Anda di halaman 1dari 35

Karya Ilmiah

Pengaruh Program Literasi Terhadap Minat


Baca Siswa Kelas XI MIPA 6

Disusun oleh :
1. Alfiananda Puspitasari (01)
2. Bugar Sanjaya (08)
3. Erni Hidayaturohmah (13)
4. Laila Nurul Fadhilah (18)
5. Nurandhika Pramesthi (25)

XI MIPA 6

SMA NEGERI 1 GEGER


TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikankarya ilmiah
tentangpengaruh program literasi terhadap minat baca siswa SMAN 1 Geger. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Drs. H. Makmun Fatoni, M.Pd selaku
kepala sekolah SMAN 1 GEGER.Serta bapak Djoko Susilo, S.Pd selaku wali kelas XI
MIPA 6. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada bu Sulis Ernawati,S.Pd selaku
guru Bahasa Indonesia yang selalu membimbing kami dalam proses penyusunan karya
ilmiah ini dan juga teman-teman XI 6 yang ikut membantu dalam proses penyusunan karya
ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.Sehingga karya ilmiah ini dapat memberikan kita informasi
yang berguna dan bermanfaat.

Madiun, 3 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI


A. Minat baca .....................................................................................................................3
B. Membaca .......................................................................................................................6
C. Literasi ........................................................................................................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi penelitian .............................................................................................. 23

B. Waktu dan tempat penelitian ...................................................................................23

C. Analisisisi data.........................................................................................................23

BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ........................................................................................................25
B. Pembahasan .............................................................................................................25

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................................29
B. Saran ........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................30

LAMPIRAN .. .....................................................................................................................31

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Kegiatan Literasi Sekolah

Tabel 4.1 Data siswa kelas XI MIPA 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis
oleh seseorang. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang
didapatkan.Tidak hanya informasi yang ada dalam negeri namun juga informasi
tentang dunia bahkan alam semesta.
Membaca sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan,
khususnya untuk para pelajar.Membaca merupakan salah satu kegiatan dalam
berliterasi. Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi
sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang
didapatkannya di bangku sekolah.
Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca peserta didik
Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and
Development) dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2012 menunjukkan peserta didik
Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara yang turut bertasipasi dalam
PISA dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496). Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada
peringkat ke-62.
Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik angka
melek huruf untuk golongan penduduk berumur 15-19 tahun pada tahun 2010
memiliki presentase sebesar 99.56%, tahun 2011 sebesar 98.61%, tahun 2012 sebesar
98.85%, tahun 2013 sebesar 99.42%, dan tahun 2014 99.67%. Capaian tersebut
sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat melek huruf yang tinggi.
Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya minat baca. Jika
dibandingkan oleh hasil penelitian yang dilakukan OECD, Indonesia selalu
menempati urutan paling bawah. Pada penelitian tahun 2015, posisi Indonesia
dibawah Vietnam yang menempati urutan ke-8 dan Thailand yang menempati urutan
ke-54. Hal ini menjadi persoalan yang cukup serius bagi bangsa Indonesia dalam hal
membaca khususnya, karena membaca merupakan dasar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap peserta didik.

1
Namun, pada kenyataannya minat baca di kalangan siswa kelas XI MIPA 6
SMAN 1 GEGER saat ini sangatlah rendah. Sehingga, menyebabkan kurangnya
pengetahuan umum maupun sosial.Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah
semakin berkembangnya teknologi. Pada saat 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai
telah diberikan waktu unuk literasi, kebanyakan dari mereka lebih memilih bermain
game, sosial media atau melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat lainnya.
Oleh karena itu, budaya membaca perlu ditingkatkan di kalangan siswa kelas XI
MIPA 6 SMAN 1 GEGER perlu ditingkatkan lagi.Sehubungan dengan itu, untuk
meningkatkan minat baca pada siswa kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER maka perlu
diciptakannya strategi khusus untuk meningkatkan minat baca pada siswa.Salah
satunya, dengan menciptakan gerakan literasi Sekolah yang dikembangkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan Literasi Sekolah ini mempunyai
tujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik untuk mau membaca dan
menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Gerakan Literasi Sekolah memperkuat
gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
a. Mengapa program literasi perlu diterapkan di lingkungan kelas XI MIPA 6 ?
b. Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 sebelum program literasi
diterapkan ?
c. Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 setelah program literasi
diterapkan ?
d. Manfaat apayang didapat siswa bila menerapkan program literasi dengan benar?

