Anda di halaman 1dari 14

Apa yang dimaksud dgn Fenomena

Dialektika?
Mohon jwbn yg singkat dan tepat. Trims :)
Ikuti
2 jawaban 2
Laporkan Penyalahgunaan
Anda yakin ingin menghapus jawaban ini? Ya Tidak
Maaf, ada yang salah.

Jawaban

Jawaban Terbaik: Secara umum dalam suatu kontinum peradaban teknologi yang berlaku
pada masyarakat dewasa ini terdapat 4 titik peradaban. Keempat titik peradaban yang
dimaksud adalah agraris, industri, dan informasi. Hubungan diantara peradaban ini, bila
dilihat dari hukum fenomena dialektika teknologi bersifat hirarkhi. Hal ini berlaku bagi
semua sistem masyarakat, termasuk sistem pendidikan di SMK Tipika Teknoogi Industri
sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional. Untuk itu, diperlukan sikap proactive
yang mengacu pada ritme fenomena dialektika teknologi dalam pengembangan SMK Tipikal
Teknologi Industri. Sikap ini merupakan kondisi antecedent yang dominan bagi SMK untuk
dapat melakukan antisipasi orientasi proses dan hasil pendidikan yang searah dengan tahapan
dan laju fenomena dialektika teknologi.......
dia menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memecahkan masalah akan
menimbulkan dua hal. Yang pertama adalah beras excelle strategi pemecahan masalah, dan
yang kedua adalah gairah permasalahan baru yang membutuhkan solusi dengan
menggunakan teknologi yang lebih tinggi. Kedua hal ini disebut fenomena dialektika ilmu
pengetahuan dan teknologi. Keunggulan produk bangsa ditentukan oleh kemampuan untuk
mengikuti irama dan / atau kecepatan dari fenomena ini. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kemampuan untuk menganalisa dan mensintesis unsur teknologi modal
diwujudkan, teknologi diwujudkan manusia, dan perwujudan teknologi dalam pembelajaran,
potensi dalam memfasilitasi pengembangan sumber daya manusia yang sangat baik dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemauan dan
kemampuan untuk berpikir kritis, kepekaan, kemandirian dan tanggung jawab; gaya emulasi
tinggi; terbuka untuk perubahan, keterampilan dalam mencari informasi; kemampuan untuk
bekerja dalam kelompok, kemampuan untuk berpikir secara global, dan peradaban yang
tinggi....semoga puaaaaaaaaas dengan jawaban
http://www.facebook.com/raja.entup
Sumber:
Apakah Dialektika dan metode Dialektis ?
Dialektika adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur

perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti investigasi

dan interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran.

Jika study tentang materialisme berbicara tentang keunggulan 'benda\materi' dari 'ide',

maka study tentang dialektika adalah menjawab pertanyaan: bagaimana materi tersebut

berkembang, yang secara singkat dapat dijawab bahwa semua materi adalah saling berhubungan,

dan berubah, dan berkembang secara konstan.

Selama ini ajaran filsafat telah didominasi oleh ajaran (pandangan) yang bersifat metafisis -

-melihat benda-benda sebagai sesuatu yang statis dan terpisah satu sama lain, tidak saling

berhubungan-- dan banyak teori-teori berjuis yang memakai teori ini, misalnya: kapitalisme.

Dalam hal ini ajaran dialektika dan metode dialektis dengan jelas dan langsung menantang

metafisika. Mereka adalah filsafat Marxist-Leninist yang mengakui interrelasi (saling

berhubungan), perubahaan, perkembangan, dan revolusi.

Pada prinsipnya dialektika adalah pokok sangat penting untuk memepelajari filsafat

Marxisme-Leninisme. Tapi banyak filsuf-filsuf yang berjuis dan oportunis telah merusak dan

memutar balikkan arti dari konsep dialektika ini. Mereka melihat konsep ini hanya sebagai konsep

yang berakar dari sihir, seperti sebuah tongkat sihirnya Marxisme yang bisa merubah begitu saja

hitam jadi putih, siang jadi malam, dan kapitalisme jadi sosialisme. Padahal, pada kenyataannya,

dengan jelas dialektika marxis menentang mystisisme, dan dialektika harus berakar (berfondasi)

dari materialisme.

Dialektika dimulai dengan materialisme, oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk

mengerti dialektika tanpa mengerti dulu pandangan materialis. Dan tidak mungkin untuk mengerti

cara berfungsi suatu materi tanpa mengerti dialektika. Dan tanpa dialektika, materialisme tidak

dapat menerangkan dunia realis yang tidak idealis.

Dialektika menjelaskan alam suatu materi (benda). Khususnya mempelajari fenomena akan

'pergerakan' dan 'interrelasi' mereka, bukannya keterasingan dan kestatisannya. 'Pergerakan' dan

'interrelasi' (saling berhubungan) adalah dua prinsip paling general dari dialektika.
Konsep 'interelasi' adalah prinsip paling umum untuk menerangkan tentang perkembangan

dan fungsi suatu materi. Bahwa sifat saling bergantungan adalah bentuk universal dari semua

kenyataan. Semua yang nampak di dunia ini merupakan rangkaian dari satu materi. Misalnya,

perbedaan fenomena alam atau sosial, saling bergantung dengan perbedaan alam atau

masyarakatnya.

