Anda di halaman 1dari 43

BEST PRACTICE

PENGARUH PROGRAM LITERASI TERHADAP MINAT


BACA SISWA KELAS IX B DI SMP NEGERI 1 TOMA

DISUSUN OLEH :
DESMAN PALTI GIRSANG, S.Pd

DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 TOMA KABUPATEN NIAS SELATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Pengembangan dalam bentuk Best Pracice berjudul “PENGARUH PROGRAM LITERASI


TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS IX B DI SMP NEGERI 1 TOMA “

Nama : Desman Palti Girsang, S.Pd

Asal sekolah : SMP Negeri 1 Toma

Telah disetujui dan disahkan pada/oleh:

Hari : Senin

Tanggal : 09 Desember 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Best Practice tentang pengaruh program literasi terhadap minat baca siswa SMP Negeri 1
Toma. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Retriefel Sarumaha S.Pd selaku
kepala sekolah SMP Negeri 1 Toma. Serta bapak Bahmin sembiring, S.Pd selaku wali kelas
IX B SMP Negeri 1 Toma. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Sederhana
Laia, S.Pd selaku Fasilitator Sekolah Model yang selalu membimbing saya dalam proses
penyusunan Best Practice ini dan juga siswa-siswi IX B yang ikut membantu dalam proses
penyusunan Best Practice ini.

Kami menyadari bahwa Best Practice ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Best Practice ini.Sehingga Best Practice ini dapat memberikan kita informasi
yang berguna dan bermanfaat.

Toma, 09 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


A. Minat baca.....................................................................................................................3
B. Membaca.......................................................................................................................6
C. Literasi...........................................................................................................................12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi penelitian..............................................................................................27

B. Waktu dan tempat penelitian...................................................................................27

C. Analisisis data..........................................................................................................29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil penelitian........................................................................................................30
B. Pembahasan.............................................................................................................34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................35
B. Saran........................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................36

LAMPIRAN........................................................................................................................37

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Kegiatan Literasi Sekolah

Tabel 4.1 Data siswa kelas IX B

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang ditulis oleh seseorang. Semakin banyak membaca semakin banyak pula
informasi yang didapatkan.Tidak hanya informasi yang ada dalam negeri namun
juga informasi tentang dunia bahkan alam semesta.
Membaca sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan,
khususnya untuk para pelajar.Membaca merupakan salah satu kegiatan dalam
berliterasi. Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi
sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang
didapatkannya di bangku sekolah.
Pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun) pemahaman membaca
peserta didik Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh Organisasi untuk
Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic
Cooperation and Development) dalam Programme for International Student
Assessment (PISA). Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2012
menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara
yang turut bertasipasi dalam PISA dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496).
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan peserta
didik Indonesia berada pada peringkat ke-62.
Namun, pada kenyataannya minat baca di kalangan siswa kelas IX B
SMP Negeri 1 Toma saat ini sangatlah rendah. Sehingga, menyebabkan
kurangnya pengetahuan umum maupun sosial.Salah satu faktor yang
menyebabkannya adalah semakin berkembangnya teknologi. Pada saat 15 menit
sebelum jam pelajaran dimulai telah diberikan waktu unuk literasi, kebanyakan
dari mereka lebih memilih menulis, berbicara dengan teman atau melakukan hal-
hal yang kurang bermanfaat lainnya.
Oleh karena itu, budaya membaca perlu ditingkatkan di kalangan siswa
kelas IX B SMP Negeri 1 Toma perlu ditingkatkan lagi.Sehubungan dengan itu,

1
untuk meningkatkan minat baca pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Toma maka
perlu diciptakannya strategi khusus untuk meningkatkan minat baca pada
siswa.Salah satunya, dengan menciptakan gerakan literasi Sekolah yang
dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan Literasi
Sekolah ini mempunyai tujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik
untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Gerakan
Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana
dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
a. Mengapa program literasi perlu diterapkan di lingkungan kelas IX B
SMP Negeri 1 Toma?
b. Bagaimana minat baca siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Toma sebelum
program literasi diterapkan ?
c. Bagaimana minat baca siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Toma setelah
program literasi diterapkan ?
d. Manfaat apayang didapat siswa bila menerapkan program literasi dengan
benar?

C. Tujuan
a. Mengetahui alasan diadakannya literasi
b. Mengetahui perkembangan minat baca siswa sebelum dan setelah
diadakannya literasi
c. Mengetahui manfaat diadakannya program literasi baik bagi siswa
maupun guru
d. Mengetahui hambatan atau kendala yang dialami siswa selama diadakan
program literasi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Minat Baca
1. Pengertian minat
Farida Rahim (2005: 28) mengemukakan bahwa minat baca ialah
keinginanyang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca.
Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam
kesediaannyauntuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas
kesadarannya sendiri atau dorongan dari luar.
Menurut Herman Wahadaniah (Yunita Ratnasari, 2011: 16) minat baca
adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang
terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk
membaca dengan kemauannya sendiri atau dorongan dari luar.Minat membaca
juga merupakan perasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya
pemikiran bahwa dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.
Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau
ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada diri
seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan
diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya sendiri atau dorongan
dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami apa yang
dibacanya.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur
perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa
dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang
tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri
maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan
dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Dawson dan Bamman (Rahman, 1985: 6-8) mengemukakan prinsip-
prinsipyang mempengaruhi minat baca sebagai berikut :

