1. JUDUL PENELITIAN
Produksi Biodiesel Berbiaya Rendah dari Minyak Jelantah Menggunakan Nanokatalis Heterogen Turunan
Batu Kapur dengan Berbagai Teknik Preparasi.
2. IDENTITAS PENGUSUL
Nama, Peran Perguruan Tinggi/ Program Studi/ Bidang Tugas ID Sinta
Institusi Bagian
ERWANTO Universitas Kimia Melakukan, 6714992
Bojonegoro mengkordinir dan
Ketua Pengusul memanjerial
pengembangan
katalis heterogen
nanokatalis dari
turunan batu kapur
untuk produksi
biodiesel dari minyak
jelantah agar
memperoleh metil
ester yang lebih
murni dan memeliki
rendemen 96,5%
MUHAMMAD Universitas Kimia Membantu menyusun 6764522
BAKHRU THOHIR Bojonegoro pengumpulan data
dan laporan hasil
Anggota Pengusul penelitian
Ahmad Abdul Ali Universitas Kimia membantu -
Asyrofi Bojonegoro melakukan
eksperimen di
Mahasiswa laboratorium
Bimbingan
5. ANGGARAN
Rencana Anggaran Biaya penelitian mengacu pada PMK dan buku Panduan Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat yang berlaku.
JUDUL
Tuliskan Judul Usulan
Produksi Biodiesel Berbiaya Rendah dari Minyak Jelantah Menggunakan Nanokatalis
Heterogen Turunan Batu Kapur dengan Berbagai Teknik Preparasi.
RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, dan luaran yang
ditargetkan.
Konsumsi minyak di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 36,41% dari total konsumsi energi,
namun terdapat penurunan drastis sebesar 51,14% pada cadangan minyak dalam kurun waktu
2010-2021. Sehingga adanya alternatif energi ramah lingkungan yang dapat menggantikan
minyak bumi menjadi sangat penting. Salah satu energi alternatif tersebut adalah biodiesel yang
dapat dihasilkan melalui proses transesterifikasi lemak trigliserida dengan menggunakan katalis
basa dan pelarut metanol. Penelitian ini bertujuan mengembangkan katalis basa heterogen untuk
produksi biodiesel yang efektif dan efisien. Efektif disini berfokus pada pemenuhan standar
American Society for Testing and Materials (ASTM) D6751 dengan kandungan metil ester pada
biodiesel minimal 96,5% berat. Sedangkan efisiensi dilakukan dengan penggunaan bahan baku
biodiesel dari minyak jelantah dan katalis dari turunan batu kapur yang keduanya merupakan
material ramah lingkungan, selain itu ketersediaan keduanya sangat mudah dengan harga yang
ekonomis. Agar kedua bahan alam tersebut dapat dimanfaatkan, maka dilakukan preparasi, pada
minyak jelantah bertujuan meningkatkan kualitas minyak dengan cara mereduksi kandungan air
dan kontaminan. Sedangkan preparasi turunan batu kapur bertujuan untuk memperoleh
nanokatalis kalsium oksida (CaO) dengan berbagai teknik seperti kalsinasi, hidrasi dan dehidrasi
sehingga dapat meningkatkan luas permukaan CaO yang dihasilkan. Dengan demikian luaran
wajib yang ditargetkan adalah publikasi di jurnal nasional bereputasi yaitu Jurnal Kimia Sains
dan Aplikasi terakreditasi SINTA 2 dengan status accepted di TS.
KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
Biodiesel; kalsium_oksida; nanokatalis; minyak_jelantah; dan katalis_heterogen.
PENDAHULUAN
Penelitian Dasar merupakan riset yang memuat temuan baru atau pengembangan ilmu
pengetahuan dari kegiatan riset yang terdiri dari tahapan penentuan asumsi dan dasar hukum
yang akan digunakan, formulasi konsep dan/ atau aplikasi formulasi dan pembuktian konsep
fungsi dan/ atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental.
