Anda di halaman 1dari 4

Nur Rachman Noviandy Pagestu

165020300111017
AkuntansiForensik dan Eksaiasi Fraud CD

Pengertian Fraud ( Kecurangan )


Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan
kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi
pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkankesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Pengertian Fraudulent Financial
Reporting menurut Iman Sarwoko dkk (2005) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Menurut Soejono Karni (2000) Audit
Kecurangan (Fraud Audit) merupakan audit yang bertujuan untuk menemukan kecurangan.
Sementara Tuannakotta (2010) menyatakan fraud Audit atau audit forensik adalah penerapan
disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian
hukum di dalam atau diluar pengadilan. Menurut Alison (2006) dalam artikel yang berjudul
Fraud Auditing mendefinisikan kecurangan (Fraud) sebagai bentuk penipuan yang disengaja
dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan
memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya
tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang
ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. G. Jack
Bologna, Robert J Lindquist dan Joseph T Wells mendifinisikan (1993;3) dalam Artantri (2016)
mendifinisikan fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver.
Terjemahan bebas adalah tindakan kriminal penipuan dengan maksud untuk memberikan
manfaat keuangan kepada si penipu.
Dari beberapa pengertian di atas, menurut saya secara garis besar para ahli memiliki makna dan
tujuan yang sama dalam menjelaskan arti dari fraud. Pada intinya Fraud didefinisikan sebagai
tindak kecurangan yang pada khususnya dilakukan dalam hal pelaporan keuangan maupun dalam
pengauditan. Solusi yang menurut saya dapat mengatasi tindakan fraud yaitu dengan :

 Memiliki sistem pengoperasian yang baik


 Menciptakan gambaran hukuman bila yang akan diterima bila melakukan fraud
 Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran komunikasi untuk pelaporan
fraud
 Menghambat terjadinya perkomplotan antar karyawan
 Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif
Dengan solusi yang ditawarkan untuk mencegah terjadinya tindakan fraud diatas , secara garis
besar dapat mengurangi tindakan fraud di perusahaan. Dan pada umunya implikasi tindakan
fraud dikarenakan tekanan atau dorongan untuk melakukan fraud dan terdapatnya peluang untuk
melakukan tindakan kecurangan.
Contoh Kasus Fraud
Kasus PT (Persero) Waskita Karya
Manipulasi laporan keuangan Waskita Karya sejak pertengahan Agustus 2009. Berbagai
istilah digunakan untuk fraud ini, seperti manipulasi laporan keuangan, overstate,
penggelembungan, markup, kelebihan pencatatan laba, yang dilakukan oleh 3 Direksi PT
Waskita Karya dan 2 Kantor Akuntan Publik (KAP). Kementerian Negara BUMN
menonaktifkan dua direktur PT Waskita Karya terkait kasus kelebihan pencatatan pada laporan
keuangan 2004-2008 ketika mereka akan melakukan IPO pada tahun 2008. (Infokorupsi.com :
2009).
Kasus penggelumbungan aset di PT Waskita Karya Persero ini mencuat ketika terjadi
pergantian direksi. Direktur Utama pengganti tidak menerima begitu saja laporan keuangan
manajemen lama dan kemudian meminta pihak ketiga lain untuk melakukan audit mendalam atas
akun tertentu.
Dalam laporan keuangan tahun 2008, diungkapkan bahwa terdapat salah saji atau
penggelumbungan aset di tahun 2005 sebesar Rp 5 miliar. Nilai Rp5 miliar tersebut terdiri dari
dua proyek yang sedang berjalan, proyek yang pertama adalah proyek renovasi Kantor Gubernur
Riau. Proyek ini dimulai pada tahun 2004 dan sudah selesai 100%, nilai kontrak sebesar Rp13,8
miliar. Namun pada akhir tahun 2005 terdapat pekerjaan tambah kurang senilai Rp3 miliar.
Sampai dengan akhir tahun 2008 saldo tersebut masih muncul di neraca perusahaan sebagai
tagihan bruto pada pemberi kerja.
Proyek yang kedua adalah proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bulian Jambi.
Nilai kontrak sebesar Rp33.998.000.000 dan PT Waskita Karya Persero mengakui pendapatan
kontrak dari progress tersebut sebesar Rp 2 miliar. Saldo tersebut masih outstanding sampi
dengan akhir tahun 2008. Kontrak itu diputus oleh Pemda Batang Hari karena dianggap
ditandatangani oleh pihak yang tidak berwenang, ada kasus pergantian bupati.
Sebagai gambaran tentang seberapa besar materi kas nilai dugaan penggelumbungan aset
pada tahun 2005. Tahun 2005 nilai aset PT Waskita Karya Persero adalah sebesar Rp1,6 triliun,
dan nilai yang diduga digelembungkan oleh manajemen pada tahun 2005 adalah sebesar Rp5
miliar atau sebesar 0,3% dari nilai aset tersebut.
Dalam laporan keuangan PT Waskita Karya, tercatat pada tahun 2008 memperoleh laba
sebesar Rp 163,4 Milyar dan pada tahun 2009 memperoleh laba sebesar Rp 307,1 Milyar.
Berdasarkan data tersebut angka laba yang diperoleh oleh PT Waskita Karya masih relatf kecil
jika dibandingkan dengan perushaan lain yang sejenis. Jadi PT Waskita Karya harus terus
melakukan pembenahan manajemen sehingga akan menghasilkan kinerja yang lebih baik, salah
satu contoh yaitu melakukan restrukrisasi. Perusahaan ini memiliki prosepek yang baik
kedepannya apabila perusahaan memperbaiki kinerja perusahaan sehingga dapat
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Penyelesaian Kasus Fraud PT Waskita Karya
Memanipulasi laporan keuangan merupakan salah satu tindakan pindana yang dapat
merugikan orang banyak selain itu juga akan mencorengan nama baik perusuhaan. dalam
memanipulasi suatu laporan keuangan pasti akan melibat seorang akuntan publik. pengauditan
yang dilakukan oleh Akuntan Publik diharapkan dapat menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan bukan malah membantu perusahaan untuk melakukan kecurangan atau
sampai membantu menutupi terjadi kecurangan didalam perusahaan . pada kasus ini juga
melibatkan para auditor internal dan eksternal pada PT Waskita Karya Kementerian Negara
BUMN sudah menonaktifkan dua direksi dan satu mantan direksi Waskita terkait dengan kasus
kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007. Dua Direksi Waskita yang sudah
dinonaktifkan antara lain Bambang Marsono dan Triatman. Sementara satu mantan direksi
Waskita yang dinonaktifkan adalah Kiming Marsono yang kini menjabat sebagai Direktur Utama
PT Nindya Karya. Ini merupakan kasus kriminal yang harus diselsaikan di pengadilan guna
mendaptkan sanksi hukum. Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil juga telah mengirimkan surat
kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait sanksi kepada akuntan publik yang
diduga terlibat dalam penilaian laporan keuangan Waskita. Berdasarkan surat yang diajukan
Menteri BUMN, akhirnya Menteri keuangan memutuskan untuk melakukan pembekuan terhadap
beberapa KAP yang terlibat dalam kecurangan pada PT Waskita Karya.