3
1) Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat
bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan,
dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Isi dari
bahan bacaan yang menarik dansesuai dengan kebutuhan individu,
merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap minat
bacanya.
2) Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat
jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya,yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu,
kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta
tingkat perkembangannya. Jika kegiatan membaca dianggap
menguntungkan seseorang, maka membaca merupakan suatu kegiatan
yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan hidupnya.
3) Tersedianya sarana buku bacaan dalam keluarga merupakan salah satu
faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca.
Ragam bacaan yang memadai dan beraneka ragam dalam keluarga
akan sangat membantu anak dalam meningkatkan minat baca.
4) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan
sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor
besar yang mendorong minat baca siswa.
5) Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan
siswa untuk membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat
mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca siswa.
6) Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong
timbulnyaminat baca siswa. Pergaulan teman dalam sekolah menjadi
salah satu faktor penting dalm pembentukan minat. Siswa yang
berminat terhadap kegiatan membaca, akan lebih sering mengajak
temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam kelas
ataupun perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif juga
terhadap temannya.

4
7) Faktor guru yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan
interaksi belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran
membaca. Guru yang baik harus mengetahui karakteristik dan minat
anak. Guru bisa menyajikan bahan bacaan yang menarik dan
bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan.
8) Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan
buku bacaan dan minat baca siswa. Anak perempuan biasanya lebih
suka membaca novel, cerita drama maupun cerita persahabatan,
sedangkan anak laki-laki biasanya lebih suka cerita bertema
kepahlawanan.
Sedangkan menurut Harris dan Sipay (Mujiati, 2001: 24) mengemukakan
bahwa minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal
dan golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri anak itu sendiri meliputi: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi, (4)
kemampuan membaca, (5) sikap, (6) kebutuhan psikologis. Faktor institusional
yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: (1)
tersedianya buku-buku, (2) status sosial ekonomi, (3) pengaruh orang tua, teman
sebaya dan guru.
Dengan demikian minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh
seorang siswa melainkan harus dibentuk.Perlu suatu upaya, terutama dari
kalangan pendidik, di samping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan
terdekat, untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca.
Minat sangat memegang peranan penting dalam menentukan langkah yang akan
kita kerjakan. Walaupun motivasinya sangat kuat tetapi jika minat tidak ada, tentu
kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula
halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa
minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca.

3. Cara Menumbuhkan Minat Baca


Pengajaran membaca tidak saja diharapkan untuk meningkatkan
keterampilan membaca.Tetapi juga meningkatkan minat dan kegemaran membaca

5
siswa.Menurut Wiryodijoyo (1989: 193-196) agar membaca menjadi pekerjaan
yang menyenangkan bagi para siswa, maka diperlukan kerja sama yang erat antara
orang tua dan guru, yaitu memberikan motivasi dan mengusahakan buku-buku
bacaan.Pembentukan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin
dalam kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, usaha
pembentukan minat yang baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu
sesudah anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan (memahami yang
dikatakan dan berbicara).
Setelah anak mulai sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka dan
membaca buku-buku yang sesuai dengan yang dipelajarinya di sekolah. Bercerita
kepada anak sebelun tidur atau pada waktu-waktu tertentu lainnya, terutama pada
usia 3-5 tahun juga merupakan usaha untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu,
anak juga perlu dibawa ke perpustakaan dan ditunjukkan bagaimana cara
membaca di ruangan baca di perpustakaan. Membaca bahan bacaan, baik itu surat
kabar, buku-buku pelajaran, atau buku-buku bacaan merupakan hal penting untuk
mendisiplinkan diri agar rajin membaca. Jika disiplin ini telah berjalan, maka
minat membaca akan terbentuk dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai.

B. Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan,1990:7). Membaca merupakan
kegiatan memaha-mi bahasa tulis (Santosa, 2009:6.3).Membaca merupakan
kegiatan memaknai lambang-lambang bunyi atau lambang ortografis tertulis
dalam kegiatan berbahasa (Kusmana, 2011:73). Dari beberapa teori tentang
membaca penulis mengacu pada pendapat bahwa membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis
(Tarigan, 1990: 7).

6
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas
visual, berpikir, psikolinguitik, dan metokognitif. Sebagai proses visual menbaca
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.
Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif.
Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan mengintepretasi yang
dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis dalam media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan
membaca dalam hati.Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan
dengan cara membaca keras-keras di depan umum. Sedangkan kegiatan membaca
dalam hati adalah kegiatan membaca dengan seksama yang dilakukan untuk
mengrti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam media tertulis.
2. Tujuan Membaca
Tujuan membaca yaitu mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi, memahami makna bacaan (Tarigan, 1990: 9).Pembelajaran membaca harus
mempunyai tujuan yang jelas (Santosa, 2009: 6.5). Tujuan yang dimaksud
meliputi;
a. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan;
b. membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menikmati bacaan;
c. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;
d. menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik;
e. menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;
f. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan
dengan lisan ataupun tulisan;
g. melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang
dibuat siswa sebelum melakukan perbuatan membaca;
h. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk
meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan;
i. mempelajari struktur bacaan;

7
j. menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja
diberikan oleh penulis bacaan.

