KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat hidayah dan karunia-
Nya yang dilimpahkan kepada kita, sehingga penyusunan Dokumen Usulan Pengajuan Geopark
Nasional Karangsambung-Karangbolong dapat terselesaikan.
Tujuan dari Penyusunan Dokumen Usulan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong
adalah untuk mengidentifikasi dan menginventarisir unsur kekayaan geologi yang terpadu dengan
kekayaan hayati dan budaya setempat menjadi satu kesatuan konservasi. Selain dimaksudkan untuk
tujuan konservasi, kawasan Geopark Karangsambung – Karangbolong ini diproyeksikan dalam rangka
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Dokumen Usulan ini tersusun berkat kerjasama banyak pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Untuk itu pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih dan apresiasi yang tinggi atas
dukungan dan bantuannya sampai tersusun dossier ini dengan baik.
Dokumen Usulan Geopark ini pada saatnya akan diajukan kepada tim penilai Geopark Nasional
untuk mendapatkan penilaian kelayakannyas sebagai dasar penetapan Geopark Karangsambung
Karangbolong sebagai Geopark Nasional ataupun Global.
Tim Penyusun
iii
Usulan Geopark Karangsambung-Karangbolong
DAFTAR ISI
iii
Usulan Geopark Karangsambung-Karangbolong
B.4. SITUS NON GEOLOGI DAN PENYATUANNNYA DALAM GEOPARK YANG DIUSULKAN ... 36
B.4.1. Situs biologi atau keanekaragaman hayati ......................................................... 36
B.4.2. Situs Budaya ....................................................................................................... 39
B.4.3 Keterkaitan antara situs geologi dengan non geologi ......................................... 40
B.4.3.1. Geologi dan Biologi ........................................................................................... 43
B.4.3.2. Geologi dan budaya ......................................................................................... 43
C. GEOKONSERVASI ......................................................................................................... 44
C.1 TEKANAN DAN POTENSI TEKANAN YANG TERJADI PADA KAWASAN GEOPARK
YANG TERJADI ............................................................................................................... 44
C.2 STATUS PERLINDUNGAN SITUS-SITUS GEOLOGI PADA SAAT INI .................................. 45
C.3 PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN SITUS GEOLOGI ................................................. 46
D. AKTIVITAS EKONOMI DAN PERENCANAANNYA ........................................................... 46
D.1 AKTIVITAS EKONOMI DI KAWASAN GEOPARK YANG DIUSULKAN ............................... 46
D.2 FASILITAS YANG SUDAH ADA DAN DIRENCANAKAN ................................................... 47
D.3 ANALISIS POTENSI GEOWISATA DI KAWASAN GEOPARK
KARANGSAMBUNG-KARANGBOLONG .......................................................................... 48
D.4 ULASAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI BIDANG
GEOWISATA, GEO-EDUCATION DAN GEO-HERITAGE .................................................. 48
D.5 KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT .................. 49
D.6 KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PENUMBUHAN KEPEDULIAN
MASYARAKAT DAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN ................................................ 50
E. MINAT DAN ALASAN BERGABUNG DENGAN JARINGAN GEOPARK NASIONAL
INDONESIA .................................................................................................................. 50
LAMPIRAN
Formulir Penilaian Sendiri
RIngkasan Eksekutif
Apendix
iii
Usulan Geopark Karangsambung-Karangbolong 1
GEOPARK KARANGSAMBUNG-KARANGBOLONG
A. IDENTIFIKASI KAWASAN
A.1. NAMA GEOPARK
Nama Geopark yang diusulkan adalah Geopark Karangsambung-Karangbolong yang secara gegorafis
mewakili bagian utara dan selatan daerah Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Secara keseluruhan
kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong akan terbagi menjadi 3 (tiga) segmen, yaitu Kawasan
Karangsambung (Kawasan Cagar Alam geologi Karangsambung di Bagian Utara), Kawasan Sempor
(Bagian Tengah) dan Kawasan Pesisir Ayah yang merupakan kawasan karst dan vulkanik tua (Bagian
Selatan).
Aspiring Geopark ini mengangkat tema “fosil” subduksi jaman Kapur-Paleosen (Bagian Utara) di daerah
Karangsambung dengan bukti-bukti singkapan batuan yang berasal dari bagian Lempeng Samudera
India-Australia dan Lempeng Benua Eurasia. Batuan yang berumur Kapur sampai Eosen dengan berbagai
jenis mulai batuan metamorf derajat tinggi, batuan beku basa sampai ultrabasa dan batuan sedimen
laut dalam tersaji dalam bentukan perbukitan “Melange” yang dikenal dengan nama “Melange Lukulo”.
Ke arah selatan batuan ini berubah melalui proses vulkanisme dan sedimentasi yang umurnya jauh lebih
muda dari bagian utara (Bagian Tengah). Selanjutnya, semakin keselatan terpampanglah hamparan
perbukitan berbentuk kerucut (conical hills) ciri khas bentang alam karst dengan penyusunnya
batugamping serta dibeberapa memperlihatkan sisa proses vulkanisme berupa aliran lava dan tubuh
instrusi batuan beku (Bagian Selatan).
Semua unsur kekayaan geologi diatas akan disatupadukan dengan kekayaan budaya dan kekayaan
hayati (biologi) menjadi suatu kesatuan kawasan konservasi, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat
dalam wadah Geopark Karangsambung-Karangbolong. Kawasan Geopark ini diharapkan akan menjadi
salah satu instrumen pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mengedepankan aspek konservasi,
aspek pendidikan, aspek pertumbuhan ekonomi lokal (pariwisata) dengan melibatkan masyarakat
secara aktif sebagai pelaku utamanya.
Usulan Logo Geopark Karangsambung-Karangbolong
Penduduk Kabupaten
Kebumen berdasarkan
proyeksi penduduk tahun
2016 sebanyak 1.188.622
jiwa yang terdiri atas
591.891 jiwa penduduk
laki-laki dan 596.731 jiwa
penduduk perempuan.
Dibandingkan dengan
proyeksi jumlah penduduk
tahun 2015, penduduk
Kabupaten Kebumen
mengalami pertumbuhan
sebesar 0,31 persen.
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 99,20. Kepadatan penduduk di Kabupaten Kebumen tahun 2016 mencapai 928
jiwa/km2. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai pertanian, kehutanan,
perburuan, dan perikanan. Sedangkan mata pencaharian urutan kedua terbanyak berupa perdagangan
besar, eceran, industri pengolahan dan rumah makan. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan
serta tenaga bangunan dan Pertambangan dan Penggalian juga merupakan mata pencaharian yang
relatif banyak pada kawasan ini.
A.4. PENANGGUNG JAWAB ORGANISASI DAN STRUKTUR PENGELOLAAN
A.4.1. PENANGGUNG JAWAB ORGANISASI
A.4.1. Penanggung Jawab Organisasi
Penanggung Jawab Badan Pengelola Geopark Nasional Karangsambung Karangbolong adalah Bupati
Kebumen
A.4.2. Struktur Pengelolaan
URAIAN TUGAS
No Struktur Kriteria Uraian Tugas
1 Penasehat Bupati Kebumen dan Sebagai Penasehat dalam penyelenggaraan
Kepala LIPI Geopark Karangsambung Karangbolong.
2 Ketua Badan Ditunjuk Bupati Kebumen Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan
Pengelola yang direncanakan akan dilakukan Badan
Pengelola Geopark.
3 Pelaksana Harian Ditunjuk oleh Ketua Badan Melakukan koordinasi internal tugas-tugas
Pengelola Geopark. komite di bawahnya dan eksternal untuk
Terdiri dari dua orang (PNS melakukan koordinasi eksternal dengan pihak-
dan Non PNS). pihak terkait.
4 Kelompok Ahli Orang –orang yang Memperkuat pengembangan Geopark sesuai
memiliki kemampuan bidang ahlinya, serta memberikan masukan
keahlian BIdang Geologi, dan penilaian dalam pengembangan Geopark
Biologi dan Budaya
5 Sekretariat Melakukan tugas-tugas kesekretariatan.
6 Komite Ilmu OPD/ pihak lain yang Memberikan usulan ilmiah, merumuskan
Pengetahuan menangani pendidikan. rencana internalisasi Geopark kepada
Perwakilan DRD. sekolah2.
Perwakilan Perguruan
Tinggi dan Staf LIPI.
7 Komite OPD/ pihak lain yang Merumuskan pengembangan Geopark
Pengembangan menangani Pariwisata dan khususnya dalam aspek pengembangan
ekonomi kreatif ekonomi masyarakat.
8 Komite Promosi OPD/ pihak lain yang Menyusun strategi promosi dan
menangani kehumasan, mengimplementasikannya ke dalam kegiatan
Pariwisata dan mengelola baik ditingkat local, regional maupun nasional.
website
9 Komite Konservasi OPD/ pihak lain yang Menyusun strategi konservasi dan
menangani lingkungan mengimplementasikannya ke dalam kegiatan.
hidup. Serta meberikan rekomendasi warisan
geologi, biologi dan Budaya yang perlu
dilestarikan, dijaga dan dilindungi
10 Komite Budaya OPD/ pihak lain yang Bertugas menyusun strategi dan rekomendasi
menangani Kebudayaan, pengembangan Budaya dan memadukannya
pemerhati Budaya dalam rencana pengembangan Geopark.
11 Komite Kemitraan OPD/ pihak lain yang Bertugas menyusun strategi kemitraan dan
dan Pemberdayaan menangani pemberdayaan meningkatkan kepedulian serta
Masyarakat Masyarakat dan praktisi pemberdayaan masyarakat dalam
atau tokoh yang terbiasa pengembangan Geopark
menangani kemitraan
B. WARISAN GEOLOGI
B.1. PERIAN UMUM GEOLOGI
Pulau Jawa, bersama dengan Pulau
Sumatera, merupakan dua pulau utama
yang terletak di tepi baratdaya dan
selatan wilayah Paparan Sunda (Sunda
Shelf) yang merupakan bagian tenggara
dari Lempeng Eurasia. Kedua pulau
berpenduduk padat ini pada dasarnya
merupakan pulau gunungapi yang
dihasilkan dari pergerakan ke utara
Lempeng Indo-Australia yang menunjam
di bawah Paparan Sunda di sepanjang
Palung Jawa (Java Trench). Geologi
kawasan Geopark Karangsambung-
Karangbolong merupakan Artefak Bumi
sebagai bagian dari penggalan sejarah tentang tumbukan lempeng Samudera Hindia Australia dengan
lempeng benua Eurasia hingga pengangkatan kawasan ini menjadi daratan, pembentukan rangkaian
gunung api purba serta pembentukan topografi karst. Karangsambung ibarat sebuah texbook alam
dengan konsep tektonik lempeng yang dapat dilihat, dipelajari dan diuji kebenarannya (Ansori C., 2016)
B.1.1. Morfologi
Morfologi merupakan bentang alam yang terbentuk akibat interaksi antara proses endogen (dari dalam
bumi) yang menghasilkan pengangkatan, perlipatan dan patahan serta proses eksogen (dari luar bumi)
yang merombak bentukan bumi yang ada menjadi bentang alam masa kini. Bentang alam yang
terbentuk tersebut dikontrol oleh struktur geologi, dan batuannya yang terkena proses pelapukan,
erosi, gerakan tanah serta aktivitas organisme. Secara garis besar mofologi kawasan ini bisa dibagi
menjadi 4 area;
a. Perbukitan-Pegunungan Komplek Melange
Bentang alam ini khas terbentuk di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung bagian utara yang
dicirikan oleh bentuk-bentuk gunung prismatik tidak teratur dengan batuan berneda-beda serta
dipisahkan oleh lembah sempit disekitarnya. Bentang alam ini terbentuk akibat proses subduksi antara
lempeng samudera Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia sehingga menghasilkan retakan,
patahan dan bercampur aduknya berbagai jenis batuan (komplek Melange Lukulo) berumur pra tersier.
Morfologi komplek melange di KCAG Karangsambung utara serta pegunungan lipatan di bagian selatannya
b. Perbukitan-pegunungan Lipatan
Bentang alam ini tersebar di bagian selatan KCAG
Karangsambung hingga bagian utara kota
Kebumen – Gombong serta di bagian selatan
bentang alam karst. Di Karangsambung
membentuk morfologi tapal kuda, berupa
rangkaian G. Paduraksa ( 405 m), G. Brujul (428 m),
G. Selorondo (263 m), G. Bulukuning (337 m), G.
Pagerori (316 m), G. Dliwang (353 m), G. Gandul
(547 m), G. Tugel ( 488 m), G. Perahu (522 m) dan
G. Paras (510 m) yang membujur dari arah barat –
timur dan membelok ke utara di G. Dliwang. Struktur lipatan antiklin dan sinklin yang telah mengalami
penorehan dan pembalikan topografi dijumpai pada satuan ini. Kenampakan perbukitan tapal kuda
dikontrol oleh struktur lipatan menunjam, puncak lipatan (antiklin) sekarang telah tererosi dan menjadi
lembah. Sementara lembah sinklin sekarang menjadi suatu tinggian (G. paras) sehingga fenomena ini
dikenal sebagai peristiwa pembalikan topografi (invers topography). Sementara sebagian perbukitan
yang menunjukan kenampakan perbukitan monoklin dengan dip slope yang berarah ke timur.
Batuan penyusun utamanya berupa breksi bersisipkan batupasir Formasi Waturanda; breksi dan lava
Formasi Gabon;kalkarenit, napal dan pasir Formasi Penosogan; pasir tufaan dan tufa Formasi Halang
berumur Tersier. Pelapukan batuan yang terjadi relatif intensif dan menghasilkan tanah dengan tekstur
secara umum pasir lempungan.
c. Dataran Alluvial
Bentang alam ini terletak di bagian tengah kawasan disekitar kota Pusaka Gombong. Batuan penyusun
terdiri dari endapan aluvial seperti lempung, lanau, kerikil dan kerakal. Secara keseluruhan merupakan
kawasan budi daya berupa daerah persawahan subur, pemukiman penduduk, kebun campuran dan
jalan. Di bagian timur Karst Gombong dijumpai dataran Gombong – Puring dan di bagian barat berupa
dataran Rowokele – Ayah. Ketinggian dataran ini berkisar antara 0 hingga 10 m diatas muka laut dengan
kemiringan <3 %. Disepanjang pantai berkembang morfologi gumuk pasir memanjang searah garis
pantai. Perkembangan gumuk pasir ini sangat mempengaruhi perubahan muara sungai yang terdapat
di sisi barat pegunungan Karangbolong, sehingga muara Sungai Ijo yang semula lurus kearah selatan
menjadi membelok kearah timur sebelum membuang airnya ke laut.
d. Perbukitan Karst
Proses pelapukan dan pelarutan menghasilkan
perbukitan kerucut atau membulat seluas kira-kira 10 x
14 km2, yang memperlihatkan topografi sangat kasar
dengan lereng yang curam (Cokpit Karst). Secara umum
bentang alam kars dapat dibedakan antara morfologi
permukaan kawasan kars dan morfologi bawah
permukaan kawasan kars. Bagian lembah membentuk
dolina, uvala, dan polye, setempat tergenang air
sebagai telaga. Dolina pada batugamping membentuk
lembah sedalam 50 – 75 m. Karena sifat batuan
karbonat yang mudah larut, sehingga membentuk gua
dan pola air sungai bawah tanah. Gua-gua yang berair
umumnya keluar sebagai fonor (mataair karst) terdapat pada bagian utara dan timur morfologi karst
ini, yang disebabkan oleh kemiringan struktural ke utara dan timur laut yang mendasari aliran sungai
bawah tanah.
