Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Tentang
SISTEM TATA SURYA

DISUSUN OLEH
Nama : Hikma Tilawati
Nim : 2018070004
Program Studi : PGSD
Dosen Pembimbing : Arif Rahman Hakim, M.Pd

STKIP TAMAN SISWA BIMA


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit
alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid,
komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam,
sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk
Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah
terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah
Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars
(228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus
(2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada
lima obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-
planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet
kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya
diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya
diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km),
Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu
dikelilingi oleh satelit alami, yang biasa disebut dengan “bulan” sesuai
dengan Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar
dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas tentang teori – teori Proses
Pembentukan Bumi dan Tata Surya, serta peredaran planet planet yang
mengitarinya. Juga akan dibahas benda – benda langit lainnya yang bukan
planet yang ada di sekitar kita.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Mendefinisikan makna bumi dan tata surya.
2. Mendefinisikan planet-planet yang ada di tata surya.
3. Mendefinisikan teori-teori terjadinya tata surya.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui makna bumi dan tata surya.
2. Dapat mengetahui Proses dan Teori – teori terjadinya bumi dan tata surya,
3. Menambah wawasan tentang bumi dan tata surya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SITEM DAN SUSUNAN TATA SURYA


1. TATA SURYA
Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian
dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada
daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet
raksasa.Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya
dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek
melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat
diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda
kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari
dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan
telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-
objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki
delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan
Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat
membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper. Planet kerdil
adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi matahari,
mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi
belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Menurut definisi ini, Tata
Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea,
Makemake, dan Eris. Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan
sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil
yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut “plutoid”.
Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda
kecil Tata Surya
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk
mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu
digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari
500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di
Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama
hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan
bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia,
bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang
didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana,
amonia dan karbon dioksida, memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat
kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit
planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan
Neptunus (yang sering disebut “es raksasa”), serta berbagai benda kecil
yang terletak di dekat orbit Neptunus.
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah
(kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada
suhunya, ‘volatiles’ dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di
berbagai bagian Tata Surya.
2. MATAHARI
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan
komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830
massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang
cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini
dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik,
termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning yang
berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman,
karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi
Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang
diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang
terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas
akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan
terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret
ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas
dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup
dan dingin adalah umum.
Dipercayai bahwa posisi matahari pada deret utama secara umum
merupakan “puncak hidup” dari sebuah bintang, karena belum habisnya
hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh
semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya
adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang
“populasi I”. Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat
evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang
lebih berat daripada hidrogen dan helium (“metal” dalam sebutan
astronomi) dibandingkan dengan bintang “populasi II”. Unsur-unsur
yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti
bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi
pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat
dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua
mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai
kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini
diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem
Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan
metal.
3. MEDIUM ANTAR PLANET
Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan
memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal
sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira
pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam, menciptakan atmosfer tipis
(heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat
juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet. Badai
geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar
flares) dan pengeluaran massa korona (coronal mass ejection)
menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang
angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer
(heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak
rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet
bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari.
Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis
terkikis ke luar angkasa. Interaksi antara angin matahari dan medan
magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat
kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik
yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet
menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada
medium antarbintang dan kekuatan medan magnet matahari mengalami
perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat
radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak
diketahui seberapa besar.
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling
tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama,
awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan
penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam
sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan
mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam
Sabuk Kuiper.
4. TATA SURYA BAGIAN DALAM
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup
planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam,
objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari,
radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan
Saturnus.
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars.
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial
planet) memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai
atau tidak mempunyai bulan dan tidak mempunyai sistem cincin.
Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi,
seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti
besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini
(Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah
meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan
lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi
(Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
a. Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari matahari) adalah planet terdekat dari
matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak
memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah
meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes,
kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal
sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri
dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan
angin matahari. Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius
masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa
lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan
perkembangan (“akresi”) penuhnya terhambat oleh energi awal