3. Jenis-Jenis Membaca
Ada beberapa jenis kemampuan membaca yaitu membaca nyaring
(reading out loud), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading
aloud), dan membaca dalam hati (silent reading).Aktivitas membaca nyaring
direlisasikan dengan bentuk membaca cerita, membaca puisi, membaca teks
drama.Adapun membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif
dan intensif.Membaca ekstensif terdiri dari membaca survei, sekilas, dangkal.
Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan telaah
bahasa.Membaca telaah isi mencakup membaca teliti, membaca pemahaman,
kritis, dan ide-ide.Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan sastra
(Tarigan, 1990: 13).
Jenis-jenis membaca yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) dapat
dibedakan sebagai berikut.
a. Membaca Teknik.
Kegiatan membaca teknik bertujuan melatih siswa menyuarakan lambang-
lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar.Di sini guru harus
melatih siswa mengucapkan lafal fonem dengan benar, kata dan kalimat yang baik
(tidak menonjolkan kedaerahan).
b. Membaca dalam Hati.
Siswa dilatih membaca tanpa mengeluarkan suara dan bibir tidak
bergerak.Bahan bacaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa,
yaitu bahan bacaan yang sederhana dan yang telah dipelajari sebelumnya.
c. Membaca Pemahaman.
Membaca ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, membaca
tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan.Untuk mengetahui
pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan
isi bacaan atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.

8
d. Membaca Indah.
Pada hakikatnya membaca indah sama dengan membaca teknik, tetapi
bahan bacaan yang digunakan adalah puisi atau fiksi/cerita sastra anak-anak.
Kegiatan ini bersifat apresiatif sehingga melibatkan emosi, memerlukan
penghayatan/penjiwaan, jenis membaca ini dipadukan dengan apresiasi sastra.
e. Membaca Cepat.
Membaca ini bertujuan agar siswa dapat menangkap isi bacaan dalam
waktu cepat, dalam hal ini guru menentukan waktu yang sesuai dengan tingkat
kesukaran bahan bacaan.Untuk itu siswa perlu dilatih gerakan mata, arah
pandangan lurus, dari atas ke bawah, hindari membaca kata demi kata, dan
menunjuk bacaan dengan satu jari.
f. Membaca Pustaka
Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan membaca di luar jam
pelajaran. Jadi, dalam hal ini dapat berupa penugasan dalam bentuk kelompok
maupun individu.Membaca pustaka bertujuan untuk mengembangkan minat baca
siswa.
g. Membaca Bahasa.
Membaca ini ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami
isi.Jadi, melalui membaca ini dapat dilatih mengenai makna dan penggunaan kata,
pemakaian imbuhan, ungkapan, serta kalimat (Santosa, 2009: 3.19--3.20).
4. Metode membaca
Berdasarkan cara penyampainnya, membaca terbagi dalam tiga kelompok
sebagai berikut
1) Sekuensial Pada cara ini, membaca dilakukan per bagian kata. Metode
ini tepat diajarkan pada anak-anak yang dominan menggunakan otak
kirinya.Pendekatan dilakukan secara alfabet, mengenalkan masing-
masing huruf, bunyi, suku kata dan menyusunnya menjadi kata. Berikut
ini beberapa metode membaca yang digolongkan ke dalam pengajaran
sekuensial.
a) Fonik Anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan
menyusunnya menjadi kata. Misalnya, anak diperkenalkan dengan

9
bunyi vocal bulat (seperti a,u,dano) beberapa konsonan bilabial
(seperti b,p, dan m)dan konsonan dental (seperti t). huruf-huruf
tersebut lazim diucapkan anak yang belajar bicara, seperti ta-ta-ta,
ma-ma-ma atau pa-pa-pa.
b) Mengeja Metode ini diperkenalkan abjad satu per satu terlebih
dahulu, kemudian menghafalkan bunyinya.Langkah selanjutnya,
menghafal bunyi rangkaian abjad atau huruf menjadi sebuah suku
kata seperti metode fonik.Metode ini mempunyai kelemahan yaitu
dapat menimbulkan kebingungan kepada anak, khususnya balita.
Kadang, mereka sulit menerima mengapa rangkaian huruf b dan a
harus dibaca ba (bukan be-a). kelemahan lain, anak suli
menghilangkan kebiasaan mengeja setelah menguasai rangkaian
suku kata. Misalnya proses mengeja be a ba de u du sulit dihilangkan
untuk membaca badu.
c) Suku kata Metode ini mulai banyak digunakan karena tingkat
keberhasilan cukup baik. Anak diperkenalkan dengan penggalan
suku kata, kemudian dirangkai menjadi satu kata.Contoh : Ba bi bu
be bo Ca ci cu ce co Ba ca bo bo Keunggulan metode ini merupakan
salah satu cara yang paling banyak digunakan saat ini karena
kepraktisannya. Karena metode ini tidak memerlukan waktu untuk
mengeja terlebih dahulu.
2) Simultan. Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kata
atau kalimat dengan sistem “lihat dan ucapkan”.Gagasan yang
mendasari metode ini adalah membentuk hubungan antara yang dilihat
dengan yang didengarnya sehingga membentuk suatu rantai kaitan
mental seperti yang dilakukan orang dewasa ketika membaca. Olah
karena itu, cara ini cenderung diperuntukkan bagi anak-anak yang
dominasi otak kanannya menonjol baik. Berikut ini beberapa metode
yang termasuk metode simultan.
a) Membaca gambar Pada metode ini disajikan suatu gambar dan kata
yang menunjukkan kata gambar tersebut. Cara ini menggunakan