C. Tujuan
a. Mengetahui alasan diadakannya literasi
b. Mengetahui perkembangan minat baca siswa sebelum dan setelah diadakannya
literasi
c. Mengetahui manfaat diadakannya program literasi baik bagi siswa maupun guru
d. Mengetahui hambatan atau kendala yang dialami siswa selama diadakan program
literasi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Minat Baca
1. Pengertian minat
Farida Rahim (2005: 28) mengemukakan bahwa minat baca ialah keinginanyang
kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai
minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannyauntuk mendapat
bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri atau dorongan
dari luar.
Menurut Herman Wahadaniah (Yunita Ratnasari, 2011: 16) minat baca adalah
suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap
kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan
kemauannya sendiri atau dorongan dari luar.Minat membaca juga merupakan
perasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa dengan
membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.
Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau
ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada diri
seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan
diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya sendiri atau dorongan
dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami apa yang dibacanya.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur
perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa
dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang
tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri
maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan
dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Dawson dan Bamman (Rahman, 1985: 6-8) mengemukakan prinsip-prinsipyang
mempengaruhi minat baca sebagai berikut :
1) Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-
bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara
penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Isi dari bahan bacaan yang

3
menarik dansesuai dengan kebutuhan individu, merupakan salah satu factor
yang berpengaruh terhadap minat bacanya.
2) Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa
memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya,yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan
kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta tingkat perkembangannya. Jika
kegiatan membaca dianggap menguntungkan seseorang, maka membaca
merupakan suatu kegiatan yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan
hidupnya.
3) Tersedianya sarana buku bacaan dalam keluarga merupakan salah satu faktor
pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca. Ragam bacaan yang
memadai dan beraneka ragam dalam keluarga akan sangat membantu anak
dalam meningkatkan minat baca.
4) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna
serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang
mendorong minat baca siswa.
5) Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan siswa untuk
membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat mendorong
perkembangan dan peningkatan minat baca siswa.
6) Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong
timbulnyaminat baca siswa. Pergaulan teman dalam sekolah menjadi salah satu
faktor penting dalm pembentukan minat. Siswa yang berminat terhadap
kegiatan membaca, akan lebih sering mengajak temannya ikut melakukan
kegiatan membaca baik di dalam kelas ataupun perpustakaan sehingga
memberikan pengaruh positif juga terhadap temannya.
7) Faktor guru yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar
mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca. Guru yang baik
harus mengetahui karakteristik dan minat anak. Guru bisa menyajikan bahan
bacaan yang menarik dan bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan.
8) Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku bacaan
dan minat baca siswa. Anak perempuan biasanya lebih suka membaca novel,
cerita drama maupun cerita persahabatan, sedangkan anak laki-laki biasanya
lebih suka cerita bertema kepahlawanan.

4
Sedangkan menurut Harris dan Sipay (Mujiati, 2001: 24) mengemukakan bahwa
minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan
golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
anak itu sendiri meliputi: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi, (4) kemampuan
membaca, (5) sikap, (6) kebutuhan psikologis. Faktor institusional yaitu faktor yang
berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: (1) tersedianya buku-buku, (2)
status sosial ekonomi, (3) pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru.
Dengan demikian minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seorang
siswa melainkan harus dibentuk.Perlu suatu upaya, terutama dari kalangan pendidik,
di samping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan terdekat, untuk melatih,
memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca. Minat sangat memegang
peranan penting dalam menentukan langkah yang akan kita kerjakan. Walaupun
motivasinya sangat kuat tetapi jika minat tidak ada, tentu kita tidak akan melakukan
sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam
membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar
melakukan kegiatan membaca.

3. Cara Menumbuhkan Minat Baca


Pengajaran membaca tidak saja diharapkan untuk meningkatkan keterampilan
membaca.Tetapi juga meningkatkan minat dan kegemaran membaca siswa.Menurut
Wiryodijoyo (1989: 193-196) agar membaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan
bagi para siswa, maka diperlukan kerja sama yang erat antara orang tua dan guru,
yaitu memberikan motivasi dan mengusahakan buku-buku bacaan.Pembentukan
kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak
masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, usaha pembentukan minat yang baik
dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat
mempergunakan bahasa lisan (memahami yang dikatakan dan berbicara).
Setelah anak mulai sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka dan
membaca buku-buku yang sesuai dengan yang dipelajarinya di sekolah. Bercerita
kepada anak sebelun tidur atau pada waktu-waktu tertentu lainnya, terutama pada
usia 3-5 tahun juga merupakan usaha untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu,
anak juga perlu dibawa ke perpustakaan dan ditunjukkan bagaimana cara membaca
di ruangan baca di perpustakaan. Membaca bahan bacaan, baik itu surat kabar, buku-
buku pelajaran, atau buku-buku bacaan merupakan hal penting untuk mendisiplinkan