Singkatnya, menurut Lenin : "setiap hal (fenomena, proses dll) saling berhubungan satu

sama lain".Dalam pengkajian fenomena sosial, mungkin terdapat periode-periode dimana isolasi

merupakan preseden terhadap kondisi saling berhubungan. Beberapa aspek dapat saling

berhubungan sementara yang lainnya berada dalam keterisolasian.

Pandangan dialektis mengakui prinsip interkoneksi universal dan interrelasi dan

menempatkan konsep isolasi dalam konteks tersebut. Pengenalan antagonisme-antagonisme dan

pembedaan-pembedaan ini dalam kenyataan dijumpai pada alam, namun hanya dengan kesahihan

yang relatif, dan di pihak,lain kekakuan dan absolutisme yang dibayangkan diintroduksikan ke

dalam alam oleh pikiran kita(pemikiran metafisis) - pengenalan ini merupakan inti konsepsi

dialektis tentang alam. Kita harus memahami bagaimana berpikir secara dialektis bila ingin

memahami alam. Contohnya, binatang berhubungan dengan lingkungan tapi juga berbeda dari

lingkungan, oleh karenanya dalam arti-arti tertentu mereka saling terpisah dan terasing. Beberapa

perubahan pada lingkungan akan mempengaruhi binatang, tapi tidak bagi yang lain.

Menurut metafisika, benda-benda itu saling terpisah, tidak ada hubungan satu sama lain.

Justru karena terpisah, mereka dapat dikenali. Oleh karenanya, metafisika menyangkal pandangan

Darwin tentang spesies. Dikatakan oleh metafisika, bahwa setiap spesies harus dilihat secara

terpisah dan terisolasi. Sangat tidak mungkin, jika spesies manusia berhubungan dengan spesies

lain.

Pandangan dialektika tidak membatasi arti isolasi. Dia mengakui prinsip universal dari

interkoneksi (saling berhubungan) dan interelasi, dan menempatkan konsep isolasi di dalamnya.

Seperti yang ditekankan Engel : "Pengakuan bahwa antagonisme dan perbadaan (mis, perpisahan

benda-benda) ada dalam kenyataan yang ditemukan dalam alam, tapi hanya dengan validitas

yang relatif (tidak mutlak), dan dipihak lain bayangan kekakuan dan keabsolutan (kemutlakan)

mereka telah diperkenalkan pada alam hanya melalui pikiran-pikiran kita (oleh pemikiran

metafisik)-pengakuan ini adalah inti dari konsep dialektika akan alam". Jadi kita harus berpikir

secara dialektis jika ingin mengenal alam apa adanya.


Prinsip general kedua yang menentukan perkembangan suatu materi - yang diilustrasikan

oleh dialektika - adlah konsep mosi (pergerakan). Menurut Engels,"Bagi dialektika, tidak ada

sesuatu yang berakhir, absolut, keramat (suci). Berarti, segala sesuatu itu bersifat fana, dan di

dalam segala sesuatu tidak dapat berlangsung lama sebelum mengecualikan proses kelahiran -

kematian yang tidak terganggu". (Engels, Ludwig Feuerbach, New York, International Publishers,

p.12.). Alasan untuk hal ini adalah bahwa materi tidak nampak (exist) sebagai bangunan tak

bergerak yang menutup, tapi sautu bangunan yang di dalamnya berisi gerakan (mosi) yang

menjadi mode (bentuk) dari penempakannya (exsistensi). Engels memakai ini untuk mengkritik

kaum materialis metafisis yang memisahkan materi dari gerakannya. Menurut

Engels,"Tidak pernah ada, dimanapun, materi tanpa gerakan, dan tidak akan dapat. Materi

tanpa gerakan (mosi) sama mustahilnya seperti mosi tanpa materi,". Lihatlah dunia, adalah benda

yang bergerak, tidak ada sesuatupun kecuali materi dalam mosi (gerakan).

Konsep Marxisme-Leninisme tantang mosi tidaklah terbatas pada penafsiran yang sederhana

dan sempit. Mosi dilihat sebagai proses yang mencakup semua dan mencapai sejauhnya yang

mempengaruhi materi dalam bentuk dan cara berbeda-beda. Menurut Engels,"Mosi (pergerakan),

karena dipakai oleh materi,maka merubah secara general. Perbandingan semua perubahan-

perubahan dan proses-proses terjadi dalam semesta dari perubahan ditengah suatu tempat naik

pada pemikiran." (Engels, Dialectics of nature, p.247.). Jadi terdapat banyak pergerakan dari

bentuk yang paling sederhana kepada bentuk yang lebih kompleks. Misalnya, terdapat pergerakan

mekanis (gerakan tubuh), gerakan biologis ( fungsi dsn pertumbuhan dari organ-organ hidup),

gerakan kimia (atom dan molekul), dan gerakan dari masyarakat (pergerakan dan perubahan

antara individu dan kelas dalam kenyataan sosial). Sedangkan pandangan metafisika, cenderung

untuk menyederhanakan mosi (pergerakan) hanya sebagai gerakan mekanis yang langsung dan

terbatas saja, dan menyangkal perubahan secara tidak langsung dan halus yang selalu terjadi

dalam alam dan masyarakat.