10
pendekatan permainan, misalkan mengenalkan bahwa suatu gambar
“kucing” berhubungan dengan huruf-huruf “kucing”.
b) Kartu kata atau doman Metode ini menggunakan kartu-kartu kata
yang ukuran hurufnya besar. Mereka diperkenalkan dengan kata-kata
yang akrab disekeliling anak, misalnya ibu atau mama, bapak atau
papa.Berkali-kali kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai bunyi
bacaanya. Jika sudah lancar membaca maka anak diperkenalkan
kata-kata yang baru lain, demikian seterusnya.
c) Membaca “keseluruhan” kemudian “bagian” Caranya
memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, kemudian dipilah-
pilah menjadi kata, suku kata dan huruf. Contoh : ini baju ini baju i-
ni ba-ju i-n-i b-a-j-u 3) Eklektik Cara ini merupakan campuran cara
sekuensial dan simultan. Percampurannya sesuai kebutuhan anak
karena setiap anak merupakan individu yang unik dan memiliki
karakteristik yang berbeda, termasuk dalam hal membaca.

5. Proses membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks, proses ini melibatkan
kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri atas sembilan aspek,
yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran,
asosiasi, sikap dan gagasan.3 Proses membaca dimulai dengan sensori
visual yang diperoleh melalui pengunkapan simbol-simbol gafis
melalui indra penglihatan. Anak-anak belajar membedakan secara
visual diantara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan
untuk mempresentasikan bahasa lisan.Kegiatan berikutnya adalah
tindakan preseptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai pada
suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu.
Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke
otak.Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata
kemudian mengungkapkannya dari halaman cetak berdasarkan
pengalaman pembaca sebelumnya dengan objek, gagasan atau emosi
yang dipresentasikan oleh suatu kelas.Pembaca mengenali rangkaian

11
simbol-simbol tertulis, baik yang berupa kata, frasa maupun
kalimat.Kemudian pembaca memberi makna dengan
menginterpretasikan teks yang dibacanya. Pembaca satu dan pembaca
lainnya dalam mempersepsi suatu teks mengkin saja tidak sama,
walaupun membaca teks yang sama mungkin mereka memberikan
makna yang berbeda. Aspek urutan dalam proses membaca merupaka
kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier, yang
umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke
bawah.
Membaca merupakan proses berpikir. Untuk memahami bacaan,
pembaca terlebih dulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang
dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana
dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat simpulan dengan
menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.
Untuk itu dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis dan kreatif.
Peningkatan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak
dini. Guru dapat membimbing siswanya dengan memberikan
pertanyaan–pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru hendaknya merangsang siswa berpikir, seperti
pertanyaan mengapa dan bagaimana.Jadi pertanyaan yang diajukan
sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan
jawaban berupa fakta.

6. Kemampuan membaca
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup melaksanakan sesuatu).Kemudian kata mampu tersebut
mendapat awalan pe- dan akhiran –an, jadi kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan.Sehingga kemampuan
membaca dapat diartikan sebagaikemampuan dasar atau bekal yang
harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar.

12
Secara etimologi kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti
sanggup melakukan sesuatu. Kemampuan biasanya diidentikkan
dengan kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang
menitik beratkan pada latihan dan performance (apa yang bisa
dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan).

13
C. Literasi
1. Pengertian literasi dan gerakan literasi sekolah

Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah


dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar
kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan
bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian
kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan kultural.
Istilah ‘literasi’ dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa Inggris ‘literacy’ yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin
‘literatus’, yang berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat
istilah ‘littera’ (huruf) yaitu sistem tulisan dengan konvensi yang menyertainya.
Pengertian literasi menurut UNESCO adalah seperangkat keterampilan
nyata, khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari
konteks di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya.
Dalam kamus online Merriam-Webster, pengertian Literasi adalah
kualitas atau kemampuan “melek aksara” yang di dalamnya meliputi kemampuan
membaca dan menulis serta kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide
yang disampaikan secara visual.
Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi
adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang
dimiliki dalam hidupnya, bukan hanya kemampuan baca tulis.
National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai
kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,
keluarga dan masyarakat.
Sedangkan pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Gerakan Literasi
Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan
yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru,

14
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang
tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat
(tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.),
dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif berbagai elemen.Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa
pembiasaan membaca peserta didik.Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15
menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,
yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan
membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan
pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan
dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
1) Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus
a. Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan


ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

b. Tujuan Khusus
 Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
 Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar
literat.
 Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan
dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.
 Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan
beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

15
2) Komponen Literasi

Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf)


menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi
dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi
visual.Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar
pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak,
memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan
yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi
dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung
(counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk
memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi
(perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan
pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi,
memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey
Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan
dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami
informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,
pekerjaan, atau mengatasi masalah.
d. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui
berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media
elektronik (media radio, media televisi), media digital (media
internet), dan memahami tujuan penggunaannya.