Pendahuluan penelitian tidak lebih dari 1000 kata yang terdiri dari:
A. Latar belakang dan rumusan permasalahan yang akan diteliti
B. Pendekatan pemecahan masalah
C. State of the art dan kebaruan
D. Peta jalan (road map) penelitian 5 tahun kedepan (jika dalam bentuk konsorsium harus
dilengkapi dengan roadmap penelitian konsorsium)
E. Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver
Bahan bakar minyak merupakan sumber energi dengan tingkat konsumsi tertinggi di Indonesia
jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Konsumsi minyak di Indonesia mencapai
363,52 juta barel setara minyak atau sekitar 36,41% dari total konsumsi energi sebesar 998,53
juta barel setara minyak. Namun, konsumsi minyak tersebut berbanding terbalik dengan
semakin berkurangnya cadangan minyak bumi di Indonesia setiap tahunnya. Sejak tahun 2010
hingga 2021 cadangan minyak di Indonesia mengalami penurunan sebesar 51,14% hanya
tersisa 3,95 milyar barel pada tahun 2021 (1). Sehingga adanya alternatif energi ramah
lingkungan yang dapat menggantikan minyak bumi menjadi sangat penting, salah satu energi
alternatif tersebut adalah biodiesel. Biodiesel dapat dihasilkan melalui proses transesterifikasi
lemak trigliserida dengan menggunakan katalis basa dan pelarut metanol. Perkembangan
produksi biodiesel banyak berfokus pada penggunaan bahan baku dan katalis basa yang
ekonomis, efektif dan ramah lingkungan.
Meskipun produksi biodiesel di Indonesia paling banyak menggunakan bahan baku edible
seperti minyak kelapa sawit dan kedelai, penggunaan bahan baku edible dapat memicu
persaingan dengan produksi pangan dan meningkatkan risiko deforestasi (2). Sehingga,
Pemerintah Indonesia mendorong produksi biodiesel dari bahan baku non-edible dengan
memberikan insentif berupa pembebasan pajak dan subsidi untuk bahan baku (3). Menurut
kajian dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNPK) dan Traction
Energy Asia pada tahun 2019, sekitar 3 juta kiloliter minyak jelantah atau used cooking oil
(UCO) terkumpul di Indonesia, namun hanya sekitar 570 ribu kiloliter yang berhasil diolah
menjadi biodiesel (4). Hal tersebut menggambarkan bahwa potensi minyak jelantah di
Indonesia sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi biodiesel, selain
harganya ekonomis, penggunaan bahan baku tersebut dapat mengurangi limbah dan
meningkatkan ketersediaan sumber energi yang ramah lingkungan (2).
Selain itu, produksi biodiesel juga berfokus untuk memenuhi standar American Society for
Testing and Materials (ASTM) D6751 dengan kandungan metil ester minimal 96,5% berat (5).
Oleh karena itu, para peneliti berfokus pada pengembangan katalis basa untuk meningkatkan
efisiensi dan kecepatan reaksi transesterifikasi. Berdasarkan sifat fisik, kimia dan interaksinya
dengan reaktan, katalis dibagi menjadi tiga yaitu katalis homogen, heterogen dan enzimatis.
Penggunaan katalis basa homogen seperti KOH mampu menghasilkan rendemen biodiesel
yang tinggi, namun katalis basa homogen tersebut memiliki kekurangan diantaranya sukarnya
pemisahan katalis tersebut dengan produk metil ester dan gliserol; adanya pembentukan
emulsi; dan saponifikasi (6). Penggunaan enzim lipase candida rugosa (basa) pernah dilakukan
sebagai biokatalis produksi biodiesel, terdapat kekurangan karena penggunaan pelarut turunan
alkohol (metanol/etanol) dapat meningkatkan deaktivasi enzim dan mempengaruhi rendemen
metil ester yang diperoleh (2). Untuk mengatasi hal tersebut, penambahan alkohol secara
bertahap dilakukan, sehingga waktu reaksi yang dibutuhkan menjadi lebih lama minimal 24
jam. Sehingga dari penggunaan kedua katalis basa (homogen dan enzimatis) kurang efektif dan
efisien yang menyebabkan biaya produksinya menjadi mahal (7).