Sama pentingnya seperti mengerti mata rantai antara interelasi dan isolasi, kita juga harus

mengerti hubungan antara mosi (pergerakan) dan istirahat (rest). Mosi, menuntut perubahan

yang terus menerus, sedangkan rest, mementingkan kestabilan secara konstan. Meskipun rest

berbeda dari mosi tapi rest tidak terisolasi dari mosi. Rest adalah sistem yang tetap dari mosi,

artinya, tidak ada sesuatupun yang istirahat secara komplit, pasti selalu bergerak. Jadi antara
mosi dan rest selalu bersama-sama muncul, meskipun mosi adalah prinsip general yang

mempengaruhi segala materi.

Sumber dari pada mosi tidak ditemukan dalam kekuatan-kekuatan external, seperti

kekuatan supranatural, tapi di dalam materi itu sendiri. Oleh karenanya, mosi adalah "pergerakan

diri sendiri" (self-motion), disebabkan oleh pertentangan yang esensial dari suatu benda. Misalnya

dalam elektronik, pergerakan disebabkan karena interaksi antara partikel negatif dan positif.

Konsep ini menolong kita untuk mengerti pergerakan pada alam, masyarakat, dan pemikiran dan

mengakuinya bukan sebagai kekacauan dan tak terorganisir tapi sebaliknya, terarah dan

terorganisir. Dalam pelajaran bagian II, kita akan melihat lebih jauh bahwa mosi dan perubahan

dipengaruhi oleh hukum-hukum tertentu pada perkembangan. Maka, semua mosi mempunyai

arah tertentu dan terjadi dalam model hukum-keharusan.

Dialektika dan Perubahan Sosial


Dialektika bukanlah hasil penemuan dari pemikiran manusia tapi muncul secara independen

dari pemikiran alam dan masyarakat. Dialektika menemukan maksud dari fungsi dan

perkembangan suatu materi, dan metode dialektis memberikan inti pengertian akan

perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Oleh karenanya, mereka adalah senjata yang

sangat diperlukan oleh kaum proletar dalam perjuangan revolusioner. Dalam kenyataan sosial,

Marx menggunakan pengertian dialektika pada interelasi untuk, pertama, menampakkan, kelas

pekerja, sebagai kelas yang dieksploitasi kaum kapitalis yang mencabut nilai-tambah mereka, hal

ini mengajarkan kaum proletar untuk menghubungkan eksploitasi ini dengan akar penyebabnya

dalam sistem kapitalis, jadi bukan melihatnya sebagai hal yang terpisah dari sistem ini. Dialektika

ini mampu menantang metafisika - yang dipromosikan oleh kaum berjuis - yang tidak mengakui

totalitas dari sistem kapitalis tapi hanya membedakan dan memisahkan bagian-bagian tertentu.

Nampaknya, pengertian dialektis akan perubahan dan pergerakan mampu membantu proletar

untuk mengerti sistem kapitalis sebagai suatu bagian dari proses perubahan yang pernah terjadi.

Berlawanan dengan mitos metafisis, bahwa kapitalisme dari dulu tidak pernah muncul dan tidak

akan pernah berlangsung dimasa depan. Dialektika meyakini, kapitalisme - sama seperti

fenomena lain - adalah bagian dari perubahan dan pergerakan dan pada akhirnya dapt

ditransformasikan kedalam sistem sosial yang sama sekali baru.


Kita juga dapat melihat bahwa dialektika lebih dari sekedar metode untuk mengetahui

dunia. Tapi adalah untuk mentransformasikan dunia. Metode dialektis menghubungkan

"pengetahuan akan hukum perkembangan" dengan "aktivitas proletar secara praktis dan teoritis di

dunia". Jadi dapat diakui bahwa kapitalisme dilihat sebagai sistem yang ber-interkoneksi dan ber-

integrasi yang memungkinkan kaum proletar mengambil gerakan suatu strategi revolusi yang

tidak bertujuan secara sederhana hanya untuk bagian-bagian terpisah dari sistem itu (seperti

kesamaan dalam hal produksi) tapi menantang sistem kapitalis secara keseluruhan. Jelasnya,

dialektika mempunyai karakter revolusioner dan partisa, diperkenalkan oleh Marx dalam 'Capital'

:"Dalam bentuk rasionalnya (materialis), dialektika adalah sebuah skandal (hal yang memalukan)

dan hal yang dibenci bagi kaum berjuis dan profesornya yang dogmatis, sebab dialektika

memasukkan dalam perbandingan dan afirmasi (penegasan) nya pengakuan akan bagian yang

ada (eksis) dari suatu benda, dan pada saat yang sama, memasukkan pengakuan akan

penyangkalan (negasi) dari bagian itu, yang mau tidak mau terpisah, karena hal ini berhubungan

dengan setiap bentuk sosial yang berkembang secara historis seperti gerakan yang cair, dan oleh

karenanya dihitung sebagai tempat alamnya yang tidak kurang dari keberadaannya pada saat-saat

tertentu, karena tidak ada sesuatu yang dibebankan diatasnya, dan pada intinya adalah kritis dan

revolusioner." (Capital, Marx's Preface to Second Edition, 1873, p.146.).