16
e. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan
memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti
keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket
dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam
memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan
mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman
menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya
mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan
mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak.
Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan
teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
f. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut
antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan
kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi
visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap
materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak,
auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks
multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya
banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring
berdasarkan etika dan kepatutan.

3) Prinsip-prinsip Literasi Sekolah

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi


sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat


diprediksi
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis
saling beririsan antartahap perkembangan.Memahami tahap
perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk

17
memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat
sesuai kebutuhan perkembangan mereka.

b. Program literasi yang baik bersifat berimbang


Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari
bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda.Oleh
karena itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu
divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan.Program
literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan
bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.

c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum


Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung
jawab semua guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata
pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan
menulis.Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal
literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.

d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun


Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk
ibu’ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.

e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan


Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan
berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama
pembelajaran di kelas.Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka
kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir
kritis dapat diasah.Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan
perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati
perbedaan pandangan.

f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap


keberagaman

18
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan
literasi di sekolah.Bahan bacaan untuk peserta didik perlu
merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan
pada pengalaman multikultural.

4) Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah


Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy
Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi
yang positif di sekolah.

a. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi


b. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi yang literat
c. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

5) Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah


Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah memiliki tiga tahapan yaitu,
pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
1. Pembiasaan.
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca
(Permendikbud No. 23 Tahun 2015).

Tujuan kegiatan literasi di tahap pembiasaan


 Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
 Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
 Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan
 Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
Kegiatan membaca ini didukung oleh penumbuhan iklim literasi
sekolah yang baik. Dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah
diarahkan pada pengadaan dan pengembangan lingkungan fisik,
seperti:

19
a) buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah
populer, majalah, komik, dsb.);
b) sudut baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan
c) poster-poster tentang motivasi pentingnya membaca.

Prinsip kegiatan literasi di tahap pembiasaan

Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan


dipaparkan berikut ini.
a) Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah
bisa memilih menjadwalkan waktu membaca di awal, tengah, atau
akhir pelajaran, bergantung pada jadwal dan kondisi sekolah
masing-masing. Kegiatan membaca dalam waktu pendek, namun
sering dan berkala lebih efektif daripada satu waktu yang panjang
namun jarang (misalnya 1 jam/ minggu pada hari tertentu).
b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
c) Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
d) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai
minat dan kesenangannya.
e) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti
oleh tugastugas yang bersifat tagihan/penilaian.
f) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti
oleh diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan.
Meskipun begitu, tanggapan peserta didik bersifat opsional dan
tidak dinilai.
g) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung
dalam suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana
ini dapat dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan
yang cukup terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster
tentang pentingnya membaca.
h) Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga
ikut membaca buku selama 15 menit. 

20
2. Pengembangan

Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi


buku pengayaan.Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap
pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap pembiasaan. Yang
membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca diikuti oleh
kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap
pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan
keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui
kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa
kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.Mengingat
kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit
membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam
jadwal pelajaran sebagai kegiatan membaca mandiri atau sebagai
bagian dari kegiatan kokurikuler.Bentuk, frekuensi, dan durasi
pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan kondisi
masing-masing sekolah.

Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan di tahap pembiasaan, kegiatan


15 menit membaca di tahap pengembangan diperkuat oleh berbagai
kegiatan tindak lanjut yang bertujuan untuk:
1. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku
pengayaan secara lisan dan tulisan;
2. Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik
dengan guru tentang buku yang dibaca;
3. Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis,
kreatif, dan inovatif; dan
4. Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara
buku yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

21
Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pengembangan

Dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut, beberapa prinsip yang


perlu dipertimbangkan dipaparkan sebagai berikut.
1. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks
pelajaran. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati
oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca
buku yang dibawa dari rumah.
2. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti
oleh tugas-tugas presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi
sederhana, kriya, atau seni peran untuk menanggapi bacaan, yang
disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik.
3. Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat
dinilai secara nonakademik dengan fokus pada sikap peserta didik
selama kegiatan. Tugas-tugas yang sama nantinya dapat
dikembangkan menjadi bagian dari penilaian akademik bila
kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan literasi ke
tahap pembelajaran.
4. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana
yang menyenangkan. Untuk memberikan motivasi kepada peserta
didik, guru sebaiknya memberikan masukan dan komentar sebagai
bentuk apresiasi.
5. Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS). Untuk menunjang
keterlaksanaan berbagai kegiatan tindak lanjut GLS di tahap
pengembangan ini, sekolah sebaiknya membentuk TLS, yang
bertugas untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi program
literasi sekolah. Pembentukan TLS dapat dilakukan oleh kepala
sekolah. Adapun TLS beranggotakan guru (sebaiknya guru bahasa
atau guru yang tertarik dan berlibat dengan masalah literasi) serta
tenaga kependidikan atau pustakawan sekolah.
 