Katalis heterogen untuk produksi biodiesel yang ekonomis dan ketersediaanya melimpah
adalah katalis basa heterogen CaO yang berasal dari berbagai turunan diantaranya dari turunan
kulit telur, kerang, tulang, limbah konstruksi dan batu kapur (8). CaO sendiri memiliki
kebasaan tinggi dibandingkan dengan metal oksida lain (9). Sehingga memilih sumber CaO
sebagai katalis oksida superior dengan biaya yang ekonomis. Pada penelitian penggunaan
bahan baku minyak jelantah, CaO turunan dari kulit telur memiliki ukuran pori dan lebih kecil
menghasilkan luas permukaan yang semakin besar, sehingga rendemen yang diperoleh
semakin tinggi dengan ukuran pori CaO yang lebih kecil (10,11).
Berdasarkan uraian diatas, akan dilakukan produksi biodiesel berbiaya rendah, dengan
menggunakan minyak goreng jelantah sebagai bahan baku. Sedangkan katalis yang digunakan
adalah katalis heterogen CaO yang berasal dari turunan batu kapur yang akan dikonversi
menjadi ukuran nano dengan berbagai teknik preparasi, untuk meningkatkan luas permukaan
katalis CaO.
Minyak jelantah memiliki 3 komposisi asam lemak bebas tertinggi yaitu asam oleat, linoleat
dan palmitat (12). Asam palmitat memiliki atom 16 atom C, asam oleat memiliki 18 atom C
dengan ikatan rangkap pada atom C9 dan C10, dan asam linoleat memiliki 18 atom C dengan
2 ikatan rangkap pada atom C9-C10 dan C12-C13, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. a) Struktur asam palmitat, b) Struktur asam linoleat; dan c) Struktur asam oleat
Dalam proses produksi biodiesel, komposisi asam lemak (trigliserida) tersebut dapat
dikonversi menjadi metil ester dan produk samping gliserol melalui reaksi transesterifikasi
dengan penambahan pelarut turunan alkohol (etanol/metanol) dan katalis sebagaimana pada
Gambar 2.
Kecepatan reaksi dan rendemen yang optimal menjadi fokus pengembangan katalis, namun
katalis yang ramah lingkungan dan efisien adalah katalis heterogen termasuk logam oksida
seperti La2O3, MgO, ZnO, and CaO. Diantara logam oksida, kalsium oksida (CaO) adalah
katalis yang memiliki aktivitas tinggi, mudah didapat dan harganya relatif murah, sehingga
perlu dilakukan pengembangan katalis basa heterogen CaO (2).
Tabel 1. Perbandingan teknik preparasi berbagai jenis turunan CaO untuk produksi biodiesel
menggunakan berbagai bahan baku.
Preparasi material Feedstock Diameter Luas Permukaan FAME% Ref
pori (Å) BET (m2/g)
Ca(OH)2 dimodifikasi pelarut Kedelai 19.3 68.6 99.5 (13)
bromooktan/hekasan
METODA
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 1000 kata.
Bagian ini dapat dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang
sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram
alir dapat berupa file JPG/PNG. Metode penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan
yang jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang
ditargetkan yang tercermin dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Pembuatan nanokatalis berbahan dasar batu kapur dilakukan dengan berbagai teknik
preparasi yang bertujuan untuk mendapatkan padatan batu kapur berukuran 0,6 mm dengan
berbagai teknik kalsinasi, hidrasi dan dehidrasi untuk memeproleh ukuran pori pada skala
nano dan dapat meningkatkan luas permukaan CaO yang dihasilkan. Semua batu kapur
yang akan dibuat berasal dari Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur dengan teknik
preparasi sebagai berikut:
a) kalsinasi, pertama-tama batu kapur semalaman dalam oven pada suhu 100°C untuk
menghilangkan kelebihan air. Sampel batu kapur dihancurkan menjadi bentuk
serbuk menggunakan cawan porselen. Setelah itu, serbuk halus disaring
menggunakan ayakan ukuran 35 mesh. Kemudian hasil batu kapur hasil ayakan
dikalsinasi menggunakan furnace pada variasi suhu 800°C, 900°C dan 1000°C
selama 3 jam untuk mengkonversi CaCO3 menjadi CaO (14).