matahari.
b. Venus
Venus (0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815
massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit
silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan
memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari
bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus
tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu
permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah
gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini
aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini
tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya
atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
c. Bumi
Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang
terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas
geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk
hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet
kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diobservasi
memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh
keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi
memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet
kebumian di dalam Tata Surya.
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata
Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara
Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU
(Inggris: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara
(atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang
melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu,
dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi
hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi
menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan
stratosfer dan mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu.
Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70 °C hingga 55 °C
bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan
setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai
massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta
kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per
meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet
yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer.
Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran
gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi
mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi
diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan
1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri
dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 °C,
diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100
kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800
kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti
oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer.
Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui
pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang
menghasilkan gempa bumi.
Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest
setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di
samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam
adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan
danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.
d. Mars
Mars (1,5 SA dari matahari) berukuran lebih keci dari bumi
dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis
yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars
yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan
lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas
geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars
mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang
diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
5. TATA SURYA BAGIAN LUAR
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan
satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda
pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-
badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air,
amonia, metan, yang sering disebut “es” dalam peristilahan ilmu
keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian
dalam Tata Surya. Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari,
berdasarkan skala
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas
giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa
yang mengorbit matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar
mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki
proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa
keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es. Keempat raksasa gas
ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang
dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
a. Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5
kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan
utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam
Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada
atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah
Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat
yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan
kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti
yang panas.Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata
Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
b. Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya,
memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh
komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60%
volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga
Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet
yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit
yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di
antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis,
meski hampir terdiri hanya dari es saja.Titan berukuran lebih besar
dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya
yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
c. Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah
planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini
memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan
bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti
yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya
sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang
diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan
Miranda.
d. Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus,
memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat.
Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak
Yupiter atau Saturnus.Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui.
Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser
nitrogen cair. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya
terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet
minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda
ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
6. KOMET
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran
beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki
eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-
planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat
sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari
matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi,
yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang
dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit
yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya
berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti
Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti
Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.
Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata
Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.
Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas matahari
sering dikategorikan sebagai asteroid.
7. SABUK KUIPER
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk
asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara
30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian,
beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus,
mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan
memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang
berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk
Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi. Banyak objek Kuiper memiliki
satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi “sabuk klasik” dan
resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh:
dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua).
Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik
terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan
terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA. Anggota dari sabuk klasik
diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya
ditemukan (15760) 1992QB1.
8. PLUTO DAN CHARON
Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek
terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930,
benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti
pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto
memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang
ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari matahari pada titik prihelion (sejarak
orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto yang terbesar, akan terus
diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga.
Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas
permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua
bulan yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan
Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi
dengan Neptunus, yang berarti Pluto mengedari matahari dua kali untuk
setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki
resonansi yang sama disebut plutino.

