Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ari Anggara (1186000026)

Kelas: II-C

Mata Kuliah: Ilmu Fiqh

Materi: Metode Ijtihad Dalam Pengembangan Fiqh

A. Pengertian Ijtihad

Kata ijtihad berakar dari kata “al-jahd” yang berarti “masyaqah” (kuasa, payah, kepayahan,
bersungguh-sungguh). Karena itu, ijtihad menurut pengertian kebahasaan bermaksud “Badzl al
wus’a al majhud”, yaitu pengerahan daya dan kemampuan.

Dari sudut ilmu sharf, kata “ijtahada” bentuknya mengikuti timbangan “ifti’ala”, yang
menunjukkan arti “berlebih” (mubalaghah) dalam melaksanakan suatu perbuatan.

Pengertian ijtihad dalam konteks ushul fikih, al-Syaukani memberikan pengertian dengan
rumusan: “Mengarahkan segenap kemampuan dalam menggali hukum syara’ yang praktis
dengan menggunakan jalan istinbath”. Al- Syaukani memberikan rumusan pengertian ijtihad
tersebut sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh ushuliyyin pada umumnya, yaitu
“pengerahan seluruh kemampuan seorang faqih (ahli fikih) untuk menggali dan merumuskan
hukum-hukum amaliyah (hukum praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.”

Ijtihad terbagi menjadi dua:

Pertama, ijtihad istinbathi. Yaitu ijtihad yang sempurna, dan itu khusus bagi golongan ulama
yang mengarah pada pengenalan hukum-hukum cabang yang amali dari dalil- dalilnya yang
terperinci. Jumhur ulama mengatakan, ijtihad isthinbathi termasuk ijtihad khusus, terkadang
terputus pada suatu masa. Sedangkan ulama Hanabilah berpendapat bahwa jenis ijtihad
isthinbathi harus tidak pernah lowong pada setiap masa, mesti harus ada mujtahid yang mencapai
tingkatan ini.

Kedua, khusus ijtihad tathbiqi. Yaitu penerapan dari jalan istinbath, dalam hal ini para ulama
bersepakat bahwa tidak boleh kosong pada suatu masa dari adanya. Mereka itu adalah ulama
takhrij dan tathbiq (mengeluarkan dan menerapkan) ‘illat-’illat yang di-istinbaht-kan atas
perbuatan-perbuatan juz’iyah. Maka pelaksanaan mereka atas hal ini adalah penerapan apa yang
telah di-istinbath-kan para ulama yang dulu.

B.Metode-Metode Ijtihad
1. Ijmak, artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang
terjadi

2. Qiyas, adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum atau
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama.

3. Istihsan, artinya Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.

4. Maslahah murshalah, adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya
dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat
dan menghindari kemudharatan.

5. Sududz Dzariah, Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau
haram demi kepentingan umat.

6. Istishab, Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan
yang bisa mengubahnya

7. Urf. Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan
prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

Kesimpulan untuk Metode Ijtihad Dalam Pengembangan Fiqh

Dalam sejarah perjalanan ijtihad, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan sosial masyarakatakan
menyebabkan perubahan hukum, terutama hukum-hukum yang digali dalam suatu adat istiadat.
Imam Syafi’i misalnya, meninggalkan mazhabnya yang lama ketika berada di Irak, berganti
dengan mazhabnya yang baru ketika berada di Mesir. Kebutuhan dan keperluan masyarakat
dalam menyelesaikan suatu kasus terus berkembang, seiring dengan perkembangan zaman,
sementara tidak semua masalah termuat secara tegas dan terinci dalam al-Qur’ân atau Hadis.
Oleh karena itu ijtihad merupakan suatu kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat Islam sejak
dulu, sekarang dan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai