Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“ MENINGITIS “

Oleh:

KHAERANI DARWIS
C12112634

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
MENINGITIS

1. Definisi

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan

medula spinalis) yang sebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer,

2001).

Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal

dan spinal colum yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi

dan Rita, 2011).

2. Etiologi

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan

pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang

tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang. Adapun secara garis

besar etiologi menigitis :

a. Meningitis bakteri

Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haimofillus influenza,

nerseria, diplococcus pnemonia, streptococcos tipe A, stapilococcus Aures,

Eshericia colli, klebsiela dan pseudomonas. Tubuh akan berespon sebagai benda

asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,

monosit dan limposit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin, dan leukosit

terbentuk diruangan sub arachnoid ini akan berkumpul di dalam cairan otak

sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan

pengumpulan cairan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial,

sehingga jaringan otak mengalami infark.


b. Meningitis virus

Tipe dari meningitis sering disebut aseptik meningitis, yang disebabkan oleh

beberapa jenis penyakit dari infeksi virus, seperti : gondok, herpex simplek dan

herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak

terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan

otak. Peradangan terjadi pada seluruh kortex serebri dan lapisan otak.

Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung

pada jenis sel yang terlibat.

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada

cairan otak :

a. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak arachnoid dan piameter yang disertai cairan otak

yang jernih. Penyebab terseringnya adalah mikrobakterium tubercokosa.

b. Meningitis purulenta adalah radang bernanah aracnoid dan piameter yang

meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : diplococcus

pnemonia, neisseria meningitis, streproccocus haimolyticus, stpilococcus aureus,

haemipilus influenza.

3. Patofisiologi

Otak dilapisi oleh 3 lapisan : durameter arachnoid, piameter. Cairan otak

dihasilkan didalam fleksus coroid ventrikel bergerak/mengalir melalui subarachnoid

dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak serta tulang belakang, direabsorbsi melalui

vili arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari dalam lapisan subarachnoid.

Organisme (virus/bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis memasuki cairan otak

melalui aliran darah didalam pembuluh darah otak. Cairan hidung atau sekret telinga
yang disebabkan oleh fraktur tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena

hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan, mikroorganisme yang

masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarchnoid. Adanya

mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piameter,

arachnoid, cairan otak dan ventikel.

4. Tanda dan gejala

Gejala meningitis disebabkan oleh infeksi dan peningkatan TIK :

a. Sakit kepala dan demam (gejala awal )

b. Perubahan pada tingkat kesadaran : latergi, tidak responsif dan koma.

c. Iritasi meningen menimbulkan sejumlah tanda seperti : rigiditas mukal (kaku

leher), tanda kernig (+), tanda Bruzinsky (+).

d. Fotobia, atau sensitif berlebihan pada cahaya.

e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat

purulen dan edema serebral dengan tanda tanda perubahan karakteristik tanda

tanda vital (melebarnya tekanan pulse dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,

muntah.

f. Adanya ruam merupakan ciri khas pada meningitis meningiokokal

g. Infeksi fulminating dengan tanda tanda septikemia : demam tinggi tiba-tiba

muncul, lesi purpura yang menyebar, syok.

Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan manifestasi meningitis dapat

ditemukan seperti :

a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks mengisap kurang, muntah atau diare,

tonus otot berkurang, kurang gerak dan menangis lemah.


b. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, mutah diikuti dengan

perubahan sensorik, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia,

delirium, halusinasi, prilaku agresif atau maniak, stupor, koma,kaku kuduk,

opstotonus. Tanda kernik dan brudzinsky positif. Refleks fisiologis hiperaktif,

ptechiae dan pruritus (menunjukkan adanya infeksi menibgococcal).

c. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan- 2 tahun) :demam, malas makan muntah,

mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku

kuduk, tanda kernig dan brudzinsky positif.

5. Pemeriksaan diagnostik/penunjang

a. analisis CSS dari fungsi lumbal

1) meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif

terhadap beberapa jenis bakteri.

2) Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah putih

meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif,

kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

b. Glukosa serum : meningkat (meningitis)

c. LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)

d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).

e. Elektrolit darah : abnormal

f. ESR/LED ; meningkat pada meningitis.

g. Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine ; dapat mengindiksikan daerah pusat

infeksi atau menghasilkan tipe penyebab infeksi


h. MRI/CT Scan : memebantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak

ventrikel, hematoma daerah serebral, hemoragi atau tumor.

i. Rontgen dada/kepala/sinus : mungkin indikasi sumber infeksi intrakranial.

6. Komplikasi

a. Hidrosephalus obstruktif.

b. Meningokokel septikemia.

c. Sindrom water friederichesen (septik, syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral).

d. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretik Hormone).

e. Efusi subdural

f. Kejang

g. Edema dan herniasi serebral.

h. Serebral palsy

i. Gangguan mental

j. Gangguan belajar.

k. Attention defisit disorder.

7. Penatalaksanaan/pengobatan.

Penatalaksanaan terapeutik pada kasus meningitis adalah :

a. Isolasi

b. Terapi mikroba : antibiotik diberikan berdasarkan hasil kultur, diberikan dengan

dosis tinggi melalui intravena.

c. Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah

kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.

d. Mencegah dan mngobati komplikasi : aspirasi subdural (pada bayi), terapi

heparin pada anak yang mengalami DIC.


e. Mengontrol kejang : pemberian terapi anti epilepsi.

f. Mempertahankan ventilasi.

g. Mengurangi peningkatan TIK.

h. Penatalaksanaan syok bakterial.

i. Mengontrol susu lingkungan yang ekstrim.

j. Memperbaiki anemia.