B.1.2. Stratigrafi
Stratigrafi merupakan susunan lapisan batuan yang terbentuk dari umur batuan paling tua hingga muda
pada suatu daerah. Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong berada pada cekungan Banyumas
Selatan (Asikin S., 1974). Pembentukan cekungan ini dimulai pada zaman Kapur yang berupa palung laut
dalam.
Stratigrafi pada Cekungan Banyumas Selatan kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong (Asikin, 1974)
B.1.2.1. Kelompok melange tektonik (Kapur Akhir-Paleosen)
Komplek Melangetectonic Lukulo merupakan satuan batuan bancuh (chaotic) dari berbagai macam
batuan sedimen, beku dan metamorf pada masa dasar lempung yang tergerus kuat (pervasively
sheared). Kenampakan struktur boudinage dengan kekar gerus dan cermin sesar merupakan hal yang
umum dijumpai pada permukaan batuan. Blok-blok batuan berupa exotic block maupun native block
berukuran centimeter hingga ratusan meter yang mengambang di atas lempung hitam tersebar luas
dengan pola penyebaran sejajar arah gerusan. Komponen Melange Lukulo meliputi :
- Batuan Metamorfik, merupakan batuan tertua yang dijumpai dan terdiri dari genes (gneiss), sekis
hijau, sekis mika, sekis biru, filit, amphibolite, eklogit dan marmer. Pengukuran radiometric K-Ar pada
sekis mika menunjukkan umur 117 Ma, (Ketner., 1976).
- Batuan beku, berupa batuan ultra mafik yang merupakan seri batuan ofiolit dijumpai sangat bagus
di daerah ini. Peridotit, serpentinit, gabro dan basalt yang sering membentuk struktur bantal. Basalt
berstruktur bantal umumnya terdapat bersamaan dengan sedimen laut dalam.
- Sedimen laut dalam, berupa selang seling rijang dengan lempung merah atau lempung merah
gampingan.
- Batuan sedimen, umumnya berupa perselingan batuan pelitik dengan batupasir, disamping itu
dijumpai greywacke dan metagreywacke yang sering membentuk struktur boudinage
Berdasarkan penanggalan radiometrik K-Ar maka umur metamorfisme sekitar Kapur akhir (117 Ma),
sedangkan dari fosil radiolaria menghasilkan kapur awal hingga akhir, Wakita et al (1991). Asikin (1974)
dan Sapri, H., dkk. (1998) berdasarkan nano fosil dari sedimen di atas mélange menemukan
percampuran fauna Paleosen dengan Eosen. Dari data ini maka diduga umur Komplek Melange berkisar
Kapur Akhir hingga Paleosen.
Batuan Pra-Tersier Karangsambung: (A) serpentinite (Lokasi:Ds.Pucangan), (B) gabro (K.Medana), (C) basalt
(K.Medana), (D) rijang dan gamping merah Ds.Sadang Wetan), (E) basalt berstruktur bantal (K.Muncar), (F) sekis
kuarsa mika (K.Medana), (G) sekis biru (K.Muncar), dan salah satu bongkah batuan sedimen, (H.) batupasir
graywacke (Ds.Wagir Sentul) (Prasetyadi, 2007).
B.1.2.2. Kelompok melange sedimenter/olistostrome (Eosen-Oligosen)
Melange sedimenter/olistostrome merupakan kelompok batuan sedimen yang didominasi oleh batu
lempung bersisik dengan bongkah batuan bervariasi yang dikenal dengan Formasi Karangsambung dan
Totogan. Menurut Asikin (1974), Formasi Karangsambung - Totogan tersusun oleh kelompok sedimen
yang tercampur aduk karena proses pelongsoran gaya berat yang dikenal dengan istilah Olistostrome.
Bongkah-bongkah batuan sedimen berukuran centimeter hingga ratusan meter tersebar secara acak
dalam masa dasar lempung hitam bersisik (scaly clay). Jenis fragmen batuan yang dijumpai bermacam-
macam. Pada bagian bawah, variasi fragmennya sangat heterogen yang menyangkut lebih dari 6 (enam)
jenis fragmen seperti batulempung, batupasir, konglomerat, sekis, filit, batugamping berfosil, kuarsit,
basalt, marmer, rijang dan breksi polimik. Pada bagian atas variasi fragmennya bersifat
homogen.Diameter fragmen sangat bervariasi, sebagian besar kurang dari 30 cm, sebagian kecil
mencapai ratusan meter.Fragmen berukuran besar dijumpai pada bagian bawah sampai tengah
formasi, fragmen lebih kecil dijumpai pada bagian atas formasi, sebaran fragmen tidak terpola.
Berdasarkan ukuran dan variasi fragmen, diperkirakan bahwa tingkat gangguan tektonik lebih kuat
pada awal sedimentasi, yang kemudian melemah pada akhir proses sedimentasi. Seluruh satuan
olistostrome pada awalnya diendapkan pada cekungan labil dekat komplek mélange yang kemudian
semakin menjauh dari komplek mélange. Masa dasar berupa batu lempung bersisik, berwarna abu-abu
gelap hingga cerah. Bagian bawah formasi scaly clay sangat intensif terbentuk namun pada bagian atas
tidak. Perbedaan intensitas pembentukan lempung bersisik disebabkan karena proses pelongsoran kuat
yang berulang-ulang namun kekuatannya semakin berkurang ke arah atas (Ansori, C., 2002).
Formasi Karangsambung, Olistostrome yang tersusun oleh aneka bongkah batuan dalam masa dasar lempung
hitam
Paparan karbonat yang terbentuk pada Miosen Tengah menghasilkan a).Kalkarenit berselang seling dengan
napal Formasi Penosogan serta b). Batugamping terumbu Formasi Kalipucang di Karangbolong
B.1.2.5. Kelompok batuan vulkanik Halang (Miosen Akhir- Pliosen)
Akibat tidak aktifnya OAF sementara gerak Lempeng Australia masih menunjam ke utara maka jalur
gunung api di Jawa bergeser ke utara membentuk Busur Gunung Api Pliosen yang terletak di bagian
tengah Pulau Jawa (Soeriaatmaja dkk, 1984), di daerah Jawa Tengah, Busur Gunung Api Pliosen ini
ditandai oleh terdapatnya Gunung Api Purba Halang. Jalur gunung api ini menerus sampai kala
Pleistosen hingga masa kini membentuk Busur Gunung Api Modern (Merapi dkk). Aktivitas vulkanik
masa ini menghasilkan endapan tufa tebal yang berselang seling dengan pasir tufaan dan lempung
tufaan Formasi Halang serta angggota breksi vulkanik Formasi Peniron.
Kelompok batuan vulkanik hasil aktivitas gunung api; a). Tuffa berselang seling dengan pasir tufaan Formasi
Halang dan b). Anggota breksi andesit Formasi Peniron
B.2.2.6. Kelompok endapan alluvial dan pantai
Proses pelapukan, erosi dan transportasi dari batuan yang telah terbentuk sebelumnya akan
membentuk tanah maupun endapan lepas berukuran lempung, pasir hingga kerikil sebagai endapan
alluvial dan endapan pantai. Tanah hasil pelapukan batuan mengandung tufa tinggi dari Formasi Halang
menghasilkan lempung monmorillonite ataupun kaolinit yang sangat bagus digunakan sebagai bahan
pembuat genteng Soka di sekitar Sruweng dan Karanganyar. Sedangkan endapan pasir yang dibawa
oleh sungai akan dihempaskan oleh ombak pantai membentuk onggokan pasir besi di sekitar
Karangbolong dan Ayah.
5. Pada kala Miosen Akhir – Pliosen (10- 2 jtl), proses subduksi yang menerus menjadikan seluruh
P.Jawa mengalami pengangkatan yang ikut mengangkat kawasan ini serta membentuk Busur Gunung
Api Pliosen yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Aktivitas vulkanik masa ini menghasilkan endapan
tufa tebal yang berselang seling dengan pasir tufaan dan lempung tufaan Formasi Halang serta angggota
breksi vulkanik Formasi Peniron.
6. Pada kala Pliosen-Holocene (< 2 jtl), proses pengangkatan sebelumnya yang disertai
pembentukan lipatan dan patahan disertai proses pelapukan, pelarutan, erosi dan transportasi
menghasilkan morfologi seperti saat ini termasuk topografi Karst, serta endapan alluvial dan pantai.
(A). Model pengalih-tempatan Komplek Ofiolit Karangsambung Utara (Suparka, 1988),(B). Penampang utara-
selatan yang menggambar struktur Melange Seboro berdasarkan anomali gaya berat (Kamtono dkk, 1996) dan
(C). Evolusi komplek melange Luk-Ulo (Asikin, 1994)
B.1.4. Sinopsis sejarah geologi
Berdasarkan sejarah geologinya, Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong, dapat
disederhanakan menjadi beberapa periodisasi sejarah geologi yang dapat digunakan sebagai kerangka
acuan penyusunan geosite sesuai dengan arti pentingnya. Urutan periodisasi sejarah geologi tersebut
adalah:
1. Masa Awal Pembentukan Pulau Jawa / Pra-Tersier (117 - 55 jtyl)
2. Masa Sedimentasi Longsoran Laut Dalam (55 – 25 jtyl)
3. Masa Gunung Api Purba OAF (25 - 16 jtyl)
4. Masa Pembentukan Paparan Karbonat (16 - 10 jtyl)
5. Masa Gunung Api Purba Halang (10 - 2 jtyl)
6. Masa Pembentukan endapan Alluvial dan pantai ( < 2 jtyl)
B.1.4.1. Masa Awal Pembentukan Pulau Jawa / Pra Tersier (117- 55 jtyl)
Batuan tertua yang ditemukan di Pulau Jawa berusia 117 ± 5 juta tahun (Ketner et all, 1976). Pada awal
pembentukannya Pulau Jawa merupakan gabungan dari dua lempeng benua mikro yaitu mikrokontinen
Jawa Timur dan Paparan Sunda. Buktinya terlihat dari adanya batuan metamorf hasil tumbukan antara
kedua mikrokontinen tersebut yang kemudian tersingkap di Karangsambung.
Dua jalur gunungapi yang menjadi tulang punggung Pulau Jawa. Pada bagian tengah pulau merupakan Jalur
Gunungapi masa kini atau Jalur Merapi dkk, sedangkan yang di bagian selatan adalah jalur gunungapi purba atau
OAF (Old Andesite Formation) yang berumur Oligo-Miosen.
B.1.4.5. Masa Gunung Api Purba Halang (16-2 jtyl)
Kemudian pada sekitar 16-2 jtyl, kembali dijumpai batuan-batuan hasil kegiatan vulkanisme,
menandakan bahwa aktivitas tektonik dan magmatik di Pulau Jawa kembali aktif. Namun aktivitas
tersebut tidak semasif pada Masa Gunung Api Purba yang pertama, karena bukti batuan gunung api
purba fase 2 ini hanya dijumpai di beberapa daerah salah satunya di daerah Kab. Kebumen. Batuan
vulkanik ini dikenal dengan nama Formasi Halang dan Formasi Peniron.
B.1.4.6. Masa Pembentukan Endapan Alluvial dan Pantai ( < 2 jtyl)
Masa ini adalah masa pulau Jawa yang sekarang, dimana terbentuk endapan-endapan alluvial, endapan
pantai, morfologi karst serta gunung api masa kini. Hingga saat ini di tengah-tengah Pulau Jawa masih
terdapat rentetan/gugusan gunung api aktif, seperti Gunung Merapi. Status pulau Jawa sebagai pulau
Gunung Api masih terus berlangsung hingga sekarang, yang termasuk kedalam “Ring of Fire” atau
gugusan gunung api aktif dunia. Sejarah geologi pulau Jawa sangatlah kompleks dan menarik sehingga
perlu dipahami oleh semua masyarakat sebagai pengetahuan umum, bukan hanya konsumsi para
Geologis semata. Hal ini diharapkan agar semua masyarakat di Pulau Jawa memiliki rasa cinta terhadap
tanah dan batuan di daerahnya sehingga dapat ikut menjaga kelestarian daerahnya.
Karangsambung merupakan paleo subduksi samudera Hindia Australia dengan Benua Eurasia pada jaman Kapur
(Prasetyadi, 2007)
B.1.5.1. Batuan lantai samudera
Batuan lantai samudera di Karangsambung dihasilkan dari proses pemekaran tengah samudera Hindia-
Australia yang menghasilkan seri batuan Ofiolit. Batuan ini berupa batuan basa- ultra basa (SiO2 < 45
%), plagio granit serta batuan sedimen dasar laut. Di Kawasan Karangsambung batuan lantai samudera
berupa Gabro Layer, Isotropic Gabbro, Harzburgite, Granitoid/plagiogranit, Basaltic pillow lava, Rijang
dan lempung merah gampingan. Batuan lantai samudera ini bercampur dengan komponen batuan
lempeng benua dan batuan ubahan yang terbentuk pada zone subduksi dalam masa dasar lempung
bersisik (Scaly Clay)
Model batuan kelompok Ofiolit (Bodier & Nicolas 1985 in Winter 2010) serta beberapa jenis batuan lantai
samudera
B.1.5.2. Batuan lempeng benua dan zone subduksi
Batuan lempeng benua, merupakan batuan yang terbentuk pada paparan benua berupa batuan beku
dengan kandungan silika tinggi atau batuan sedimen yang terbentuk pada tepian benua. Batuan
lempeng benua di Karangsambung umumnya masuk dalam zone subduksi sehingga terubah menjadi
batuan metamorf. Marmer dan sekis mika merupakan batuan ubahan yang terbentuk dari batu gamping
paparan benua serta batupasir kaya silika yang masuk zone tumbukan. Sedangkan batuan ubahan lain
yang terbentuk di zone subduksi berupa Filit, Sekis, Gneiss, Amphibolite, Eclogite, meta graywacke,
meta gabbro, meta basalt.
Batuan asal darat berupa marmer dan sekis mika serta batuan metamorf lainnya (filit dan eclogite)
Bongkah batugamping numulites dan konglomerat hasil pelongsoran gaya berat yang membentuk bukit terisolir
eksogen yang bekerja. Bentukan eksokarst di Gombong Selatan umumnya membentuk bukit kecil tinggi
yang terpisah satu dengan lainnya. Ketinggian perbukitan batugamping berkisar antara 10 - 435 m,
membentang di bagian utara hingga ke bagian tengah dan selatan, puncak bukit sebagian besar
berbentuk kerucut (conical hill) dan sebagian kecil membulat atau agak membulat (peppino hill), tinggi
puncaknya berkisa antara 25 - 75 m. Di antara puncak bukit terbentuk lembah-lembah cukup luas,
terutama di bagian tengah dan selatan, lembah ini tersusun oleh tanah terarosa yang sangat subur hasil
pelapukan batugamping. Di bawah lapisan terarosa terdapat akuifer airtanah dangkal, telah
dimanfaatkan untuk pesawahan dan sebagian tegalan, seperti di Desa Pakuran, Watukelir, Kalibangkang
dan Tlogosari.Eksokarst sebagai suatu bentukan morfologi, memepunyai nilai strategis sebagai kawasan
yang berfungsi sebagai daerah imbuhan air tanah serta sarana pembelajar dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
BREKSI, F. GABON
Spheleotheme berupa stalaktit yang terbentuk pada langit-langit gua serta sungai bawah tanah yang ada
Situs pada batuan masa Gunung Api Purba Halang (10 - 2 jtyl)
40 KKG-22 Wisata Alam Bukit Pranji, Pengaringan 349106 9160594
Situs yang berada pada batuan hasil pembentukan endapan Alluvial dan pantai ( < 2 jtyl)
41 KKG-34 Pantai Logending 322885 9145462
pelangi terletak di tepi Sungai Lukulo, disamping jembatan Cangkring yang menghubungan Kabupaten
Kebumen dengan Kabupaten Wonosobo. Dinamakan lempung warna warni, karena jika dilihat dengan
seksama batuan ini tersusun oleh perulangan batulempung dengan warna yang berbeda.
KKG-3. Sekis mika, K. Brengkok, Sadang Kulon
Sekis mika dianggap
sebagai batuan kerak
benua yang tersingkap ke
permukaan, terletak di
Kecamatan Sadang
berjarak sekitar 25 km
dari Kota Kebumen. Sekis
mika dianggap sebagai
batuan tertua di Pulau
Jawa, bahkan kadang
disebut sebagai pondasi Pulau Jawa. Keunikan sekis mika adalah kenampakan khas batuan metamorf
berstruktur foliasi; tersusun oleh mineral feldspar, kuarsa, dan mineral mika pipih yang melimpah,
mengkilap menyerupai perak.
KKG-4. Lava bantal dan rijang merah, K. Muncar, Seboro
Lava bantal dan rijang merah dianggap sebagai batuan
yang terbentuk di laut dalam. Asal muasal kedua jenis
batuan ini sangat jauh berbeda. Keunikan batuan ini
menjadikannya sebagai warisan geologi berskala
internasional, karena jarang ditemukan diwilayah lain
di Indonesia. Karakteritik lava di lokasi geosite ini yang
menyerupai bantal mengindikasikan berhubungan
dengan aktivitas gunung api bawah laut. Rijang merah
yang mengandung fosil radiolaria menunjukkan
pembentukannya berhubungan dengan mekanisme
proses sedimentasi 4 km di bawah laut. Lava bantal
dan rijang merah tampak fenomenal bak layar
terkembang. Menyerupai pagelaran wayang dengan
seperangkat gamelan, disini bisa menjadi spot foto yang unik.
KKG-5. Serpentinit, Pucangan
Serpentinit merupakan
batuan kerak samudera
anggota Kompleks Melange
Lukulo. Keunikan batuan ini
menjadikannya sebagai
warisan geologi berskala
nasional, karena jarang
ditemukan diwilayah lain di
Indonesia. Berada di bagian
utara Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Sepentinit mempunyai karakteritik yang unik, yaitu
kenampakan seperti liukan ular saat dilihat dibawah mikroskopis. Geosite ini terletak di tepi jalan, secara
administratif berada di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen. Berjarak 20 km atau 1 jam perjalanan
dari Kota Kebumen.
Flowstone yang terbentuk di dalam gua akibat perbedaan proses, komposisi dan posisi batuannya
KKG-34. Pantai Logending
Pantai LOgending atau Pantai
Ayah memiliki sisi timur
pantai dengan morfologi
sangat terjal yang
merupakan bagian morfologi
karst, sedangkan sisi barat
dan utara merupakan pantai
landai terisi endapan alluvial
dan pasir pantai. Pada bagian selatan,berupa morfologi terjal bukit Majingklak yang tersusun oleh breksi
vulkanik yang resisten terhadap erosi dan gempuran ombak laut.Ke arah utara dan barat gumuk pasir
tidak terbentuk walaupun angin dan gempuran ombak cukup kuat, hal ini disebabkan sedikitnya
masukan sedimen asal darat. Terdapat perahu wisata yang disiapkan untuk mengelilingi muara Kali
Bodo serta menikmati hutan mangrove yang berada disekitar muara sungai. Selain itu juga disediakan
arena go car, kuda, arena kemah serta warung makan di sekitarnya.
KKG-35. Bukit Wanalela, Argopeni
Terlihat meandering Sungai Bodo berarah barat-timur dengan endapan pasir pada bagian tengah
sungai. Meander sungai Bodo disebabkan karena gempuran ombak laut di sebelah barat yang lebih kuat
dibanding timur, sehingga aliran air lebih mudah mengerosi dan membelok ke arah timur.Pada lokasi
ini juga dapat diamati perbedaan antara morfologi karst yang tersusun oleh batu gamping Formasi
Kalipucang dengan morfologi Perbukitan-Pegunungan Vulkanik di bagian selatan. Perbukitan-
pegunungan vulkanik terlihat lebih reguler dengan tubuh intrusi Andesit G. Poleng yang terlihat
menonjol tinggi diantara rangkaian gunung lainnya.
Morfologi dataran pantai Ayah dengan kelokan S. Bodo, morfologi karst dengan bentuk ireguler serta
perbukitan-pegunungan vulkanik dengan intrusi G. Poleng yang menonjol di bagian tengah
Secara geologis pantai dan tanjung ini terdapat pada Formasi Gabon yang tersusun oleh breksi Andesit
berumur Oligosen dengan beberapa tubuh intrusi. Disekitar tanjung Karangboto dijumpai tubuh batuan
beku menyerupai tatanan paving blok, merupakan bekas aliran lava darat yang mengalami gaya
kontraksi dan membentuk retakan tiang (Columnar Joint) pada saat pembekuannya. Retakan-retakan
berbentuk poligonal segi lima jika dilihat pada permukannya. Pasir putih yang terhampar merupakan
sedimen hasil rombakan batugamping di utaranya yang terbawa aliran sungai dan disebarkan oleh
ombak sehingga menambah keindahan pantai Menganti. Jika pandangan diarahkan ke timur maka akan
terlihat gempuran ombak yang sangat kuat pada dinding pantai yang terjal akibat patahan turun yang
memotong batuan breksi sehingga deretan gunungnya nampak lurus.
KKG-37. Pantai Sawangan, Karangduwur
Paduan pegunungan karst, gua
dan pantai indah ini berada
pada Tanjung Nagasari, desa
Karangduwur, Kecamatan Ayah.
Terdapat gua berair dengan
sungai bawah tanah yang
bersumber dari Karst yang
berada di atas breksi vulkanik F.
Gabon sehingga menghasilkan air terjun pelangi yang sangat indah.
KKG-38. Wanabahari Pasir Indah, Pasir
Pemandangan dipantai ini sangat menawan. Gugusan pantai
merentang mulai dari Pantai Pasir, Pantai Lampon hingga Pantai
Surumanis. Bentang alam dipantai Lampon terbentuk akibat
proses abrasi laut pada dinding pantai yang tersusun oleh
perselingan antara breksi andesit dengan batu pasir Formasi
Gabon. Sedangkan pada bagian atasnya merupakan batu
gamping terumbu yang banyak mengandung fosil binatang laut.
Proses abrasi gelombang pantai ini menghasilkan kenampakan
menawan jembatan alam (natural bridge) berukuran sekitar 30 m
sebagai icon pantai Lampon. Perbedaan
variasi litologi dan intensitas gempuran
ombak pantai menghasilkan
kenampakan yang berbeda-beda pada
obyek Pantai Grojogan, Tanjung Karang
Penganten, Gua Wora Wari, Gua
Celeng, dan Pantai Surumanis.
Natural bridge pantai lampon dengan latar belakang kawasan TPI pantai Pasir
Ig. Suratin3017
Pada puncak gunung dapat diamati morfologi menarik berupa arus sepanjang pantai (“Long Shore
Current”) yang memanjang dari pantai Karangbolong, Suwuk hingga ke Puring. Dataran di sebelah timur
Karangbolong merupakan bekas graben Jawa Tengah bagian Selatan yang terisi endapan alluvial dan
pasir pantai dimana bagian horstnya berupa G. Hud dan tinggian Karangbolong lainnya. G. Hud juga
dikenal sebagai Puncak Soekarno, karena konon presiden pertama RI tersebut pernah melakukan
meditasi di puncak gunung. Tempat ini juga dikenal sebagai petilasan Joko Sangkrip, yang kemudian
menjadi bupati Kebumen Arumbinang I, karena konon merupakan tempat meditasi Joko Sangkrip untuk
bertemu dengan Ratu Kidul. Menurut juru kunci setempat, petilasan ini dijaga oleh Lara Bayem dan Lara
Wulan, sehingga setiap pengunjung yang menuju puncak G. Hud diharapkan untuk menjaga sopan
santun. Tempat ini terlihat cukup tejaga dan sering dikunjungi oleh peziarah, sehingga masih sering
terlihat adanya dupa dan bunga.
KKG-41. Pantai Karangbolong
Miniatur pengambilan sarang burung walet di Pantai Karangbolong yang tersusun oleh breksi andesit Formasi
Gabon
Pantai Karangbolong merupakan pertemuan antara muara S. Manggo dan S. Cincingguling, Pada sisi kiri
pantai terdapat gua yang tersusun oleh perselingan antara breksi vulkanik dengan batu pasir yang
mengalami abrasi dan erosi sehingga membentuk gua yang tembus. Pada mulut gua dibuat miniatur
proses pengunduhan sarang burung walet.
Pada sisi utara dijumpai breksi vulkanik yang termasuk Formasi Gabon, tersusun dari fragmen andesit
dengan ukuran 2 – 100 cm, dijumpai fragmen lava yang berlubang-lubang gas, sortasi jelek, kemas
tertutup. Pantai ini merupakan pantai datar dengan pasir pantai berwarna kecoklatan mengandung
pasir besi. Secara geologis pantai ini tersusun oleh endapan pantai kuarter berupa pasir sedang dengan
sortasi baik, mengandung mineral magnetik lepas berupa magnetit dan ilmenit serta magnetik ikat
berupa olivin dan piroksin. Disamping itu juga mengandung mineral non magnetik berupa kuarsa,
feldspar dan zirkon. Arus sepanjang pantai yang terbentuk karena adanya angin dari arah Selatan
(Desember –Maret) dan arah Tenggara (April–November) berinteraksi dengan sedimen asal darat
sehinga membentuk beach-cusp (adanya kenampakan tanjung dan teluk ukuran kecil yang berderet)
sehingga berpotensi untuk terbentuknya arus rip.
B.2.3. Geotrail (jalur dibagian utara, tengah dan selatan)
internasional, regional maupun nasional. Ciri khas morfologi kawasan karst Karangbolong adalah
berbentuk morfologi polygonal (Haryono, dkk, 2017).
Keterdapatan singkapan-batuan langka yang tidak ditemukan ditempat lain menjadikan nilai ilmiah
tersendiri bagi daerah ini, dan menjadi kawasan lindung yang perlu dijaga kelestariannya. Pemerintah
telah memberikan penilaian dan penetapan kawasan ini menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi
Karangsambung dan Kawasan Bentang Alam Karst Gombong selatan yang didalamnya terdapat daerah
Karangbolong.Pada kawasan karst terbentuk suatu ekosistem khas dengan hewan-hewan yang hidup
dan beradaptasi pada lingkungan gua.Salah satu hewan yang hidup dan menjadi ciri khas kawasan ini
adalah Walet atau Lawet.Keberadaan habitat Walet dengan populasi yang berlimpah dan memberikan
dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan manusia di daerah Karst Gombong Selatan (Kebumen),
sehingga keberadaan burung ini pun dijadikan salah satu ikon Kabupaten Kebumen.
B.3.3. Makna situs secara regional dan lokal
Beberapa situs geosite di kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong telah menjadi objek edukasi
(geoeducation) dan wisata (geowisata).Pada awalnya, sebagian besar geosite di bagian utara kawasan
geopark tepatnya di Karangsambung, Sadang dan Karanggayam, mempunyai fungsi untuk pembelajaran
dan pengembangan edukasi kebumian khususnya bagi mahasiswa dan pelajar.Tetapi dengan semakin
berkembangnya wisata alam, fungsi geosite bertambah menjadi fungsi wisata kebumian
(geowisata).Bentang alam, jenis dan kelangkaan batuan menjadi daya tarik geowisata untuk masyarakat
umum.
Berbeda halnya dengan geosite yang berada dibagian selatan kawasan Geopark Karangsambung-
Karangbolong, fungsinya lebih berkembang sebagai objek wisata alam. Hal ini tercermin dengan
banyaknya kunjungan wisata dari berbagai kalangan, tidak hanya mahasiswa dan pelajar saja, tetapi
masyarakat umum jauh lebih banyak berkunjung ketempat ini.