5
diri agar rajin membaca. Jika disiplin ini telah berjalan, maka minat membaca akan
terbentuk dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai.
B. Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Tarigan,1990:7). Membaca merupakan kegiatan memaha-mi
bahasa tulis (Santosa, 2009:6.3).Membaca merupakan kegiatan memaknai
lambang-lambang bunyi atau lambang ortografis tertulis dalam kegiatan berbahasa
(Kusmana, 2011:73). Dari beberapa teori tentang membaca penulis mengacu pada
pendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1990: 7).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual,
berpikir, psikolinguitik, dan metokognitif. Sebagai proses visual menbaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.
Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Membaca
adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan mengintepretasi yang dilakukan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam
media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam
hati.Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara
membaca keras-keras di depan umum. Sedangkan kegiatan membaca dalam hati
adalah kegiatan membaca dengan seksama yang dilakukan untuk mengrti dan
memahami maksud atau tujuan penulis dalam media tertulis.
2. Tujuan Membaca
Tujuan membaca yaitu mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan (Tarigan, 1990: 9).Pembelajaran membaca harus
mempunyai tujuan yang jelas (Santosa, 2009: 6.5). Tujuan yang dimaksud
meliputi;
a. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan;
b. membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati
bacaan;
6
c. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;
d. menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik;
e. menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;
f. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan
lisan ataupun tulisan;
g. melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat
siswa sebelum melakukan perbuatan membaca;
h. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk
meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan;
i. mempelajari struktur bacaan;
j. menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja
diberikan oleh penulis bacaan.

3. Jenis-Jenis Membaca
Ada beberapa jenis kemampuan membaca yaitu membaca nyaring (reading out
loud), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading aloud), dan
membaca dalam hati (silent reading).Aktivitas membaca nyaring direlisasikan
dengan bentuk membaca cerita, membaca puisi, membaca teks drama.Adapun
membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan
intensif.Membaca ekstensif terdiri dari membaca survei, sekilas, dangkal.
Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan telaah bahasa.Membaca
telaah isi mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, kritis, dan ide-
ide.Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan sastra (Tarigan, 1990:
13).
Jenis-jenis membaca yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) dapat dibedakan
sebagai berikut.
a. Membaca Teknik.
Kegiatan membaca teknik bertujuan melatih siswa menyuarakan lambang-
lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar.Di sini guru harus
melatih siswa mengucapkan lafal fonem dengan benar, kata dan kalimat yang baik
(tidak menonjolkan kedaerahan).

7
b. Membaca dalam Hati.
Siswa dilatih membaca tanpa mengeluarkan suara dan bibir tidak
bergerak.Bahan bacaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa,
yaitu bahan bacaan yang sederhana dan yang telah dipelajari sebelumnya.
c. Membaca Pemahaman.
Membaca ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, membaca tanpa
suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan.Untuk mengetahui pemahaman
siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan isi bacaan atau
dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.
d. Membaca Indah.
Pada hakikatnya membaca indah sama dengan membaca teknik, tetapi bahan
bacaan yang digunakan adalah puisi atau fiksi/cerita sastra anak-anak. Kegiatan ini
bersifat apresiatif sehingga melibatkan emosi, memerlukan
penghayatan/penjiwaan, jenis membaca ini dipadukan dengan apresiasi sastra.
e. Membaca Cepat.
Membaca ini bertujuan agar siswa dapat menangkap isi bacaan dalam waktu
cepat, dalam hal ini guru menentukan waktu yang sesuai dengan tingkat kesukaran
bahan bacaan.Untuk itu siswa perlu dilatih gerakan mata, arah pandangan lurus,
dari atas ke bawah, hindari membaca kata demi kata, dan menunjuk bacaan dengan
satu jari.
f. Membaca Pustaka
Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan membaca di luar jam pelajaran.
Jadi, dalam hal ini dapat berupa penugasan dalam bentuk kelompok maupun
individu.Membaca pustaka bertujuan untuk mengembangkan minat baca siswa.
g. Membaca Bahasa.
Membaca ini ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami
isi.Jadi, melalui membaca ini dapat dilatih mengenai makna dan penggunaan kata,
pemakaian imbuhan, ungkapan, serta kalimat (Santosa, 2009: 3.19--3.20).
4. Metode membaca
Berdasarkan cara penyampainnya, membaca terbagi dalam tiga kelompok
sebagai berikut
1) Sekuensial Pada cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode ini
tepat diajarkan pada anak-anak yang dominan menggunakan otak
kirinya.Pendekatan dilakukan secara alfabet, mengenalkan masing-masing
8
huruf, bunyi, suku kata dan menyusunnya menjadi kata. Berikut ini
beberapa metode membaca yang digolongkan ke dalam pengajaran
sekuensial.
a) Fonik Anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan
menyusunnya menjadi kata. Misalnya, anak diperkenalkan dengan
bunyi vocal bulat (seperti a,u,dano) beberapa konsonan bilabial
(seperti b,p, dan m)dan konsonan dental (seperti t). huruf-huruf
tersebut lazim diucapkan anak yang belajar bicara, seperti ta-ta-ta,
ma-ma-ma atau pa-pa-pa.
b) Mengeja Metode ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih dahulu,
kemudian menghafalkan bunyinya.Langkah selanjutnya, menghafal
bunyi rangkaian abjad atau huruf menjadi sebuah suku kata seperti
metode fonik.Metode ini mempunyai kelemahan yaitu dapat
menimbulkan kebingungan kepada anak, khususnya balita. Kadang,
mereka sulit menerima mengapa rangkaian huruf b dan a harus
dibaca ba (bukan be-a). kelemahan lain, anak suli menghilangkan
kebiasaan mengeja setelah menguasai rangkaian suku kata. Misalnya
proses mengeja be a ba de u du sulit dihilangkan untuk membaca
badu.
c) Suku kata Metode ini mulai banyak digunakan karena tingkat
keberhasilan cukup baik. Anak diperkenalkan dengan penggalan suku
kata, kemudian dirangkai menjadi satu kata.Contoh : Ba bi bu be bo
Ca ci cu ce co Ba ca bo bo Keunggulan metode ini merupakan salah
satu cara yang paling banyak digunakan saat ini karena
kepraktisannya. Karena metode ini tidak memerlukan waktu untuk
mengeja terlebih dahulu.
2) Simultan. Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kata atau
kalimat dengan sistem “lihat dan ucapkan”.Gagasan yang mendasari
metode ini adalah membentuk hubungan antara yang dilihat dengan yang
didengarnya sehingga membentuk suatu rantai kaitan mental seperti yang
dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah karena itu, cara ini
cenderung diperuntukkan bagi anak-anak yang dominasi otak kanannya
menonjol baik. Berikut ini beberapa metode yang termasuk metode
simultan.
9
a) Membaca gambar Pada metode ini disajikan suatu gambar dan kata
yang menunjukkan kata gambar tersebut. Cara ini menggunakan
pendekatan permainan, misalkan mengenalkan bahwa suatu gambar
“kucing” berhubungan dengan huruf-huruf “kucing”.
b) Kartu kata atau doman Metode ini menggunakan kartu-kartu kata
yang ukuran hurufnya besar. Mereka diperkenalkan dengan kata-kata
yang akrab disekeliling anak, misalnya ibu atau mama, bapak atau
papa.Berkali-kali kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai bunyi
bacaanya. Jika sudah lancar membaca maka anak diperkenalkan kata-
kata yang baru lain, demikian seterusnya.
c) Membaca “keseluruhan” kemudian “bagian” Caranya
memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, kemudian dipilah-
pilah menjadi kata, suku kata dan huruf. Contoh : ini baju ini baju i-ni
ba-ju i-n-i b-a-j-u 3) Eklektik Cara ini merupakan campuran cara
sekuensial dan simultan. Percampurannya sesuai kebutuhan anak
karena setiap anak merupakan individu yang unik dan memiliki
karakteristik yang berbeda, termasuk dalam hal membaca.

