Efusi Pleura
Efusi Pleura
PENDAHULUAN
Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru, pleura
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan
pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan thorak.
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa
penderita.
Di negara – negara barat efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi
tubercolosis
Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di seluruh
dunia, bahkan menjadi problema utama di negara – negara yang sedang bekembang
efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap
tahunya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan
pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI (2006), kasus Efusi Pleura mencapai 2,7 %
dari penyakit infeksi saluran napas lainya. Tingginya angka kejadian Efusi Pleura
1
faktor resiko terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi
yang kurang, lingkungan yang pandat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang
menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura
disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan
kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel (terutama
fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis mesotel. Pleura
merupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus dinding anterior toraks
dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini mengandung kolagen dan
jaringan elastik.1
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura
parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paru-
paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat
perbedaan antara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya
terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 μm).
Diantara celah - celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel
mesotelia ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya
dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat-serat
elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan intertitial subpleura yang sangat
serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel
dengan kuat pada jaringan parenkim paru. Pleura parietalis mempunyai lapisan
3
jaringan lebih tebal dan terdiri dari sel-sel mesotelial juga dan jaringan ikat (jaringan
kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat, terdapat pembuluh kapiler dari
reseptor saraf-saraf sensorik yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur.
Sistem persarafan ini berasal dari nervus intercostalis dinding dada. Keseluruhan
jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan
dari dinding dada di atasnya. Di antara pleura terdapat ruangan yang disebut spasium
pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan
memungkinkan keduanya bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan tersebut
dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak antara paru dan thoraks. Tidak ada
sehingga apa yang disebut sebagai rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu
ruangan potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan
atmosfer sehingga mencegah kolaps paru. Jumlah normal cairan pleura adalah 10-20
cc. 2
parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah
pemisahan toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang
akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu
dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam keadaan
normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura
kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena
4
perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong
cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung menahan
cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura
viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura
parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis
sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga
pleura.1
5
2.2 Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung
cairan sebanyak 10-20 ml, cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma,
kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.4
2.3 Etiologi
perubahan.
Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria
berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga
kriteria ini 2:
3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang
6
Transudat Eksudat
oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar
7
Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli, Pseudomonas, Bakteriodes,
melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening,
unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada pasien
5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-
8
a. Invasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi
kebocoran kapiler.
(needle biopsy).4
bakteri, abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah
9
c. Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl
d. Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah
Skleroderma.
parapneumonik.4
1. Gangguan kardiovaskular
pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun
meningkat.5
10
Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada
dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak
2. Hipoalbuminemia
3. Hidrothoraks hepatik
lubang kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi
asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan tindakan
11
kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipa dengan suntikan agen
4. Meig’s Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-
penderita dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat
dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya
tumornya dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk
kronis.6
5. Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi
dialisat.6
C) Darah
menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan
12
fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera
dada.4
2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura
berfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis yang saling
bergerak karena pernapasan. Dalam keadaan normal juga selalu terjadi filtrasi cairan
ke dalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler
dan saluran limfe pleura viseralis dengan kecepatan yang seimbang dengan kecepatan
pembentukannya .1
kapiler
pleura.
13
PATHWAY
Efusi Pleura
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,
sehingga empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura
14
alveoli dekat parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini
sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga
2.5 Diagnosis
fisik yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan
paru terganggu. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak , berupa rasa
penuh dalam dada atau dispneu. Nyeri bisa timbul akibat efusi yang
15
banyak, berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Adanya gejala-
banyak keringat, batuk, banyak riak. Deviasi trachea menjauhi tempat yang
sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan5
cembung
Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi friction rub. Apabila terjadi
bronkus.5
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan
16
auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. Pada
Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat
permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak
17
Gambar 2.3 : Gambaran thoraks dengan efusi pleura8
2.7.2 Torakosentesis.
Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior
a. Warna cairan.
18
b. Biokimia.
2.7.3 Sitologi.
maligna).
2.7.4 Bakteriologi
19
2.7.5 Biopsi Pleura.
1. Tumor paru
2. Pneumonia
- Air bronchogram ( + )
3. Pneumothorak
4. fibrosis paru
2.9 Penatalaksanaan
menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, mak perlu dilakukan tindakan drainase
20
(pengeluaran cairan yang terkumpul). Cairan bisa dialirkan melalui prosedur
prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang
harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding
dada. Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika
nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat
sehingga bias dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan
untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi). Pada tuberkulosis atau
karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk
kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang
mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus
berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui
sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk
doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan
pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika
darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui
selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan
21
atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan
pembedahan. 9
2.9.1 Torakosentesis
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di
daerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media di
diahfragma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum
tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura
parietalis tebal.
22
Gambar 2.4: Metode torakosentesis8
5. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga
Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (cairan putih jernih) atau
1. Adanya gejala subyektif seperti sakit atau nyeri, dipsneu, rasa berat dalam
dada.
23
2. Cairan melewati sela iga ke-2, terutama bila dihemithoraks kanan, karena
5. Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar
6. Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat
diletakkan dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari
24
8. WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada
9. Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan
2.9.3 Pleurodesis.
diberikan selang waktu 710 hari; pemberian obat tidak perlu pemasangan
WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil, akan terjadi pleuritis obliteratif yang
2.10 Prognosa
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
2. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-
20 ml, cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada
cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl,
3. Gejala klinis di temukan Gejala yang paling sering timbul adalah sesak ,
berupa foto thorak, punksi pleura, biopsi dan lain-lain, untuk pengobatan pada
juga tergantung penyakit yang mendasari, pada kasus tertentu, dapat sembuh
26
DAFTAR PUSTAKA
5. Jeremy, et al. Efusi Pleura. At a Glance Medicine Edisi kedua. EMS. Jakarta :
2008.
Desember 2013
7. Emedicine.medscape.com/article/299959-overview
desember 2013
27
28