Anda di halaman 1dari 427

DIREKTORI

LAYANAN
PERPAJAKAN
Edisi 2017

Buku Direktori Layanan Perpajakan ini


disusun berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku
saat penyusunan buku ini. Apabila terdapat
perbedaan antara isi buku ini dengan ketentuan
yang berlaku karena kesalahan tulis atau
terjadi perubahan peraturan, maka peraturan
perundang-undangan perpajakan yang sedang
berlaku menjadi acuan.

Buku ini Ditujukan Untuk Kepentingan Dinas


Tidak Untuk Diperjualbelikan
KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah salah satu


Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan yang
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. DJP merupakan
institusi penting di negeri ini di mana mayoritas pembiayaan
APBN berasal dari penerimaan pajak.
Sejak reformasi perpajakan yang dimulai pada tahun
2002, DJP telah melakukan banyak perubahan atau reformasi
administrasi perpajakan. Dasar dari program ini adalah
penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan
dan akuntabel, dengan menggunakan teknologi informasi.
Modernisasi ini pada hakikatnya adalah program reformasi
birokrasi di lingkungan DJP yang merpakan bagian dari
Reformasi Birokrasi Kemenkeu.
Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025 yang ditindaklanjuti dengan penerbitan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
Tahun 2015 – 2019. Dengan adanya dukungan regulasi tersebut,
gerakan Reformasi Birokrasi Kemenkeu bisa diintegrasikan
dengan gerakan Reformasi Birokrasi Nasional.
Sasaran reformasi birokrasi, sebagaimana yang tercantum
dalam Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, mencakup
3 (tiga) aspek yaitu: (1) terwujudnya pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN; (2) terwujudnya peningkatan kualitas
pelayanan publik kepada masyarakat; dan (3) meningkatnya
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Untuk memenuhi salah satu aspek sasaran reformasi
birokrasi yaitu terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan
publik kepada masyarakat, maka disusunlah buku Direktori

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN i


Layanan Perpajakan sebagai sebuah unsur dalam pelayanan
perpajakan. Buku ini dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan pelayanan perpajakan di masa depan dan
dapat berfungsi memberikan informasi pelayanan pajak yang
komprehensif, yang akan memberikan kemudahan dari sisi
petugas pajak maupun dari sisi Wajib Pajak.
Semoga buku Direktori Layanan Perpajakan ini dapat
menjadi unsur yang makin membuat kokoh bangunan pelayanan
perpajakan Indonesia sehingga mendorong terwujud visi dan
misi Direktorat Jenderal Pajak.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan
yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan buku ini. Semoga niat baik kita
akan selalu diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.

Jakarta, Januari 2018


Penyusun

ii DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR..........................................................i
B. DAFTAR ISI.................................................................... iii
C. DAFTAR LAMPIRAN......................................................xi
D. PENDAFTARAN............................................................... 1
1. Pendaftaran NPWP..................................................................... 3
2. Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena
Pajak................................................................................................. 6
3. Pemberitahuan KLU.................................................................... 7
4. Pemindahan Wajib Pajak........................................................... 8
5. Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak................................................................................................. 9
6. Penetapan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non
Efektif...............................................................................................11
7. Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif.................12
8. Cetak Ulang Kartu NPWP/SKT/SPPKP...............................12
9. Aktivasi EFIN................................................................................14
10. Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak.................................15
11. Cetak Ulang Kode Aktivasi......................................................16
12. Sertifikat Elektronik....................................................................16
13. Surat Kuasa Khusus....................................................................17
E. PEMBUKUAN/PENCATATAN......................................19
1. Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan
Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,
Pemekaran, atau Pengambilalihan Usaha..........................21
2. Izin Menyelenggarakan Pembukuan dalam Bahasa
Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat..............22
3. Pemberitahuan Menyelenggarakan Pembukuan Dalam
Bahasa Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat....25
4. Izin Menyelenggarakan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Indonesia dan Satuan Mata Uang
Rupiah............................................................................................ 27
5. Perubahan Metode Pembukuan...........................................28
6. Perubahan Tahun Buku Pertama..........................................28
7. Perubahan Metode Pembukuan dan/atau Tahun Buku
Kedua, dan Seterusnya............................................................29

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN iii


DAFTAR ISI
8. Pencabutan Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata
Uang Dollar Amerika Serikat................................................ 30
9. Penerbitan Kembali Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata
Uang Dollar Amerika Serikat.................................................32
10. Pembatalan Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata
Uang Dollar Amerika Serikat.................................................33
11. Pemberitahuan Pembatalan Izin Menyelenggarakan
Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan
Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.......................34
F. PEMBAYARAN.............................................................. 37
1. Kode Billing..................................................................................39
2. Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran PPh Pasal
29.................................................................................................... 40
3. Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25.................................41
4. Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak Bank, Sewa Guna
Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah.......................................................41
5. Angsuran atas Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan...................42
6. Pemindahbukuan (Pbk)...........................................................43
7. Pengalihan Saldo Bea Meterai dari Sistem Komputerisasi
ke Teknologi Percetakan.........................................................45
8. Pengalihan Saldo Bea Meterai dari Teknologi Percetakan
ke Sistem Komputerisasi.........................................................45
9. Pemindahbukuan (Pbk) Saldo Deposit Mesin Teraan
Meterai Digital............................................................................ 46
G. SURAT PEMBERITAHUAN........................................... 49
1. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 21/26.................51
2. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 22......................52
3. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 23/26..............54
4. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25......................................55
5. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 15.......................56
6. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).......................58
7. Pelaporan SPT Masa PPN 1111............................................... 60
8. Pelaporan SPT Masa PPN 1111 DM.........................................61

iv DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR ISI
9. Pelaporan SPT Masa PPN 1107 Pemungut........................62
10. Pelaporan SPT Masa Pembetulan........................................63
11. Pelaporan SPT Tahunan PPh Pribadi 1770 SS............... 64
12. Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S.....65
13. Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 ........66
14. Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan 1771..........................68
15. Pelaporan SPT Tahunan PPh Pembetulan.......................69
16. Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan.....70
17. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan...................71
18. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat
Pemberitahuan............................................................................ 72
H. PEMERIKSAAN, BUKTI PERMULAAN, DAN
PENYIDIKAN................................................................. 73
1. Pembahasan Hasil Pemeriksaan Oleh Tim Quality
Assurance Pemeriksaan........................................................... 75
2. Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan.....................76
3. Penghentian Penyidikan Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara...77
I. LAYANAN DJP.............................................................. 79
1. Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan
Mesin Teraan Meterai Digital...................................................81
2. Pembetulan Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Mesin Teraan Meterai Digital.................................82
3. Pencabutan Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Mesin Teraan Meterai Digital.................................83
4. Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan
Sistem Komputerisasi...............................................................84
5. Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan
Teknologi Percetakan...............................................................85
6. Izin Sebagai Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai
Lunas Dengan Teknologi Percetakan.................................86
7. Penetapan/Perpanjangan Penetapan sebagai Daerah
Tertentu.........................................................................................87
8. Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu................................87
9. Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah..........................89
10. Pengusaha Kena Pajak Toko Retail yang Berpartisipasi
Dalam Skema Pengembalian PPN Kepada Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri........................................... 90

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN v


DAFTAR ISI
11. Fasilitas Pengurangan PPh Badan Untuk Industri
Pionir...........................................................................................91
12. Pemusatan Tempat PPN Terutang......................................92
13. Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan
Tempat PPN Terutang............................................................. 94
14. Perubahan Tempat Pemusatan PPN Terutang...............95
15. Perpanjangan Pemusatan Tempat PPN Terutang.........96
16. Pencabutan Pemusatan Tempat PPN Terutang.............97
17. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk
Tujuan Perpajakan.....................................................................98
18. Penetapan Masa Manfaat atas Harta Berwujud Bukan
Bangunan dan Harta Tidak Berwujud................................99
19. Fasilitas Untuk Bidang Usaha/Daerah Tertentu (PP
18/2015).......................................................................................100
20. Penambahan Jangka Waktu Penyelesaian Kompensasi
Kerugian....................................................................................... 101
21. Fasilitas untuk Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET)..................................................................... 103
22. Surat Keterangan Fiskal........................................................105
23. Surat Keterangan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bakal Calon Kepala Daerah..................................................106
24. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/Pasal 22 Selain
Impor, PPh Pasal 22 Impor/PPh Pasal 23........................ 107
25. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 Atas Impor Emas
Batangan dari Wajib Pajak yang Bergerak Dalam Bidang
Industri Perhiasan Emas Untuk Tujuan Ekspor.............108
26. Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh atas Bunga
Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh Dana
Pensiun yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri
Keuangan....................................................................................109
27. Surat Keterangan Bebas PPh atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan........... 110
28. Surat Keterangan Bebas PPh atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Bagi Wajib Pajak yang Usaha Pokoknya Melakukan
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.......... 113
29. Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh Bagi Wajib Pajak yang Dikenai PPh

vi DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR ISI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013................................................................................................ 114
30. Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat
Strategis....................................................................................... 115
31. Pembatalan Surat Keterangan Bebas PPN Barang Kena
Pajak Strategis........................................................................... 116
32. Surat Keterangan Bebas PPN atau PPN dan PPnBM
Kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan
Internasional Serta Pejabatnya............................................ 117
33. Surat Dispensasi kepada Perwakilan Negara Asing dan
Badan Internasional serta Pejabatnya.............................. 118
34. Surat Keterangan Bebas PPnBM atas Impor atau
Penyerahan Kendaraan Ambulan, Kendaraan Jenazah,
Kendaraan Pemadam Kebakaran, Kendaraan Tahanan,
dan Kendaraan Angkutan Umum....................................... 119
35. Surat Keterangan Bebas PPnBM atas Impor atau
Penyerahan Kendaraan Protokoler Kenegaraan,
Kendaraan Dinas atau Kendaraan Patroli TNI/Polri.... 120
36. Surat Keterangan Tidak Dipungut..................................... 122
37. Pembatalan Surat Keterangan Tidak Dipungut............ 125
38. Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan Perubahan.... 125
39. Surat Keterangan Domisili.................................................... 126
40. Surat Keterangan Penelitian Formal Bukti Pemenuhan
Kewajiban Penyetoran PPh atas Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan atau Perubahan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan.... 127
41. Nomor Seri Faktur Pajak....................................................... 129
42. Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik
(e-Faktur)....................................................................................130
43. Konfirmasi Status Wajib Pajak............................................. 131
44. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21 dan Pasal 26......................... 132
45. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh Bunga Deposito, Tabungan, Jasa Giro,
dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.......................... 133
46. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas Pembayaran
Bunga Kepada Nasabah Pemegang Surat Utang Negara