5. Proses membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks, proses ini melibatkan kegiatan
fisik dan mental. Proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori,
perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap dan
gagasan.3 Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh
melalui pengunkapan simbol-simbol gafis melalui indra penglihatan. Anak-
anak belajar membedakan secara visual diantara simbol-simbol grafis (huruf
atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan.Kegiatan
berikutnya adalah tindakan preseptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata
sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu.
Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak.Ketika
seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata kemudian
mengungkapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman pembaca
sebelumnya dengan objek, gagasan atau emosi yang dipresentasikan oleh suatu
kelas.Pembaca mengenali rangkaian simbol-simbol tertulis, baik yang berupa
kata, frasa maupun kalimat.Kemudian pembaca memberi makna dengan

10
menginterpretasikan teks yang dibacanya. Pembaca satu dan pembaca lainnya
dalam mempersepsi suatu teks mengkin saja tidak sama, walaupun membaca
teks yang sama mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek
urutan dalam proses membaca merupaka kegiatan mengikuti rangkaian tulisan
yang tersusun secara linier, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri
ke kanan atau dari atas ke bawah.
Membaca merupakan proses berpikir. Untuk memahami bacaan, pembaca
terlebih dulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui
proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Kemudian ia membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang
terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu dia harus mampu berpikir secara
sistematis, logis dan kreatif.
Peningkatan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru
dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan–pertanyaan yang
memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa
berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana.Jadi pertanyaan yang
diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang
menghasilkan jawaban berupa fakta.

6. Kemampuan membaca
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup
melaksanakan sesuatu).Kemudian kata mampu tersebut mendapat awalan pe-
dan akhiran –an, jadi kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, atau
kekuatan.Sehingga kemampuan membaca dapat diartikan sebagaikemampuan
dasar atau bekal yang harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar.
Secara etimologi kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti
sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan biasanya diidentikkan dengan
kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitik beratkan
pada latihan dan performance (apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah
mendapatkan latihan).