22
3. Pembelajaran.

Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran:


menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata
pelajaran.

Tujuan Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran


Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran bertujuan:
1. Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya
dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar
sepanjang hayat;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
3. Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif
(verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks
buku bacaan dan buku pelajaran.

Prinsip-prinsip Kegiatan Literasi di Tahap Pembelajaran


Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku
nonteks pelajaran. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan
dalam tahap pembelajaran ini, antara lain:
1. buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum,
kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat
dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu; dan
2. ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata
pelajaran).

Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Kegiatan Literasi Sekolah

No. Tahapan Kegiatan


1. PEMBIASAAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari
(belum ada tagihan) sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
membacakan buku dengan nyaring (read

23
aloud) atau seluruh warga sekolah membaca
dalam hati (sustained silent reading).
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang
kaya literasi, antara lain: (1) menyediakan
perpustakaan sekolah, sudut baca, dan area
baca yang nyaman; (2) pengembangan sarana
lain (UKS, kantin, kebun sekolah); dan (3)
penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital,
maupun multimodal yang mudah diakses oleh
seluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahan
kaya teks (print-rich materials)
2. PENGEMBANGAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari
(ada tagihan sederhana sebelumjam pelajaran melalui kegiatan
untuk penilaian non- membacakan buku dengan nyaring, membaca
akademik) dalam hati, membaca bersama, dan/atau
membaca terpandu diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik, contoh:
membuat peta cerita (story map),
menggunakan graphic organizers, bincang
buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial,
afektif sekolah yang kaya literasi dan
menciptakan ekosistem sekolah yang
menghargai keterbukaan dan kegemaran
terhadap pengetahuan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: (a) memberikan
penghargaan kepada capaian perilaku positif,
kepedulian sosial, dan semangat belajar
peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan
pada setiap upacara bendera Hari Senin

24
dan/atau peringatan lain; (b) kegiatan-kegiatan
akademik lain yang mendukung terciptanya
budaya literasi di sekolah (belajar di kebun
sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah,
wisata perpustakaan kota/daerah dan taman
bacaan masyarakat, dll.)
3. Pengembangan kemampuan literasi melalui
kegiatan di perpustakaan
sekolah/perpustakaan kota/daerah atau taman
bacaan masyarakat atau sudut baca kelas
dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a)
membacakan buku dengan nyaring, membaca
dalam hati membaca bersama (shared
reading), membaca terpandu (guided
reading), menonton film pendek, dan/atau
membaca teks visual/digital (materi dari
internet); (b) peserta didik merespon teks
(cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi,
melalui beberapa kegiatan sederhana seperti
menggambar, membuat peta konsep,
berdiskusi, dan berbincang tentang buku.
3. PEMBELAJARAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari
(ada tagihan sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
akademik) membacakan buku dengan nyaring, membaca
dalam hati, membaca bersama, dan/atau
membaca terpandu diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran,
disesuaikan dengan tagihan akademik di
kurikulum 2013.

25
3. Melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata pelajaran
(misalnya, dengan menggunakan graphic
organizers).
4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif,
dan akademik disertai beragam bacaan (cetak,
visual, auditori, digital) yang kaya literasi di
luar buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menggambarkan fakta-fakta secara
apa adanya tanpa melakukan eksperimen agar memperoleh gambaran nyata
tentang pengaruh literasi terhadap minat baca siswa kelas IX B SMP Negeri 1
Toma.
B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian : kelas IX B SMP Negeri 1 Toma
2. Populasi : Siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Toma
3. Sampling : 8 siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Toma
4. Waktu Penelitian : 01 November 2019 - 05 November 2019

C. Rancangan Penelitian
1. Perencanaan/Planning
Penelitian ini dilakukan bersama anggota kelompok dengan merumuskan
Perencanaan penelitian, sebagai berikut :
a. Persiapan, meliputi :
- Identifikasi masalah dan pemilihan judul
- Menentukan subyek penelitian
- Membuat instrument Penelitian : Wawancara dan format observasi
- Studi pustaka (Landasan teori)
- Pembagian tugas awal untuk anggota kelompok.
b. Pelaksanaan Wawancara
c. Pelaksanaan Observasi
d. Pengumpulan data
e. Analisa Data
f. Penyusunan karya Ilmiah
g. Tahap Akhir /Perbaikan Karya Ilmiah

27
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan, melalui 2 kegiatan :
a. Melakukan Wawancara terhadap anak/siswa kelas IX B SMP Negeri 1
Toma yang diambil secara acak.
b. Observasi atau pengamatan di kelas IX B SMP Negeri 1 Toma.