B.4. DAFTAR DAN PERIAN SITUS NON GEOLOGI DAN PENYATUANNNYA DALAM GEOPARK YANG
DIUSULKAN
B.4.1 Situs biologi atau keanekaragaman hayati
Sebagian besar spesies flora fauna di kawasan Geopark termasuk spesies flora fauna kategori langka
secara dan atau dilindungi peraturan perundang-undangan, secara rinci disajikan sebagai berikut:
Flora
1 Aren (Arenga pinnata) 15 Mangir (Ganophyllum falcatum)
2 Bayur (Pterospermum javanicum) 16 Mundu (Garcinia dulcis)
3 Bedali (Radermachera gigantean) 17 Nam-nam (Cinometra cauliflora)
4 Butun darat (Barringtonia racemosa) 18 Pinang (Areca catechu)
5 Cempaga (Dysoxylum densiflorum) 19 Ploso (Butea monosperma)
6 Cempaka putih/kantil (Michelia alba) 20 Pohon tuwa (Terminalia sp.)
7 Cendana (Santalum album) 21 Pucung (Pangium edule)
8 Gembulung (Metroxylon sagu) 22 Pulai (Alstonia scholaris)
9 Gempol (Nauclea orientalis) 23 Putat (Planchonia valida)
10 Katilayu (Erioglossum rubiginosum) 24 Serut (Streblus asper)
11 Kayu putih (Melaleuca leucadendron) 25 Sonokeling (Dalbergia latifolia)
12 Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum) 26 Trembalo (Cassia javanica)
13 Kweni (Mangifera odorata) 27 Walisongo (Schefflera grandiflora)
14 Mangga podang (Mangifera indica)
Fauna
1 Alap-alap (Falco moluccensis) 20 Sikatan (Ficedula hyperythra)
2 Bubut besar (Centropus sinensis) 21 Tengkek (Halcyon cyanoventris)
Adapun perian Situs Budaya baik tangible ataupun intangible sebagai berikut:
KKC.1 Suropati Cagar Budaya Untung
Untung Suropati merupakan tentara
pasukan VOC yang berbalik melawan VOC
karena tidak tega melihat kesewengan
VOC terhadap bangsanya sendiri.
Perlawanan Untung Suropati berlangsung
dari tahun 1686 – 1706 di Kertasura
(Surakarta). Dibawah ini ringkasan sejarah
perlawanan Untung Suropati terhadapa
VOC. Untung Surapati, Nama aslinya Surawiroaji. Menurut Babad Tanah Jawi ia berasal dari Bali yang
ditemukan oleh Kapten van Beber, seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makasar. Kapten van Beber
kemudian menjualnya kepada perwira VOC lain di Batavia yang bernama Moor. Sejak memiliki budak
baru, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Anak kecil itu dianggap pembawa keberuntungan
sehingga diberi nama “Si Untung“.
KKC.2 Cagar Budaya Mbah Sipako
Perang Karangsambung menandai
meninggalnya Ki Kertadrana dengan luka
parah akibat tertembak oleh Belanda dan
dimakamkan di bawah pohon Beringin di
gunung Pakoh (kini dikeramatkan menjadi
panembahan Sipakoh. Mbah Sipako
adalah sebutan lain untuk Ki Kertadrana,
dimana makamnya terdapat di G. Sipako,
Wonotirto. Ki Kertadrana adalah adalah Adipati Si Galuh, seorang Senopati Panjer pada masa Perang
Diponegoro. Ia gugur dalam Pertempuran Karangsambung 1830-1832. Tokoh Kertadrana lekat dengan
sejarah Kebumen saat masih bernama Panjer.
KKC.3 Cagar Budaya Masjid Soko Tunggal
Masjid Saka Tunggal mengandung filosofi
tersendiri, melambangkan ke-Esaan Allah
SWT sebagai Sang Pencipta tunggal alam
semesta. Makna tunggal diejawantahkan
dengan memaknai Masjid Saka Tunggal
sebagai tempat untuk meyakini bahwa
Allah SWT itu Esa. Sedangkan dalam
kaitannya dengan sejarah perjuangan,
masjid itu juga sebagai simbol satu tekad untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia
dari daerah selatan (mélange Menganti -Ayah). Hal tersebut membuktikan adanya bekas gunung api
purba dasar laut yang kemudian muncul ke permukaan akibat subduksi lempeng (Karangsambung dan
melange Lukula) dan gunung api daratan sebagai kelanjutan aktifitas kegunungapian purba di Kebumen
(Melange Ayah) yang hingga saat ini masih banyak sekali dijumpai sebaran batuan andesit baik di
wilayah utara maupun selatan. Di pantai Menganti, sebelah timur dari situs Batu Kalbut jejak – jejak
gunung api purba tersebut masih mudah dijumpai. Batuan andesit, jasper, dan lain – lain tersebar di
pantai berselang – seling dengan jajaran pegunungan karst menjadi keunikan tersendiri, seperti juga
wilayah pegunungan Kebumen utara yang berselingan dengan lapisan batuan dasar samudra, fosil
terumbu karang, numulites dan sebagainya.
C. GEOKONSERVASI
C.1. TEKANAN DAN POTENSI TEKANAN YANG TERJADI PADA KAWASAN GEOPARK YANG TERJADI
Selain memiliki potensi Pariwisata yang tinggi, aktivitas geologi di Karangsambung menyimpan
beberapa permasalahan. Belum semua pemangku kepentingan yang berada dalam ranah ini memiliki
sense of belonging . Aktivitas Geologi masih bersifat elitis. Terlihat masyarakat lokal acuh terhadap
praktik geologi yang berlangsung.
Walaupun telah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam geologi, terlihat adanya penambangan rakyat
secara massif. Hal ini tentu merupakan praktik yang kontraproduktif bagi kelestarian alam
Karangsambung. Di sejumlah situs bebatuan, ditemui bongkahan-bongkahan kecil bebatuan yang telah
ditumbuk dengan menggunakan alat penghancur, tindakan tersebut akan merusak bentang alam yang
ada dan mengubah struktur dan kontur wilayah yang pada akhirnya akan menghilangkan situs geologis
tertentu dalam jangka panjang.
Permasalahan berikutnya yaitu aktifitas penambang pasir dengan menggunakan alat-alat yang dapat
menyedot kandungan bebatuan mulia di dalam pasir, mengingat sepanjang Kali Lukulo dipenuhi dengan
situs bebatuan geologis penting. Selain aktivitas penambangan pasir, hal lain yang menyebabkan
langkanya batuan Lukulo adalah banyaknya kolektor dari luar kota bahkan mancanegara seperti Jepang,
Korea, Cina, dan lain – lain yang membeli dan mengangkut bongkahan – bongkahan batuan berkualitas
Lukulo Karangsambung yang tidak jarang menggunakan kendaraan berat. Batuan berupa bongkahan
besar tersebut dijadikan hiasan taman bernilai tinggi.
Keadaan ini sangat sulit dicegah sebab batuan – batuan ini tidak hanya tersebar di tanah milik LIPI saja,
akan tetapi lebih banyak dan beragam di tanah milik warga. Kondisi ekonomi warga yang dan medan
pegunungan menjadikan batuan – batuan ini sebagai sumber mata pencaharian warga. Harga murah
untuk batu berkualitas tinggi ini tidak menjadi masalah bagi warga yang kehidupannya mayoritas
bergantung pada alam Lukulo dan Karangsambung. Permasalahan tersebut telah merusak lingkungan
dan Infrastruktur khususnya jalan.
Kawasan Karst Gombong memiliki fungsi ekologi, salah satunya adalah keberadaan kalelawar di dalam
gua yang ada di sekitar IUP, dimana peran penting kelelawar sebagai penyedia jasa lingkungan bagi
ekosistem karst dan sekitarnya. Jasa lingkungan yang diberikan kelelawar antara lain: membantu proses
penyerbukan (pollinator) berbagai tanaman yang bernilai ekonomi tinggi misalnya durian dan petai,
membantu proses pemencaran biji (seed disperser) sebagai bagian dari proses regenerasi hutan,
pengendali populasi serangga malam yang berpotensi sebagai hama maupun vektor penyakit, misalnya
hama penggerek batang padi dan nyamuk, serta penghasil guano yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk (Suyanto, 2001; Kunz, 2011; Wanger et al., 2014).
Namun demikian, terdapat permasalahan diantaranya Penambangan batu kapur di sekitar Kawasan
Karst Gombong Selatan yang telah dilakukan oleh warga selama 30 tahun lamanya sendiri sudah
menyebabkan dampak yang cukup signifikan terhadap sumber cadangan air di sana. Padahal warga
sekitar hanya menggunakan alat manual dalam melakukan penambangan tersebut.
18000
JUMLAH PENGGUNA
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
PERGURUA SMA SMP SD TK UMUM JUMLAH
N TINGGI
2014 4378 2972 1041 1997 232 1081 11701
2015 4162 4114 2308 3819 85 1929 16417
2016 4166 2819 1506 3550 140 832 13013
2017 3519 3002 1809 3143 315 1904 13692
pengembangan infrastruktur, SDM (pelaku wisata), anggaran serta dukungan pemerintah daerah dan
pusat dalam menentukan kebijakan pengembangannya. Sementara ini, kehadiran beberapa kelompok
masyarakat sadar wisata (Pokdarwis) menjadi peluang bagaimana program geowisata bisa berkembang
dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk peningkatan ekonomi lokal.
Selain itu, sudah menjadi tugas Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen dan Instansi terkait serta
masyarakat untuk secara sinergis menjaga kelestarian dan kesinambungan alam Karangsambung yang
menjadi salah situs geologis penting di Asia Tenggara serta alam Bentang Alam Karst Kebumen yang
menjadi salah satu sumber mata air terbesar di Indonesia. Kenyamanan jalan, ketertiban penambang
pasir, pembelajaran masyarakat terhadap potensi alam kebumian Karangsambung harus menjadi
pekerjaan rumah dan perhatian khusus pihak-pihak terkait agar ke depan kelak, potensi alam dan
kebumian serta situs geologis Karang Sambung menjadi situs yang dikelola lebih profesional. Perda no
6 tahun 2016, tentang RPJMD didalamnya memuat visi pembangunan jangka menengah Kabupaten
Kebumen selama lima tahun (2016-2021) yaitu: “BERSAMA MENUJU MASYARAKAT KEBUMEN YANG
SEJAHTERA, UNGGUL, BERDAYA, AGAMIS DAN BERKELANJUTAN” Sedangkan untuk misi
pembangunan jangka menengah Kabupaten Kebumen yang berkaitan dengan pembangunan
berkelanjutan yaitu pada misi ke 3 yaitu: “Mengembangakan kemandirian perekonomian daerah yang
bertumpu pada pengembangan potensi lokal unggulan melalui sinergi fungsi-fungsi pertanian, industri,
pariwisata dan sektor lainnya, dengan penekanan pada peningkatan pendapatan masryarakat dan
penciptaan lapangan kerja serta berwawasan lingkungan”.
Adapun dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing, dengan branding
Geopark, sesuai dengan misi ke 4 yaitu: “Meningkatkan perekonomian daerah yang memiliki daya saing
tinggi berbasis pertanian, industri, perikanan, pariwisata dan budaya melalui proses pembangunan
ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi
kemiskinan”
Dari Visi Bupati terpilih tahun 2016 - 2021 yang tertuang dalam Perda Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Kebumen nomor 6 tahun 2016, dapat terlihat bahwa Kabupaten Kebumen
menginginginkan sebuah pembangunan menyertakan peran aktif seluruh elemen masyarakat dan
berfokus pada kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan secara komprehensif dan tetap
berwawasan lingkungan. Demikian pula pada fokus di misi ketiga, diharapkan Kabupaten Kebumen
memiliki kemandirian ekonomi yang bertumpu pada potensi lokal dengan penciptaan lapangan kerja
yang tetap berwawasan lingkungan.
D.5. KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Kemandirian ekonomi yang bertumpu pada potensi lokal ini tentunya sangat bergantung pada
kemampuan masyarakat untuk berkembang dan berdaya, yang didukung oleh kebijakan diantaranya:
1. Pembinaan Pokdarwis yang secara rutin dilakukan oleh dinas Porawisata, bertujuan untuk
pengembangan kapasitas pokdarwis
2. Pembentukan dan pembinaan desa wisata, untuk pemberdayaan masyakarakat dalam mengenali
potensi di wilayahnya, serta mengembangkan sesuai dengan potensinya
3. Desa berdikari, bantuan keuangan untuk desa yang telah memiliki pengembangan desanya
4. Kawasan Pedesaan, pengembangan desa berbasiskan pada kawasan.
5. Desa berinovasi, lomba desa dengan 6 macam kategori yaitu Pariwisata, Pertanian, UMKM,
Penanggulangan Kemiskinan, Pemberdayaan Masyarakat dan Persampahan
6. Pembinaan Gapoktan di dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
7. Pembinaan Kelompok pengrajin gula semut dan anyaman pandan serta makanan ringan
D.6. KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PENUMBUHAN KEPEDULIAN MASYARAKAT DAN PARA
PEMANGKU KEPENTINGAN
1. Edukasi terhadap masyarakat terhadap pentingnya konservasi
2. Fasilitasi penyusunan perdes tentang lingkungan hidup untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat desa akan pentingnya menjaga lingkugan
3. Geopark to school dan school to Geopark, dengan membuat edaran kepada sekolah sekolah untuk
mendalami pengetahuan terkait geologi dan kelestarian alam.