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN vii


DAFTAR ISI
Obligasi Republik Indonesia (SUN-ORI)......................... 133
47. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh atas Pembayaran Dividen Kepada
Para Pemegang Saham......................................................... 134
48. Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement
Procedure).................................................................................. 135
49. Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing
Agreement).................................................................................137
50. Legalisasi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal
21/22/23...................................................................................... 138
51. Legalisasi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/22/23
terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.139
52. Legalisasi Surat Keterangan Domisili...............................140
53. Cetak Ulang SPPT PBB........................................................... 141
54. Endorsement dan Persetujuan Pemasukan atau
Pengeluaran Barang di Kawasan Bebas.......................... 142
55. Pemberitahuan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa
Bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu yang dapat
Melaporkan Beberapa Masa Pajak dalam Satu Surat
Pemberitahuan Masa.............................................................. 143
56. Pemberitahuan Informasi Layanan Publik......................144
57. Penerbitan atau Peningkatan Surat Izin Konsultan
Pajak............................................................................................. 145
58. Penerbitan Kembali atau Perpanjangan Kartu Tanda
Pengenal Konsultan Pajak.................................................... 147
59. Pencabutan Surat Izin Konsultan Pajak........................... 148
J. SENGKETA PAJAK..................................................... 149
1. Permintaan Keterangan Wajib Pajak dalam Rangka
Pengajuan Keberatan.............................................................. 151
2. Keberatan.................................................................................... 152
3. Pencabutan Permohonan Keberatan............................... 153
4. Permintaan Keterangan Wajib Pajak dalam Rangka
Banding....................................................................................... 153
5. Pembetulan (Pasal 16 UU KUP).......................................... 154
6. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
(Pasal 36 Ayat 1a UU KUP)................................................... 155
7. Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
yang Tidak Benar (Pasal 36 Ayat 1b UU KUP)...............157

viii DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR ISI
8. Pengurangan atau Pembatalan Surat Tagihan Pajak
yang Tidak Benar (Pasal 36 Ayat 1c UU KUP).............. 158
9. Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil
Pemeriksaan (Pasal 36 Ayat 1d UU KUP)....................... 159
10. Pencabutan Permohonan Pasal 36 UU KUP..................160
11. Pengurangan Denda Administrasi PBB (Pasal 20 UU
PBB)..............................................................................................160
12. Pengurangan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang atau
Surat Ketetapan Pajak PBB yang Tidak Benar............. 162
13. Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat
Ketetapan Pajak PBB, atau Surat Tagihan Pajak PBB
yang Tidak Benar..................................................................... 163
14. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan....................... 164
K. PENAGIHAN PAJAK....................................................167
1. Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.... 169
2. Perpanjangan Jangka Waktu Pelunasan Pajak............. 170
L. PENGEMBALIAN PAJAK............................................ 173
1. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan.....................................................................................175
2. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan karena Diterbitkannya Keputusan atau
Putusan yang Mengakibatkan Lebih Bayar PBB.......... 176
3. Pengembalian Pendahuluan bagi Wajib Pajak dengan
Kriteria Tertentu (Pasal 17C UU KUP)............................... 177
4. Pengembalian Pendahuluan bagi Wajib Pajak dengan
Persyaratan Tertentu (Pasal 17D UU KUP)..................... 178
5. Pengembalian Pendahuluan bagi Pengusaha Kena
Pajak Berisiko Rendah (Pasal 9 ayat (4c) UU PPN).... 179
6. Pengembalian PPN bagi Turis Asing (VAT Refund for
Tourists).......................................................................................180
7. Pengembalian atas Keputusan/Putusan Keberatan/
Banding/Peninjauan Kembali/Pasal 36/Pembetulan
Pasal 16........................................................................................ 182
8. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang Atas Pembayaran Pajak
Oleh Pihak Pembayar............................................................. 182
9. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang atas Kelebihan Pajak Dalam
Rangka Impor............................................................................ 184

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN ix


DAFTAR ISI
10. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan PPh, PPN, atau PPnBM...................... 185
11. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
yang Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan
Pemotongan atau Pemungutan Pajak terhadap Subjek
Pajak Luar Negeri yang Memiliki Bentuk Usaha Tetap
di Indonesia............................................................................... 186
12. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan Pajak terhadap Subjek Pajak Luar
Negeri yang Tidak Memiliki Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia..................................................................................... 187
13. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan Pajak terhadap Orang Pribadi atau
Badan yang Tidak Diwajibkan Memiliki NPWP............. 188
14. Imbalan Bunga.......................................................................... 189
M. PENGHAPUSAN........................................................... 191
1. Penghapusan NPWP............................................................... 193
2. Pencabutan Pengukuhan PKP............................................ 195
3. Pencabutan Sertifikat Elektronik....................................... 197
N. LAMPIRAN....................................................................199

x DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi.... 201


Lampiran 2 Formulir Pendaftaran Wajib Pajak Badan......... 203
Lampiran 3 Formulir Perubahan Data Wajib Pajak...............206
Lampiran 4 Formulir Pemindahan Wajib Pajak....................... 210
Lampiran 5 Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.. 211
Lampiran 6 Formulir Permohonan Penetapan Wajib Pajak
Non Efektif..................................................................... 213
Lampiran 7 Formulir Permohonan Cetak Ulang..................... 214
Lampiran 8 Formulir Aktivasi EFIN.............................................. 215
Lampiran 9 Formulir Permohonan Kode Aktivasi dan
Password........................................................................ 216
Lampiran 10 Formulir Permohonan Cetak Ulang Kode
Aktivasi............................................................................ 217
Lampiran 11 Formulir Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha
Kena Pajak..................................................................... 218
Lampiran 12 Formulir Permintaan Sertifikat Elektronik......... 219
Lampiran 13 Formulir Surat Pernyataan Persetujuan
Penggunaan Sertifikat Elektronik DJP............... 220
Lampiran 14 Format Surat Kuasa Khusus................................... 222
Lampiran 15 Formulir Permohonan Izin Penggunaan Nilai
Buku Dalam Rangka atas Pengalihan Harta
Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha...................................................... 223
Lampiran 16 Formulir Permohonan/Pemberitahuan
Pembukuan....................................................................227
Lampiran 17 Format Surat Pernyataan Terkait Bahasa Dalam
Pembukuan .................................................................. 229
Lampiran 18 Format Surat Pernyataan Terkait Mata Uang
Dalam Pembukuan.....................................................230
Lampiran 19 Contoh Format Surat Permohonan Pengangsuran
Pembayaran PPh Pasal 29....................................... 231
Lampiran 20 Contoh Format Surat Permohonan Penundaaan
Pembayaran PPh Pasal 29...................................... 232
Lampiran 21 Formulir Permohonan Persetujuan Pembayaran
PPh yang Bersifat Final Atas Selisih Lebih
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan Secara Angsuran..... 233
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN xi
DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran 22 Contoh Format Surat Permohonan


Pemindahbukuan....................................................... 234
Lampiran 23 Contoh Format Surat Kesalahan Perekaman.. 235
Lampiran 24 Formulir SPT Masa PPh Pasal 21........................... 236
Lampiran 25 Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak
Final) atau Pasal 26................................................... 243
Lampiran 26 Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
(Final)............................................................................. 244
Lampiran 27 Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi
Pegawai Tetap Atau Penerima Pensiun atau
Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua Berkala.......
245
Lampiran 28 Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi
Pegawai Negeri Sipil atau Anggota Tentara
Nasional Indonesia atau Anggota Polisi
Republik Indonesia Atau Pejabat Negara Atau
Pensiunannya............................................................... 246
Lampiran 29 Formulir SPT Masa PPh Pasal 22.......................... 247
Lampiran 30 Formulir Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 (Oleh
Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu......... 249
Lampiran 31 Formulir SPT Masa PPh Pasal 23 atau Pasal 26
Berbentuk Kertas....................................................... 250
Lampiran 32 Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
Berbentuk Kertas....................................................... 253
Lampiran 33 Formulir SPT Masa PPh Pasal 23 atau Pasal 26
Berbentuk Elektronik................................................ 255
Lampiran 34 Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
Berbentuk Elektronik................................................ 258
Lampiran 35 Formulir SPT Masa PPh Pasal 15........................... 262
Lampiran 36 Formulir Bukti Pemotongan PPh atas Imbalan
yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri (Final)............................ 264
Lampiran 37 Formulir Bukti Pemotongan PPh atas Imbalan
yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan
Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
(Final)............................................................................. 265
Lampiran 38 Formulir Bukti Pemotongan PPh atas Imbalan
yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan
Penerbangan Dalam Negeri................................... 266

xii DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran 39 Formulir SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)........... 267


Lampiran 40 Formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh
Final Pasal 4 Ayat (2) Atas Penghasilan Dari
Usaha Jasa Konstruksi.............................................. 269
Lampiran 41 Formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh
Final Pasal 4 Ayat (2) Atas Hadiah Undian...... 270
Lampiran 42 Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4
Ayat (2) Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah
dan/atau Bangunan.................................................... 271
Lampiran 43 Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4
ayat (2) atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan
Saham yang Diperdagangkan di Bursa Efek....272
Lampiran 44 Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat
(2) atas Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto
SBI, Jasa Giro................................................................273
Lampiran 45 Formulir Bukti Pemungutan PPh Final Pasal 4
ayat (2) atas Penghasilan dari Transaksi Deivatif
Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan
di Bursa...........................................................................274
Lampiran 46 Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4
ayat (2) atas Bunga dan/atau Diskonto Obligasi
dan Surat Berharga Negara (SBN).......................275
Lampiran 47 Formulir Bukti Pemotongan PPh FInal Pasal 4 ayat
(2) atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri......... 276
Lampiran 48 Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4
ayat (2) atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan
oleh Koperasi Kepada anggota Koperasi Orang
Pribadi.............................................................................277
Lampiran 49 Formulir SPT Masa PPN 1111.................................... 278
Lampiran 50 Formulir SPT Masa PPN 1111 DM............................ 285
Lampiran 51 Formulir SPT Masa PPN 1101 Pemungut............ 288
Lampiran 52 Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi 1770 SS........................................................... 292
Lampiran 53 Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi 1770 S.............................................................. 293
Lampiran 54 Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi 1770.................................................................. 297
Lampiran 55 Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan PPh
Wajib Pajak Badan 1771............................................306
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN xiii
DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran 56 Formulir Pemberitahuan Penggunaan Norma


Penghitungan............................................................... 314
Lampiran 57 Formulir Pemberitahuan Perpanjangan Jangka
Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh WP Orang
Pribadi............................................................................. 315
Lampiran 58 Formulir Pemberitahuan Perpanjangan Jangka
Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh WP
Badan............................................................................... 316
Lampiran 59 Formulir Pemberitahuan Perpanjangan
Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Badan (Bagi WP yang Diizinkan
Menyelenggarakan Pembukuan Dalam Mata
Uang Dollar Amerika Serikat)................................. 318
Lampiran 60 Formulir Pemberitahuan Perpanjangan
Penyampaian SPT Tahunan..................................... 319
Lampiran 61 Format Laporan Pengungkapan Ketidakbenaran
Pengisian Surat Pemberitahuan...........................320
Lampiran 62 Contoh Format Surat Penghentian Penyidikan.... 322
Lampiran 63 Formulir Surat Pernyataan Kepemilikan Mesin
Teraan Meterai Digital............................................... 323
Lampiran 64 Contoh Permohonan Izin Pembubuhan Tanda Bea
Meterai Lunas dengan Sistem Komputerisasi.....324
Lampiran 65 Contoh Permohonan Pembubuhan Tanda Bea
Meterai Lunas dengan Teknologi Percetakan.. 328
Lampiran 66 Formulir Permohonan Izin/Perpanjangan Izin
sebagai Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea
Meterai Lunas dengan Teknologi Percetakan.. 329
Lampiran 67 Formulir Permohonan Penetapan/Perpanjangan
Penetapan Daerah Tertentu...................................330
Lampiran 68 Formulir Permohonan Penetapan Pengusaha
Kena Pajak Berisiko Rendah................................... 332
Lampiran 69 Formulir Permohonan Penetapan Saat Dimulainya
Berproduksi Secara Komersial.............................. 333
Lampiran 70 Formulir Pemberitahuan Pemusatan Tempat PPN
Terutang......................................................................... 334
Lampiran 71 Formulir Surat Pernyataan Pemberitahuan
Pemusatan Tempat PPN Terutang....................... 335
Lampiran 72 Formulir Penambahan dan/atau Pengurangan
Pemusatan Tempat PPN Terutang....................... 336

xiv DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran 73 Formulir Perubahan Tempat Pemusatan PPN