Kaum revolusioner harus dilatih dalam metode dialektis agar mengerti secara ilmiah hukum

tentang perkembangan alam dan sosial dan mengaplikasikan pengetahuan hukum ini untuk

berjuang menuju perubahan realis. Dialektika adalah metode ilmiah untuk belajar segala sesuatu

dengan kongkrit, dan empiris. Kesadaran akan hukum-hukum dialektika melengkapi kita dalam

menghadapi bermacam kontradiksi yang menentang kita dan untuk mengerti bagaimana

memajukan perkembangan.

Perkembangan Historis dari Metode


Dialektis dan Perjuangan dengan Metafisik
Konsep dialektikal dari dunia dan perkembangannya dikembangkan pertama kali oleh filsuf

Yunani, Heraclitus. Dia percaya bahwa segala sesuatu dalam alam ini berubah secara terus

menerus dengan konstan dan saling berhubungan satu sama lain. Semua benda berubah pada

bentuk yang berlawanan, seperti, dingin ke panas dan sebaliknya. Dan selalu menjadi baru, jadi

"tidak dapat melangkah ke sungai yang sama", sebab pada langkah kedua, seseorang/sesuatu
akan melangkah pada air/hal yang baru. Dan perubahan pada bentuk yang berlawanan ini adalah

sebagai hasil dari perjuangan.

Tapi bagaimanapun, pengetahuan ilmiah pada saat itu, tidaklah cukup untuk menerangkan

wadah dan alam dari realitas materi dalam semua bentuk dan bagiannya yang berbeda-beda.

Akibatnya, pada saat pandangan awal ini seharusnya dapat memberi gambaran akan proses

dunia, mereka tidak dapat dikuatkan oleh pengetahuan yang kongkrit dan detail yang mengambil

dari studi akan perbedaan bagian-bagian pada alam. Alam hanya dilihat secara terbagi dalam

ruang-ruang yang terisolasi, seperti fisika dan biologi, dan tidak dilihat hubungannya satu

sama lain. Hal ini memberikan kesempatan pada metode metafisika menjadi prinsip metode dalam

penelitian fenomena. Suatu penelitian yang detail, tapi tidak pernah menghubungkan alam dan

sejarahnya. Menurut Engels :"Hal penting pertama adalah menguji segala sesuatu sebelum

menguji prosesnya. Seseorang harus mengetahui dulu apakah benda itu sebelum dia dapat

menguji perubahan yang terjadi dalam hubungannya dengan hal itu. Seperti dalam kasusu

pengetahuan alam. Metafisis lama yang menerima benda-benda sebagai tujuan terakhir muncul

dari pengetahuan alam yang menyelidiki kematian dan kehidupan sebagai tujuan terakhir".

(Engels, Ludwig Feurbach, New York: International Publishers,p.45.)

Pada abad 17 dan 18 filsuf materialist mulai berkembang untuk memenuhi kebutuhan kaum

berjuis dalam rangka mendirikan model-model kapitalis dalam produksi dan menjatuhkan

feodalisme dengan pandangan-pandangan yang idealis. Walaupun mreka mampu membuat

kemajuan besar dalam pengetahuan alam dan memajukan industri dan komersialisasi, namun

mereka masih tetap sebabagai filsuf Metafisis dalam konsepsi mereka tentang perubahan.

Pandangan mereka tentang mosi (pergerakan), semata-mata hanyalah gerakan mekanis, mis:

perubahan tempat, dan perpindahan benda dari satu titik ke yang lain semata-mata disebabkan

oleh tenaga external. Seperti sebuah lingkaran, hal ini akan terjadi berulang-ulang. Mereka

menolak pandangan dialektis yang melihat perkembangan adalah fenomena dari proses

pergerakan menurut hukum-hukum tertentu.

Baru pada abad 19, seorang filsuf Jerman, Hegel, Berhasil menemukan semua hukum dasar

dialektika, dengan studinya tentang Logika. Dan dipakainya untuk menyerang metode Metafisik

dan kaum berjuis dan feodal. Yaitu tentang perubahan hukum kwntitatif ke kwalitatif, hukum

kontradiksi sebagai motif prinsip untuk semua perkembangan, dan hukum perkembngan spiral,

yang menangkap semua arah yang maju dari proses sejarah dunia. Menurut Engels, tentang
penemuan Hegel: "Untuk pertama kali di seluruh dunia, alam, sejarah, intelektual, dinyatakan

sebagai proses, misalnya, seperti dalam gerakan, perubahan, transformasi, perkembangan yang

konstan dan kecenderungan untuk dibuat untuk menemukan hubungan internal yang membentuk

keseluruhan gerakan dan perkembangan yang berkesinambungan ini." (Engels, Anti-Duhring, p.

