Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan syndroma neurologis fokal yang terjadi secara

mendadak akibat proses patologis pembuluh darah. Proses patologis dapat berupa

oklusi lumen pembuluh darah oleh embolus atau trombus, pecahnya pembuluh

darah, perubahan permeabilitas pembuluh darah, atau meningkatnya viskositas

atau perubahan lain dalam kualitas darah pada pembuluh darah serebral.1

Menurut Word Healt Organization (WHO), Stroke adalah penyakit atau

gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang

berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke secara umum dibedakan menjadi stroke

iskemik (infark) dan stroke hemoragik (perdarahan).2 Penegakan diagnosis

memerlukan alat penunjang CT (Computerized Tomography) scan kepala sebagai

pemeriksaan gold Standar atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang dapat

mendeteksi stroke kurang dari 3 jam pasca onset.3

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian diseluruh

dunia.4 Stroke menjadi urutan kedua penyebab kematian didunia setelah penyakit

jantung iskemik/coroner dengan angka kematian sebesar 6,15 juta jiwa atau

11,8%.5 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, stroke

merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.6 Jumlah penderita stroke di

Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes)

diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan berdasarkan gejala di

perkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1%).7

1
2

Prevalensi stroke di Riau berdasarkan nakes sebesar 4,2 per 1000

penduduk dan berdasarkan gejala sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Prevalensi

sroke di Pekanbaru menjadi urutan ketiga tertinggi berdasarkan nakes sebesar

5,8%. Prevalensi stroke cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya umur,

baik berdasarkan nakes maupun gejala. Prevalensi tertinggi ditemukan pada

kelompok umur 65 tahun ke atas.6

Pemeriksaan CT-Scan dan MRI sulit dikerjakan karena keterbatasan biaya,

SDM dan fasilitas yang tidak dimiliki semua rumah sakit di Indonesia. 8-10 Untuk

mengatasi keadaan tersebut ada beberapa sistem skoring yang dapat digunakan

dalam membedakan jenis patologis stroke seperti Allen score (Guy Hospital

Score), Siriraj Stroke Score (SSS), Besson Score dan Algoritma Stroke Gadjah

Mada (ASGM).2

Algoritma Stroke Gadjah Mada merupakan salah satu sistem skoring yang

dikembangkan di Indonesia oleh Lamsudin tahun 1996. Lamsudin (1996) telah

menyusun dan melakukan validasi ASGM untuk membedakan stroke iskemik dan

stroke hemoragik. Sampel 350 pasien stroke fase akut yang dilakukan validasi

eksternal dengan desain studi prospektif observasional di RSUP Dr Sardjito

Yogyakarta. Algoritma ini dibuat untuk mengatasi kelemahan skoring yang

membutuhkan perhitungan dan memakan waktu yang relative lebih lama. Sejak 1

Desember 1992 sampai dengan 30 Juni 1995, ASGM mempunyai validitas

eksternal yang tinggi sebagai suatu strategi kinik untuk membedakan stroke

iskemik dan stroke hemoragik.11,12

Siriraj Stroke Score adalah salah satu skoring yang dikembangkan sekitar

tahun 1984-1985 di Rumah Sakit Siriraj Thailand. Skoring ini lebih mudah
3

digunakan dibandingkan skor yang lain karena hanya menggunakan 5 variabel.

Variabel SSS yaitu tingkat kesadaran, riwayat muntah, nyeri kepala, atheroma

marker (angina, claudicatio dan diabetes melitus) serta tekanan darah diastolik.2

Pada tahun 1987-1988 telah dilakukan uji validasi skor Siriraj pada 206

pasien stroke fase akut. Nilai sensitivitas pada stroke hemoragik sebesar 89,3%

sedangkan pada stroke iskemik sebesar 93,2% dan nilai keseluruhan akurasi

adalah 90,3%. SSS cukup banyak diterima dan digunakan oleh rumah sakit di

Thailand karena sederhana dan reliabel dengan nilai akurasi > 90%.3

Menurut Permatasari validitas SSS di RSUD Dr. Moewardi yang diteliti

pada tahun 2012, mendapatkan hasil sensitivitas dan spesifitas pada stroke

hemoragik adalah 53,33% dan 87,14% sedangkan pada stroke iskemik sebesar

78,57% dan 64,00%. Nilai duga positif dan nilai duga negatif pada stroke

hemoragik sebesar 81,63% dan 63,54% sedangkan pada stroke iskemik sebesar

67,07% dan 76,19%.13

Sitismart K (2017) Padang melaporkan sensitivitas dan spesifitas ASGM

sebesar 97,5% dan 58,5% sedangkan SSS sebesar 92,5% dan 67,9%. Nilai duga

positif dan nilai duga negatif ASGM sebesar 78,0% dan 93,9% sedangkan SSS

sebesar 81,3% dan 85,7%.14 Putra D (2011) Padang melaporkan sensitivitas dan

spesifitas ASGM sebesar 93,8% dan 60,0% sedangkan SSS sebesar 88,9% dan

78,9%. Nilai duga positif dan nilai duga negatif ASGM keduanya sebesar 75,3%

sedangkan SSS sebesar 85,7% dan 82,9%.9

Sembiring N (2016) di RSUP Haji Adam Malik Medan melaporkan

sensitivitas dan spesifitas SSS pada stroke iskemik adalah 89% dan 92%

sedangkan pada stroke hemoragik adalah 92% dan 89%. Nilai duga positif dan
4

nilai duga negatif SSS pada stroke iskemik 94% dan 85% sedangkan pada stroke

hemoragik adalah 85% dan 94%. Sensitivitas dan spesifitas ASGM pada stroke

iskemik sebesar 50% dan 96% sedangkan pada stroke hemoragik sebesar 96%

dan 50%. Nilai duga positif dan nilai duga negatif ASGM pada stroke iskemik

sebesar 95% dan 56% sedangkan pada stroke hemoragik sebesar 56% dan 95%.10

Hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang sama di RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau. Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

perbedaan ketepatan diagnosis stroke menggunakan Siriraj Stroke Score dan

Algoritma Stroke Gadjah Mada di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode 1

Januari -31 Desember 2016.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perbedaan ketepatan diagnosis stroke menggunakan Siriraj

Stroke Score Dan Algoritma stroke Gadjah Mada di RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau periode 1 Januari – 31 Desember 2016?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan ketepatan diagnosis stroke menggunakan

Sirira Stroke Score dan Algoritma Stroke Gadjah mada di RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui karakteristik demografi (usia dan jenis kelamin) pasien

stroke di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari – 31

Desember 2016.
5

b) Untuk mengetahui sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif dan nilai duga

negatif Siriraj Stroke Score di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

c) Untuk mengetahui sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif dan nilai duga

negatif Algoritma Stroke Gadjah Mada di RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

1.4. Hipotesa

Ada perbedaan ketepatan diagnosis antara Siriraj Stroke Score dan

Algoritma Stroke Gadjah Mada di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat mengetahui ketepatan diagnosis stroke menggunakan SSS

dan ASGM, serta dapat mengetahui Skoring yang paling tepat antara SSS dan

ASGM dalam membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik.

2. Pengembangan pengetahuan, Penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan dengan mengetahui perbedaan tingkat akurasi,

sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif antara SSS dan

ASGM dalam membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik.

3. Bagi masyarakat, dapat membantu mengetahui jenis stroke yang terjadi di

dalam masyarakat, keluarga, atau diri sendiri melalui perbedaan ketepatan

diagnosis stroke menggunakan SSS dan ASGM.

Anda mungkin juga menyukai