Terutang......................................................................... 337
Lampiran 74 Formulir Pemberitahuan Pencabutan Pemusatan
Tempat PPN Terutang.............................................. 338
Lampiran 75 Formulir Permohonan Persetujuan Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan.................................................................... 339
Lampiran 76 Formulir Daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan................340
Lampiran 77 Formulir Permohonan untuk Penetapan
Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan
untuk Keperluan Penyusutan.................................. 341
Lampiran 78 Formulir Permohonan Penetapan Penambahan
Jangka Waktu Kompensasi Kerugian................. 342
Lampiran 79 Formulir Permohonan Pengurangan Penghasilan
Neto 30% dari Jumlah Penanaman Modal
(KAPET).........................................................................344
Lampiran 80 Formulir Permohonan Ijin Kompensasi Kerugian
(KAPET)......................................................................... 345
Lampiran 81 Formulir Permohonan PPh Pasal 26 Atas Dividen
Dengan Tarif Sebesar 10% (KAPET)...................346
Lampiran 82 Formulir Permohonan Surat Keterangan Fiskal.... 347
Lampiran 83 Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh......... 348
Lampiran 84 Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemungutan PPh atas Impor Emas Batangan..... 349
Lampiran 85 Contoh Format Surat Permohonan Tanda Bukti
Tidak Mempunyai Tunggakan Pajak....................350
Lampiran 86 Formulir Permohonan Surat Keterangan
Bebas Pemotongan PPh atas Bunga Deposito
dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia........................................................................ 351
Lampiran 87 Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan............................ 352
Lampiran 88 Formulir Surat Pernyataan Berpenghasilan di
Bawah PTKP dan Jumlah Bruto Penghasilan
atas Tanah dan/atau Bangunan Kurang dari
Rp.60.000.000,00..................................................... 353
Lampiran 89 Formulir Surat Pernyataan Hibah......................... 354
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN xv
DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran 90 Formulir Surat Pernyataan Pembagian Waris.... 355


Lampiran 91 Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/
atau Bangunan............................................................ 356
Lampiran 92 Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPnBM Atas Impor/Penyerahan Kendaraan
Bermotor........................................................................357
Lampiran 93 Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.......................................................................... 358
Lampiran 94 Formulir Surat Pernyataan Wajib Pajak yang
Memiliki Bruto Tertentu Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013...................... 359
Lampiran 95 Contoh Format Permohonan Surat Keterangan
Tidak Dipungut...........................................................360
Lampiran 96 Format Rincian Alat Angkutan Tertentu yang
Diajukan Permohonan Untuk Memperoleh
Fasilitas Tidak Dipungut PPN................................. 361
Lampiran 97 Format Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan
(RKIP)............................................................................. 362
Lampiran 98 Format Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan
(RKIP) Perubahan...................................................... 363
Lampiran 99 Contoh Format Surat Pernyataan Penghasilan
yang Dikenai PPh yang Bersifat Final atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.............................................................364
Lampiran 100 Contoh Format Surat Pernyataan Kedudukan
Untuk Kepentingan Penerbitan Surat Keterangan
Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri
Indonesia (SKD SPDN)............................................. 365
Lampiran 101 Contoh Format Permohonan Surat Keterangan
Domisili........................................................................... 366
Lampiran 102 Formulir Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.... 367
Lampiran 103 Formulir Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk
Elektronik (e-Faktur) yang Rusak atau Hilang... 368
Lampiran 104 Contoh Format Surat Permohonan Keterangan
Status Wajib Pajak..................................................... 369

xvi DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran 105 Formulir Surat Permintaan Pelaksanaan Mutual


Agreement Procedure ............................................. 370
Lampiran 106 Format Permohonan Legalisasi Fotokopi Surat
Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh bagi Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu........................................ 371
Lampiran 107 Formulir Penelitian SSP atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.....372
Lampiran 108 Contoh Format Formulir Permohonan Informasi
Publik...............................................................................373
Lampiran 109 Format Surat Permohonan Izin Praktik
Konsultan.......................................................................374
Lampiran 110 Format Surat Permohonan Izin Praktik
Konsultan Pajak Bagi Konsultan Pajak yang
Pernah Mengabdikan Diri Sebagai Pegawai atau
Pensiunan DJP..............................................................375
Lampiran 111 Format Surat Permohonan Peningkatan Izin
Praktik Konsultan....................................................... 376
Lampiran 112 Format Surat Permohonan Perpanjangan Masa
Berlaku Kartu Izin Praktik.........................................377
Lampiran 113 Format Surat Permohonan Pendaftaran Asosiasi
Konsultan Pajak.......................................................... 378
Lampiran 114 Format Surat Pendaftaran Ulang Izin Praktik
Konsultan Pajak.......................................................... 379
Lampiran 115 Format Surat Keberatan..........................................380
Lampiran 116 Format Surat Permohonan Pencabutan
Pengajuan Keberatan................................................ 381
Lampiran 117 Format Surat Permohonan Pembetulan........... 382
Lampiran 118 Format Surat Permohonan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi....................... 383
Lampiran 119 Format Surat Permohonan Pengurangan atau
Pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang Tidak
Benar............................................................................... 384
Lampiran 120 Format Surat Permohonan Pengurangan atau
Pembatalan Surat Tagihan Pajak yang Tidak
Benar............................................................................... 385
Lampiran 121 Format Surat Permohonan Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak Hasil Pemeriksaan.................... 386
Lampiran 122 Contoh Format Permintaan Pengurangan Denda

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN xvii


DAFTAR
LAMPIRAN

Administrasi PBB........................................................ 387


Lampiran 123 Contoh Format Surat Permohonan Pengurangan
SPPT atau SKP PBB Yang Tidak Benar.............. 389
Lampiran 124 Contoh Format Surat Permohonan Pembatalan SPPT,
SKP PBB, atau STP PBB Yang Tidak Benar............... 391
Lampiran 125 Contoh Format Surat Permohonan Pengurangan
PBB.................................................................................. 393
Lampiran 126 Format Surat Permohonan Pengembalian atas
Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya
Tidak Terutang............................................................ 395
Lampiran 127 Format Surat Kuasa Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak
Terutang Bagi Orang Pribadi atau Badan yang
Tidak Diwajibkan Memiliki NPWP........................ 397
Lampiran 128 Format Surat Permohonan Pengembalian atas
Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya
Tidak Terutang Bagi SPLN yang Tidak Memiliki
BUT di Indonesia........................................................ 398
Lampiran 129 Format Surat Kuasa Bagi SPLN yang Tidak
Memiliki BUT di Indonesia Kepala Pemotong atau
Pemungut..................................................................... 400
Lampiran 130 Format Surat Penunjukan Nomor Rekening Bank
di Indonesia..................................................................402
Lampiran 131 Formulir Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak................................................................................403
Lampiran 132 Formulir Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak................................................................... 404
Lampiran 133 Permintaan Pencabutan Sertifikat Elektronik....405

xviii DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 1


PENDAFTARAN

1. Pendaftaran NPWP
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak untuk memperoleh
NPWP sebagai sarana dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan.

Prosedur
Wajib Pajak melakukan:
a. penyampaian permohonan secara tertulis dilakukan secara
langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi
atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/Layanan di
Luar Kantor sesuai wilayah kerja; atau
b. penyampaian secara elektronik melalui sistem e-registration
(https://ereg.pajak.go.id).

Persyaratan dan Dokumen


a. Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak orang pribadi:
1) fotokopi KTP bagi Warga Negara Indonesia; atau
2) fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas
(KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga
Negara Asing.
b. Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 3


PENDAFTARAN
pekerjaan bebas:
1) fotokopi KTP (WNI) atau fotokopi paspor, fotokopi KITAS/
KITAP (WNA), dan fotokopi dokumen izin kegiatan usaha
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya
Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari
Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik; atau
2) fotokopi e-KTP (WNI) dan surat pernyataan di atas meterai
dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa
yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.
c. Wajib Pajak badan yang berorientasi pada profit (profit
oriented):
1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan
perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau
surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi
bentuk usaha tetap;
2) fotokopi kartu NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala
Desa (penanggung jawab WNA); dan
3) fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa
atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti
pembayaran listrik.
d. Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit (non
profit oriented):
1) fotokopi e-KTP salah satu pengurus badan atau organisasi;
dan
2) surat keterangan domisili dari pengurus RT/RW.
e. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan
sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation) berupa:
1) fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai
bentuk kerja sama operasi (Joint Operation);
2) fotokopi Kartu NPWP masing-masing anggota bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan
untuk memiliki NPWP;
3) fotokopi Kartu NPWP orang pribadi salah satu pengurus

4 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation), atau fotokopi paspor dan surat keterangan
tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung
jawab adalah Warga Negara Asing; dan
4) fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
f. Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut
pajak:
1) fotokopi surat penunjukan sebagai Bendahara; dan
2) fotokopi KTP.
g. Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang
Pribadi Pengusaha Tertentu berupa:
1) fotokopi kartu NPWP pusat atau induk;
2) surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak
Badan; dan
3) fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala
Desa bagi Wajib Pajak badan; atau
4) fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala
Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/
bukti pembayaran listrik atau surat pernyataan di atas
meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi Pengusaha Tertentu.
h. Wajib Pajak orang pribadi wanita kawin yang dikenai
pajak secara terpisah karena menghendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan
wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus
dilampiri dengan:
1) fotokopi Kartu NPWP suami;
2) fotokopi Kartu Keluarga; dan
3) fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta, atau surat pernyataan menghendaki melaksanakan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 5


PENDAFTARAN
hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak
dan kewajiban perpajakan suami.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung setelah permohonan
diterima secara lengkap (tanggal BPS).

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

2. Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena


Pajak
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
perubahan data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.

6 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
Persyaratan dan Dokumen
Formulir Permohonan Perubahan Data, dilampiri dengan dokumen
yang menunjukkan bahwa data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha
Kena Pajak mengalami perubahan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah BPS diterbitkan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

3. Pemberitahuan KLU
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan perubahan data Wajib Pajak (KLU) melalui Tempat
Pelayanan Terpadu di KPP.

Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan perubahan
data ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


Formulir perubahan data.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari kerja setelah BPS diterbitkan.

Peraturan Terkait
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-233/PJ/2012
tentang Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak s.t.d.d. Keputusan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 7


PENDAFTARAN
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012.

4. Pemindahan Wajib Pajak


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pemindahan KPP pengadministrasi Wajib Pajak
karena tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan
sebenarnya pindah ke wilayah KPP lain.

Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
sesuai wilayah kerja (KPP Terdatar Lama atau KP2KP (teruskan).
Wajib Pajak Orang Pribadi dapat mengajukan ke KPP Baru.

Persyaratan dan Dokumen


Formulir pemindahan Wajib Pajak, dilengkapi dengan dokumen
yang menunjukkan bahwa tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak menurut keadaan yang sebenarnya pindah ke wilayah
kerja KPP lain.

Jangka Waktu Penyelesaian


a. Berdasarkan permohonan pindah yang sudah diterbitkan BPS,
KPP Lama harus memberikan keputusan paling lama 5 (lima)
hari kerja setelah diterbitkan BPS;
b. KPP Baru menerbitkan Kartu NPWP dan SKT dan/atau
SPPKP paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah menerima
tembusan Surat Pindah, Surat Pencabutan SKT, dan/atau Surat
Pencabutan Pengukuhan PKP dari KPP Lama
c. KPP Baru mengirimkan SKT dan/atau SPPKP paling lambat 1
(satu) hari kerja setelah penerbitan ke KPP Lama.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha

8 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

5. Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.

Persyaratan dan Dokumen


a. Wajib Pajak orang pribadi:
1) fotokopi KTP (WNI) atau fotokopi paspor, fotokopi
KITAS/KITAP (WNA), yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;
2) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang; dan
3) surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
b. Wajib Pajak badan:
1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan
perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau
surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi
bentuk usaha tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang;
2) fotokopi Kartu NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga
Negara Asing;
3) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang; dan
4) surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa.
c. Wajib Pajak badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation):

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 9


PENDAFTARAN
1) fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai
bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), yang
dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
2) fotokopi Kartu NPW masing-masing anggota bentuk kerja
sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk
memiliki NPWP;
3) fotokopi Kartu NPW orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation), atau fotokopi paspor dalam hal penanggung
jawab adalah orang Warga Negara Asing;
4) dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang; dan
5) surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala
Desa bagi Wajib Pajak badan dalam negeri maupun Wajib
Pajak badan asing.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung setelah permohonan
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib

10 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

6. Penetapan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non Efektif


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan sebagai Wajib Pajak non efektif agar dapat
dikecualikan dari pengawasan rutin KPP.

Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.

Persyaratan dan Dokumen


a. formulir permohonan penetapan Wajib Pajak Non Efektif;
b. surat pernyataan memenuhi kriteria Wajib Pajak Non Efektif;
c. dokumen yang menunjukan bahwa Wajib Pajak memenuhi
kriteria sebagai Wajib Pajak Non Efektif.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung setelah permohonan
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 11


PENDAFTARAN
7. Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak dari status non
efektif menjadi efektif

Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.

Persyaratan
a. formulir permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non
Efektif;
b. SPT Masa/Tahunan atau bukti pembayaran pajak atau
dokumen yang menyatakan kegiatan usaha/pekerjaan bebas.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat
(BPS) diterbitkan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

8. Cetak Ulang Kartu NPWP/SKT/SPPKP


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan

12 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
permohonan cetak ulang kartu NPWP, Surat Keterangan Terdaftar
(SKT), dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) baik
di Tempat Pelayanan Terpadu KPP maupun KP2KP. Permohonan
cetak ulang kartu NPWP, SKT dan SPPKP hanya dapat dilakukan
secara tertulis dengan cara datang langsung ke KPP atau
KP2KP.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan melalui TPT pada KPP atau KP2KP
menggunakan surat permohonan secara tertulis yang
ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa
dari Wajib Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan;
b. fotokopi KTP/identitas; dan
c. fotokopi Akta Pendirian.

Catatan:
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan
cetak ulang kartu NPWP, SKT, dan atau SPPKP adalah sama dengan
dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan
pendaftaran NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP. Khusus
Cetak Ulang Kartu NPWP cukup hanya dengan menunjukkan KTP
orang pribadi bersangkutan dan dapat dimohonkan tidak hanya
pada KPP Terdaftar.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah penerbitan BPS.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 13


PENDAFTARAN
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;

9. Aktivasi EFIN
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak untuk melakukan aktivasi
EFIN agar Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri pada layanan pajak
secara daring (online) dan melakukan transaksi elektronik dengan
Direktorat Jenderal Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan Formulir Permohonan Aktivasi EFIN
dengan mendatangi secara langsung KPP terdekat, Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
terdekat dan lokasi lain yang ditentukan oleh KPP atau KP2KP.

Persyaratan dan Dokumen


a. formulir permohonan aktivasi EFIN
b. Wajib Pajak Orang Pribadi
menunjukan asli dan menyerahkan fotokopi dokumen berupa:
1) KTP atau Paspor dan KITAS atau KITAP dalam hal Wajib
Pajak merupakan WNA;
2) Kartu NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT);
c. Wajib Pajak badan
menunjukkan asli dan menyerahkan fotokopi dokumen
berupa:
1) surat penunjukan pengurus yang bersangkutan untuk
mewakili badan .
2) identitas diri berupa:
a) KTP atau Paspor dan KITAS atau KITAP dalam hal
pengurus merupakan WNA;
b) kartu NPWP atau SKT atas nama yang bersangkutan;dan
c) kartu NPWP atau SKT atas nama Wajib Pajak badan.
d. Wajib Pajak badan berstatus cabang
Pimpinan kantor cabang menunjukkan asli dan menyerahkan
fotokopi dokumen berupa:
1) surat pengangkatan pimpinan kantor cabang;
2) surat penunjukan pimpinan kantor cabang sebagai
pengurus;
3) identitas diri berupa:
a) KTP atau Paspor dan KITAS atau KITAP dalam hal
pengurus merupakan WNA;
b) kartu NPWP atau SKT atas nama yang bersangkutan;

14 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
dan
c) kartu NPWP atau SKT atas nama kantor cabang.
e. alamat e-mail aktif.

Jangka Waktu Penyelesaian


Pada saat Wajib Pajak datang langsung ke KPP untuk aktivasi.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2015
tentang Pengamanan Transaksi Elektronik Layanan Pajak
Online; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-80/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-41/PJ/2015 tentang Pengamanan Transaksi
Elektronik Layanan Pajak Online.

10. Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permohonan kode aktivasi dan password.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan melalui KPP PKP tempat
dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan cetak ulang kode aktivasi;
b. fotokopi surat keterangan kehilangan dari kepolisian;
c. fotokopi bukti penerimaan surat dari KPP atas surat
permohonan kode aktivasi dan password.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi/Surat Penolakan
Pemberian Kode Aktivasi dan Password diterbitkan 3 (tiga) hari
kerja setelah permohonan diterima dengan lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 15


PENDAFTARAN
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password,
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat
Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan
Nomor Seri Faktur Pajak.

11. Cetak Ulang Kode Aktivasi


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permohonan cetak ulang Kode Aktivasi.

Prosedur
PKP mengajukan permohonan secara tertulis ke KPP tempat PKP
dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permohonan kode aktivasi dan password.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password,
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat
Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan
Nomor Seri Faktur Pajak.

12. Sertifikat Elektronik


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permintaan Sertifikat Elektronik sebagai otentifikasi
pengguna layanan perpajakan secara elektronik yang disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Prosedur
PKP mengajukan permohonan secara tertulis ke KPP tempat

16 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permintaan Sertifikat Elektronik;
b. surat pernyataan persetujuan penggunaan Sertifikat Elektronik;
c. menunjukkan asli Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh
Badan beserta bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan
SPT;
d. menunjukkan asli dan menyerahkan salinan surat pengangkatan
pengurus yang bersangkutan dan akta pendirian perusahaan
atau asli penunjukan sebagai Bentuk Usaha Tetap (BUT)/
permanent establishment dari perusahaan induk di luar negeri;
e. menunjukkan asli dan menyerahkan salinan kartu identitas
berupa KTP Elektronik (e-KTP) dan Kartu Keluarga (KK);
f. menunjukkan asli dan menyerahkan salinan paspor, Kartu
Izin Tinggal Terbatas (KITAS), atau Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP), dalam hal pengurus merupakan Warga Negara Asing
(WNA); dan
g. salinan lunak (sotfcopy) pas foto terbaru yang disimpan dalam
compact disc (CD) atau media lain sebagai kelengkapan surat
permintaan Sertifikat Elektronik (file foto diberi nama: NPWP
PKP-nama pengurus-nomor kartu identitas pengurus).

Jangka Waktu Penyelesaian


Sertifikat Elektronik diserahkan kepada PKP pada hari yang sama
setelah berkas permintaan diterima secara lengkap dan memenuhi
persyaratan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-69/PJ/2015
tentang Pemberian dan Pencabutan Sertifikat Elektronik.

13. Surat Kuasa Khusus


Layanan ini terkait dengan penyampaian surat kuasa khusus oleh

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 17


PENDAFTARAN
Wajib Pajak yang menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa
khusus untuk melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Prosedur
Penyampaian surat kuasa khusus dilakukan:
a. sebelum pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban
perpajakan tertentu yang dikuasakan; atau
b. bersamaan dengan pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan
kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan.

Persyaratan dan Dokumen


Surat kuasa khusus.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.03/2014
tentang Persyaratan Serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Seorang Kuasa; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2/PJ/2017
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 229/PMK.03/2014 tentang Persyaratan Serta
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa.

18 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENDAFTARAN

PEMBUKUAN/
PENCATATAN

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 19


PEMBUKUAN/PENCATATAN

1. Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan


Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,
Pemekaran, atau Pengambilalihan Usaha
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang menerima
harta, dalam hal dilakukan penggabungan, peleburan, atau
pengambilalihan usaha atau Wajib Pajak yang mengalihkan
harta dalam hal dilakukan pemekaran usaha yang mengajukan
permintaan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke Kantor Wilayah atau
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 6 (enam) bulan
setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan usaha dilakukan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. surat pernyataan yang menerangkan bahwa penggabungan,
peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha memenuhi
persyaratan tujuan bisnis (business purpose test);
c. surat pernyataan yang mengemukakan alasan dan tujuan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 21


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha;
d. surat keterangan fiskal dari Direktur Jenderal Pajak untuk tiap
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang terkait.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2017 tentang
Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan Harta
dalam rangka Penggabungan, Peleburan, Pemekaran atau
Pengambilalihan Usaha;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/
PJ./2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian lzin
Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku Atas
Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,
atau Pemekaran Usaha.

2. Izin Menyelenggarakan Pembukuan dalam Bahasa Inggris


dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat
Layanan ini diberikan kepada:
a. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang
beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan Penanaman Modal Asing;
b. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan atau sebagaimana
diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
terkait;
c. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian
maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri;
d. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana
dalam denominasi satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan atau lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan pasar modal;
e. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk

22 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
di luar negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary company)
yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent
company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf 2 dan
huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;
f. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata
uang fungsionalnya menggunakan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia;
g. Wajib Pajak Kontrak Karya, dan Kontrak Kerja Sama yang
terikat perjanjian dengan Pemerintah, yang dalam perjanjian
tersebut mewajibkan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat, atau
h. Wajib Pajak Kerja Sama Operasi (KSO), sepanjang
dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta pendirian
KSO yang tidak semua anggotanya mendapatkan izin Menteri
Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Ingrgis dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat,
yang mengajukan permohonan izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa Inggris dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar:
a. untuk Wajib Pajak yang terikat perjanjian dengan pemerintah,
permohonan diajukan paling lama paling lambat 1 (satu) tahun
sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/
PMK.03/2015 atau 1 (satu) tahun sejak berakhirnya perjanjian
dengan Pemerintah
b. untuk Wajib Pajak selain yang terikat dengan perjanjian
pemerintah, permohonan diajukan paling lambat 3 (tiga)
bulan:
1) sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat tersebut dimulai; atau
2) sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 23


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
b. fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau
dokumen lain yang serupa bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha
Tetap;
c. fotokopi Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal bagi Wajib Pajak dalam
rangka Penanaman Modal Asing;
d. fotokopi surat keterangan/penunjukan kantor perwakilan
Indonesia dari kantor pusat bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha
Tetap;
e. surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan
bahwa emisi saham Wajib Pajak pemohon didaftarkan di
bursa efek tersebut bagi Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi
sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri;
f. fotokopi Surat Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan
Pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan atau lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan pasar modal atas penerbitan reksadana oleh
Kontrak Investasi Kolektif yang bersangkutan bagi Wajib Pajak
Kontrak Investasi Kolektif;
g. fotokopi prospektus penawaran atas reksadana yang
diterbitkan dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
bagi Wajib Pajak Kontrak Investasi Kolektif;
h. surat keterangan/pernyataan dari perusahaan induk (parent
company) di luar negeri dan laporan keuangan konsolidasi
(consolidated financial statement) perusahaan induk (parent
company) di luar negeri bagi Wajib Pajak yang berafiliasi
langsung dengan perusahaan induk di luar negeri;
i. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Tahun Pajak
terakhir sebelum Tahun Pajak pengajuan izin, kecuali bagi
Wajib Pajak baru terdaftar yang belum wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan;
j. surat pernyataan bermeterai bahwa transaksi penjualan dan
biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan
bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal, pendapatan,
dan biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat;
k. fotokopi Bukti Penyetoran Modal Awal dalam Dollar Amerika
Serikat bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak pertama; dan
l. surat pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak yang menyatakan
bahwa mata uang fungsional yang digunakan Wajib Pajak

24 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia
adalah satuan mata uang Dollar Amerika Serikat bagi Wajib
Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang
fungsionalnya menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

3. Pemberitahuan Menyelenggarakan Pembukuan Dalam


Bahasa Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak dalam rangka Kontrak
Karya dan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang
menyampaikan pemberitahuan untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa Inggris dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar:
a. sejak tanggal pendirian dalam hal Wajib Pajak yang sejak
pendiriannya telah menyelenggarakan pembukuan dengan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 25


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat; atau
b. sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat tersebut dimulai dalam hal Wajib Pajak akan
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Persyaratan dan Dokumen


Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi:
a. surat pemberitahuan;
b. fotokopi Kontrak Karya; dan
c. fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau
dokumen lain yang serupa bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha
Tetap.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) hari sejak pemberitahuan diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

26 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
4. Izin Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan
Bahasa Indonesia dan Satuan Mata Uang Rupiah
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak dalam rangka Kontrak
Karya, Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama atau Wajib
Pajak Kerja Sama Operasi yang telah memberitahukan ke
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat, tetapi Wajib Pajak tersebut
akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah melalui KPP Terdaftar paling lama 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan satuan mata uang Rupiah tersebut dimulai.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. fotokopi surat pemberitahuan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat
c. dokumen pendukung

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 27


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

5. Perubahan Metode Pembukuan


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan perubahan metode pembukuan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permohonan perubahan metode pembukuan, dengan
menyebutkan:
a. identitas Wajib Pajak;
b. perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku untuk
yang ke berapa; dan
c. alasan permohonan dan maksud/tujuan usul perubahan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya surat
permohonan dari kantor Pelayanan Pajak, Kepala Kantor Wilayah
DJP menerbitkan surat keputusan yang berupa menyetujui atau
menolak.

Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-40/PJ.42/1998
tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-208/PJ/1998 tanggal 6 Oktober 1998.

6. Perubahan Tahun Buku Pertama


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
perubahan tahun buku pertama.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. SPT Tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan.
b. apabila ada utang pajak, maka utang pajak yang telah jatuh
tempo pembayarannya harus sudah dilunasi oleh Wajib Pajak.
c. surat permohonan perubahan metode pembukuan dan/atau
tahun buku, dengan menyebutkan:
1) identitas Wajib Pajak;

28 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
2) perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku
untuk yang ke berapa;
3) alasan permohonan dan maksud/tujuan usul perubahan
dalam bentuk surat pernyataan yang harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku
dikehendaki oleh pemegang saham, pemberi kredit,
partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya,
dimana apabila metode pembukuan dan/atau tahun
buku tidak diubah akan mengakibatkan kesulitan dan
atau kerugian bagi perusahaan.
b) permohonan perubahan metode pembukuan dan/atau
tahun buku tersebut baru pertama kali diajukan dan
tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada
tahun-tahun yang akan datang.
c) tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja
berusaha untuk melakukan penggeseran laba/rugi
guna meringankan beban pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 2 (dua) bulan terhitung setelah permohonan beserta
dokumen lain untuk memenuhi persyaratan oleh Wajib Pajak.

Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-14/PJ.313/1991
tentang Petunjuk Penerbitan Keputusan Persetujuan/Penolakan
Permohonan Perubahan Tahun Buku/Tahun Pajak dari Wajib Pajak.

7. Perubahan Metode Pembukuan dan/atau Tahun Buku


Kedua, dan Seterusnya
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permintaan perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku
untuk mendapatkan persetujuan sehubungan dengan penggunaan
metode pembukuan dan/atau tahun buku untuk yang kedua dan
seterusnya sesuai dengan keperluan Wajib Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan ke Kantor Wilayah DJP melalui KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. SPT Tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan;
b. apabila ada utang pajak, maka utang pajak yang telah jatuh
tempo pembayarannya harus sudah dilunasi oleh Wajib Pajak;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 29


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
c. surat permohonan perubahan metode pembukuan dan/atau
tahun buku, dengan menyebutkan:
1) identitas Wajib Pajak;
2) perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku
untuk yang ke berapa;
3) alasan permohonan dan maksud/tujuan usul perubahan
dalam bentuk surat pernyataan yang harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku
dikehendaki oleh pemegang saham, pemberi kredit,
partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya,
dimana apabila metode pembukuan dan/atau tahun
buku tidak diubah akan mengakibatkan kesulitan dan
atau kerugian bagi perusahaan.
b) permohonan perubahan metode pembukuan dan/atau
tahun buku tersebut baru pertama kali diajukan dan
tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada
tahun-tahun yang akan datang.
c) tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja
berusaha untuk melakukan penggeseran laba/rugi
guna meringankan beban pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari setelah surat permintaan diterima
dengan lengkap dari KPP.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan Tahun Berjalan;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-14/
PJ.313/1991 tentang Petunjuk Penerbitan Keputusan
Persetujuan/Penolakan Permohonan Perubahan Tahun Buku/
Tahun Pajak dari Wajib Pajak.

8. Pencabutan Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan


Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang
Dollar Amerika Serikat
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pencabutan izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa Inggris dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat.

30 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
Prosedur
Wajib Pajak yang telah menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat minimal 5 (lima) tahun mengajukan permohonan
secara langsung atau melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar atau Kepala Kantor Wilayah
DJP paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika serikat berakhir.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. mengemukakan alasan permohonan pencabutan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya;
c. fotokopi Surat Keputusan Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Mengunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat yang akan dicabut.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 31


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
9. Penerbitan Kembali Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata
Uang Dollar Amerika Serikat
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan penerbitan kembali izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa Inggris dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat dalam hal Surat Keputusan rusak, tidak terbaca,
hilang atau tidak dapat ditemukan lagi.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar atau Kepala Kantor Wilayah DJP.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. surat pernyataan bermaterai yang menyatakan bahwa atas
keputusan dimaksud:
1) rusak, tidak terbaca, hilang atau tidak dapat ditemukan
lagi; dan
2) tidak pernah diterbitkan keputusan pencabutan;
c. dalam hal:
1) keputusan dimaksud rusak atau tidak terbaca, Wajib Pajak
harus melampirkan asli keputusan izin menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat; atau
2) keputusan izin dimaksud hilang atau tidak dapat ditemukan
lagi, Wajib Pajak harus melampirkan surat keterangan
hilang dari Kepolisian; dan
d. dokumen ketetapan, keputusan dan/atau dokumen perpajakan
lainnya antara lain Surat Ketetapan Pajak, Bukti Penerimaan
Surat atau Surat Pemberitahuan Tahunan yang menunjukkan
bahwa atas Wajib Pajak dimaksud telah diterbitkan Keputusan
Izin Menyenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan
Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan

32 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

10. Pembatalan Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan


Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang
Dollar Amerika Serikat
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pembatalan izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa Inggris dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar atau Kepala Kantor Wilayah DJP paling lama 3
(tiga) bulan setelah tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat dimulai.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. fotokopi Surat Keputusan Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Mengunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat yang akan dibatalkan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 33


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

11. Pemberitahuan Pembatalan Izin Menyelenggarakan


Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan
Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak dalam rangka Kontrak
Karya dan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang
menyampaikan pemberitahuan pembatalan menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa Inggris dan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan pembatalan sebelum
tahun pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin dimulai.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat pemberitahuan;
b. fotokopi Surat Keputusan Izin Menyelenggarakan Pembukuan
dengan Mengunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat yang akan dibatalkan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) hari sejak surat pemberitahuan diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan

34 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBUKUAN/
PENCATATAN
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 35


PEMBUKUAN/
PENCATATAN

PEMBAYARAN

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 37


PEMBAYARAN PAJAK

KARTU

BAYAR
SPT

1. Kode Billing
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak untuk melakukan
pembuatan Kode Billing agar Wajib Pajak dapat melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak sesuai dengan kewajiban dan
peruntukannya.

Prosedur
Wajib Pajak dapat melakukan pembuatan Kode Billing melalui:
a. aplikasi Billing DJP (billing-djp, sse.pajak.go.id, sse2.pajak.
go.id, sse3.pajak.go.id); atau
b. layanan, produk, aplikasi, atau sistem penerbitan Kode Billing
yang terhubung dengan Sistem Billing Direktorat Jenderal
Pajak yang disediakan oleh Bank/Pos Persepsi dan pihak
lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, meliputi
perusahaan Application Service Provider dan Perusahaan
Telekomunikasi (Petugas Bank/Pos Persepsi, Kring Pajak, SMS
ID Billing, Internet Banking).

Persyaratan dan Dokumen


a. data setoran; atau
b. Surat Setoran Pajak (SSP), dalam hal pembuatan Kode Billing
dilakukan melalui asistensi petugas Bank/Pos Persepsi.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 39


PEMBAYARAN
PAJAK
Jangka Waktu Penyelesaian
Pada saat Wajib Pajak melakukan pembuatan Kode Billing melalui
kanal yang disediakan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.05/2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/
PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara secara
Elektronik; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 05/PJ/2017 tentang
Pembayaran Pajak secara Elektronik.

2. Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran PPh Pasal 29


Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan mengangsur atau menunda kekurangan pembayaran
pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
PPh, dalam hal Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau
mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga Wajib Pajak
tidak mampu memenuhi kewajiban pajak pada waktunya.

Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan pengangsuran pembayaran pajak yang
mencantumkan jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya
angsuran atau jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk ditunda dan jangka waktu penundaan; dan
b. jaminan yang dapat berupa garansi bank, surat/dokumen
bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh
pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito;

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterima
permohonan.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;

40 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBAYARAN
PAJAK
3. Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dari Wajib
Pajak.

Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP
terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25; dan
b. penghitungan besarnya PPh yang akan terutang berdasarkan
perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan
besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari
tahun pajak yang bersangkutan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dan lampiran diterima
dengan lengkap.

Peraturan Terkait
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ./2000 tentang
Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Pajak
Berjalan dalam Hal-Hal Tertentu.

4. Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak Bank, Sewa Guna


Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak Bank, Sewa Guna Usaha
dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah untuk diberikan penetapan angsuran PPh Pasal 25.

Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) bagi BUMN/
BUMD
b. Laporan Triwulanan bagi Bank

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja sejak Laporan Keuangan Triwulanan
atau Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) dari Wajib

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 41


PEMBAYARAN
PAJAK
Pajak diterima lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008
tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan
Dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri Oleh
Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib
Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan
Ketentuan Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala
Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu s.t.d.d
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.03/2009; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan
Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak
Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru,
Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk
Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan Ketentuan
Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.

5. Angsuran atas Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva


Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permintaan pembayaran angsuran atas selisih lebih penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan.

Prosedur
Permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang membawahi
KPP tempat Perusahaan terdaftar (KPP Domisili).

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permintaan pembayaran angsuran atas selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan;
b. fotokopi surat izin usaha perusahaan jasa penilai atau ahli
penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, yang dilegalisir
oleh instansi Pemerintah yang berwenang menerbitkan surat
izin usaha tersebut;
c. laporan penilaian perusahaan oleh perusahaan jasa penilai
atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah

42 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBAYARAN
PAJAK
d. daftar penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan; dan
e. laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan yang telah diaudit akuntan
publik.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya dokumen
terakhir di Kanwil DJP (bersamaan dengan diterbitkannya Surat
Keputusan Persetujuan Direktur Jenderal Pajak tentang Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan).

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan
Perpajakan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 56/PJ/2009
tentang Penyampaian dan Penegasan Atas Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan.