37-38)Sebenarnya Hegel adalah seorang idealis, dan tidak pernah menggambarkan ini secara

eksplisit. Dia percaya bahwa dasar pergerakan dan interelasi adalah konsep pikiran (mind), yang

pada akhirnya menjadi gerakan dan perkembangan alam dan masyarakat. Tapi ide ini justru

akhirnya bertentangan dengan pandangan idealisnya. Yang pada akhirnya, dipakai oleh Marx dan

Engels untuk membangun dasar metode dialektika dan fondasi materialis.

Dasar perkembangan metode dialektika teletak pada penemuan-penemuan penting dalam

pengetahuan alam, pada pertengahan abad 19. Ke tiga penemuan terpenting tersebut adalah :

Penemuan sel, Transformasi energi, Penemuan Darwin tentang proses evolusi pada semua benda

hidup.

Melalui penemuan-penemuan ini, Marx dan Engels mampu mengkritik Metode dialektisnya

Hegel. Mereka menunjukkan bahwa hukum dialektik pertama-tama beroperasi dalam alam,

termasuk masyarakat, lalu kemudian pikiran manusia sebagai refleksi akan realitas material.

Engels menyimpulkan : "Tidak akan ada pertanyaan lagi tentang pembangunan hukum-hukum

dialektik kedalam alam (seperti yang dilakukan Hegel), tapi adalah penemuan mereka didalam

alam dan keterlibatan mereka dari alam". Maka metode dialektis dari Marx dan Engels disebut

Dialektis 'Materialis'.

Dalam studi tentang masyarakat, Marx dan Engels menemukan hukum dasar perkembangan

sejarah, dan dari sana ia menemukan peran proletar dalam memimpin perjuangan melawan

kapitalisme dan mengantar mode komunis dalam hal produksi. Hal inilah yang menjadi pokok

penting dalam mengaplikasikan metode DM untuk belajar tentang masyarakat manusia.

Hari ini, metode DM, oleh kelas berjuis hanya dipakai untuk perkembangan pengetahuan

alam, guna memajukan industri dan teknologi, tapi mereka teap menolak penggunaan DM dalam

realitas sosial. Karen mereka ingin mempertahankan kedudukannya sebagai permanen, abadi.

Bahkan mereka selalu berpropaganda tentang pikiran-pikiran metafisiss untuk memaksa kelas

pekerja menerima kesah-an sistem kapitalis dan menyangkal adanya kontradiksi kelas. Jelas

nampak, kelas berjuis berkeyakinan "Selalu akan ada yang mengatur dan yang diatur" atau

"sejarah pasti akan berulang di dalamnya" atau "tidak ada sesuatupun yang baru dibawah
matahari". Sedangkan bagi kelas proletar, mereka dikondisikan untuk selalu melihat kenyataan

dan proses perkembangan, agar dapat mentransformasikan masyarakat dan membangun

kapasitas yang produktif di bawah mode komunis dalam produksi. Membawa pandangan dunia dan

metode DM yang ilmiah kepada kelas pekerja adalah langkah penting dalam perjuangan proletar

untuk perubahan revolusioner di dunia.

Redundancy system
Redundancy adalah kemampuan suatu sistem untuk tetap berfungsi dengan normal walaupun
terdapat elemen yang tidak berfungsi. Hal ini biasanya dicapai dengan memiliki komponen backup
yang berfungsi sama dengan elemen sistem.

1+1 Redundancy

Pada artitektur redundancy 1+1 berarti setiap elemen memiliki masing-masing satu elemen backup.
Pada arsitektur ini, jika terjadi kegagalan (failure) pada satu elemen atau lebih, maka sistem secara
keseluruhan masih dapat berfungsi seperti keadaan sebelumnya (tidak terjadi failure). Redundancy
seperti ini sering disebut dengan active-stanby.

+----------------+
,-----| Elemen utama |
| +----------------+
----+
: +---------------+
:.......| Elemen backup |
+---------------+

+----------------+
,-----| Elemen utama |
| +----------------+
----+
: +---------------+
:.......| Elemen backup |
+---------------+

N+1 Redundancy

Parsitektur redundancy N+1 berarti sekumpulan elemen yang berfungsi sama untuk melayani beban
pasa saat bersamaan, memiliki sebuah elemen backup. Arsitektur ini didesain untuk tetap tidak
terpengaruh oleh kegagalan pada satu elemen dan memiliki harga (cost) yang efektif karena tidak
memiliki banyak elemen backup.

+----------------+
,-----| Elemen utama |
| +----------------+
----+
| +----------------+
+-----| Elemen utama |
: +----------------+
:
: +---------------+
:.......| Elemen backup |
+---------------+

Arsitektur redundancy yang memiliki elemen backup secara fisik disebut systemic redundancy atau
physical redundancy.

Redundancy dapat juga dibuat secara modular yaitu dalam sebuah system terdapat beberapa
elemen dengan fungsi yang sama yang berguna sebagai modul backup.