11
C. Literasi
1. Pengertian literasi dan gerakan literasi sekolah

Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan


memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar
kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan
bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian
kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan kultural.
Istilah ‘literasi’ dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris ‘literacy’ yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin ‘literatus’, yang
berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat istilah ‘littera’ (huruf)
yaitu sistem tulisan dengan konvensi yang menyertainya.
Pengertian literasi menurut UNESCO adalah seperangkat keterampilan nyata,
khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks
di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya.
Dalam kamus online Merriam-Webster, pengertian Literasi adalah kualitas
atau kemampuan “melek aksara” yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca
dan menulis serta kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang
disampaikan secara visual.
Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi adalah
kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki
dalam hidupnya, bukan hanya kemampuan baca tulis.
National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan
individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan
masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan
masyarakat.
Sedangkan pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi
Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan/atau berbicara.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan
yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang
tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh

12
masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan
pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif
berbagai elemen.Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan
membaca peserta didik.Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit
membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang
disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca
terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran
(disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa
perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
1) Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus
a. Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan


ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

b. Tujuan Khusus
 Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
 Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
 Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
 Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

2) Komponen Literasi

Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan


bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.Dalam konteks
Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap
selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

13
a. Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami
bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.
Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi
fondasi perkembangan literasi dasar.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan
kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan
informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman
cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi
dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi
pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,
memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
d. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media
radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
e. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware),
peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga
pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya
mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan
mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan
dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini,
diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan
masyarakat.
f. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara
literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan
14
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara
kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung,
baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya
disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di
dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring
berdasarkan etika dan kepatutan.

3) Prinsip-prinsip Literasi Sekolah

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah
menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat


diprediksi
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling
beririsan antartahap perkembangan.Memahami tahap perkembangan literasi
peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan
pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.

b. Program literasi yang baik bersifat berimbang


Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa
tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda.Oleh karena itu, strategi
membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan
jenjang pendidikan.Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak
dan remaja.

c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum


Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab
semua guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran
apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis.Dengan
demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan
kepada guru semua mata pelajaran.

d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun


Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk ibu’
merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.

15
e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai
kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di
kelas.Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan
pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah.Peserta didik perlu
belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan,
dan menghormati perbedaan pandangan.

f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman


Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di
sekolah.Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan
budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.

4) Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah


Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi,
Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction,
menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di
sekolah.

a. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi


b. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan
interaksi yang literat
c. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

5) Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah


Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tiga tahapan yaitu, pembiasaan,
pengembangan, dan pembelajaran.
1. Pembiasaan.
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud
No. 23 Tahun 2015).

Tujuan kegiatan literasi di tahap pembiasaan


 Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
 Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
 Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan
 Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
16
Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi sekolah
yang baik. Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada
pengadaan dan pengembangan lingkungan fisik, seperti:
a) buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer,
majalah, komik, dsb.);
b) sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
c) poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.

Prinsip kegiatan literasi di tahap pembiasaan

Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan dipaparkan


berikut ini.
a) Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah bisa
memilih menjadwalkan waktu membaca di awal, tengah, atau akhir
pelajaran, bergantung pada jadwal dan kondisi sekolah masing-masing.
Kegiatan membaca dalam waktu pendek, namun sering dan berkala lebih
efektif daripada satu waktu yang panjang namun jarang (misalnya 1 jam/
minggu pada hari tertentu).
b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
c) Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
d) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan
kesenangannya.
e) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh
tugastugas yang bersifat tagihan/penilaian.
f) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh
diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan. Meskipun begitu,
tanggapan peserta didik bersifat opsional dan tidak dinilai.
g) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam
suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat
dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup
terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster tentang pentingnya
membaca.
h) Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga ikut
membaca buku selama 15 menit.

17
2. Pengembangan

Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku


pengayaan.Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama
dengan kegiatan pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa
kegiatan 15 menit membaca diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap
pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk
menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca
melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa
kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.Mengingat kegiatan tindak
lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit membaca, sekolah
didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran sebagai
kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan
kokurikuler.Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut
disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.

Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap pembiasaan, kegiatan 15 menit


membaca di tahap pengembangan diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak
lanjut yang bertujuan untuk:
1. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan
secara lisan dan tulisan;
2. Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan
guru tentang buku yang dibaca;
3. Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif,
dan inovatif; dan
4. Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang
dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan

Dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut, beberapa prinsip yang perlu


dipertimbangkan dipaparkan sebagai berikut.

18
1. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran. Buku
yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik.
Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.
2. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugas-
tugas presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya,
atau seni peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang
dan kemampuan peserta didik.
3. Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat dinilai secara
nonakademik dengan fokus pada sikap peserta didik selama kegiatan.
Tugas-tugas yang sama nantinya dapat dikembangkan menjadi bagian dari
penilaian akademik bila kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan
literasi ke tahap pembelajaran.
4. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan. Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, guru
sebaiknya memberikan masukan dan komentar sebagai bentuk apresiasi.
5. Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS). Untuk menunjang
keterlaksanaan berbagai kegiatan tindak lanjut GLS di tahap pengembangan
ini, sekolah sebaiknya membentuk TLS, yang bertugas untuk merancang,
mengelola, dan mengevaluasi program literasi sekolah. Pembentukan TLS
dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Adapun TLS beranggotakan guru
(sebaiknya guru bahasa atau guru yang tertarik dan berlibat dengan masalah
literasi) serta tenaga kependidikan atau pustakawan sekolah.