Dampak dari Kasus Fraud


1. Menjatuhkan citra BUMN yang selama ini kita anggap bahwa BUMN sudah menerapkan
manajemen yang cukup baik sebagai control.
2. Mengurangi kepercayaan investor yang akan membeli saham PT Waskita Karya, dan
membuat investor berfikir ulang untuk mempertahankan saham yang ditanam dalam PT
Waskita tersebut.
3. Menambah panjang deretan perusahaan Indonesia yang melakukan fraud, dan hal
tersebut menurunkan citra Indonesia dalam manajemen perusahaan.
4. Pandangan negatif orang terhadap adanya kerjasama antara auditor dan perusahaan yang
diaudit. Padahal tidak semua auditor melakukan hal tersebut dan banyak auditor yang
mempertahankan integritas dan ketentuaan - ketentuan lainnya.

Dari kasus ini , dapat disimpulkan :

1. implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Fakta ini
terungkap dari keengganan Direksi Waskita melaksanakan GCG di Waskita. Walaupun
di Waskita telah beberapa kali assessment (pemetaan) implementasi GCG, namun tetap
saja kasus ini tidak terlacak.
2. Adanya kerjasama sistematik dalam melakukan rekayasa keuangn dapat dilihat dari KAP
yang melakukan audit terhadap perusahaan, dan tidak memberitahukan bahwa
perusahaan yang diaudit sudah melakuka kecurangan terhadap laporan keuangan. Hal ini
menunjukan lemahnya fungsi internal control.
3. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di BUMN belum mejadi corporate
culture seperti transparansi dan akuntanbilitas dalam perusahaan.
4. Adanya Restrukturisasi secara berkala sangat penting untuk mencegah adanya fraud
dalam suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Melinda , Hajar .2017 . Analisis Kasus Fraud PT. Waskita Karya.


https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/1200038/usai-manipulasi-keuangan-
waskita-karya-segera-direstukturisasi
2. Putri , Anisa .2016 . Fraud (Kecurangan) Laporan Keuangan tentang pengertian fraud.
3. Dellaportas, S. 2008. Conversations with inmate accountants: Motivation, opportunity
and the fraud triangle.
4. Arif Arryman dkk, Mengupas Benang Kusut, Merajut Masa Depan. – Transformasi Tata
Kelola Pelaporan Keuangan Telkom Pasca SOA, 2010
5. Economics Business & Accounting Review, volume II nomor 1, 2007

Anda mungkin juga menyukai