Disversifikasi
Intensifikasi ialah upaya untuk meningkatkan hasil pertanian tanpa memperluas lahan pertanian yang
telah ada. Upaya intensifikasi dilakukan dengan cara penggunaan pupuk, bibit unggul, pengairan,
pemeliharaan, dan penyuluhan. Intensifikasi lebih dikenal dengan nama pancausaha tani.
-Ekstensifikasi adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan pertanian.
-Diversifikasi adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperbanyak jenis tanaman
pada suatu lahan pertanian. Diversifikasi tanaman dilakukan agar pertanian tidak hanya menghasilkan
satu jenis tanaman. Contoh diversifikasi pertanian adalah sistem tumpang sari yaitu menanam
beberapa jenis tanaman secara bersamaan pada lahan yang sama. Misalnya, menanam secara bersama-
sama ubi kayu, kedelai, dan jagung. Diversifikasi dapat dilakukan diantara dua musim tanam atau
pada satu musim secara bersamaan.
-Rehabilitasi adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperbarui cara-cara
pertanian yang ada atau mengganti tanaman tidak produktif lagi. Upaya-upaya ini misalnya
memperbaiki sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi, mengganti tanamannya sudah tua dengan
tanaman baru, dan mengganti tanaman yang tidak menguntungkan dengan tanaman yang lebih
menguntungkan.

Idealisme dalam 'Penemuan Kembali Marxisme'



Minggu, 22 Februari 2015

Sony Prasetyo
Menyusul apa yang kami tulis belum lama ini
untuk menanggapi gagasan-gagasan keliru dari Indoprogress (Marxisme Mereka dan
Marxisme Kami - Penutup Kritik Masalah Pemilu 2014), saya akan mencoba
menyentuh lebih dalam proyek rekonstruksi Marxisme yang digagas oleh Martin
Suryajaya, salah satu teoretikus utama dari situs Indoprogress. Tulisan terakhir
Martin di kolom Logika (Penemuan Kembali Marxisme Kita) telah sangat dilebih-
lebihkan oleh para koleganya. Mereka membayangkan bahwa apa yang kelak
dihasilkan dari proyek rekonstruksi filsafat Marxis Martin akan menghasilkan
sebuah kebaruan atas Marxisme. Bahkan saya tidak bisa tidak merasa jijik ketika ada
yang mengatakan bahwa kerja yang dilakukan Martin adalah seperti kerja yang
dilakukan Marx ketika merumuskan pandangan filsafatnya. Tidak ada yang perlu
dilebih-lebihkan di sini karena sejak semula kita sudah mengetahui di sisi mana
Martin melandaskan proyek filsafatnya, yang tidak lebih daripada pandangan dunia
idealis.

Apakah juga bukan sebuah kebetulan kalau proyek rekonstruksi ini diluncurkan
setelah gagasan-gagasan yang diluncurkan oleh Indoprogress di bawah naungan
Coen dan Martin berhubungan dengan masa pemilu kemarin (konsep relawan,
artikulasi politik, dukungan kritis, melawan fasisme, dsb.) telah terbukti keliru? Para
akademisi Marxis kita jari-jarinya terbakar setelah mencoba bermain-main dengan
realpolitik. Tidak ada satu pun prognosis dan perspektif mereka yang benar sama
sekali. Tetapi, alih-alih merekonstruksi cara berpikir mereka yang sejak awalnya
telah keliru, mereka justru ingin merekonstruksi Marxisme itu sendiri.

Sebelum kita melihat hasil dari proyek rekonstruksi ini marilah kita lihat apa yang
ada di isi kepala Martin. Martin tidak lebih daripada seorang idealis. Segala sesuatu
yang menyangkut keberadaan haruslah mematuhi Nalar atau Ide. Bila ia tidak
mematuhi Nalar ini—begitu keinginan Martin—maka keberadaan segala hal patut
dipertimbangkan, dilupakan, bahkan bila perlu dibuang dan kembali melahirkan
ide-ide baru.

Sementara Marxisme adalah filsafat materialis. Dalam artian ini saja ide-ide Martin
sangatlah berlawanan dengan filsafat materialisme. Materialisme menganggap
bahwa perkembangan dari Ide manusia pada akhirnya tergantung realitas obyektif—
atau dalam ungkapan Jacob Bohme—ia tergantung pada Materi. Ketika kita
berbicara mengenai Marxisme berarti kita berbicara mengenai filsafat materialis
dialektik, yang dalam hal capaiannya melebihi apa yang pernah dicapai oleh para
filsuf materialis sebelumnya, bahkan oleh para pemikir besar sebelumnya. Oleh
karenanya, sebelum kita bisa berbicara mengenai apa yang ingin dicapai dari proyek
“penemuan kembali Marxisme” yang diluncurkan oleh Martin, kita terlebih dahulu
harus melihat apa yang sudah dicapai oleh Marx.
Apa yang sudah dicapai oleh Marx?

Sejarah dari perkembangan filsafat adalah sejarah pertentangan antara ide dan
keberadaan. Segala konflik filsafat terdahulu sampai sekarang adalah kepanjangan
dari ini. Satu dari gagasan ini beranggapan bahwa ide-lah yang mendahului
keberadaan, satu di antara yang lain menganggap bahwa keberadaanlah yang
mendahului ide. Dalam perkembangannya, konflik kedua pemikiran ini saling
melampaui satu sama lain; yang satu membawa penaklukan terhadap yang lain.
Inilah dialektika di dalam perkembangan pemikiran manusia. Karena sejarah
pemikiran manusia adalah juga sejarah masyarakat itu sendiri, maka ia senantiasa
berubah seturut dengan capaian masyarakat. Jauh daripada menjadi sebab, seperti
pandangan dunia idealis, ia tidak lebih menjadi akibat dari masyarakat itu sendiri.
Inilah pokok dari filsafat materialisme.