LAMPIRAN I
FORMULIR PENILAIAN-SENDIRI
Informasi pada formulir isia n ini akan membantu penilai dala m meninja u berkas
permohonan Geopark di Indonesia
Informasi mencakup:
I. Administra si (Identitas Pengusul, tanda tangan, tinjauan)
II. Identifikasi Kawasan
1. Geologi dan Bentang Alam
2. Struktur Pengelolaan
3. Informasi dan Pendidikan Lingkungan
4. Geowisata
5. Ekonomi Regional Berkelanjutan
IDENTITAS PENGUSUL
1. Nama Pengusul
Pemerintah Kabupaten Kebumen
2. Alamat Pengusul
Kabupaten :: Kebumen
Provinsi : Ja wa Tengah
Telepon :: (0287) 381570
Fax :: (0287) 381570
Surel :: geopark.gkk@gma il.com
3. Luas Kawasan (Km2)
543.599
Tanda Tangan:
Nama Jabatan Tanggal
Edi Hidayat, ST. MT Kepala UPT BIKK LIPI Karangsambung
Tanda Tangan:
Dokumen Penila ia n Sendiri Penila ia n Sendiri Perkiraan Penila ia n
Jumlah Keseluruhan 100%
Nama:
PENILAIAN USULAN
1. Bukti pernyataan yang sifatnya positif harus disertakan pada dokumen usulan
2. Tidak ada usulan baru yang nilainya 100%; setiap kategori setidaknya mempunyai nilai 50%
3. Usulan dikirimkan ke Sekretariat Komite Nasional Geopark
Penilaian
1. GEOLOGI DAN BENTANG ALAM Sediaan Nilai
Sendiri
1:01 KAWASAN
1:01:01 Daftar Geosite
Daftar geosite yang berada di dalam kawasan (berikan daftarnya)
Mempunyai 20 geosite atau lebih 100
Mempunyai 40 geosite atau lebih 200 200
Jumlah maksimum 200 200
1:01:02 Keragaman Geologi
Di dalam kawasan ada berapa periode geologi yang terwakili? (masing-masing bernilai 5, nilai maksimum
50
50; berikan daftarnya) 30
Di dalam kawasan ada berpa jenis batuan yang dapat diberi secara nyata? (masing-masing bernilai 10,
50
maksimum 50; berikan daftarnya) 50
Di dalam kawasan ada berapa bentukan geologi atau geomorfologi tertentu? (masing-masing bernilai
100
10, nilai maksimum 100; berikan daftarnya? 100
Jumlah maksimum 200 180
1:01:03 Sarana prasarana publik (public interpretation) di dalam kawasan geopark
Jumlah Situs yang mempunyai sarpras (Jalan setapak, panel, leaflet; berikan daftarnya)
5 - 10 40
10 - 15 80
20 atau lebih 140 140
Situs yang berkaitan dengan pengetahuan > 25 % 40 40
Situs yang berkaitan dengan pendidikan > 25 % 40 40
Situs yang digunakan untuk geowisata > 25 % 40 40
Situs bukan - geologi 40 40
Jumlah maksimum 300 300
1:01:04 Kaitannya dengan Geopark lain yang sudah ada sebelumnya (pilih salah satu)
Tidak memiliki pembandingan dengan geopark lain 300 300
Di Pulau yang sama terdapat Geopark lain dengan geologi atau infrastrukturnya sebanding 260
Di wilayah Kabupaten/Kota yang sama terdapat Geopark lain dengan geologi atau infrastrukturnya
210
sebanding
Di wilayah Provinsi yang sama terdapat Geopark lain dengan geologi atau infrastrukturnya sebanding 150
Sebagian Kawasan Geopark merupakan situs Warisan Dunia/World Heritage site atau Kawasan
300
Lindung Manusia dan Biosfer/Man and Biosphere Reserve Area (berikan dengan rinci)
Sebagian Kawasan Geopark merupakan daerah lindung international lainnya (perikan dengan rinci) 240
Sebagian Kawasan Geopark merupakan Kawasan lindung nasional (perikan dengan rinci) 180 180
Sebagian Kawasan Geopark merupakan Kawasan lindung regional (perikan dengan rinci) 120
Sebagian Kawasan Geopark merupakan Kawasan lindung lokal (perikan dengan rinci) 60
Jumlah maksimum 300 180
1:03:02
Peringkat untuk warisan budaya (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 300)
Sebagian Kawasan Geopark merupakan situs Warisan Dunia/World Heritage site atau Kawasan
300
Lindung Manusia dan Biosfer/Man and Biosphere Reserve Area (perikan dengan rinci)
Sebagian Kawasan Geopark merupakan daerah lindung international lainnya (perikan dengan rinci) 240
Sebagian Kawasan Geopark merupakan Kawasan lindung nasional (perikan dengan rinci) 180 180
Sebagian Kawasan Geopark merupakan Kawasan lindung regional (perikan dengan rinci) 120
Sebagian Kawasan Geopark merupakan Kawasan lindung lokal (perikan dengan rinci) 60
Jumlah maksimum 300 180
1:03:03 Promosi Warisan Alam dan Budaya
Interpretasi (perikan dengan rinci) 100 100
Program Pendididkan (perikan dengan rinci) 100 100
Komunikasi atau sosialisasi (perikan dengan rinci) 100 100
Promosi kepada masyarakat umum (perikan dengan rinci) 100 100
Jumlah maksimum 400 400
Jumlah sub-bab Warisan Alam dan Budaya Nilai Maksimum Penilaian Sendiri
1000 760
Mempunyai batas kawasan yang jelas yang menjadi tanggung jawab pengelola (lampirkan petanya) 40
40
Terdapat organisasi yang meningkatkan upaya perlindungan dan pembangunan berkelanjutan (perikan
40
dengan rinci) 40
Tersedianya dana mandiri (perikan dengan rinci) 20 20
Jumlah maksimum 100 100
Apakah anda mempunyai rencana induk Geopark? (gunakan komponen utama pada dokumen
2:02
sebagai acauan)
Mempunyai rencana-induk (tidak lebih tua dari 10 tahun) 40 40
Rencana-induk sedang disiapkan (lengkap dalam waktu 2 tahun) 20
Jumlah maksimum 40 40
2:03 Komponen rencana-induk geopark (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 100)
Jika sudah ada perencanaan, komponen apa saja yang digunakan? (gunakan komponen utama pada
20
dokumen sebagai acauan) 20
Jika belum ada perencanaan, komponen apa saja yang tidak dimasukkan? (gunakan komponen utama
10
pada dokumen sebagai acauan)
Analisis kekuatan dan kelemahan dari pengelolaan dan administrasi 20 20
Hasil audit geologi dan sumberdaya lainnya 20
Analisis kekuatan dan kelemahannya mendasarkan pada:
Geologi 5 5
Perlindungan bentangalam 5 5
Geowisata 5 5
Pertanian dan kehutanan 5 5
Analisis potensi pengembangan lokal/regional 10 10
Batasan sasaran pengembangan dari unsur-unsur minatan penting (geologi, geowisata dsb). 10
10
Model pengembangan berkelanjutan 10 10
Jumlah maksimum 100 90
Apakah Anda mempunyai rencana aksi untuk jangka waktu 3 tahun atau 5 tahun? (gunakan
2:04
komponen utama pada dokumen sebagai acauan)
Mempunyai rencana aksi 3 atau 5 tahun dan diimplementasikan 40 40
Rencana aksi 3 atau 5 tahun s edang disiapkan (selesai dalam 2 tahun) 20
Jumlah maksimum 40 40
Apakah di dalam proposal Anda ada strategi pemasaran? (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih
2:05
dari 100)
Mempunyai strategi yang umumnya tidak lebih tua dari 10 tahun (gunakan komponen utama pada
50
dokumen sebagai acauan) 50
Strategi sedang dipersiapkan (selesai dalam waktu 2 tahun) 20
2:05:01 Jika memiliki strategi, maka unsur-unsur apa yang digunakan?
Kajian pasar 10 10
Kreasi produk 10 10
Organisasi distribusi produk 10 10
Strategi pemasaran pariwisata 10 10
Strategi komunikasi 10 10
2:05:02 Jika strategi belum ada, maka unsur-unsur apa yang tidak akan dipakai?
Kajian pasar 5
Kreasi produk 5
Organisasi distribusi produk 5
Strategi pemasaran pariwisata 5
Strategi komunikasi 5
Jumlah maksimum 100 100
Pengusul akan melindungi objek warisan geologi dan menciptakan program geowisata
2:06
berkelanjutan. Apa yang dilakukan untuk memenuhi sasaran itu?
Daerah yang didelineasi menjadi pusat pengembangan pariwisata 25 25
Daerah yang didelineasi tidak untuk pariwisata (difokuskan untuk perlindungan dan penelitian) 20 20
Kebijakan yang diambil untuk mengatur dan mengurangi lalu lintas wisatawan (membatasi akses,
15
memperbanyak tempat parkir, sistm pemandu lalu lintas, memperbanyak penunjuk arah dsb.)
Apakah kawasan yang diusulkan pernah menerima penghargaan atau anugerah lainnya atas
2:08 kegiatan yang berkaitan dengan keragaman geologi, konservasi atau geowisata berkelanjutan
aelama 5 tahun terakhir? (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 100)
Apakah mempunyai ahli geologi dan ahli ilmu pengetahuan lainnya yang mempromosikan
2:09
penelitian ilmiah? (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 140)
Penilaian
3. INFORMASI DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN Sediaan Nilai
Sendiri
3:01 Kegiatan penelitian ilmiah, informasi dan pendidikan di dalam kawasan
Sekurang-kurangnya ada 1 orang ilmuwan/dosen dari institusi yang bekerja di kawasan yang diusulkan 40
40
sekurang-kurangnya ada 1 laporan akhir dari mahasiswa yang melakukan kegiatan (misal pemetaan
20
dsb.) di dalam kawasan yang disusulkan per tahun 20
sekurang-kurangnya ada 1 tesis Doktor yang penelitiannya dilakukan di dalam kawasan yang disusulkan
40
dalam 3 tahun terakhir 40
Sekurang-kurangnya ada 5 tulisan ilmiah atau tulisan akademis tentang pariwisata yang kajiannya
40
dilakukan di dalam kawasan yang disusulkan 5 tahun terakhir 40
Jumlah maksimum 140 140
3:02 Apakah Anda melakukan program pendidikan longkungan di kawasan yang diusulkan
Apakah ada staf tetap Anda, termasuk spesialis pendidikan lingkungan, yang melakukan kegiatan
50
tersebut sebagai pemeran utama di dalam tim 50
Apakah Anda melakukan sekurang-kurangnya 1 program pendidikan formal? (uraikan program
30
tersebut) 30
Apakah anda mempunyai kontribusi sekurang-kurangnya terhadap 1 program pendidikan formal yang
20
dilakukan oleh organisasi lain (museum dsb.) 20
Apakah ada program perorangan yang ditawarkan kepada anak-anak yang mengunjungi kawasan yang
20
dius ulkan? 20
Apakah Anda menyelenggarakan program khus us untuk murid sekolah dasar? 20 20
Apakah Anda menyelenggarakan program khus us untuk murid sekolah menengah dan atas? 20 20
Apakah Anda menyelenggarakan program khus us untuk mahasiswa? 20 20
Apakah di kawasan yang diusulkan terdapat kampus lapangan/pusat pendidikan? 20
20
Jumlah maksimum 200 200
3:03 Bahan Pendidikan apa yang Anda sediakan? (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 120)
Menggunakan panel-panel yang mudah dibaca di pintu masuk atau di lokasi wisata 50 50
Mempromosikan sekurang-kurangnya 1 lintasan geologi yang dikelola sendiri, selain yang
40
dikembangkan oleh mitra kerja 40
panel-panel infromasi di sepnajng lintasan selalu dicek dan dibersihkan 10 5
Jumlah maksimum 100 95
4:07 Bagaimana infromasi atau kegiatan dari organisasi yang berbeda dikoordinasikan?
Pemaduan informasi atau bahan promosi 20 20
Jumlah maksimum 20 20
4:08 Apakah Anda menggunkan internet, dan layanan seperti apa yang diberikan?
Mempunyai situs-jaringan sendiri yang secara umum menginformasikan keadaan kawasan 40 40
Terhubung dengan situs-jaringan pariwisata, komunitas, pemerintah stempat sehingga informasi
10
menyebar luas 10
Pengelola Geopark mudah dihubungi melalui surel 5 5
Berita elektronik yang teratur 10 10
Fasilitas publikasi secara online 10 10
Kalender kegiatan yang selalu dimutakhirkan 15 15
pemanduan kepala pengunjung 10 10
Jumlah maksimum 100 100
4:09 Infrastruktur seperti apa yang disediakan untuk kegiatan berkuda, bersampan atau bersepeda?
Jaringan jalan setapak yang menghubungkan objek-objek wisata utama dan objek minatan ilmiah 10
10
Penyeragaman atau pembakuan papan petunjuk arah 10 0
Pengecekan infrstruktur secara teratur dan perbaikan 10 5
Tersedianya peta-peta khus us dan informasi bagi para pemnjat tebing, orang bersepeda dan sebagainya 10
5
Sekurang-kurangnya mempunyai 1 objek khusu (penggalian, arkeologi, arsitektur) yang belum dinilai
10
sebelumnya 10
Kegiatan bersepeda, jalan kaki dan sebagainya yang dipandu oleh organisasi anggota 10 10
Wisata panjat tebing dan bersepeda selama beberapa hari, termasuk hotel (sehari penuh, separuh hari)
10
yang dilakukan oleh organisasi anggota 5
Wisata selamam beberapa hari, termasuk kepengurusan barang, yang dilakukan oleh organisasi anggota 10
5
Tersedianya jejaring antara kegiatan panjat tebing atau bersepeda denga hotel, dan para mitra kerja yang
20
melakukan kerjasama dengan pengelola Geopark diinformasikan dalam bentuk katalog
10
Jumlah maksimum 100 60
Bagaimana Anda mengkomunikasikan sasaran geowisata, khus unya kepada para pemangku
4:10
kepentingan pariwisata?
Bertemu langsung atau melalui ketertiban mereka di dalam pengelolaan Geopark 10 10
Memberi penghargaan secara teratur untuk mempromos ikan praktek yang baik (good practice) 20
20
Memilih dan mencalonkan mitra kerja/narasumber/sponsor 20 20
Jumlah maksimum 50 50
Apakah Anda memiliki lintasan yang berwawasan lingkungan (tanpa menggunakan kendaraan
4:11
bermotor) seperti dibawah ini?
Lintasan geologi 20 20
Lintasan budaya 10 10
Lintasan hutan 10 0
Lintasan lainnya 10 10
Kegiatan out-door lainnya yang belum disebutkan 10 10
Jumlah maksimum 60 50
4:12 Evaluasi pengunjung
Apakah Anda menghitung jumlah pengunjung? 25 25
Melalui loket penjualan karcis
Melalui orang yang berpartisipasi dalam perjalanan wisata
Berdasarkan perkiraan
Melalui kajian pengunjung
Apakah Anda melakukan evaluasi asal pengunjung 25 25
melalui alamat ketika pengunjung melakukan pemesanan
melalui analisis pasar
melalui kajian yang dilakukan oleh perguruan tinggi
Apakah Anda menggunakan hasil evaluasi pengunjung untuk perencanaan selanjutnya? 25 25
Apakah Anda melakukan analisis profil sosio-ekonomi pengunjung (keluarga, kelas sekolah, kelompok
10
pensiunan, kelompok pengunjung dsb.)? 0
Apakah Anda menyebarkan kuisioner tentang kepuasan pengunjung 15 15
Jumlah maksimum 100 90
Penilaian
4. EKONOMI REGIONAL BERKELANJUTAN Sediaan Nilai
Sendiri
5:01 Apa yag Anda lakukan untuk mempromosikan produk makanan dan kerajinan?