3. Pengolahan data.
Proses pengolahan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui 4 tahap
yaitu :
a. Mengumpulkan Data
Seluruh data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian dikumpulkan
menjadi satu kumpulan data umum baik yang diperoleh dari hasil
wawancara maupun dari hasil observasi.
b. Mengelompokkan Data
Memeriksa kembali data yang telah terkumpul dan selanjutnya
mengelompokkan data yang sejenis.
c. Mengolah Data
Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
tersebut,selanjutnya diolah untuk memperoleh data yang valid,asli dan
obyektif.
d. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpuln data dalam penelitian ini meliputi:
1) Teknik pengumpulan data yang terdiri dari :
a) Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data langsung. Berupa
beberapa pertanyaan langsung kepada subjek penelitian (siswa kelas
IX B),dengan memakai pedoman wawancara.
b) Observasi atau pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengambilan data untuk
memotret bagaimana kondisi subyek yang diteliti tersebut.
Pengamatan dalam penelitian ini menggunakan pedoman observasi

28
berupa format observasi, yang digunakan untuk merekam data
kualitatif, meliputi perilaku, aktivitas dan proses lainnya.
2) Alat Pengumpulan Data terdiri dari :
a) Butir Soal wawancara
b) Pedoman Wawancara
c) Format pengamatan/Observasi

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan pengaruh kegiatan
literasi terhadap minat baca siswa kelas IX B. Penelitian ini menggunakan
responden siswa kelas IX B sebagai contoh kelas yang menerapkan program
literasi.

A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap I dilaksanakan pada
tanggal 01 November 2019 dengan cara mengamati (observasi) kegiatan literasi
siswa kelas IX B. Sedangkan, tahap II dilaksanakan dengan 2 sesi. Sesi I pada
tanggal 06 November 2019 dengan enam kali pewawancaraan dan sesi II
dilaksanakan pada tanggal 02 Desember 2019 dengan dua kali pewawancaraan.
Setiap pewawancaraan waktunya 3 menit dengan memberikan 5 pertanyaan pada
tiap-tiap narasumber. Sebelum diadakan pewawancaraan, kami terlebih dahulu
menyusun rumusan masalah yang akan digunakan sebagai acuan pembuatan
pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.

B. Hasil Penelitian
1. Siswa kelas IX B
Siswa SMP Negeri 1 Toma terutama siswa kelas IX B yang
keseluruhannya berjumlah 28 anak.
Data siswa kelas kelas IX B adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data siswa kelas IX B
Presentase Minat Baca Presentase Minat
No Nama Siswa Siswa Sebelum Baca Siswa Sesudah
Diadakan Literasi Diadakan Literasi
1 Anna S Duha 80 70
2 Antonius Ganumba 75 75
3 Angelius Bago 40 60

30
4 Amran Bazikho 60 70
5 Ahmad Maduwu 45 70
6 Dina S Harita 60 85
7 Elisabeth F Zebua 80 65
8 Enjelius Maduwu 60 70
9 Emanuel Dao 70 81
10 Fian S Ndraha 70 75
11 Felix E K Ganumba 60 62
12 Fernando Harita 70 85
13 Gilbert Lio 66 77
14 Hendrianus Halawa 60 59
15 Homa Vitop Bazikho 66 70
16 Isda P lature 50 50
17 Midaria Duha 70 80
18 Missianus Duha 60 76
19 Friska Yulina Duha 56 66
20 Putra JR Loi 40 65
21 Rindu Hati Duha 68 80
22 Sri Intan Harita 50 65
23 Sataria Duha 60 65
24 Sepia Gaurifa 50 60
25 Silen Bazikho 77 60
26 Seprianus Dao 68 70
27 Windi F Ganumba 45 55
28 Wendi Yanto Duha 50 53

31
2. Rekapitulasi Hasil Wawancara
a. Siswa mengetahui bahwa literasi itu perlu di terapkan karena dapat
meningkatkan minat baca siswa dan menambah pengetahuan.
b. Ketika literasi berlangsung rata-rata semua siswa tidak melakukan literasi,
tetapi ketika ada pengawasan dari pihak sekolah siswa baru ingin
melakukan literasi.
c. Waktu untuk literasi selama 15 menit tidak cukup untuk melakukan
literasi.
d. Dari beberapa siswa yang telah diwawancarai, mereka mengatakan bahwa
mereka bisa mengetahui sekaligus memahami buku yang telah mereka
baca
e. Banyak siswa yang tidak memanfaatkan waktu 15 menit literasi dengan
maksimal.
f. Ketika tidak ada guru yang mengawasi, siswa menggunakan waktu 15
menit literasi untuk bermain handphone, mengerjakan tugas rumah, dan
melakukan piket harian.
3. Hasil Observasi
a. Observasi dilakukan pada tanggal 01 November 2019 di kelas IX SMP
Negeri 1 Toma
b. Observasi dilakukan pada saat jam literasi tepatnya 15 menit sebelum jam
pertama pelajaran dimulai (jam 07.15 WIB dan berakhir jam 07.30 WIB)
c. Literasi dilakukan setiap hari kecuali pada hari senin dan jum’at
d. Ketika ada guru semua melakukan literasi, tetapi saat tidak ada guru siswa
akan bermain handphone, mengerjakan tugas, melaksanakan piket dan
melakukan hal lainnya.
e. Terkadang saat literasi akan diawasi oleh guru mata pelajaran jam
pertama.
f. Buku yang dibaca siswa adalah buku non-pelajaran yang berasal dari
berbagai sumber seperti, media cetak, buku elektronik, internet, dan
sebagainya.