8. Asuhan keperawatan sesuai teori

a. Resiko tinggi cedera berhubungan adanya infeksi

Hasil yang diharapkan : anak penunjukkan bukti penurunan gejala

Sasaran 1 : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Intervensi /rasional :

1) Bantu praktisi kesehatan untuk mendapatkan kultur yang diperlukan untuk

mengindentifikassi organisme menyebab.

2) Berikan antibiotik, sesuai resep, dan segera setelah diinstruksikan.

3) Pertahankan rute intravena untuk memberian obat.

Hasil yang diharapkan : orang lain tetap bebas infeksi.

Sasaran 2 : pasien tidak menyebarkan infeksi ke orang lain.

1) Tempatkan anak pada ruang isolasi selama sedikitnya 24 jam setelah awal

terapi antibiotik.

2) Instruksikan orang lain (keluarga, anggota staf) tentang kewaspadaan yang

tepat

3) Berikan vaksinasi yang tepat

Sasaran 3 : pasien tidak mengalami komplikasi.

Hasil yang ingin dicapai : anak tidak mengalami komplikasi.


Intervensi/rasional :

1) Observasi dengan tepat adanya tanda-tanda komplikasi terutama

peningkatan TIK, syok dan distress pernafasan, ssegera dapat melakukan

tindakan kedaruratan.

2) Pertahankan hidrasi optimal sesuai kebutuhan

3) Pantau dan catat masukan dan haluaran untuk mengindentifikasi

komplikasiseperti ancaman syok atau peningkatan akumulasi cairan yang

berhubungan dengan edema serebral atau efusi subdural.

4) Kurangi stimulasi lingkungan karena anak mungkin sensitif terhadap

kebisingan, sinar terang dan stimulus eksternal lainnya.

5) Implementasikan kewaspadaan keamanan yang tepat kerena sering

gelisah dan kejang.

6) Jelaskan pentingnya perawatan tindak lanjut pada orang tua karena

sekuele neurologis, termasuk penurunan pendengaran mungkin tidak

tampak selama fase akut.

b. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

Sasaran 1 : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat

yang dapat diterima anak.

Hasil yang diharapkam : anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri atau tanda-

tanda nyeri yang dialami anak menurun.

Intervensi/rasional :

1) Biarkan anak mengambil posisi yang nyaman.

2) Gunakan posisi miring, bila dapat di toleransi karena kaku kuduk.


3) Tinggikan sedikit kepala tempat tidur tanpa menggunakan bantal karena hal

ini seringkali menjadi posisi yang paling tidak nyaman.

4) Berikan analgesik sesuai ketentuan, terutama asetaminofen dengan kodein.

c. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit

serius.

Sasaran pasien (keluarga ) : pasien (keluarga) mendapatkan mendapatkan

dukungan yang adekuat.

Intervensi/rasional :

1) Dorong keluarga untuk mendiskusikan perasaannya untuk meminimalkan

rasa bersalah dan saling menyalahkan.

2) Yakinkan keluarga bahwa awitan meningitis bersifat tiba-tiba dan bahkan

mereka udah bertindak dengan penuh tanggung jawab dengan mencari

bantuan medis untuk meminialkan rasa bersalah dan saling menyalahkan.

3) Pertahankan agar keluarga tetap mendapatkan informasi tentang kondisi

anak, kemajuan, prosedur, dan tindakan untuk mengurangi kecemasan.

9. Penyimpangan KDM
Patofisiologi meningitis ke masalah keperawatan

Faktor-faktor predisposisi mencakup: infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit,
dan hemoglobinopatis lain, prosedur beda saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh imunologis

Invasi kuman ke jaringan serebral via saluran vena nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid

Reaksi peradangan jaringan serebral

Gangguan metabolisme serebral


Eksudat meningen Hipoperfusi

Trombus daerah korteks dan aliran darah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan nekrosis pembuluh darah

Infeksi/ septikemia jaringan otak

Iritasi meningen

Sakit kepala dan demam Perubahan fisiologis intrakarnial

3. hipertermi
Edema serebral dan peningkatan TIK Peningkatan pemeabilitas darah otak
7. nyeri

Penekanan area Adhesi Perubahan tingkat Perubahan Perubahan sistem Bradikardia


vokal kartikal kesadaran. gastrointestinal pernapasan
Kelumpuhan saraf Perubahan Chyene-stokes
Rigiditas Nukal, perilaku.
Disorientasi Mual dan 1.perubahan
tanda Kerning koma
fotofobia Pe muntah perfusi jalan n
(+), tanda
sekresi ADH 2. risiko gang
Brudzinki Kematian 4. ketidakefektifan
perfusi perifer
pola pernapasan
6. Resiko defisit
Kejang cairan 5. Ketidakefektifan
11. Takut
12. Kecemasan bersihan jalan
8. Risiko Injuri napas

Prosedur invasif, Kelemahan fisik Pe permeabilitas kapiler


lumbal pungsi dan retensi cairan

10. Gangguan ADL 9. Risiko berlebihnya volume cair

Pada anak memberi dampak:


Daftar Pustaka

Doenges, Marilyn E, dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien. Jakarta. EGC.

Price, Sylvia Anderson. (1994). Pathofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit edisi 5. Jakarta. EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal
bedah Brunner and Suddart edisi 8. Jakarta. EGC.

Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak edisi 2. Jakarta.
Sagung seto.

Wong, Donna.L. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik edisi 4. Jakarta.


EGC.

Anda mungkin juga menyukai