Inisiatif mempromos ikan makanan yang diproduksi secara regional dan/atau bersifat ekologi dan
50
dikembangkan sendiri atau memberi dukungan secara aktif 30
Makanan produksi regional dan/atau bersifat ekologi itu tersedia di rumah-rumah makan 30 10
Pengusul mengorganisasi pasar yang menjual produk pertanian regional 50 0
Memberi label pada produk makanan regional atau yang dihasilkan oleh ahli masakan di daerah 30
10
Mempromosikan pemasaran langsung produk-produk pertanian regional 40 40
Jumlah maksimum 200 90
Usaha seperti apa yang dilakukan untuk menciptakan dan mempromosikan produk geowisata
5:02
regional? (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 100)
Mempunyai inisiatif mempromosikan produk replika geologi 50 0
Menyediakan barang-barang cetakan dan cinderamata produksi lokal 100 70
Pengelola atau mitra kerja yang ditunjuk mempunyai gerai-sewaan atau gerai-sendiri yang terutama
50
menjual produk-produk regional 40
Jumlah maksimum 200 110
5:03 Bagaimana kerajinan regional dipromosikan
Mendukung secara aktif pemasaran produk kerajinan lokal 50 50
Mengemas produk kerajinan lokal di dalam kotak 100 100
Jumlah maksimum 150 150
Usaha seperti apa yang dilakukan untuk mempromosikan hubungan antara pengusul Geopark
5:04
dengan pengusaha setempat? (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 100)
Label layanan/produk regional dikembangkan sendiri oleh pengusul Geopark atau bermitra dengan
50
lainnya 30
Pengelola melakukan pemasaran langsung produk-produk regional 50 40
Menawarkan kegiatan pariwisata yang bekerjasama dengan pengusaha setempat 20 20
Jumlah maksimum 100 90
Kontrak seperti apa yang ditawarkan secara teratur kepada para pengusaha di kawasan yang
5:05
dius ulkan?
Jasa pelayanan (Perbaikan, pengelolaan) 50 0
Desain, percetakan 50 0
Peralatan dan jasa layanan lainnya yang mendukung geowisata, misalnya transportasi, kotak peragaan
80
dsb (berikan rinciannya) 30
Jumlah maksimum 150 30
5:06 Jejaring (menilai sendiri, jumlahnya tidak lebih dari 200)
Mempunyai jejaring perusahaan koperasi yang dibina oleh pengusul Geopark 100 0
Mempunnyai kontrak formal antara pengusul Geopark dan mitra kerja 100 0
Mempunyai proyek bersama yang dibiayai oleh Pengusul Geopark, pengusaha perorangan dan
50
pemerintah setempat 0
Jumlah maksimum 200 0
LAMPIRAN II
RINGKASAN EKSEKUTIF
EXECUTIVE SUMMARY
GEOPARK KARANGSAMBUNG-KARANGBOLONG
No Keterangan Gambar
Situs pada lokasi batuan masa awal pembentukan Pulau Jawa / Pra-Tersier (117 - 55 jtyl)
Situs yang berada pada batuan hasil proses Sedimentasi Longsoran Laut Dalam (55 – 25 jtyl)
Situs pada batuan masa Gunung Api Purba Halang (10 - 2 jtyl)
50 KKG-22. Wisata Alam Bukit Pranji, Pengaringan
Wisata Alam Bukit Pranji berada di Desa Pengaringan, Kecamatan
Pejagoan, Kabupaten Kebumen, 15 km dari Kota Kebumen. Wisata
Alam Bukit Pranji menjadi salah satu destinasi wisatawan. Sinergi
keindahan alam yang mempesona dan kreativitas pengelola benar-
benar mengemas apik lokasi ini untuk menjadi daya tarik tersendiri,
agar wisatawan datang kembali
Situs yang berada pada batuan hasil pembentukan endapan Alluvial dan pantai ( < 2 jtyl)
54 KKG-34. Pantai Logending
Sisi timur morfologinya sangat terjal, merupakan morfologi karst, sisi
barat dan utara merupakan pantai landai terisi endapan alluvial dan
pasir pantai. Pada bagian selatan,berupa morfologi terjal bukit
Majingklak yang tersusun oleh breksi vulkanik yang resisten terhadap
erosi dan gempuran ombak laut.Ke arah utara dan barat gumuk pasir
tidak terbentuk walaupun angin dan gempuran ombak cukup kuat, hal
ini disebabkan sedikitnya masukan sedimen asal darat (Ansori C.;
2016)
55 KKB-1. Hutan Mangrove
Kawasan hutan mangrove Ayah terletak di muara Sungai Bodo,
Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Jenis tanaman mangrove yang
paling dominan dikembangkan Rhizophora Mucronata, dimana
percepatan pertumbuhan di Ekosistem guna sebagai konservasi dan
mitigasi ancaman bencana.
Keberadaan kampus Lapangan Geologi yang dikelola oleh LIPI sedikit banyak telah memberikan
pengaruh kepada aktivitas ekonomi terutama yang berkaitan dengan pelayanan jasa. Saat ini peluang
peningkatan aktivitas ekonomi dari kegiatan wisata yang berbasis pada alam Karangsambung telah
berkembang dengan munculnya beberapa lokasi wisata alam. Geliat masyarakat terhadap Geopark
dapat terlihat dari banyaknya obyek wisata yang dikembangkan di kawasan geoapark.
Secara eksisting, beberapa fasilitas yang diperlukan dalam pengelolaan Kawasan Geopark
Karangsambung-Karangbolong sudah tersedia, diantaranya Pusat informasi baik yang berkedudukan di
kantor Bappeda Kebumen dan di Kantor BIKK LIPI, Museum Melange, Panel Informasi di masing-
masing geosite, Gapura masuk Cagar Alam Geologi Karangsambung, serta petunjuk Jalan, homestay
serta infrastruktur pendukung. Kedepan, penyempurnaan fasilitas akan terus dilakukan mengacu pada
masterplan yang telah disusun.
Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan Pemerintah Daerah yang tertuang dalam visi pembangunan
jangka menengah Kabupaten Kebumen selama lima tahun (2016-2021) dapat terlihat bahwa
Kabupaten Kebumen menginginginkan sebuah pembangunan menyertakan peran aktif seluruh
elemen masyarakat dan berfokus pada kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan secara
komprehensif dan tetap berwawasan lingkungan. Demikian pula pada fokus di misi ketiga, diharapkan
Kabupaten Kebumen memiliki kemandirian ekonomi yang bertumpu pada potensi lokal dengan
penciptaan lapangan kerja yang tetap berwawasan lingkungan.
Beberapa Kebijakan tersebut diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan sektoral diantaranya:
Pembinaan Pokdarwis, Pembentukan dan pembinaan desa wisata, Desa berdikari, Pengembangan
Kawasan Pedesaan, Desa berinovasi, Pembinaan Gapoktan dan Pembinaan Kelompok pengrajin gula
semut dan anyaman pandan serta makanan ringan. Sedangkan upaya menumbuhkan kepedulian
masyarakat, ditempuh melalui kegiatan Edukasi terhadap masyarakat terhadap pentingnya konservasi,
Fasilitasi penyusunan perdes tentang lingkungan hidup serta program Geopark to school dan school to
Geopark.
LAMPIRAN III
APENDIX
2. Ansori, C. (2010): Potensi dan Genesisis Mangan di Kawasan Karst Gombong Selatan Berdasarkan
Penelitian Geologi Lapangan, Analisis Data Induksi Polarisasi dan Kimia Mineral. Buletin
Sumberdaya Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi Vol. 5, No. 2, 77-86.
3. Ansori, C. (2010): Analisis Cadangan, Kualitas dan Dampak Penambangan Lempung Sebagai Bahan
Baku Genteng Soka dan Bata di Kabupaten Kebumen. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara,
Vol. 6, No. 3, 132-145.
4. Ansori, C. (2013): Mengoptimalkan Perolehan Mineral Magnetik pada Proses Separasi Magnetik
Pasir Besi Pantai Selatan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal Teknologi Mineral dan
Batubara Vol. 9, No. 3, 145-156.
5. Ansori, C., Hastria, D. (2012): Potensi Bahan Tambang, Penataan Wilayah Usaha Pertambangan
(WUP) dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) di Kebumen. Jurnal Teknologi Mineral dan
Batubara Vol. 8, No. 3, 107 - 118.
6. Ansori, C., Sudarsono, Saefudin. (2011): Distribusi Mineralogi Pasir Besi Pada Jalur Pantai Selatan
Kebumen – Kutoarjo. Buletin Sumberdaya Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi, Vol.6, No. 2, 81
– 96.
8. Ansori, C., Sujatmiko, Permana, H. (2007): Klorastolit-Batu Mulia Berwarna Hijau dari Kawasan
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal Bahan Galian Industri, Vol.11, No. 30.
9. Ansori, C., H., Sapri. (2002):Sifat Fisik Fragmen Endapan Olistostrome di Karangsambung. Buku
Sumberdaya Geologi 2002, 67-76.
10. Gaol, K.L., Sudrajat, Y., Wardhana, D.D. (2004): Citra Kerapatan Batuan BawahPermukaan Daerah
Karst Gombong Jawa Tengah dan Hubungannya dengan Potensi Airtanah. Jurnal Geofisika
2004/2, 7 – 13.
11. Harsolumakso, A.H., Noeradi, D. (1996): Deformasi pada Formasi Karangsambung, di Daerah
Lukulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi, Vol.26, No.1, 45 – 54.
12. Haryono, E., Putro, S.T., Sutikno. (2017): Polygonal Karst Morphology of Karangbolong Area, Java-
Indonesia. Jornal of Acta Carsologica 46/1, 63–72.
13. Ibrahim, E., Parnadi, W.W. (2015): Study of Layered Structure on Contact Boundary area of
Formation Panasogan-Waturanda by Applying Ground Penetrating Radar Method. Journal of
Review of Advances in Physics Theories and Applications, Vol. 2, No. 2, 10 -19.
14. Ketner, K.B., Kastowo, Modjo, S., Naeser, C.W., Obradovich, J.D., Robinson, K.,
Suptandar, T., dan Wikarno. (1976) : Pre-Eocene rocks of Java, Indonesia,
Journal of Research, United State Geological Survey, 14, 605-614.
15. Kadarusman, A., Massonne, H. J., Roermund, H. V., Permana, H., Munasri. (2007) :P-T Evolution
of Eclogites and Blueschists from the Lukulo Complex of Central Java, Indonesia.International
Geology Review, Vol. 49, 329–356.
16. Khurniawan, S., Apriliani, N. R., Aswan. (2015):Penentuan Lingkungan Pengendapan Formasi
Penosogan Berdasarkan Analisis Fosil Jejak di Lintasan Kali Jaya, Karangsambung, Kebumen,
Jawa Tengah. Buletin Geologi No. 42 Vol. I, 21.
17. Maemuna, S., Darsono, Legowo, B. (2017): Identifikasi Akuifer di Sekitar Kawasan Karst Gombong
Selatan Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen dengan Metode Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 13, No. 2, 44 – 48.
18. Mareta, N., Hidayat, E. (2016): Hubungan Kondisi Geologi Lingkungan dan Lapisan Pembawa
Airtanah Daerah Kebakalan dan Sekitarnya, Kebumen - Jawa Tengah. Jurnal Natural B, Vol. 3,
No. 4, 277 – 285.
19. Miyazaki, K., Sopaheluwakan, J., Zulkarnain, I., dan Wakita, K. (1998) : Jadeitequartz-glaucophane
rock from Karangsambung, Central Java, Indonesia and Its Tectonic Implications, The Island Arc
Journal 7, 223-230.
20. Nugroho, S. (2016): Praktik Geowisata Karangsambung Kebumen: Tinjauan Perspektif Dualitas.
JUMPA, Vol. 3, No.1, 92 – 114.
21. Nur, A.M. (2014): Sungai Meander Lukulo Antara Kondisi Ideal dan Kenyataan. Jurnal Geografi
Vol. 11, No. 2, 217-226.
22. Nur, A.M. (2011): Kajian Geologi Lingkungan Pada Lokasi Penambangan Batuan Diabas Gunung
Parang dalam Rangka Konservasi Batuan di Cagar Alam Geologi Karangsambung. Jurnal Teknik
Vol. 32 No. 2, 170 – 174.
23. Nur, A.M., Ansori, C., Purnami, D.N. (2009): Hubungan Sebaran Gerakan tanah dengan Kelurusan
Struktur Geologi, Berdasarkan Interpretasi Citra Landsat di daerah Kebumen, Jawa Tengah.
Jurnal Teknologi, Technoscience, Vol 1, No.2.
24. Parkinson, C.D., Miyazaki, K., Wakita, K., Barber, A.J., dan Carswell, D.A. (1998) : An Overview and
Tectonic Synthesis of The Pre-Tertiary Very-Highpressure Metamorphic and Associated Rocks of
Java, Sulawesi and Kalimantan, Indonesia. The Island Arc Journal, 7, 184-200.
25. Praptisih, Kamtono, Dewi, K.R. (2006): Stratigrafi dan Sedimentasi Endapan Kuarter Daerah
Puring dan Sekitarnya Gombong Selatan. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, jilid 16 No.2,
35 – 48.
26. Raharjo, P.D., Winduhutomo, S. (2016): Kondisi Sosial-Masyarakat Pada Karakteristik Fisik
Lingkungan dalam Mempengaruhi Risiko Longsor di Karangsambung – Kebumen. Jurnal
Manusia dan Lingkungan, Vol. 23, No. 1, 1-11.
27. Raharjo, P.D., Nur, A.M. (2013): Pemetaan Gerakan Tanah Kawasan Cagar Alam Geologi
Karangsambung dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan SIG. Jurnal Forum Geografi,
Vol. 27, No. 2, 99 – 114.
28. Raharjo, P.D., Nur, A.M., Hidayat, E. (2011): Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Identifikasi
Kerentanan Bencana Alam di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Buletin Geologi
Tata Lingkungan, Vol. 21, No. 1, 23 – 33.
29. Raharjo, P.D. (2010): Kajian Karakteristik DAS Lukulo Hulu dengan Menggunakan Data
Penginderaan Jauh. Jurnal Geografi, Vol. 3, No. 1, 47 – 55.
30. Raharjo, P.D. (2010): Penggunaan Data Penginderaan Jauh dalam Analisis Bentukan Lahan Asal
Proses Fluvial di Wilayah Karangsambung. Jurnal Geografi, Vol. 7, No. 2, 146 – 152.