3. Pembelajaran.

Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan


buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.

Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran


Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan:
1. Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan

19
3. Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal,
tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan
buku pelajaran.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran


Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks
pelajaran. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam tahap
pembelajaran ini, antara lain:
1. buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran,
minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata
pelajaran tertentu; dan
2. ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).

Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Kegiatan Literasi Sekolah

No. Tahapan Kegiatan

1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam


pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan
nyaring (read aloud) atau seluruh warga sekolah
membaca dalam hati (sustained silent reading).
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
PEMBIASAAN
literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan
1. (belum ada tagihan)
sekolah, sudut baca, dan area baca yang nyaman; (2)
pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun
sekolah); dan (3) penyediaan koleksi teks cetak,
visual, digital, maupun multimodal yang mudah
diakses oleh seluruh warga sekolah; (4) pembuatan
bahan kaya teks (print-rich materials)

PENGEMBANGAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelumjam


(ada tagihan sederhana pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan
2. untuk penilaian non- nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama,
akademik) dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik, contoh: membuat peta

20
cerita (story map), menggunakan graphic organizers,
bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif
sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosistem
sekolah yang menghargai keterbukaan dan
kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: (a) memberikan penghargaan
kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial,
dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini
dapat dilakukan pada setiap upacara bendera Hari
Senin dan/atau peringatan lain; (b) kegiatan-kegiatan
akademik lain yang mendukung terciptanya budaya
literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di
lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan
kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dll.)
3. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan
di perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah
atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas
dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a)
membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam
hati membaca bersama (shared reading), membaca
terpandu (guided reading), menonton film pendek,
dan/atau membaca teks visual/digital (materi dari
internet); (b) peserta didik merespon teks
(cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui
beberapa kegiatan sederhana seperti menggambar,
membuat peta konsep, berdiskusi, dan berbincang
tentang buku.

1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam


PEMBELAJARAN pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan
3. (ada tagihan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama,
akademik) dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik dan akademik.

21
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan
dengan tagihan akademik di kurikulum 2013.
3. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks
dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan
menggunakan graphic organizers).
4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan
akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks
pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam
mata pelajaran.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya tanpa
melakukan eksperimen agar memperoleh gambaran nyata tentang pengaruh literasi
terhadap minat baca siswa kelas XI MIPA 6.

B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian : Kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER Jl. Raya Uteran No. 634
Madiun
2. Populasi : Siswa keas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER
3. Sampling : 8 siswa kelas XI MIPA 6 yang diambil secara acak
4. Waktu Penelitian : 5 Februari 2018 - 2 Maret 2018

C. Rancangan Penelitian
1. Perencanaan/Planning
Penelitian ini dilakukan bersama anggota kelompok dengan merumuskan Perencanaan
penelitian, sebagai berikut :
a. Persiapan, meliputi :
- Identifikasi masalah dan pemilihan judul
- Menentukan subyek penelitian
- Membuat instrument Penelitian : Wawancara dan format observasi
- Studi pustaka (Landasan teori)
- Pembagian tugas awal untuk anggota kelompok.
b. Pelaksanaan Wawancara
c. Pelaksanaan Observasi
d. Pengumpulan data
e. Analisa Data
f. Penyusunan karya Ilmiah
g. Tahap Akhir /Perbaikan Karya Ilmiah

23
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan, melalui 2 kegiatan :
a. Melakukan Wawancara terhadap anak/siswa kelas XI MIPA 6 yang diambil secara
acak.
b. Observasi atau pengamatan di kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER.

3. Pengolahan data.
Proses pengolahan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu :
a. Mengumpulkan Data
Seluruh data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian dikumpulkan menjadi
satu kumpulan data umum baik yang diperoleh dari hasil wawancara maupun dari
hasil observasi.
b. Mengelompokkan Data
Memeriksa kembali data yang telah terkumpul dan selanjutnya mengelompokkan
data yang sejenis.
c. Mengolah Data
Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tersebut,selanjutnya diolah
untuk memperoleh data yang valid,asli dan obyektif.
d. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpuln data dalam penelitian ini meliputi:
1) Teknik pengumpulan data yang terdiri dari :
a) Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data langsung. Berupa beberapa
pertanyaan langsung kepada subjek penelitian(siswa kelas XI MIPA 6),dengan
memakai pedoman wawancara.
b) Observasi atau pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengambilan datauntuk memotret
bagaimana kondisi subyek yang diteliti tersebut. Pengamatan dalam penelitian
ini menggunakan pedoman observasi berupa format observasi, yang digunakan
untuk merekam data kualitatif, meliputi perilaku, aktivitas dan proses lainnya.
2) Alat Pengumpulan Data terdiri dari :
a) Butir Soal wawancara
b) Pedoman Wawancara
c) Format pengamatan/Observasi
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan pengaruh kegiatan literasi terhadap minat
baca siswa kelas XI MIPA 6. Penelitian ini menggunakan responden kelas XI MIPA 6
sebagai contoh kelas yang menerapkan program literasi.