Filsafat materialisme sebelum Marx beranggapan bahwa perkembangan kesadaran


manusia haruslah ditemukan di dalam lingkungan, masyarakat sipil, pendidikan,
dan keadaan eksternal lain. Persoalan ini tentu saja tidak menjawab mengenai
proses perkembangan kesadaran manusia. Bagaimana bisa kita menentukan bahwa
perkembangan kesadaran manusia bergantung pada keadaan, pendidikan sementara
melupakan bahwa manusialah yang mengubah keadaan dan bahwa pendidik itu
sendiri memerlukan pendidikan.

Pernyataan tersebut telah mengandung di dalam dirinya sendiri sisi yang saling
berkontradiksi, yang hanya bisa diselesaikan dalam bentuknya yang sudah
diidealisasikan. Selanjutnya, akhir dari pemecahan kontradiksi ini menempatkan
satu di antara manusia lebih unggul daripada yang lain. “Tetapi hanya makhluk
rasional-lah yang dapat berperilaku sesuai konsepsi hukum-hukum”, begitulah Kant
menyebut agen moral dalam perubahan ini. Inilah kelemahan materialisme abad ke-
18. Ia mencampur materialisme dengan metafisisme. Alih-alih membuang Idealisme
dari pintu depan, ia terbang masuk melewati jendela.

Apa yang tidak bisa dicapai oleh filsafat materialisme saat itu kemudian diambil
tempatnya oleh idealisme Jerman. Perwakilan maju dari filsafat ini diambil oleh
Hegel. Hegel melangkah lebih jauh dengan menemukan bahwa ada satu kekuatan
yang pada akhirnya menentukan kesadaran manusia. Bila materialisme sebelum
Marx kekuatan itu dapat ditemukan di dalam lingkungan, pendidikan, dsb., Hegel
beranggapan bahwa kekuatan yang mengemudikan itu semua adalah “Roh” yang
sebagai perwujudan dari sebuah Ide Absolut. Ia, Ide Absolut, adalah satu-satunya
pencipta realitas.

Hegel tidak menyangkal realitas. Ia menunjukkan bahwa realitas tidak lebih


daripada logika yang diterapkan. Pengakuannya terhadap gerak akhirnya
menempatkan kembali dialektika di dalam ajaran filsafatnya. Gerak adalah dasar
dari logika. Dialektika menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi, yang absolut;
semua yang ada layak untuk musnah. Dialektika bekerja dalam gerak dan berurusan
dengan proses.

Ketika kita harus menjawab apakah tubuh itu bergerak pada titik tertentu dan pada
saat tertentu tidak ada? Atau, ketika seseorang mengalami kerontokan rambut,
apakah bisa dikatakan bahwa seseorang itu botak? Seluruh pertanyaan ini tidak bisa
dijawab dengan logika formal: “iya adalah iya” dan “tidak adalah tidak”, karena
seluruh rangkaian itu sedang dalam proses kemenjadian, yang kesemuanya
dibutuhkan kuantitas tertentu untuk menjadi suatu kualitas. Tapi ketika ada yang
mengajukan apakah planet itu ada, maka kita menjawab tanpa keraguan: “iya”, ada.

Dialektika tidak menyingkirkan logika formal, tetapi ia hanya menghilangkan


hukum-hukum logika formal dari nilai-nilai yang absolut; yang metafisika. Hanya
saja, dalam pengertian ini, Hegel menempatkan bahwa dialektika merupakan
bangunan keseluruhan dari pengalaman, yang bila dihilangkan keseluruhan dasar
dari bangunan ini maka bangunan dialektika Hegel akan runtuh. Inilah mengapa
dalam perjalanannya banyak dari murid Hegel menyeberang ke kamp materialis.

Dialektika Hegel kemudian menjadi ajal bagi dasar bangunan filsafatnya. Nilai-nilai
absolut dari idealisme berkontradiksi dengan dialektika itu sendiri. Dialektika Hegel
tidaklah musnah, ia lebih pada mempersiapkan jalan bagi perkembangan filsafat
selanjutnya. Seperti Idealisme Jerman yang jaya menggantikan Materialisme abad
ke-18, maka berkebalikan dari itu, Materialisme sekarang menegakkan kepalanya di
mana-mana.

Ketika Hegel melihat Napoleon, ia mengatakan bahwa dia sedang menyaksikan ‘Roh
Dunia’ sedang menunggang kuda. Ia melihat sejarah ditentukan oleh ‘Roh Dunia’
atau dalam kata lain dikemudikan oleh Ide Absolut. Memang dalam sejarah,
individu-individu yang berpengaruh tersebut dapat mengubah fitur-fitur tertentu
dari peristiwa, namun ia tidak dapat mengubah tren umum dari kekuatan-kekuatan
lain. Kekuatan itu pulalah yang pada akhirnya menentukan seluruh bangunan ide-
ide dari manusia, yang kesemuanya dapat ditemui di dalam hubungan-hubungan
produksi dan pertukaran, dan yang kesemuanya pada akhirnya tergantung pada
perkembangan kekuatan produksi masyarakat.