31. Raharjo, P.D. (2010): Penggunaan Data Penginderaan Jauh dan SIG untuk Pemantauan Kekritisan
di DAS Lukulo Hulu Jawa Tengah. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 17, No.l, 37 – 45.
32. Raharjo, P.D. (2010): Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi
Potensi Kekeringan. Jurnal Makara, Teknologi, vol. 14, no. 2, 97-105.
33. Raharjo, P.D., Saifudin. (2008): Pemetaan Erosi DAS Lukulo Hulu dengan Menggunakan Data
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No.
2, 103-113.
34. Sarwanto, D., Tuswati, S.E. (2018): Profil dan Karakteristik Peternak Kambing di Lereng
Pegunungan Karst Gombong – Jawa Tengah. Jurnal Agronomika, Vol. 12, No. 2, 153 – 158.
35. Sarwanto, D., Tuswati, S.E. (2017): Pertumbuhan Rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum
‘Mott’) di Lahan Terbuka Bekas Penambangan Batu Kapur Kawasan Karst Gombong Jawa
Tengah. Jurnal Biosfera, Vol 34, No 3, 131 – 137.
36. Sarwanto, D., Prayitno, C.H. (2015): The Diversity and Productivity of Indigenous Forage in Former
Limestone Mining Quarry in Karst Mountain of Southern Gombong, Central Java Indonesia.
Animal Production Journal, Vol. 17, No. 2, 69-75.
37. Sarwanto, D., Tuswati, S.E., Widodo, P. (2015): Keragaman dan Produktivitas Hijauan Pakan
Indigenous pada Berbagai Tingkat Kerapatan Vegetasi di Pegunungan Kapur Gombong Selatan.
Jurnal Biosfera, Vol.32, No. 3, 147 – 153.
38. Setiawan, N.I., Osanai, Y., Nakano, N., Adachi, T., Yonemura, K., Yoshimoto, A., Setiadji, L.D.,
Mamma, K., Wahyudiono, J. (2014): Geochemical Characteristics of Metamorphic Rocks from
South Sulawesi, Central Java, South and West Kalimantan in Indonesia. Asean Engineering
Journal Part C, Vol. 3, No. 1, 107 – 127.
39. Setiawan, N.I., Osanai, Y., Nakano, N., Adachi, T., Yonemura, K., Yoshimoto, A., Wahyudiono, J.,
Mamma, K. (2013): An overview of metamorphic geology from central Indonesia: Importance of
South Sulawesi, Central Java and South-West Kalimantan metamorphic terranes. Bulletin of the
Graduate School of Social and Cultural Studies Kyushu University, vol.19, 39 – 55.
40. Setiawan, N.I., Yuwono, Y.S., Sucipta, IGB. E. (2011): The Genesis of Tertiary “Dakah Volcanics” in
Karangsambung, Kebumen, Central Java. Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 1, 29-44.
41. Setyadi, D.A. (2012): Studi Komparasi Pengelolaan Geopark di Dunia untuk Pengembangan
Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Jurnal Pembangunan Wilayah dan
Kota,Vol. 8, No. 4, 392 – 402.
42. Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M., dan
Priadi, B. (1994): Tertiary Magmatic Belts in Java. Journal of Southeast Asian Earth Sciences, Vol.
9, 13-17.
43. Suhendar, A.S., Yani, E., Widodo, P. (20180; Analisis Vegetasi Kawasan Karst Gombong Selatan
Kebumen Jawa Tengah. Jurnal Scripta Biologica, Vol. 5, No.1, 37–40.
44. Subagio. (2008). Struktur Geologi Bawah Permukaan Daerah Kebumen Berdasarkan Analisis Pola
Anomali Gaya Berat dan Geomagnet. Jurnal Sumber Daya Geologi, Vol. 18 No. 6, 391 – 407.
46. Wakita, K., Munasri., Bambang, W. (1994): Cretaceous Radiolarians from the Lukulo Complex in
The Karangsambung Area, Central Java, Indonesia. Journal of SE Asian Earth Sciences, 9, 29–43
47. Wulandari, S. (2014): Bentuk dan Fungsi Tradisi Merdi Desa Terhadap Kehidupan Sosial
Masyarakat pada Tahun 1985 dan 2012 di Desa Karangsambung Kabupaten Kebumen (Kajian
Perubahan Budaya). Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Vol. 4, No. 2, 32
– 37.
2. Ansori, C. (2004): Menapak Bumi Menjelajah Alam Karangsambung Untuk Memahami Dinamika
Bumi. Buku Panduan Geowisata Karangsambung, UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian
Karangsambung – LIPI, Kebumen.
2. Ansori, C., Puswanto, E. (2011): Alterasi dan Mineralisasi di Kawasan Kars Gombong Selatan,
Kabupaten kebumen. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2011, 21
– 28.
3. Ansori, C., Puswanto, E. (2011): Karakteristik Urat Kuarsa Epitermal Pada Batuan Induk
Teralterasi, Komplek Melange Lukulo, Kec. Sadang, Kebumen. Prosiding Pemaparan Hasil
Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2011.
4. Ansori, C. (2011): Potensial of Geotourism Object Development at South Gombong Karst Area,
Kebumen. Proceeding of International Conference and Field Seminar, Asian Trans-Disciplinary
Karst Conference, 339 – 350.
5. Ansori, C., Puswanto, E. (2011): Mining Profile at South Gombong Karst Area. Proceeding of
International Conference and Field Seminar, Asian Trans-Disciplinary Karst Conference, 7 – 16.
6. Ansori, C., Saefudin, Nur, A.M., Widiyanto, K. (2008): Potensi Sumberdaya Mineral Kawasan Karst
Gombong Selatan Serta Implikasinya Terhadap Pengelolaan Kawasan Lindung. Prosiding
Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2008, 147 – 150.
7. Ansori, C., Widiyanto, K., Nur, A.M. (2008): Penambangan Lempung sebagai Bahan Baku Genteng
Soka – Kebumen, serta Dampak Lingkungannya. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Kebumian
2008.
8. Ansori, C. (2008): Kampus Lapangan Geologi Karangsambung, Tempat Pendidikan Geologi
Lapangan dan Pemasyarakatan Ilmu Kebumian. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Kebumian
2008.
9. Ansori, C., Sujatmiko, Permana, H. (2000): Giok Jawa Dari Kawasan Karangsambung, Kebumen,
Jawa Tengah Dan Pemanfaatannya. Proceeding Of Indonesian Association Of Geologist, The 29
th Annual Convension, Vol. 2.
10. Ansori, C. (1999): Pengembangan Obyek Geowisata Kabupaten Kebumen. Prosiding Pemaparan
Hasil Litbang Ilmu Pengetahuan Teknik, LIPI – Bandung.
11. Ansori, C. (1998): Potensi Pengembangan Obyek Wisata Kab. Kebumen, Sebagai Obyek
Geowisata. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Ke-27.
12. Ansori, C., Santosa, Sodik, Suyamto. (2003): Analisis Bahaya Alam Banjir di Karangsambung,
Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan, Ikatan Ahli Geologi Indonesia
(IAGI) Ke-22.
13. Aziz, A.F., Hadi, A., Eko, B.H., Fadlin. (2017): Karakteristik MicroGeodiversitydan Biodiversity Gua
Liyah 1 Sebagai Potensi Geowisata di Kawasan Karst Gombong Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Kebumian ke-10, 1849 – 1863.
14. Hapsoro, S., Ibadurrahman, H., Rachman, M. G., Pratama, R. I. R., Krisnabudhi, A.,Rahmanto, B.
(2016): Tectonic Event Trailing Based on Fault Generated Fragments of Waturanda Formation,
Wadasmalang, Karangsambung, Central Java.ASEAN++2016 Towards Geo-resources Education
in ASEAN Economic Community, The 9th AUN/SEED-Net Regional Conference on Geological and
Geo-resources Engineering, The 12th International Conference on Mining, Materials and
Petroleum Engineering and The 9th International Conference on Earth Resources Technology,
162 – 170.
15. Harsolumakso, A.H. (1999) : Diabas di Daerah Karangsambung, Lukulo, Kebumen, Jawa Tengah;
Apakah Bentuk Kelompok Batuan Basaltik Berupa Tubuh Intrusif?. Prosiding Seminar Nasional
Sumberdaya Geologi 40 Tahun (Pasca Windu) Jurusan Teknik Geologi, FT – UGM.
16. Harsolumakso, A.H., Prasetyadi, C., Sapiie, B., dan Suparka, M.E. (2006) : The Lukulo-
Karangsambung Complex Of Central Java, Indonesia: From Subduction to Collision Tectonics,
Proceedings Persidangan Bersama UKM-ITB, Langkawi, Malaysia.
17. Hastria, D., Saifudin, Ansori, C. (2008): Peranan Geologi dan Geomorfologi dalam Menunjang
Perencanaan Pengelolaan DAS Lukulo. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
Geoteknologi – LIPI 2008.
19. Isyqi, Hastria, D., Ansori, C. (2016): Klasifikasi Granitoid Karangsambung Berdasarkan Data
Petrografi dan Geokimia. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2016,
277 - 290.
20. Krisnabudhi, A.,Rahmanto, B., Hapsoro, S. E., Sulaeman, H. I., Rachman, M. G., Pratama, R. I. R.
(2015). Tectonic Event Trailing Based on Fragments of Waturanda Formation, Wadasmalang,
Karangsambung, Central Java. Proceedings Joint Convention Balikpapan 2015 HAGI – IAGI –
IAFMI – IATMI.
21. Mareta, N., Raharjo, P.D. (2017): Analisis morfologi dalam penentuan arah pergerakan patahan
(Studi Kasus Daerah Kebakalan Karanggayam Kebumen). Prosiding Seminar Nasional Kebumian
ke-10, 1956 – 1965.
22. Mulyadi, R. R., Ariyanto, R., Hartami, P. N, Nugroho, B., A. Masagus. (2017). Analisis Sensitivitas
Tinggi Muka Air Tanah Terhadap Kestabilan Lereng Perbukitan Batugamping Kaliwadas
Berdasarkan Hasil Pengukuran Geolistrik Wenner. Prosiding Seminar Nasional Geomekanika
IV,173 – 178.
23. Nur, A.M., Ansori, C. (2008): Potensi Gerakan Tanah Pada Kawasan Karst Gombong Selatan dan
Pengaruhnya Terhadap Perencanaan Jalan Lingkar Selatan di Kabupaten Kebumen. Prosiding
pemaparan hasil penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2008.
24. Paltrinieri, F., Sajekti, S., Suminta. (1976):Biostratigraphy of The Jatibungkus Section (Lokulo Area)
in Central Java. Proceedings Indonesian Petroleum Association 1976, 195 – 203.
25. Prasetyadi, C., Suparka, E.R., Harsolumakso, A.H., Sapiie, B. (2006): An Overview of Paleogene
Stratigraphy of The Karangsambung Area, Central Java: Discovery of A New Type of Eocene
Rock. Proceedings, Jakarta International Geosciences Conference and Exhibition.
26. Prasetyadi, C., Suparka, E.R., Harsolumakso, A.H., Sapiie, B. (2006):The Occurrence of A Newly
Found Eocene Tectonic Melange in Karangsambung Area, Central Java. Proceedings PIT IAGI
2006, The 35th IAGI Annual Meeting and Exhibition,
27. Puswanto, E., Raharjo, P.D., Widiyanto, K. (2014): Identifikasi Kerusakan Das Lukulo dan Upaya
Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Karangsambung, Kabupaten Kebumen). Prosiding
Seminar Nasional Kebumian ke-7, 25 – 33.
28. Puswanto, E., Hidayat, E. (2014): Analisis Paleostruktur Lava Basal-Andesitik Kali Mandala dan
Diabas Gunung Parang. Prosiding pemaparan hasil penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2014,
365 – 377.
29. Puswanto, E., Winduhutomo, S., Raharjo, P.D., Widiyanto, K. (2013): Pengaruh Karakteristik Das
Lukulo Terhadap Kelayakan Jembatan; Studi Kasus Jembatan Sungai Gebang. Prosiding
pemaparan hasil penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013, 283 – 290.
30. Puswanto, E., Hastria, D., Ansori, C. (2012): Petrogenesa Andesit Amigdaloidal Jatibungkus
Kaitannya dengan Batuan Beku Mafis Kompleks Ofiolit Karangsambung. Prosiding pemaparan
hasil penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2012, 45 - 53.
31. Raharjo, P.D., Hidayat, E., Winduhutomo, S., Widiyanto, K., Puswanto, E. (2014): Penggunaan
Model Analytic Hierarchy Processuntuk Penentuan Potensi Ancaman Longsor Secara Spasial.
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2014, 513 – 525.
32. Raharjo, P.D., Ansori, C. (2009): Kajian Penggunaan Lahan pada Kawasan Cagar Alam Geologi
Karangsambung dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Proceedings of International
Conference Earth Science and Technology 2009, D06-1 - D06-8.
33. Ridwan, J., (2017) :Diatom as An Alternative for Biostratigraphy Research in Karangsambung.
Global Colloquium on GeoSciences and Engineering 2017.
34. Saifudin, Ansori, C. (2011): Karst Groundwater Resource in Karangbolong, Kebumen, Central Java.
Proceeding of International Conference and Field Seminar, Asian Trans-Disciplinary Karst
Conference, 106 – 116.
35. Saifudin, Raharjo, P.D. (2009): Perencanaan Das Welaran Sebagai Daerah Pengujian Hidrologi.
Prosiding Simposium Sains Geoinformasi – I, 191 – 196.
36. Saifudin, Raharjo, P.D. (2009): Potensi Endapan Sedimen dalam Hubungannya dengan Tingkat
Erosi di Das Lukulo Hulu. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2009,
205 – 213.
37. Saifudin, Ansori, C. (2008): Potensi Sumber Daya Air DAS Wawar Untuk Perencanaan Air Irigasi di
Kabupaten Kebumen. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2008.
38. Saifudin, Ansori, C. (2008): Peranan Hidrologi dalam Pengelolaan Das Lukulo di Kabupaten
Kebumen. Prosiding Seminar Nasional Kebumian 2008.
39. Saifudin, Ansori, C., Hastria, D. (2007): Pengkajian Daerah Resapan DAS Lukulo. Proceeding
Seminar Geoteknologi, 109-119.
40. Saifudin, Ansori, C. (1998): Analisis Hidrograf Aliran Untuk Perhitungan Banjir Rencana di DAS
Welaran, Kab. Kebumen. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan, Ikatan Ahli Geologi Indonesia
(IAGI) Ke-27.
