalam keadaan normal
berada dalam usus dan jalan lahir. Selain itu infeksi nifas dapat pula
disebabkan antara lain oleh bakteri Staphylococcus aureus, Eschericia coli,
dan Clostridium Welchi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan, infeksi
nifas disebabkan.
a. Ektogen (kuman datang dari luar)
b. Autogen (kuman masuk dari tempat lain tubuh)
c. Endogen (kuman berasal dari jalan lahir sendiri)
Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan antara lain.
a. Streptococcus haemolyticus aerobius. Streptokokkus ini merupakan
sebab infeksi yang berat, khususnya golongan A. infeksi ini biasanya
oksigen dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain.
b. Staphylococcus aureus. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
Stafilokokkus banyak ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat.
c. Escherichia coli. Kuman ini umumnya berasaldari kandung kancing atau
rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva,
dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.
d. Clostridium Welchii. Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anaerobik
jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis.
Infeksi nifas juga bisa disebabkan oleh hal-hal berikut.
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-
alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang
bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita
infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain,
alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada
waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi
pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa
kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala gejala ialah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin
dapat meningkat pula. Air ketuban bisa menjadi keruh dan berbau. Pada
infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu
persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula
pada janin. Prognosis infeksi intrapartum sangat tergantung dari jenis
kuman, lamanya infeksi berlangsung, dan dapat tidaknya persalinan
berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
3. Riwayat
Infeksi nifas sudah dikenal dalam zaman Hippocrates dan Galen.
Zaman dahulu penyakit ini diduga disebabkan oleh tidak mengalirkan lokia
keluar dan untuk berabad-abad lamanya teori tersebut diterima; kemudian
banyak teori lain dikemukakan untuk menerangkan sebab-sebabnya. Dalam
tahun1849 Semmelweis untuk pertama kali, berdasarkan pengalamannya
pada Wiener Gebaranstalt, menyatakan bahwa penyakit dalam nifas ini,
yang meminta korban demikian banyak, disebabkan oleh infeksi pada luka-
luka dijalan lahir, yang untuk sebagian besar datang dari luar. Pendapat
Semmelweis mendapat tantangan hebat dan baru setelah-lama kemudian-
Lister melaksanakan antisepsis pada pembedahan dengan hasil baik, dan
penemuan sebab-sebab infeksi nifas berkat kemajuan mikrobologi, pendapat
Semmelweis memperoleh pengakuan yang wajar. Cara pencegahan infeksi
pun mulai digunakan.
4. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas adalah:
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti
perdarahan banyak, pre-eklamsia; juga infeksi lain, seperti pneumonia,
penyakit jantung, dan sebagainya.
b. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
5. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini
merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan
masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering
mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan
perineum, yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman
patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat
menyebar di luar luka asalnya.
6. Klasifikasi Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu. Infeksi yang
terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium; dan
infeksi yang penyebarannya dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena,
melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.
a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
1) Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan
bengkak; jahitan mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus
dan mengeluarkan pus.
2) Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina
atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah dan keluar
dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi tetapi pada umumnya
infeksi tinggal terbatas.
3) Servisitis
a) Definisi
Servisitis ialah radang dari selaput lendir servik uteri.
Lebih mudahnya infeksi pada serviks. Servisitis disebabkan epitel
selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapian sel
silindris, sehingga lebih mudah terinfeksi dibandingkan selaput
lendir vagina. Serviks uteri adalah penghalang penting bagi
masuknya kuman-kuman ke dalam genetalia interna. Pada
nullipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman,
pada multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih
terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri
internum.
Infeksi serviks sering terjadi, akan terjadi biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan
meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Kondisi radang pada serviks juga dapat ditemukan pada
beberapa penyakit kelamin seperti gonore, sifilis, ulkus ode,
granuloma inguinale, serta pada tuberkulosis. Radang pada
serviks uteri bisa terdapat pada porsio uteri di luar ostium uteri
eksternum dan atau pada endoserviks uteri.
b) Etiologi
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, tidak ada ketombe
Muka : pucat (+), tidak oedem
Mata : konjungtiva pucat (+), sklera tidak kuning
Hidung : bersih, tidak ada secret
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar typoid dan parotis
Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Payudara : simetris, tidak ada masa
Abdomen : di uterus tidak teraba benjolan, nyeri tekan perut bagian
bawah
Genetalia : tidak oedem, tidak varises, ppv lokhea alba, tidak bau
busuk.
Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises
3. Pemeriksaan penunjang
HB : 9 gr%
C. Analisa Data
NO DATA MASALAH PENYEBAB
1 DS: Gangguan rasa Infeksi organ
- Ibu mengatakan rasa nyeri nyaman nyeri reproduksi
pada perut kanan bagian bawah
- Ibu mengatakan merasa mual Ketidakseimbangan
dan tidak nafsu makan nutrisi kurang dari
DO: kebutuhan tubuh
KU : Lemah
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 38,7°C
Nadi : 88 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
D. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nosokomial.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan
medis.
c. Gangguan rasa Nyaman/nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ
reproduksi.
E. Intervensi keperawatan
1. Diagnose I
Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nosokomial.
a. Tujuan dan kriteria hasil
1) Bebas dari infeksi
2) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang
terhadap infeksi.
3) Mematuhi prosedur deteksi, yang dibuktikan dengan mengkaji
drainase vagina dan atau luka abdomen, jika diperlukan.
4) Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar.
5) Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko infeksi personal.
2. Diagnose II
3. Diagnose III
Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ
reproduksi.