32
g. Setelah melakukan literasi siswa akan memcatat hasil literasinya pada
jurnal literasi.

33
C. Pembahasan
Analisa hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dengan metode pengumpulan data melalui
wawancara dan observasi, dapat dianalisa bahwa literasi sudah diakukan sejak
kelas VIII. Sebenarnya siswa telah mengetahui makna dan manfaat literasi, tetapi
mereka masih malas melakukannya dan lebih memilih melakukan hal lain yang
kurang bermanfaat yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan literasi. Siswa
tidak akan melakukan literasi dengan sungguh-sungguh tanpa adanya
pengawasandari guru. Hal ini menyebabkan siswa yang tidak melaksanakan
program literasi dengan sungguh-sungguh, pengetahuan mereka tidak bisa
bertambah dan tidak dapat memahami isi buku yang telah dibacanya. Buku yang
dibaca saat literasi oleh siswa adalah semua buku non-pelajaran baik itu dari
media cetak maupun dari media elektronik. Manfaat lain dari literasi ini adalah
siswa dapat dengan mudahnya untuk memahami isi soal soal cerita pada waktu
ujian nanti.

34
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terdapat pengaruh yang signifikan dari Program Literasi terhadap Minat
Baca Siswa di kelas IX B SMP Negeri 1 Toma yaitu sebagian besar dari siswa
mendapatkan manfaatnya seperti, ilmu pengetahuan mereka bertambah dan minat
baca mereka meningkat. Namun, sebagian lainnya yang tidak menerapkan
program literasi dengan benar maka pengetahuan mereka tidak bertambah.
Dalam pelaksanaan literasi terdapat pula hambatan yang membuat siswa
tidak melalukan literasi, seperti kurangnya kesadaran dari diri sendiri serta
kurangnya pengawasan dari pihak sekolah. Selain itu tugas yang seharusnya
dikerjakan dirumah dan belum selesai menjadi alasan siswa tidak melalkukan
literasi.
B. SARAN
Bagi Siswa :
a. Siswa diharapkan lebih rajin membaca buku pelajaran maupun non-
pelajaran pada saat literasi maupun tidak agar minat baca siswa
bertambah.
b. Siswa diharapkan rajin meminjam buku di perpustakaan
c. Siswa diharapkan telah menyelesaikan tugas yang diberikan oeh
bapak/ibu guru dirumah sehingga tidak menggaggu peaksanaan progam
literasi

Bagi pihak sekolah :


a. Sebaiknya pihak sekolah mengawasi saat pelaksanaan literasi agar
siswa bersungguh melakukan iterasi.
b. Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan fasilitas yang cukup
memadai sehingga progam literasi dapat terlaksana dengan baik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Rohimah, 2012. Konsep Membaca (http://digilib.unila.ac.id. Diakses tanggal 27


Oktober 2019)

Suprapti, 2014. Kajian Teori Membaca (http://eprints.walisongo.ac.id. Diakses


tanggal 27 Oktober 2019)

Fitriana, 2012. Tinjauan Tentang Minat Baca (http://eprints.uny.ac.id. Diakses


pada tanggal 27 Oktober 2019)

Rizqy, Ramlan, 2017. Gerakan Literasi Sekolah


(https://rahmarizqy.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2019)

Faradina, 2017.Jurnal Hanata Widya (http://journal.student.uny.ac.id. Diakses


pada tanggal 02 Desember 2019)

Aprilia, Imelda, 2017. Gerakan Literasi Sekolah (http://repository.ump.ac.id.


Diakses pada tanggal 27 Oktober 2019)

Bachtiar, M, 2015. Minat Baca (http://digilib.umg.ac.id. Diakses pada tanggal 27


Oktober 2019)

36
LAMPIRAN

PERTANYAAN YANG DIAJUKAN DALAM WAWANCARA MENGENAI


PENGARUH PROGRAM LITERASI TERHADAP MINAT BACA SISWA
KELAS IX B SMP NEGERI 1 TOMA

1. Mengapa program literasi perlu diterapkan di lingkungan kelas IX B ?


2. Bagaimana minat baca siswa kelas IX B sebelum program literasi diterapkan ?
3. Bagaimana minat baca siswa kelas IX B setelah program literasi diterapkan ?
4. Manfaat apayang didapat siswa bila menerapkan program literasi dengan benar
?

37
FOTO KEGIATAN BEST PRACTICE
DI SMP NEGERI 1 TOMA
TANGGAL 01 DAN 05 NOVEMBER 2019

38

Anda mungkin juga menyukai