A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap I dilaksanakan pada tanggal 5
Februari 2018 dengan cara mengamati (observasi) kegiatan literasi siwa kelas XI
MIPA 6. Sedangkan, tahap II dilaksanakan dengan 2 sesi. Sesi I pada tanggal 7
Februari 2018 dengan enam kali pewawancaraan dan sesi II dilaksanakan pada tanggal
02 Maret 2018 dengan dua kali pewawancaraan. Setiap pewawancaraan waktunya 3
menit dengan memberikan 5 pertanyaan pada tiap-tiap narasumber. Sebelum diadakan
pewawancaraan, kami terlebih dahulu menyusun rumusan masalah yang akan
digunakan sebagai acuan pembuatan pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber.

B. Hasil Penelitian
1. Siswa kelas XI MIPA 6
Siswa SMAN 1 GEGER terutama siswa kelas XI MIPA 6 yang keseluruhannya
berjumlah 34 anak.
Data siswa kelas XI MIPA 6 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data siswa kelas XI MIPA 6
Presentase Minat Baca Siswa Presentase Minat Baca Siswa
Nomor Nama Siswa
Sebelum Diadakan Literasi Sesudah Diadakan Literasi
1 Alfiananda Puspitasari 80 70
2 Aliyya Dhiya’ Amru 75 75
3 Arum Yulianita 40 60
4 Aulia Khansa Isfahani 60 70
5 Aulia Kuswina Gusta 45 70
6 Awwalina Nafizakia P.G. 60 85
7 Bimbing Zaki Ruhmanu 80 65

25
8 Bugar Sanjaya 60 70
9 Dea Berliana Ramadhani 70 81
10 Desi Rahmawati 70 75
11 Dhika Putri Nur Laely 60 62
12 Elsa Pebrianti 70 85
13 Erni Hidhayatur Rohmah 66 77
14 Ervany Septa Prawara A. 60 59
15 Haniatul Mudawamah 66 70
16 Harum Indah Permatasari 50 50
17 Karina Wulan Mei 70 80
18 Laila Nurul Fadhilah 60 76
19 Laksana Fajar Gumilang 56 66
20 Melati Kurnia 40 65
21 Melinda Kusuma N. 68 80
22 Nahnu Anshorulloh 50 65
23 Nala Rohmatul Azza 60 65
24 Nauval Hilmi Arrafi 50 60
25 Nurandhika Pramesthi 77 60
26 Rahma Dina Ashwianputri 68 70
27 Shakty Galang Nusantara 45 55
28 Siwy Retno Dwi Palupi 50 53
29 Sri Adiningsih 40 48
30 Sulistianingsih 40 55
31 Tulistyana Irfani Bintang 40 50
32 Yogga Bayu Pamungkas 43 50
33 Youngky Nurcahya A. 55 60
34 Zulkham Elqudsi Neilil M 60 70

26
2. Rekapitulasi Hasil Wawancara
a. Siswa mengetahui bahwa literasi itu perlu di terapkan karena dapat meningkatkan
minat baca siswa dan menambah pengetahuan.
b. Ketika literasi berlangsung rata-rata semua siswa tidak melakukan literasi, tetapi
ketika ada pengawasan dari pihak sekolah siswa baru ingin melakukan literasi.
c. Waktu untuk literasi selama 15 menit tidak cukup untuk melakukan literasi.
d. Dari beberapa siswa yang telah diwawancarai, mereka mengatakan bahwa mereka
bisa mengetahui sekaligus memahami buku yang telah mereka baca
e. Banyak siswa yang tidak memanfaatkan waktu 15 menit literasi dengan maksimal.
f. Ketika tidak ada guru yang mengawasi, siswa menggunakan waktu 15 menit
literasi untuk bermain handphone, mengerjakan tugas rumah, dan melakukan piket
harian.
3. Hasil Observasi
a. Observasi dilakukan pada tanggal 5 Februari 2018 di kelas XI MIPA 6 SMAN 1
GEGER Jl. Raya Uteran No. 634 Madiun
b. Observasi dilakukan pada saat jam literasi tepatnya 15 menit sebelum jam pertama
pelajaran dimulai (jam 06.45 WIB dan berakhir jam 07.00 WIB)
c. Literasi dilakukan setiap hari kecuali pada hari senin dan jum’at
d. Ketika ada guru semua melakukan literasi, tetapi saat tidak ada guru siswa akan
bermain handphone, mengerjakan tugas, melaksanakan piket dan melakukan hal
lainnya.
e. Terkadang saat literasi akan diawasi oleh guru mata pelajaran jam pertama.
f. Buku yang dibaca siswa adalah buku non-pelajaran yang berasal dari berbagai
sumber seperti, media cetak, buku elektronik, internet, dan sebagainya.
g. Setelah melakukan literasi siswa akan membaca asmaul husna.
h. Setelah melakukan literasi siswa akan memcatat hasil literasinya pada jurnal
literasi.