Hanya Marx yang kemudian menempatkan dialektika pada tempat yang seharusnya.
Ia menempatkan dialektika pada fondasi materialis. Bila dialektika Hegel ditopang
oleh metafisika, maka dialektika Marx ditopang oleh doktrin materialis. Pada dasar
ini pula lah Marx telah memecahkan problem filsafat antara ide dan keberadaan.
Baginya, Ide adalah refleksi dari dunia material yang diterjemahkan dalam bahasa
pemikiran. Kontradiksi-kontradiksinya yang ada dalam fenomena adalah
sehubungan dengan sifat kontradiktif dasar dari sifat materi tersebut, yakni gerak.
Inilah karakter revolusioner dari dialektika yang setelah dilepaskan dari selubung
metafisisnya. Inilah capaian Marx, capaian Marxisme itu sendiri. Dari cara pandang
inilah kita melandaskan diri kita.

Apa yang ingin dicapai oleh Martin?

Mari kita periksa bagaimana teoretikus Marxis Indonesia kita ini ingin “menemukan
kembali” Marxisme:

“Kita tidak bisa lagi berangkat dari problematik klasik Marxisme: dialektika,
materialisme, dan perjuangan kelas. Sebagai sistem filsafat, Marxisme yang saya
bayangkan [italik dari saya] mesti dapat memberi ruang pada apa-apa yang berada
‘di luar’ domain diskursus Marxisme tradisional: permasalahan-permasalahan di
luar ilmu sosial seperti Ada, esensi, kebenaran, makna, kesadaran, dsb. Rekonstruksi
atas Marxisme sebagai sistem filsafat kontemporer mesti dimulai dari ‘luar’ domain
Marxisme tradisional.”
Tentu saja seorang Marxis perlu membawa maju filsafatnya kepada penaklukan-
penaklukan terbaru, melakukan kritik terhadap kekeliruan cara pandang filsafat
sebelumnya dan bahkan cara pandang filsuf kontemporer serta pemikir yang
mengklaim dirinya Marxis tapi mendistorsikannya. Namun apa yang dilakukan
Martin bukanlah membuang air keruh di dalam bak bayi,tapi melemparkan bak
mandi beserta bayi yang ada di dalamnya. Ia melempar Materialisme dan
sesungguhnya beralih memeluk Idealisme. Dalam eksposisinya yang panjang
mengenai usaha untuk “menemukan kembali” Marxisme, gagasan-gagasan
dibicarakan seakan-akan mereka berdiri secara terpisah di atas kondisi-kondisi
material yang menciptakan mereka, berdiri terpisah dari perkembangan historis
masyarakat itu sendiri. Apa ini kalau bukan Idealisme? Dari cara berpikir Idealis
seperti inilah maka Martin bisa berbicara mengenai apa yang ada di dalam dan di
luar “domain Marxisme tradisional”, di mana Martin ingin berdiri di “luar domain
Marxisme tradisional”. Yang tidak dipahami oleh Martin adalah bahwa “domain
Marxisme tradisional” dan “problematik klasik Marxisme: dialektika, materialisme,
dan perjuangan kelas” adalah fungsi dari perkembangan sejarah manusia itu sendiri,
adalah fungsi dari kondisi-kondisi objektif material.

Belum cukup itu saja, ia ingin menemukan “... Marxisme yang lahir baru, yang telah
disucikan dari segala kekeliruan dan keruwetan konseptualnya selama ini”. Tapi apa
yang dimaksud Martin mengenai kekeliruan dan keruwetan Marxisme? Apakah
kekeliruan dan keruwetan Marxisme ini dibuat sesuai Nalar, dan benar sesuai Nalar
yang dipikirkan oleh Martin?Oh, betapa mahakuasanya Nalar pemikiran manusia
ini.

Lalu apa yang diingini oleh Martin setelah meraih senjata yang mahakuasa ini?Inilah
yang diinginkan Martin: “Kita mesti turun ke medan perdebatan yang steril dari
Marxisme dan merumuskan simpulan-simpulan yang kita temukan—bersenjatakan
nalar semata—sebagai benar adanya.” [Italik dari saya] Ini adalah idealisme yang
semurni-murninya. Untuk ini salah bila menganggap Martin adalah seorang Marxis.
Apakah dengan cara demikian ia bisa membawa langkah maju terhadap filsafat?
Tidak. Martin seperti seorang tentara yang heroik menuju perang menolak senjata
modern hanya untuk menggunakan bambu runcing,dan metodenya sama seperti
seorang menolak mesin uap hanya untuk menggunakan mesin pintal tradisional.

Selanjutnya, setelah di muka kita sudah memberikan gambaran mengenai apa itu
materialisme dan apa itu idealisme,kita akan membahas apa yang sepertinya
membuat Martin bosan dengan ketidakpahamannya mengenai perjuangan kelas
sehingga menganggap bahwa ini hanyalah diskursus tradisional.

Anda mungkin juga menyukai