b) Dehidrasi-kalsinasi, batu kapur direndam dengan aquades 2 jam, kemudian
dikeringkan semalaman dalam oven pada suhu 100°C untuk menghilangkan
kelebihan air. Sampel batu kapur dihancurkan menjadi bentuk serbuk menggunakan
cawan porselen. Setelah itu, serbuk halus disaring menggunakan ayakan ukuran 35
mesh. Kemudian hasil batu kapur hasil ayakan dikalsinasi menggunakan furnace
pada variasi suhu 800°C, 900°C dan 1000°C selama 4 jam untuk mengkonversi
CaCO3 menjadi CaO (10).
c) Kalsinasi-hidrasi-dehidrasi, batu kapur dicuci dengan air utnutk menghilangkan
pengotor yang tidak diinginkan, kemudian dicuci lagi dengan aquades sebanyak 2
kali. Selanjutnya dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105°C selama 24 jam.
Kemudian batu kapur dihaluskan menggunakan cawan porselen diteruskan dengan
pengayakan menggunakan ukuran 35 mesh, setelah itu dikalsinasi dalam furnace
selama 2,5 jam dalam kondisi temperatur 900°C. Kemudian CaO hasil kalsinasi
direfluks dalam air pada suhu 60°C selama 6 jam dan partikel padatan yang muncul
disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 120°C selama 24 jam. Produk padat
yang diperoleh didehidrasi dengan melakukan kalsinasi pada suhu 600°C selama 3
jam untuk mengubah hidroksida menjadi oksida (12, 13).
d) Batu kapur hasil preparasi kalsinasi-hidrasi-dehidrasi ditambahkan larutan
bromooktana/heksana sebanyak 30 ml dengan rasio (5mg/g:10,5 mg/g) dan diaduk
menggunakan stirer pada suhu ruangan. Setelah 24 jam larutan dan padatan
dipisahkan dengan penyaring vakum (13).
kemudian semua hasil preparasi kalsium oksida disimpan dalam wadah kaca tertutup dan
ditempatkan di dalam desikator untuk mencegah kontaminasi oleh kelembaban udara dan
karbon dioksida, CO2 yang tidak diinginkan.
Hasil preparasi batu kapur dilakukan beberapa karakterisasi diantaranya: menggunakan
FTIR untuk menginvestigasi struktur dan penentuan gugus fungsi; menggunakan XRD
untuk mengetahui fasa kristal; SEM-EDX untuk mempelajari struktur dan komposisi bahan;
TEM untuk mempelajari struktur dan sifat bahan pada skala atom dan molekul; BET untuk
mengukur luas permukaan spesifik dan TG-DSC untuk mempelajari sifat termal dan
dekomposisi suatu bahan (13).
Setelah dilakukan karakterisasi maka batu kapur hasil preparasi digunakan untuk produksi
biodiesel dengan menggunakan minyak jelantah. Sebelumnya dilakukan persiapan awal
minyak jelantah dihomogenkan dan dilakukan penyaringan kemudian ditambahkan
magnesium sulfat untuk menghilangkan kelembapan minyak tersebut. Selanjutnya
dilakukan filtrasi dengan vakum untuk menghilangkan semua materi tersuspensi dan kristal
magnesium sulfat (16).
Produksi biodiesel dilakukan dengan menggunakan metode refluks dengan jumlah
nanokatalis direaksikan untuk tranesterifikasi minyak jelanta 1; 2; dan 3 (%w/v). Kemudian
rasio molar antara metanol dan minyak adalah 6:1, 9;1, 10:1, 12:1 dan 14:1 pada shu reaksi
65,75 dan 85°C selama 2 jam dengan kecepatan pengadukan 150, 250 dan 350 rpm (10).