27
C. Pembahasan
Analisa hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan
observasi, dapat dianalisa bahwa literasi sudah diakukan sejak kelas 10. Sebenarnya siswa
telah mengetahui makna dan manfaat literasi, tetapi mereka masih malas melakukannya
dan lebih memilih melakukan hal lain yang kurang bermanfaat yang tidak ada
hubungannya dengan kegiatan literasi. Siswa tidak akan melakukan literasi dengan
sungguh-sungguh tanpa adanya pengawasandari guru. Hal ini menyebabkan siswa yang
tidak melaksanakan program literasi dengan sungguh-sungguh, pengetahuan mereka tidak
bisa bertambah dan tidak dapat memahami isi buku yang telah dibacanya. Buku yang
dibaca saat literasi oleh siswa adalah semua buku non-pelajaran baik itu dari media cetak
maupun dari media elektronik. Manfaat lain dari literasi ini adalah siswa dapat dengan
mudahnya untuk memahami isi soal soal cerita pada waktu ujian nanti.

28
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terdapat pengaruh yang signifikan dari Program Literasi terhadap Minat Baca
Siswa di kelas XI MIPA 6 SMAN 1 GEGER yaitu sebagian besar dari siswa
mendapatkan manfaatnya seperti, ilmu pengetahuan mereka bertambah dan minat
baca mereka meningkat. Namun, sebagian lainnya yang tidak menerapkan program
literasi dengan benar maka pengetahuan mereka tidak bertambah.
Dalam pelaksanaan literasi terdapat pula hambatan yang membuat siswa tidak
melalukan literasi, seperti kurangnya kesadaran dari diri sendiri serta kurangnya
pengawasan dari pihak sekolah. Selain itu tugas yang seharusnya dikerjakan dirumah
dan belum selesai menjadi alasan siswa tidak melalkukan literasi.
B. SARAN
Bagi Siswa :
a. Siswa diharapkan lebih rajin membaca buku pelajaran maupun non-pelajaran
pada saat literasi maupun tidak agar minat baca siswa bertambah.
b. Siswa diharapkan rajin meminjam buku di perpustakaan
c. Siswa diharapkan telah menyelesaikan tugas yang diberikan oeh bapak/ibu guru
dirumah sehingga tidak menggaggu peaksanaan progam literasi

Bagi pihak sekolah :


a. Sebaiknya pihak sekolah mengawasi saat pelaksanaan literasi agar siswa
bersungguh melakukan iterasi.
b. Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan fasilitas yang cukup memadai
sehingga progam literasi dapat terlaksana dengan baik.

29
DAFTAR PUSTAKA

Rohimah, 2012. Konsep Membaca (http://digilib.unila.ac.id. Diakses tanggal 27 Februari


2018)

Suprapti, 2014. Kajian Teori Membaca (http://eprints.walisongo.ac.id. Diakses tanggal


27 Februari 2018)

Fitriana, 2012. Tinjauan Tentang Minat Baca (http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada


tanggal 27 Februari 2018)

Rizqy, Ramlan, 2017. Gerakan Literasi Sekolah (https://rahmarizqy.wordpress.com.


Diakses pada tanggal 28 Februari 2018)

Faradina, 2017.Jurnal Hanata Widya (http://journal.student.uny.ac.id. Diakses pada


tanggal 29 Maret 2018)

Aprilia, Imelda, 2017. Gerakan Literasi Sekolah (http://repository.ump.ac.id. Diakses pada


tanggal 29 Februari 2018)

Bachtiar, M, 2015. Minat Baca (http://digilib.umg.ac.id. Diakses pada tanggal 26 Februari


2018)

30
LAMPIRAN

PERTANYAAN YANG DIAJUKAN DALAM WAWANCARA MENGENAI


PENGARUH PROGRAM LITERASI TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS XI
MIPA 6

1. Mengapa program literasi perlu diterapkan di lingkungan kelas XI MIPA 6 ?


2. Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 sebelum program literasi
diterapkan ?
3. Bagaimana minat baca siswa kelas XI MIPA 6 setelah program literasi
diterapkan ?
4. Manfaat apayang didapat siswa bila menerapkan program literasi dengan benar ?

31

Anda mungkin juga menyukai