41. Setiawan, N.I., Novian, M.I., Khalif, M.I. (2015): Petrologi, Geokimia dan Umur Batuan Granitoid
di Komplek Lukulo, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional
Kebumian ke-8, 865 – 880.
42. Setiawan, N.I., Husein, S., Alfyan, F. (2014): Speculative Models of Exhumation on High-Pressure
Low-Temperature Metamorphic Rocks from Central Part of Indonesia: An Implementation of
Concepts and Processes. Prosiding seminar nasional kebumian ke-7, 504 – 523.
43. Soesilo, J., Schenk, V., Suparka, E., Abdullah, C. I. (2015): The Mesozoic Tectonic Setting of Se
Sundaland Based on Metamorphic Evolution. Proceedings, Indonesian Petroleum Association
Thirty-Ninth AnnualConvention & Exhibition.
44. Suhendra, R., Setiawan, N. I., Warmada, W. I., Aji, A. B., Humaida, H. (2017) :Petrogenesis of Very
Low- To Low-Grade Metamorphic Rocks inLukulo Mélange Complex, Karangsambung, Central
Java,Indonesia. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-10 Peran Penelitian Ilmu Kebumian
dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. 1091 – 1115.
46. Sutjipto, A.T., Purwiyono, T. T., Azizi, M. A. (2017): Monitoring Pergerakan Massa Batuan Dengan
Metode Terestris Menggunakan Total Station dan Metode Fotogrametri di Kaliwadas,
Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Geomekanika IV.
47. Wakita, K., Munasri., Wiyoko, B. (1991) :Nature and Age of Sedimentary Rocks of The Lukulo
Melange Complex in The Karangsambung Area, Central Java, Indonesia. Proceedings of the
Silver Jubilee Symposium on the Dynamics of Subduction and Its Products, Research and
Development Center for Geotechnology – LIPI, 63 – 78.
48. Wibowo, B. A., Ngadmanto, D., Listyaningrum, Z., Mahardika, Y., Putra, K. (2015): Identifikasi
Lapisan Rawan Longsor Menggunakan Metode Seismik Refraksi Studi Kasus: Kampus Lapangan
LIPI Karangsambung. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF, Vol. IV.
50. Widiyanto, K., Raharjo, P.D., Puswanto, E., Winduhutomo, S. (2014): Genetika Wilayah Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Kaligending di Cagar Alam Geologi Karangsambung, Jawa Tengah.
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2014, 569 – 576.
51. Widiyanto, K., Puswanto, E., Raharjo, P.D., Winduhutomo, S. (2013): Dampak aktivitas
penambangan pasir di Sungai Lukulo terhadap airtanah dangkal di Pesanggrahan
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
Geoteknologi – LIPI 2013, 327 – 335.
52. Widiyanto, K., Ansori, C. (2009): Evaluasi Satuan Genetika Wilayah Aktivitas penambangan pasir
di S. Lukulo-Kebumen. Proceedings of International Conference Earth Science and Technology
2009.
53. Widiyanto, K., Raharjo, P.D. (2011): Evaluasi Aktivitas Penambangan Diabas di Gunung Parang
Cagar Alam Geologi Karangsambung Kebumen dengan Pendekatan Satuan Genetika Wilayah.
Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2011, 141 – 147.
54. Winduhutomo, S., Puswanto, E., Widiyanto, K., Raharjo, P.D. (2013): Analisis Geologi Teknik
Kegagalan Lereng pada Bangunan Embung di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung
(Studi Kasus : Instabilitas Embung dan Cara Mengatasinya). Prosiding Pemaparan Hasil
Penelitian Puslit Geoteknologi – LIPI 2013, 43 – 52.
55. Winduhutomo, S., Puswanto, E., Widiyanto, K., Raharjo, P.D., Kumoro, Y. (2013): Kondisi Geologi
Teknik Daerah Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung Provinsi Jawa Tengah (Studi Kasus
: Longsoran Jalur Jalan Kawasan Konservasi). Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit
Geoteknologi – LIPI 2013, 53 - 62.
Laporan teknis
1. Ansori, C., dkk. (2017): Kajian Potensi Sumberdaya Mineral Dan Kebencanaan Sebagai Dasar
Pengembangan Wilayah Pada Kawasan Tinggian Karangbolong. Laporan Penelitian Balai
Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
2. Hastria, D., dkk. (2016): Petrogenesa Plagiogranit Pada Komplek Melange Lukulo. Laporan
Penelitian Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
3. Hastria, D., dkk. (2015): Petrogenesa Dasit Di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung.
Laporan Penelitian Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
4. Hidayat, E., dkk. (2016): Analisis Kinematik Pada Batuan Olistostrome Paleogen Formasi
Karangsambung Dan Totogan Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Laporan Penelitian
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
5. Isyqi, dkk. (2017): Seting Tektonik Batuan Dasit pada Komplek Melange Lukulo. Laporan
Penelitian Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
6. Puswanto, E., dkk. (2012): Petrogenesa Basalt Sungai Mandala Dan Kaitannya Dengan Batuan
Mafis Komplek Ofiolit Di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Laporan Penelitian Balai
Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
7. Raharjo, P.D., dkk. (2017): Pengaruh Penutup/Penggunaan Lahan DAS Lukulo Hulu Terhadap
Aliran Air Permukaan, dilihat dari Skala Multitemporal. Laporan Penelitian Balai Informasi dan
Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
8. Raharjo, P.D., dkk. (2016): Morfometri Dan Lingkungan Fisik DAS Lukulo Hulu ditinjau dari
Pengaruhnya Terhadap Aliran Air Permukaan. Laporan Penelitian Balai Informasi dan Konservasi
Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
9. Raharjo, P.D., dkk. (2011): Sistem Informasi Sumberdaya Lahan dan Air Cagar Alam Geologi
Karangsambung (Basis Data). Laporan Penelitian Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI,
tidak dipublikasikan.
10. Widiyanto, K., (2016): Identifikasi Potensi Sumberdaya Airtanah Dangkal Di Kawasan Cagar Alam
Geologi Karangsambung. Laporan Penelitian Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI,
tidak dipublikasikan.
11. Widiyanto, K., dkk. (2015): Kajian Potensi Geodiversity Di Kawasan Cagar Alam Geologi
Karangsambung. Laporan Penelitian Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak
dipublikasikan.
12. Widiyanto, K., dkk. (2012): Arahan Penataan Ruang Dan Pengembangan Wilayah Berbasis
Genetika Wilayah Di Pegunungan Serayu Selatan: Studi Kasus Daerah Karangsambung Dan
Banjarnegara Selatan Jawa Tengah. Laporan Penelitian Balai Informasi dan Konservasi
Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
13. Winduhutomo, S., dkk. (2017): Kajian Resiko Bencana Gerakan Tanah di Kawasan Cagar Alam
Geologi Karangsambung Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Balai Informasi
dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
14. Winduhutomo, S., dkk. (2016): Kajian Resiko Bencana Gerakan Tanah di Kawasan Cagar Alam
Geologi Karangsambung Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Balai Informasi
dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
15. Winduhutomo, S., dkk. (2015): Kajian Resiko Bencana Gerakan Tanah Di Kawasan Cagar Alam
Geologi Karangsambung Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Balai Informasi
dan Konservasi Kebumian LIPI, tidak dipublikasikan.
16. BAP3DA. 2016. Studi Potensi Pengembangan Agrobisnis Badan Perencanaan dan Penelitian dan
Pembangunan Daerah: Kebumen
17. BAP3DA. 2017. Studi Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif, Badan Perencanaan dan Penelitian
dan Pembangunan Daerah : Kebumen
18. BAP3DA. 2018. Kajian Pengembangan Ekonomi Masyarakat : Badan Perencanaan dan Penelitian
dan Pembangunan Daerah ;Kebumen
19. RUD ( Riset Unggulan Daerah ).2013. Kajian Anyaman Pandan Menuju One Village One Product
di Kabupaten Kebumen. Badan Perencanaan dan Penelitian dan Pembangunan Daerah:
Kebumen
20. RUD ( Riset Unggulan Daerah ) (2015). Sistem Informasi Pariwisata Sebagai Media Interaktif dan
Edukatif Pengembangan Investasi Pariwisata di Kabupaten Kebumen. Badan Perencanaan dan
Penelitian dan Pembangunan Daerah: Kebumen
21. RUD ( Riset Unggulan Daerah ) (2016) Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat
di Desa Candirenggo Kecamatan Ayah. Badan Perencanaan dan Penelitian dan Pembangunan
Daerah: Kebumen
22. RUD ( Riset Unggulan Daerah ). (2017). Pemetaan Potensi Ekonomi Desa dan Sistem Jaringan
Kawasan Pedesaan untuk Mendorong Diversifikasi Produk Unggulan Desa dan Kawasan
Pedesaan (PRUDES dan PRUKADES) di Kawasan Wisata Pesisir Menganti Kabupaten Kebumen.
Badan Perencanaan dan Penelitian dan Pembangunan Daerah: Kebumen
23. RUD ( Riset Unggulan Daerah ). (2017). Strategi Pengembangan Beras Mutiara Desa Plumbon
Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen. Badan Perencanaan dan Penelitian dan
Pembangunan Daerah: Kebumen
24. Bap3da, (2017) Masterplan Geopark Karangsambung, Badan Perencanaan dan Penelitian dan
Pembangunan Daerah: Kebumen
25. Bappeda, (2017) Rencana Aksi Kota Pusaka, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Kebumen
26. Bappeda, (2017) Rencana Aksi Geopark Karangsambung, Karangbolong, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah: Kebumen
27. Kementerian Pekerjaan Umum (1999) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Karangsambung,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : Kebumen
28. Bappeda, (2015) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan
Gombong dan Sekitarnya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah: Kebumen
29. Bappeda; (2016) Dokumen Evaluasi Implementasi RTRW Kabupaten Kebumen, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah: Kebumen
30. Dinas Perumahan dan Permukiman dan Lingkungan Hidup, (2017) Laporan Keanekaragaman
Hayati Kabupaten Kebumen, Dinas Perumahan dan Permukikan dan Lingkungan Hidup,:
Kebumen
31. Disporawisata, (2018) Master Plan Kawasan Wisata Pantai Selatan; Dinas Pemuda dan Olah Raga
dan Pariwisata :Kebumen
Disertasi (S-3)
Asikin, S. (1974) : Evolusi geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditinjau dari segi tektonik dunia yang
baru. Laporan tidak dipublikasikan, disertasi, Dept. Teknik Geologi ITB, 103 hal.
Prasetyadi, C. (2007) Evolusi tektonik Paleogen Jawa bagian Timur. Disertasi Jurusan Teknik Geologi
ITB, tidak dipublikasikan, 323 hal.
Setiawan, N.I. (2013): Metamorphic evolution of central Indonesia. PhD dissertation, Kyushu
University, 318 p.
Suparka, M.E. (1988) : Studi petrologi dan pola kimia kompleks ofiolit Karangsambung utara Luh Ulo,
Jawa Tengah, Evolusi geologi Jawa Tengah, Disertasi Jurusan Teknik Geologi ITB, tidak dipublikasikan,
181 hal.
Tjia, H.D. (1966) : Structural analyses of the Pre-Tertiary of the Lokulo area, Central Java. PhD
dissertation, Contribut. From the Dept. of Geol., ITB. 110 p.
Prasetyadi, C.
Thesis (S-2)
Hendrobusono, I.S. (1997): Arahan Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan di Kecamatan Sadang
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan, Jurusan Antar Bidang,
Universitas Gadjah Mada, 177 hal.
Puswanto, E. (2018): Studi Petrogenesis dan Tektonogenesis Batupasir Formasi “Bulukuning” dalam
Matrik Lempung Bersisik di Daerah Banjarnegara, Jawa Tengah. Tesis Program Studi Teknik geologi,
Institut Teknologi Bandung, 125 hal.
Skripsi (S-1)
Muniroh, F. (2016): Dampak Penambangan Pasir di Sungai Lukulo Terhadap Lingkungan (Survei di
Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen). Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 69 hal.
Prayogi, W. (2014): Kepercayaan masyarakat terhadap ritual sebagai syarat pengambilan sarang
burung walet (studi kasus di Desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Skripsi
Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, tidak dipublikasikan,
133 hal.
Rahmandani, M. M. (2017): Nilai Spiritual dalam upacara Ngunduh sarang burung walet di
Karangbolong Kebumen. Sripsi Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Yogyakarta, tidak dipublikasikan, 80 hal.
Riendriasari, S.D. (2007): Persepsi masyarakat penambang dan pengolah kapur terhadap aktivitas
penambangan dl desa Redisari kawasan ekokarst Gombong Selatan, Kebumen, Jawa Tengah. Skripsi
Usulan Geopark Karangsambung-Karangbolong
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor, tidak dipublikasikan, 58 hal.
Saputra, B.D. (2008): Morfometri Dolina di Wilayah Karst Gombong Selatan. Skripsi Departemen
Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, tidak
dipublikasikan, 155 hal.
Wibowo, A.S. (2013): Hubungan kondisi sosial ekonomi penambang pasir tradisional di Sungai Lukulo
dengan biaya pendidikan anak Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten
Kebumen. Skripsi Studi Pendidikan Geografi, Fakulyas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, tidak
dipublikasikan, 127 hal.
Muntofingah. 2016. Perdagangan Sarang Burung Walet Di Desa Karangbolong Tahun 1990-
2012.Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Diponegoro : Semarang
MATIENATUL IEMAANIAH. 2016. Studi Komparasi Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan
Pariwisata antara Pantai Logending di Kecamatan Ayah dengan Waduk Sempor di Kecamatan Sempor
Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri Surakarta: Surakarta
Amalia Dewi. 2016 Perancangan Media Interaktif Ensiklopedia Batuan Sebagai Sarana Pendukung Di
Lipi Geologi Karangsambung. Skripsi. Tidak Diterbitkan. STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA : Yogyakarta
Prahasti Maela. 2017. Tanggapan Masyarakat Terhadap Perusakan Lingkungan Di Kawasan Cagar Alam
Geologi Karangsambung dan Tingkat Partisipasi dalam Pelestarian Lingkungan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri Semarang : Semarang
Nurul Azizah Umi. 2017. Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Di Sekitar Obyek Wisata Bukit Pentulu
Indah Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta
Maulani Hanah Ika. 2017. Pemanfaatan Laboratorium Geologi Karangsambung Sebagai Sumber Belajar
IPS Di SMP Negeri 1 Karangsambung. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta :
Yogyakarta
Amalia Hanifa Dhia. 2018. Kapabilitas Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Potensi Geowisata
Karangsambung Kabupaten Kebumen. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Diponegoro : Semarang