B. TERJADINYA BUMI DAN TATA SURYA


Telah dikemukakan bahwa galaksi terdiri dari berjuta-juta bintang
dengan segala jenis, bentuk, dan ukurannya. Salah satu diantara jutaan
bintang tersebut adalah matahari yang mempunyai sejumlah anggota yang
disebut Tata Surya. Jadi, sebuah tata surya terdiri dari satu matahari dan
senua benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Tata surya dikelilingi
oleh delapan planet, termasuk planet bumi.
Berikut ini dijelaskan beberapa hipotesis terjadinya bumi dan tata
surya :
1. Hipotesis Kabut
Hipotesis yang sering dinamakan hipotesis solar nebula ini
merupakan hipotesis yang paling tua dan terkenal. Imanuel Kant (1724-
1804), seorang ahli filsafat berkebangsaan Jerman, membuat suatu
hipotesis tentang terjadinya tata surya. Dikatakan bahwa di jagad raya
terdapat gunpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tenngah
kabut itu lama-kelamaan menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi
matahari dan bagian kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan
satrelitnya.
2. Hipotesis Planetesimal
Thomas C. Chamberlin (1843-1982) seorang ahli geologi dan
ilmuan dari Amerika menyampaikan teori yang dikenal sebagai Teori
Planetesimal (berarti planet kecil) dalam penelitiannya The Origin of the
Earth (asal mula bumi) pada tahun 1916.
Manurut teori ini, matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa, ada sebuah bintang
berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya, terjadilah
peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu.
Sebagian dari massa matahari itu tertarik kearah bintang.
Pada waktu bintang itu menjauh, sebagian dari massa matahari itu
jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke
ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan planetesimal
yang kemudian menjadi planet-planet kecil dan beredar pada orbitnya.
3. Hipotesis Pasang Surut Gas
Pada tahun 1917 sarjana Inggris, James Jeans (1877-1946) dan
Herald Jeffries, menggunakan teori tentang terjadinya planet-planet.
Hipotesisnya dikenal dengan nama Hipotesis Tidal James-Jeffries.
Menurut hipotesis ini pada suatu saat sebuah bintang yang hamper sama
besarnya dengan matahari melintas di dekat matahari. Hal ini
menimbulkan terjadinya pasang pada matahari. Pasang itu berbentuk
seperti cerutu yang sangat besar ini kemudian bergerak mengelilingi
matahari dan mengalami perpecahan menjadi sejumlah butir-butir tetesan
kecil. Butir-butir tetesan yang terbesar diantaranya karena daya tariknya
dapat menarik butir-butir yang kecil, sehingga akhirnya membentuk
gumpalan-gumpalan sebesar planet-planet yang ada sekarang. Hal yang
sama juga terjadi pada pembentukkan satelit dari planet.
4. Hipotesis Peledakan Bintang
Teori ini dikemukakan oleh astronomi dari Inggris, Fred Hoyle
pada tahun 1956. Kemungkinan matahari memiliki kawan sebuah bitang
(matahri juga bintang) dan pada mulanya juga berevolusi satu sama lain.
Ada juga diantaranya ynag memadat dan mungkin juga terjerat ke dalam
orbit keliling matahari. Banyak bintang yang meledak akan bebas di
ruang angkasa. Teori ini didukung banyak ahli astronomi, karena banyak
bintang ganda atau bitang kembar telah diketahui memang ternyata
ada.Keberatan terhadap teori ini adalah kebanyakan bintang di dalam 25
tahun cahaya matahari, agak serupa dengan matahari dan sangat stabil.
5. Hipotesis Kuiper
Informasi mutakhir mengenai komposisi bintang dan planet
menyatakan bahwa planet-planet dan matahari muncul pada saat yang
sama. Astronom bernama Gerard P. Kuiper (1905-1973) mengemukakan
bahwa semesta terdiri dari formasi bintang-bintang. Menurut dia, dua
pusat yang memadat berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas
hydrogen. Pusat yang satu lebih besar daripada pusat yang lainnya dan
kemudian memadat menjadi bintang tunggal, yaitu matahari.
Peristiwa berikutnya kabut menyelimuti pusat yang lebih kecil
yang disebabkan oleh adanya gaya tarik dari massa yang lebih besar.
Gaya ini menyebabkan awan yang lebih kecil terpecah-pecah menjadi
awan-awan yang lebih kecil lagi yang disebut protoplanet. Setelah suatu
periode waktu yang lama, protoplanet tersebut menjadi planet-planet
seperti yang dilihat sekarang ini. Jika kedua awan itu mempunyai ukuran
yang sama, maka akan terbentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda
sangat sering terjadi di alam semesta.
Ketika matahari memadat, ia akan menjadi begitu panas sehingga
sebagian besar energy radiasi dipancarkan. Energy itu cukup kuat untuk
mendorong gas-gas yang lebih terang, seperti hydrogen dan helium, dari
awan yang menyelubungi protoplanet-protoplanet yang paling dekat ke
matahari.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus,
dapat dihitung dengan menambahkan semua massa obyek terbesar yang
dihitung dan menggunakan perhitungan kasar untuk massa awan Oort (sekitar
3 kali massa Bumi), sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi) dan sabuk
asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi) dengan total massa 37 kali massa
Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari. Jika dikurangi
dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya 31 kali massa Bumi), sisanya
6 kali massa Bumi merupakan 1,3 persen dari massa keseluruhan.
Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan
astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi,
atau 149.598.000 km. Pluto berjarak sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter
5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan
kepada pembaca tentang bumi ban tata surya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Dan dapat memberikan refresnsi tentang bumi dan
tata surya.

Anda mungkin juga menyukai