Setelah reaksi selesai, katalisator dihilangkan dari campuran dengan menggunakan
sentrifugasi. Campuran tersebut disentrifugasi pada 5000 rpm selama 10 menit untuk
memisahkan fase katalisator, gliserol, dan metil ester. Biodiesel diperoleh pada lapisan atas,
sedangkan gliserol sebagai produk samping berada pada lapisan bawah bersama katalisator.
Pemurnian dilakukan pada akhir periode reaksi (1 jam), fase yang kaya akan gliserol
dipisahkan dari lapisan metil ester dalam corong dekantasi. Fase terakhir tersebut dicuci
dengan air, larutan 0,5% HCl, dan kemudian lagi dengan air untuk memberikan biodiesel
yang disucikan. Metil ester yang sudah dicuci kemudian dikeringkan dengan magnesium
sulfat dan difiltrasi di bawah tekanan rendah. Kemudian analisis Fatty Acid Methyl Ester
(FAME) dilakukan dengan menghitung % FAME menggunakan persamaan 1:
𝐶𝐻
%FAME = 𝐶𝐻3 𝑋 100 (Persamaan 1)
2
Dimana % FAME adalah rendemen. Kemudian hasil dan komposisi biodiesel dianalisis
dengan kromatografi gas (GC-2010, Shimadzu) yang dilengkapi dengan kolom DB-WAX
kapiler (30 m x 0,15 mm) dan terhubung dengan detektor ionisasi. Suhu kolom diprogram
dari 180-230 °C dengan kecepatan pemanasan 5 °C/menit dan metilheptadekanoat
digunakan sebagai standar internal. Kandungan metil ester (C) dihitung berdasarkan
persamaan 2 berikut:
(Ʃ𝐴)−(𝐴𝐸𝐼) 𝐶𝐸𝐼 𝑥 𝑉𝐸𝐼
𝐶= x 𝑚 x 100% (Persamaan 2)
𝐴𝐸𝐼
Keterangan :
PA adalah total luas puncak metil ester dari C12 hingga C20:1.
AEI adalah luas puncak metilheptadekanoat sebagai standar internal.
CEI adalah konsentrasi larutan metilheptadekanoat (mg/mL).
VEI adalah volume larutan metilheptadekanoat (mL)
dan m adalah massa sampel biodiesel (mg) (14).
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun berdasarkan pelaksanaan penelitian, harap disesuaikan berdasarkan
lama tahun pelaksanaan penelitian
Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengambilan sampel batu kapur di Kec.
1
Rengel Kab. Tuban Provinsi Jawa Timur
2 Preparasi sampel batu kapur
3 Kalsinasi dan dehidrasi batu kapur
4 Karakterisasi hasil preparasi batu kapur
Produksi Biodiesel menggunakan
5
nanokatalis
6 Input dan pengolahan data
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
9 Penyusunan Draft Artikel Ilmiah
Submit artikel ilmiah ke Jurnal Nasional
10
terakreditasi SINTA 2
11 Pengajuan Kekayaan Intelektual
12 Pengajuan Buku Ber-ISBN
13 Seminar Hasil dan Monev Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver. Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. Adi AC, Lasnawatin F, Prananto AB, Halim L, Anutomo IG, Anggraeni D, et al.
Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2021 [Internet]. Ministry of
Energy and Mineral Resources Republic of Indonesia. 2021. 23–26 p. Available from:
https://www.esdm.go.id/en/publication/handbook-of-energy-economic-statistics-of-
indonesia-heesi
2. Alsultan AG, Asikin-mijan N, Ibrahim Z, Yunus R, Razali SZ, Mansir N, et al. A Short
Review on Catalyst, Feedstock, Modernised Process, Current State and Challenges on
Biodiesel Production. Catalysts [Internet]. 2021;11(1261):1–36. Available from:
https://www.mdpi.com/2073-4344/11/11/1261
3. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 Tentang
Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan
Bakar Lain. Indonesia; 2015.
4. Humas EBTKE. Minyak Jelantah: Sebuah Potensi Bisnis Energi yang Menjanjikan
[Internet]. Siaran Pers. 2020 [cited 2023 Mar 29]. Available from:
https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/12/07/2725/minyak.jelantah.sebuah.potensi.bisnis.e
nergi.yang.menjanjikan?lang=en
5. ASTM. Standard Specification for Biodiesel Fuel Blend Stock (B100) for Middle
Distillate Fuels. Vol. i, ASTM International. America; 2017. p. 1–11.
6. Sahar, Sadaf S, Iqbal J, Ullah I, Bhatti HN, Nouren S, et al. Biodiesel production from
waste cooking oil: An efficient technique to convert waste into biodiesel. Sustain Cities
Soc [Internet]. 2018;41(May):220–6. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.scs.2018.05.037
7. Mohiddin MN Bin, Tan YH, Seow YX, Kansedo J, Mubarak NM, Abdullah MO, et al.
Evaluation on feedstock, technologies, catalyst and reactor for sustainable biodiesel
production: A review. J Ind Eng Chem. 2021;98:60–81.
8. Ling JSJ, Tan YH, Mubarak NM, Kansedo J, Saptoro A, Nolasco-Hipolito C. A review
of heterogeneous calcium oxide based catalyst from waste for biodiesel synthesis. SN
Appl Sci [Internet]. 2019;1(8). Available from: https://doi.org/10.1007/s42452-019-
0843-3
9. Zul NA, Ganesan S, Hamidon TS, Oh W Da, Hussin MH. A review on the utilization of
calcium oxide as a base catalyst in biodiesel production. J Environ Chem Eng [Internet].
2021;9(4):105741. Available from: https://doi.org/10.1016/j.jece.2021.105741
10. Tan YH, Abdullah MO, Nolasco-Hipolito C, Taufiq-Yap YH. Waste ostrich- and
chicken-eggshells as heterogeneous base catalyst for biodiesel production from used
cooking oil: Catalyst characterization and biodiesel yield performance. Appl Energy
[Internet]. 2015;160:58–70. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.apenergy.2015.09.023
11. Niju S, Begum MMMS, Anantharaman N. Modification of egg shell and its application
in biodiesel production. J Saudi Chem Soc [Internet]. 2014;18(5):702–6. Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jscs.2014.02.010
12. Moazeni F, Chen Y, Zhang G. Enzymatic transesteri fi cation for biodiesel production
from used cooking oil , a review. J Clean Prod [Internet]. 2019;216:117–28. Available
from: https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.01.181
13. Tang Y, Xu J, Zhang J, Lu Y. Biodiesel production from vegetable oil by using modified
CaO as solid basic catalysts. J Clean Prod [Internet]. 2013;42:198–203. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jclepro.2012.11.001
14. Roschat W, Siritanon T, Yoosuk B, Promarak V. Biodiesel production from palm oil
using hydrated lime-derived CaO as a low-cost basic heterogeneous catalyst. Energy
Convers Manag [Internet]. 2016;108:459–67. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.enconman.2015.11.036
15. Pandit PR, Fulekar MH. Egg shell waste as heterogeneous nanocatalyst for biodiesel
production: Optimized by response surface methodology. J Environ Manage [Internet].
2017;198:319–29. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jenvman.2017.04.100
16. Torres EA, Cerqueira GS, M. Ferrer T, Quintella CM, Raboni M, Torretta V, et al.
Recovery of different waste vegetable oils for biodiesel production: A pilot experience
in Bahia State, Brazil. Waste Manag [Internet]. 2013;33(12):2670–4. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.wasman.2013.07.030
[1]
PERSETUJUAN PENGUSUL
Tanggal Pengiriman Tanggal Persetujuan Nama Pimpinan Sebutan Jabatan Unit Nama Unit Lembaga
Pemberi Persetujuan Pengusul
- - - - -
Komentar : -