6. Pemindahbukuan (Pbk)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan untuk memindahbukukan penerimaan pajak untuk
dibukukan pada penerimaan pajak yang sesuai.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan secara
langsung ke KPP tempat pembayaran diadministrasikan atau
melalui pos atau jasa pengiriman dengan bukti pengiriman surat
ke KPP tempat pembayaran diadministrasikan.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan pemindahbukuan;
b. asli SSP (lembar ke-1), asli SSPCP (lembar ke-1), asli Bukti Pbk
(lembar ke-1), dokumen BPN, atau asli bukti pembayaran PPh
Dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat yang dimohonkan
untuk dipindahbukukan;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 43


PEMBAYARAN
PAJAK
c. asli surat pernyataan kesalahan perekaman dari pimpinan Bank
Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi
Mata Uang Asing tempat pembayaran dalam hal permohonan
Pemindahbukuan diajukan karena kesalahan perekaman oleh
petugas Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/
Bank Persepsi Mata Uang Asing;
d. asli pemberitahuan pabean impor, asli dokumen cukai, atau
asli surat tagihan/surat penetapan dalam hal permohonan
Pemindahbukuan diajukan atas SSPCP;
e. fotokopi KTP penyetor atau pihak penerima Pemindahbukuan,
dalam hal permohonan Pemindahbukuan yang diajukan atas
SSP, SSPCP, BPN, atau Bukti Pbk yang tidak mencantumkan
NPWP atau mencantumkan angka 0 (nol) pada 9 (sembilan)
digit pertama NPWP;
f. fotokopi dokumen identitas penyetor atau dokumen identitas
wakil badan dalam hal penyetor melakukan kesalahan
pengisian NPWP;
g. surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-nya
tercantum dalam SSP, yang menyatakan bahwa SSP tersebut
sebenarnya bukan pembayaran pajak untuk kepentingannya
sendiri dan tidak keberatan dipindahbukukan dalam hal nama
dan NPWP pemegang asli SSP (yang mengajukan permohonan
Pemindahbukuan) tidak sama dengan nama dan NPWP yang
tercantum dalam SSP; dan
h. pembayaran pajak yang tercantum dalam SSP, SSPCP, BPN
atau Bukti Pbk yang diajukan permohonan Pemindahbukuan
belum diperhitungkan dengan pajak yang terutang dalam
Surat Pemberitahuan, Surat Tagihan Pajak dan/atau surat
ketetapan pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat
Tagihan Pajak PBB dan/atau Surat Ketetapan Pajak PBB,
Pemberitahuan Impor Barang (PIB), dokumen cukai, atau surat
tagihan/surat penetapan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-522/PJ./2002
tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pemindahbukuan atas
Kekeliruan Pembayaran Pajak Penghasilan dalam Mata Uang
Dollar Amerika Serikat; dan

44 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBAYARAN
PAJAK
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ.9/1991
tentang Petunjuk Teknis Pemindahbukuan (Pbk).

7. Pengalihan Saldo Bea Meterai dari Sistem Komputerisasi


ke Teknologi Percetakan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengalihan saldo Bea Meterai dari sistem
komputerisasi ke teknologi percetakan dalam hal Bea Meterai
yang telah dibayar belum dipergunakan karena sesuatu hal.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah
Bea Meterai yang akan dialihkan.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permohonan Wajib Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan Wajib Pajak
diterima dengan lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122d/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Sistem
Komputerisasi.

8. Pengalihan Saldo Bea Meterai dari Teknologi Percetakan


ke Sistem Komputerisasi
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengalihan saldo Bea Meterai dari teknologi
percetakan ke sistem komputerisasi dalam hal Bea Meterai yang
telah dibayar atas tanda Bea Meterai Lunas yang tercetak pada
cek, bilyet giro, dan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang belum dipergunakan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah
Bea Meterai yang akan dialihkan.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 45


PEMBAYARAN
PAJAK
Persyaratan dan Dokumen
Surat permohonan Wajib Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan Wajib Pajak
diterima dengan lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122c/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi
Percetakan.

9. Pemindahbukuan (Pbk) Saldo Deposit Mesin Teraan


Meterai Digital
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengalihan saldo Bea Meterai dari Mesin Teraan
Digital ke setoran jenis pajak yang lain.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan surat permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan Wajib Pajak dengan:
1) mencantumkan jumlah saldo deposit yang akan
dipindahbukukan
2) memberitahukan kode akun pajak dan kode jenis setoran
sebagai tujuan pemindah bukuan selain KAP dan KJS
penyetoran deposit mesin teraan meterai digital
b. surat pernyataan dari distributor mesin teraan meterai digital
yang menyatakan bahwa mesin teraan meterai digital telah
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dipergunakan lagi
(dalam hal permohonan disebabkan oleh mesin teraan meterai
digital telah mengalami kerusakan).

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
surat permohonan Wajib Pajak diterima lengkap.

46 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMBAYARAN
PAJAK
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2008
tentang Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/
PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan
Meterai Digital; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-152/PJ./2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-66/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea
Meterai Dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Mesin Teraan Meterai Digital.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 47


SURAT
PEMBERITAHUAN
SURAT PEMBERITAHUAN

SPT

1. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 21/26


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subyek pajak dalam negeri.

Prosedur
Wajib Pajak yang memiliki kewajiban pelaporan SPT Masa PPh
Pasal 21 seperti Bendahara, Orang Pribadi, atau Pemberi Kerja
menyampaikan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. induk SPT Masa PPh Pasal 21;
c. formulir 1721-I (Masa);
d. formulir 1721-I (Tahun);
e. formulir 1721-II;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 51


SURAT
PEMBERITAHUAN
f. formulir 1721-III;
g. formulir 1721-IV;
h. formulir 1721-V;
i. bukti pembayaran negara/bukti Pbk;
j. surat kuasa khusus;
k. fotokopi surat keterangan domisili (Khusus PPh Pasal 26);

Batas Waktu Penyampaian


a. Batas waktu pembayaran pada tanggal 10 bulan berikutnya.
b. Batas waktu pelaporan pada tanggal 20 bulan berikutnya.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif
Pemotongan dan Pengenaan PPh Pasal 21 atas Penghasilan
yang Menjadi Beban APBN atau APBD;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-262/PMK.03/2010
tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pejabat
Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya
atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-252/PMK.03/2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi;
d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-215/PJ/2001
tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013
tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26;
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi; dan
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.

2. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 22


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak yang dilakukan
pemotongan atau pemungutan pajak oleh satu pihak terhadap
Wajib Pajak dan berkaitan dengan badan-badan usaha tertentu,
baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor.

52 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
Prosedur
Bendahara dan badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 atau
Wajib Pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut
PPh Pasal 22 saat penjualan menyampaikan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. induk SPT Masa PPh Pasal 22;
c. daftar SSP PPh Pasal 22 tertentu;
d. daftar Bukti pemungutan PPh Pasal 22;
e. bukti pemungutan PPh Pasal 22;
f. daftar rincian penjualan dan retur penjualan;
g. risalah lelang;
h. surat kuasa khusus;
i. bukti pembayaran negara/bukti Pbk.

Batas Waktu Penyampaian


a. Batas waktu pembayaran PPh Pasal 22 oleh Bea Cukai 1 hari
setelah dipungut.
Batas waktu pelaporan Hari kerja terakhir minggu berikutnya
(melapor secara mingguan);
b. Batas waktu pembayaran PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah
Pada hari yang sama saat penyerahan barang.
Batas waktu pelaporan tanggal 14 bulan berikut.
c. Batas waktu pembayaran PPh Pasal 22 - Pertamina sebelum
Delivery Order dibayar.
d. Batas waktu pembayaran PPh Pasal 22 - Pemungut tertentu
Tgl. 10 bulan berikut.
Batas waktu pelaporan tanggal 20 bulan berikut.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-34/PMK.010/2017
tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-253/PMK.03/2008
tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut
Pajak dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong
Mewah s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-90/
PMK.03/2015;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 53


SURAT
PEMBERITAHUAN
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010
tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan PPh Pasal 22
Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang
dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang
Lain s.t.d.t.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
31/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-52/PJ/2008
tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Penyalur/ Distributor Rokok; dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik

3. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 23/26


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak yang dilakukan
pemotongan pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21.

Prosedur
Pihak pemotong PPh Pasal 23 seperti badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha
Tetap (BUT), perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk
Direktur Jenderal Pajak atau Penerima penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 23 seperti Wajib pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha
Tetap (BUT) menyampaikan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
b. induk SPT Masa PPh Pasal 23/26;
c. daftar bukti pemotongan PPh Pasal 23/26;
d. bukti pemotongan PPh Pasal 23/26;
e. surat kuasa khusus;
f. fotokopi surat keterangan domisili;
g. bukti pembayaran negara/bukti Pbk;
h. legalisasi fotokopi surat keterangan bebas.

54 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
Batas Waktu Penyampaian
a. Batas waktu penyetoran PPh Pasal 23 paling lambat tanggal
10 bulan berikut setelah masa pajak berakhir.
b. Batas waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 paling lambat
tanggal 20 bulan berikut setelah masa pajak berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh
dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-251/PMK.03/2008
tentang penghasilan atas jasa keuangan yang dilakukan oleh
badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/
atau pembiayaan yang tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal
23;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal
26 Serta Bukti Pemotongan/Pemungutannya;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik; dan
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2017
tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23
dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26.

4. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak yang dilakukan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dengan cara
melakukan pembayaran PPh secara angsuran. Tujuannya adalah
untuk meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.

Prosedur
Wajib Pajak yang angsuran PPh Pasal 25 nihil menyampaikan SPT
Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 55


SURAT
PEMBERITAHUAN
Persyaratan dan Dokumen
Khusus PPh Pasal 25 hanya menggunakan formulir SSP lembar 3.

Batas Waktu Penyampaian


a. Angsuran PPh Pasal 25 harus dibayarkan selambat-lambatnya
pada tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah bulan jatuh
tempo;
b. Wajib Pajak juga harus melaporkan ke KPP yang dilakukan
paling lambat tanggal 20 pada bulan berikutnya.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh
dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 243 TAHUN 2014
tentang Surat Pemberitahuan;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ./2008
tentang Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 25; dan
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.

5. Pelaporan SPT Masa Penghasilan Pasal 15


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak yang dilakukan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib pajak
Tertentu, yaitu perusahaan pelayaran atau penerbangan
internasional, perusahaan pelayaran dalam negeri, perusahaan
penerbangan dalam negeri, perusahaan asuransi luar negeri,
perusahaan pengeboran migas dan panas bumi, perusahaan
dagang asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk
bangun-guna-serah atau ‘build-operate-transfer’ (BOT).

Prosedur
Pihak yang menerima penghasilan yaitu:
a. Perusahaan Pelayaran dalam negeri/internasional;
b. Perusahaan penerbangan dalam negeri/internasional;
c. Perusahaan Asuransi Luar Negeri;
d. Perusahaan pengeboran migas dan panas bumi
e. Perusahaan dagang asing;
f. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-
guna-serah atau ‘build-operate-transfer’ (BOT),
menyampaikan SPT Masa:
a. secara langsung;

56 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT SPT Masa PPh Pasal 15;
b. bukti pembayaran;
c. daftar bukti pemotongan;
d. bukti pemotongan;
e. surat kuasa khusus (jika ditandatangani oleh selain Wajib
Pajak);
f. fotokopi surat keterangan domisili (Khusus untuk perusahaan
pelayaran/penerbangan luar negeri dengan P3B).

Batas Waktu Penyampaian


a. Untuk perusahaan pelayaran wajib membayar paling lambat
tanggal 10 pada bulan yang sama setelah faktur dibuat.
b. Untuk jenis perusahaan pelayaran dalam negeri ataupun asing
serta penerbangan asing, pembayaran dilakukan paling lambat
tanggal 10 pada bulan yang sama setelah faktur dibuat. Boleh
dibayarkan pemungut cukai atau bisa juga dibayar sendiri
oleh wajib pajak pada tanggal 15 di bulan yang sama setelah
faktur dibuat.
c. Untuk wajib pajak luar negeri, pembayaran dilakukan paling
lambat tanggal 15 pada bulan yang sama setelah wajib pajak
menerima pendapatan.
d. Untuk jenis wajib pajak kemitraan dalam bentuk perjanjian
BOT, pembayaran dilakukan pada tanggal 15 paling lambat di
bulan yang sama setelah masa kontrak BOT berakhir.
e. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15 paling lambat tanggal 20
bulan berikut setelah masa pajak berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh
dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-251/PMK.03/2008
tentang Penghasilan Atas Jasa Keuangan yang Dilakukan
Oleh Badan Usaha yang Berfungsi Sebagai Penyalur Pinjaman
dan/atau Pembiayaan yang Tidak Dilakukan Pemotongan PPh
Pasal 23 ;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 57


SURAT
PEMBERITAHUAN
Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal
26 Serta Bukti Pemotongan/ Pemungutannya; dan
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.

6. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak yang dilakukan
atas:
a. penghasilan dalam bentuk bunga deposito serta tabungan
lainnya, bunga obligasi serta surat utang negara, dan juga
bunga simpanan yang telah dibayarkan oleh koperasi ke
anggota koperasi orang pribadi,
b. penghasilan berupa hadiah undian,
c. penghasilan yang diperoleh dari transaksi saham serta
sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan
pada bursa, dan juga transaksi penjualan saham ataupun
pengalihan penyertaan modal di perusahaan pasangannya
yang telah diterima oleh perusahaan modal ventura,
d. penghasilan yang diperoleh dari transaksi pengalihan harta,
yakni dalam bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha real
estate, usaha jasa konstruksi, dan juga penyewaan tanah dan/
atau bangunan, atau
e. penghasilan tertentu lainnya, yang telah diatur dengan
ataupun berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah.

Prosedur
Wajib Pajak Badan, orang pribadi, pihak-pihak yang ditunjuk
sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat 2 adalah koperasi,
penyelenggara kegiatan, otoritas bursa, dan bendaharawan,
menyampaikan SPT Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. Induk SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2);
b. Daftar Bukti Potong PPh Pasal 4 Ayat (2);
c. Daftar Bukti Potong PPh Pasal 4 Ayat (2) Bunga Deposito;
d. Bukti Potong PPh Final Jasa Konstruksi;
e. Bukti Potong PPh Final Hadiah Undian;
f. Bukti Potong PPh Final Sewa Tanah Bangunan;
g. Bukti Potong PPh Final Penjualan Saham;

58 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
h. Bukti Potong PPh Final Deposito;
i. Bukti Potong PPh FInal Transaksi Derivatif;
j. Bukti Potong PPh FInal Obligasi;
k. Bukti Potong PPh FInal Dividen OP;
l. Bukti Potong PPh FInal Bunga Koperasi.

Batas Waktu Penyampaian


a. Omzet penjualan (peredaran bruto) usaha, tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir. Jika sudah validasi
NTPN, Wajib Pajak tidak perlu lapor lagi. Cukup menyertakan
lampiran laporan PPh Final 1% pada pelaporan SPT Tahunan
Badan/Pribadi (SPT 1770);
b. Bunga, deposito/tabungan, diskonto SBI, bunga/diskonto,
tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir 20
hari setelah masa pajak berakhir;
c. Transaksi penjualan saham, tanggal 20 bulan berikutnya
setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham Tanggal 25
bulan berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan
saham;
d. Hadiah undian, tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak 20 hari setelah masa pajak berakhir;
e. Persewaan tanah dan/atau bangunan, tanggal 10 (bagi
Pemotong Pajak) atau tanggal 15 (bagi Wajib Pajak pengusaha
persewaan) dari bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir;
f. Jasa konstruksi, tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) dan
tanggal 15 (bagi WP jasa konstruksi) bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir 20 hari setelah masa pajak
berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan s.t.d.d Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002;
b. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996
tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan atau
Bangunan s.t.d.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/
KMK.03/2002;
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008
tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 59


SURAT
PEMBERITAHUAN
Penatausahaan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Usaha Jasa Konstruksi;
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-243/PJ/2014
tentang Surat Pemberitahuan;
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal
26 Serta Bukti Pemotongan/Pemungutannya; dan
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.

7. Pelaporan SPT Masa PPN 1111


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran PPN dan/atau PPnBM, objek
dan/atau bukan objek PPN dan/atau PPnBM untuk suatu Masa
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Prosedur
Pengusaha Kena Pajak yang yang tidak menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan pajak masukan, menyampaikan SPT
Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT Masa PPN 1111;
b. formulir 1111 AB;
c. formulir 1111 A1;
d. formulir 1111 A2;
e. formulir 1111 B1;
f. formulir 1111 B2;
g. formulir 1111 B3.

Batas Waktu Penyampaian


a. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa
Pajak harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa
PPN disampaikan;
b. Batas waktu pelaporan dilakukan paling lambat akhir bulan
berikutnya.

60 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.032/2014
tentang Surat Pemberitahuan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/
PJ/2013
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2015
Tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta
Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai (SPT Masa PPN)
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010
tentang Bentuk dan Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian
Keterangan pada Faktur Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak
Pedagang Eceran;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik; dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak dan perubahannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor 17 Tahun 2014.

8. Pelaporan SPT Masa PPN 1111 DM


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran PPN dan/atau PPnBM, objek
dan/atau bukan objek PPN dan/atau PPnBM untuk suatu Masa
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Prosedur
Pengusaha Kena Pajak yang yang tidak menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan pajak masukan, menyampaikan SPT
Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT Masa PPN 1111 DM;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 61


SURAT
PEMBERITAHUAN
b. formulir 1111 A DM;
c. formulir 1111 R DM.

Batas Waktu Penyampaian


a. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa
Pajak harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan;
b. Batas waktu pelaporan dilakukan paling lambat akhir bulan
berikutnya.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/
PJ/2013
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2010
tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai SPT
Masa PPN) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan s.t.d.d.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2013.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik; dan
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak dan perubahannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor 17 Tahun 2014.

9. Pelaporan SPT Masa PPN 1107 Pemungut


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran PPN dan/atau PPnBM, objek
dan/atau bukan objek PPN dan/atau PPnBM untuk suatu Masa
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Prosedur
Bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang

62 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak
atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi
pemerintah tersebut menyampaikan SPT Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT Masa PPN 1107 Pemungut;
b. lampiran I;
c. lampiran II;

Batas Waktu Penyampaian


a. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa
Pajak harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan;
b. Batas waktu pelaporan dilakukan paling lambat akhir bulan
berikutnya.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-147/PJ/2006
tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN) Bagi Pemungut PPN

10. Pelaporan SPT Masa Pembetulan


Hak Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan
SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan
tertulis dalam hal DJP belum melakukan tindakan:
a. Pemeriksaan; atau
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan secara
langsung atau melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. SPT Masa Normal dan/atau SPT Masa sebelumnya sesuai jenis
SPT Masa yang dibetulkan;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 63


SURAT
PEMBERITAHUAN
b. SPT Masa Pembetulan sesuai jenis SPT Masa yang dibetulkan;
c. dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Masa
untuk Masa Pajak Januari 2011 dan/atau Masa Pajak setelah
Januari 2011, untuk: SPT Masa yang disampaikan dalam bentuk
dokumen elektronik, SPT Masa Pembetulan dilampiri dengan
seluruh Lampiran SPT dalam bentuk dokumen elektronik;
d. dalam hal SPT Masa yang disampaikan dalam bentuk formulir
kertas (hard copy), SPT Masa PPN Pembetulan cukup dilampiri
dengan Lampiran SPT yang dibetulkan; dan
e. dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Masa untuk
Masa Pajak, pembetulan dilakukan dengan menggunakan
formulir SPT Masa yang sama dengan formulir SPT Masa yang
dibetulkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Batas Waktu Penyampaian


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan;
a. Pemeriksaan; atau
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan.
Apabila pembetulan SPT, tetapi menjadi lebih bayar/rugi maka
Wajib Pajak yang melakukan pembetulan SPT yang menyatakan
rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT tersebut dapat dilakukan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluarsa penetapan.

Peraturan Terkait
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan s.t.d.t.d. Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan; dan
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan.

11. Pelaporan SPT Tahunan PPh Pribadi 1770 SS


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
subyek pajak orang pribadi dalam negeri untuk memberitahukan
pajak yang terhutang dalam suatu Tahun pajak untuk Wajib Pajak

64 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
yang penghasilan brutonya tidak lebih dari 60 juta rupiah setahun.

Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan:.
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


Induk SPT Tahunan PPh Pribadi 1770 SS.

Batas Waktu Penyampaian


Batas waktu pelaporan adalah 3 bulan setelah Tahun Pajak
berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.

12. Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
subyek pajak orang pribadi dalam negeri untuk memberitahukan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 65


SURAT
PEMBERITAHUAN
pajak yang terhutang dalam suatu Tahun pajak untuk Wajib Pajak
yang penghasilan brutonya lebih dari 60 juta rupiah setahun.

Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S;
b. lampiran 1770-I dan 1770-II;
c. bukti potong 1721-A1/A2;
d. bukti pembayaran zakat/sumbangan wajib keagamaan;
e. penghitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun berikutnya.

Batas Waktu Penyampaian


Batas waktu pelaporan adalah 3 bulan setelah Tahun Pajak
berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.

66 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
13. Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770
Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
subyek pajak orang pribadi dalam negeri untuk memberitahukan
pajak yang terhutang dalam suatu Tahun pajak.

Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan secara
langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau dengan
cara lain (e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya).

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770;
b. lampiran 1770-I s.d. 1770-IV;
c. bukti pembayaran zakat/sumbangan wajib keagamaan;
d. neraca dan laporan laba rugi (pembukuan);
e. rekapitulasi bulanan peredaran bruto dan biaya (norma);
f. daftar pembayaran PPh Pasal 25 dari gerai (Wajib Pajak
Pengusaha Tertentu);
g. penghitungan peredaran bruto dan pembayaran final PP 46
Tahun 2013;
h. bukti potong sehubungan dengan pekerjaan atau penghasilan
luar negeri;
i. daftar nominatif biaya infotainment;
j. penghitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun berikutnya;
k. penghitungan kompensasi kerugian;
l. penghitungan PPh terutang (PH/MT);
m. SSP lembar ke-3 PPh Pasal 29;
n. bukti potong 1721-A1/A2;
o. surat kuasa khusus;
p. surat keterangan kematian.

Batas Waktu Penyampaian


Batas waktu pelaporan adalah 3 bulan setelah Tahun Pajak
berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 67


SURAT
PEMBERITAHUAN
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.

14. Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan 1771


Kewajiban Wajib Pajak untuk melaporkan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
subyek pajak orang pribadi dalam negeri untuk memberitahukan
pajak yang terhutang dalam suatu Tahun pajak.

Prosedur
Wajib Pajak badan menyampaikan SPT Tahunan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. induk SPT Tahunan PPh Badan 1771;
b. lampiran 1771-I s.d. 1771-VI;
c. lampiran khusus 1A-8A;
d. SSP lembar ke-3 PPh Pasal 29;
e. laporan keuangan yang telah atau tidak diaudit oleh Akuntan
Publik;
f. SSP PPh Pasal 26 ayat (4);
g. surat kuasa khusus;
h. perhitungan peredaran bruto dan pembayaran PPh Final
berdasarkan PP No.46 Tahun 2013.

68 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN

Batas Waktu Penyampaian


Batas waktu pelaporan adalah 4 bulan setelah Tahun pajak
berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.

15. Pelaporan SPT Tahunan PPh Pembetulan


Hak Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan
SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan
tertulis dalam hal DJP belum melakukan tindakan:
a. Pemeriksaan; atau
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan menyampaikan SPT
Tahunan Pembetulan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


Sama dengan persyaratan untuk SPT 1770 SS, 1770 S, 1770, dan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 69


SURAT
PEMBERITAHUAN
1771.

Batas Waktu Penyampaian


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan;
a. Pemeriksaan; atau
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan.
Apabila Pembetulan SPT Tapi Jadi Lebih Bayar/Rugi maka Wajib
Pajak yang melakukan pembetulan SPT yang menyatakan rugi
atau lebih bayar, pembetulan SPT tersebut dapat dilakukan paling
lama 2 (dua) tahun sebelum daluarsa penetapan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.

16. Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan


Kewajiban untuk memberitahukan mengenai penggunaan Norma
Penghitungan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

Prosedur
Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan Norma

70 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SURAT
PEMBERITAHUAN
Penghitungan Penghasilan Neto wajib memberitahukan mengenai
penggunaan Norma Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak
melalui KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


Surat pemberitahuan.

Batas Waktu Penyampaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal Tahun Pajak yang
bersangkutan.

Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 tentang
Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

17. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang dalam hal-hal
tertentu mengakibatkan Wajib Pajak bersangkutan tidak dapat
menyampaikan SPT sesuai dengan ketentuan batas waktu
penyampaian SPT Tahunan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan perpanjangan penyampaian SPT;
b. penghitungan sementara pajak terutang;
c. Laporan Keuangan sementara;
d. Surat Setoran Pajak (SSP) bukti pelunasan atas kekurangan
pembayaran;
e. surat pernyataan dari Akuntan Publik (dalam hal LK diaudit
oleh Akuntan Publik);
f. surat pernyataan dari pemberi kerja yang menyatakan bukti
potong A1/A2 belum diberikan oleh pemberi kerja (untuk
Orang Pribadi);
g. surat kuasa dalam hal ditandatangani oleh kuasa.

Batas Waktu Penyampaian


Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pemberitahuan penyampaian

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 71


SURAT
PEMBERITAHUAN
SPT Tahunan diterima lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT); dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2009
tentang Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan
Surat Pemberitahuan Tahunan.

18. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat


Pemberitahuan
Hak Wajib Pajak dalam hal sedang dilakukan pemeriksaan, untuk
mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang Undang
KUP. Hak ini dapat dilakukan sepanjang Pemeriksa Pajak belum
menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran Surat
Pemberitahuan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. laporan tersendiri secara tertulis harus ditandatangani oleh
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak;
b. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dalam format Surat Pemberitahuan;
c. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar;
dan
d. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen).
Apabila pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan tidak mengakibatkan kekurangan pembayaran
pajak maka pengungkapan tersebut tidak perlu dilampiri dengan
Surat Setoran Pajak.

Batas Waktu Penyampaian


Sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan SPHP.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nornor 17/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pemeriksaan s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015.

72 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMERIKSAAN,
BUKTI PERMULAAN,
DAN PENYIDIKAN
PEMERIKSAAN

1. Pembahasan Hasil Pemeriksaan Oleh Tim Quality


Assurance Pemeriksaan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan dan terdapat hasil pemeriksaan yang belum
disepakati antara Tim Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada:
a. Kepala Kantor Wilayah DJP dalam hal pemeriksaan dilakukan
oleh Pemeriksa Pajak pada KPP atau Kantor Wilayah DJP; atau
b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal pemeriksaan
dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Direktorat Pemeriksaan
dan Penagihan,
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
penandatanganan risalah pembahasan dan ditembuskan kepada
kepala unit pelaksana pemeriksaan.

Persyaratan dan Dokumen


a. risalah pembahasan telah ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak;
b. berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan belum

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 75


PEMERIKSAAN,
BUKPER, DAN
PENYIDIKAN
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak,
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak;
c. terdapat perbedaan pendapat yang terbatas pada dasar
hukum koreksi antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak
pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
d. surat permohonan pembahasan hasil pemeriksaan dengan
Tim Quality Assurance Pemeriksaan.

Jangka Waktu Penyelesaian


a. Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan
harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya Surat Permohonan Pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan dari Wajib Pajak.
b. Pelaksanaan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari
kerja sejak dimulainya pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2016
tentang Kebijakan Pemeriksaan.

2. Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan


Hak Wajib Pajak dalam hal sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan secara terbuka, untuk mengungkapkan ketidakbenaran
perbuatannya atas tindak pidana:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.

Prosedur
Orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan menyampaikan pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan kepada kepala KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar atau tempat Objek Pajak diadministrasikan dan
tembusannya kepada kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti
Permulaan.

Persyaratan dan Dokumen

76 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PEMERIKSAAN,
BUKPER, DAN
PENYIDIKAN
a. surat pernyataan tertulis yang menyatakan pengungkapan
ketidakbenaran;
b. penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dalam format Surat Pemberitahuan;
c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan
pembayaran pajak; dan
d. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan sanksi administrasi
berupa denda.

Jangka Waktu
-

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana
di Bidang Perpajakan; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 23/PJ/2015
tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan.

3. Penghentian Penyidikan Tindak Pidana di Bidang


Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara
Hak Wajib Pajak dalam hal sedang dilakukan penyidikan, untuk
mengajukan permohonan penghentian penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan untuk kepentingan penerimaan Negara
sebagaimana diatur Pasal 44B Undang-Undang KUP.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
dengan tembusan Direktur Jenderal Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


a. Ssrat permohonan penghentian penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan dari Wajib Pajak yang ditujukan kepada
Menteri Keuangan dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal
Pajak yang diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia
dengan menyatakan pengakuan bersalah dan pelunasan
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak
seharusnya dikembalikan dan sanksi administrasi;
b. ditandatangani oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dikuasakan;
dan
c. dilampiri dengan surat setoran pajak dan/atau sarana
administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak
sebagai bukti pelunasan jumlah pajak yang tidak atau kurang

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 77


PEMERIKSAAN,
BUKPER, DAN
PENYIDIKAN
dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya
dikembalikan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan
penghentian Penyidikan dari Menteri Keuangan, Jaksa Agung
dapat menghentikan Penyidikan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.03/2016 tentang
Tata Cara Permintaan Penghentian Penyidikan Tindak Pidana
di Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2016
tentang Penegasan Mengenai Pejabat yang Ditunjuk Oleh
Direktur Jenderal Pajak Untuk Memberikan Informasi Tertulis
Dalam Rangka Penghentian Penyidikan Tindak Pidana di
Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara.

78 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN
DJP
LAYANAN DJP

1. Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin


Teraan Meterai Digital
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan izin pembubuhan tanda Bea Meterai lunas dengan
mesin teraan meterai digital.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan izin kepada Kepala KPP
yang wilayah kerjanya meliputi domisili atau tempat tinggal Wajib
Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan izin pembubuhan tanda bea meterai lunas
dengan mesin teraan meterai digital dari wajib pajak;
b. surat keterangan layak pakai dari distributor mesin teraan
meterai digital;
c. surat pernyataan kepemilikan mesin teraan meterai digital.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan izin diterima
lengkap.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 81


LAYANAN DJP
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2008
tentang Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/
PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan
Meterai Digital; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-152/PJ./2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-66/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea
Meterai Dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Mesin Teraan Meterai Digital.

2. Pembetulan Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas


Dengan Mesin Teraan Meterai Digital
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pembetulan izin pembubuhan tanda Bea Meterai
lunas dengan mesin teraan meterai digital dalam hal terdapat
kesalahan data akibat salah tulis atau salah perekaman pada
aplikasi e-meterai yang didasarkan atas permohonan Wajib Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke Kepala KPP tempat surat
izin pembubuhan diterbitkan.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permohonan pembetulan izin pembubuhan tanda bea
meterai lunas dengan mesin teraan meterai digital.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan
Wajib Pajak diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2008
tentang Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/
PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan

82 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan
Meterai Digital; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-152/PJ./2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-66/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea
Meterai Dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Mesin Teraan Meterai Digital.

3. Pencabutan Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas


Dengan Mesin Teraan Meterai Digital
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pencabutan surat izin pembubuhan tanda bea
meterai lunas dengan mesin teraan meterai digital dalam hal mesin
teraan meterai digital mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
dipergunakan lagi atau Wajib Pajak mengajukan pencabutan izin
pembubuhan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke Kepala KPP tempat Surat
izin pembubuhan diterbitkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan Wajib Pajak, dengan menyebutkan alasan
pencabutan izin pembubuhan.
b. surat pernyataan dari distributor mesin teraan meterai digital
yang menyatakan bahwa mesin teraan meterai digital telah
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dipergunakan lagi
(dalam hal permohonan disebabkan oleh mesin teraan meterai
digital telah mengalami kerusakan).

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
surat permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2008
tentang Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/
PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan
Meterai Digital; dan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 83


LAYANAN DJP
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-152/PJ./2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-66/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea
Meterai Dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Mesin Teraan Meterai Digital.

4. Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Sistem


Komputerisasi
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan izin pembubuhan tanda Bea Meterai lunas dengan
sistem komputerisasi. Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak
penerbit dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah
uang dengan jumlah rata-rata pemeteraian setiap hari minimal
sebanyak 100 (seratus) dokumen, meliputi dokumen:
a. yang menyebutkan penerimaan uang;
b. yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang
dalam rekening di Bank;
c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank; atau
d. yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan.

Prosedur
Permohonan izin disampaikan kepada Kepala KPP yang wilayah
kerjanya meliputi domisili atau tempat tinggal Wajib Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


a. melakukan pembayaran Bea Meterai di muka minimal sebesar
perkiraan jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea Meterai
setiap bulan, Kode Akun Pajak 411611 dan Kode Jenis Setoran
xxx; dan
b. surat permohonan izin dengan mencantumkan jenis dokumen
dan perkiraan jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi
Bea Meterai setiap hari.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan izin diterima
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122d/PJ./2000

84 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Sistem
Komputerisasi; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.5/2001
tentang Pembubuhan Tanda Bea Meterai dengan Sistem
Komputerisasi.

5. Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan


Teknologi Percetakan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak penerbit dokumen
berupa cek, bilyet giro, atau efek dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang mengajukan permohonan izin pembubuhan tanda
Bea Meterai lunas dengan teknologi percetakan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui Kepala KPP pelaksana pembubuhan.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan izin secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan mencantumkan jenis dokumen yang akan dilunasi Bea
Meterai dan jumlah Bea Meterai yang telah dibayar, perusahaan
yang mendapat izin Direktur Jenderal Pajak sebagai pelaksana
pembubuhan; dan
b. bukti pembayaran deposit Bea Meterai.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan izin diterima
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122c/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi
Percetakan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/
PJ.53/2006 tentang Pembubuhan Tanda Bea Meterai dengan
Teknologi Percetakan.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 85


LAYANAN DJP
6. Izin Sebagai Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai
Lunas Dengan Teknologi Percetakan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan izin sebagai pelaksana Pembubuhan Tanda Bea
Meterai Lunas Dengan Teknologi Percetakan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui Kepala KPP Pelaksana Pembubuhan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan Wajib Pajak.
b. bentuk tanda Bea Meterai Lunas yang akan dibubuhkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
c. fotokopi Keputusan Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia tentang Penetapan Sebagai Perusahaan
Percetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring masih berlaku
dan sesuai dengan aslinya;
d. petikan Keputusan Kepala Badan Intelijen Negara Selaku
Ketua Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu tentang
Izin Operasional dibidang Pencetakan Dokumen Sekuriti:
1) telah dilegalisasi sesuai dengan aslinya;
2) menetapkan nama dan alamat perusahaan percetakan
sesuai dengan surat permohonan Izin/Perpanjangan Izin
Pembubuhan;
3) menetapkan masa Izin Operasional yang masih berlaku.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan izin diterima
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122c/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Teknologi
Percetakan; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2013
tentang Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Teknologi Percetakan.

86 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
7. Penetapan/Perpanjangan Penetapan sebagai Daerah
Tertentu
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan penetapan/perpanjangan daerah tertentu terkait
dengan fasilitas atas penyediaan makanan dan/atau minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang diberikan
berkenaan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah
tertentu, yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan penetapan/perpanjangan penetapan
daerah tertentu;
b. fotokopi surat persetujuan penanaman modal berserta
rinciannya yang diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal atau instansi lain yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk wajib Pajak penanaman modal, atau rencana investasi
untuk Wajib Pajak lainnya;
c. fotokopi peta lokasi;
d. fotokopi laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum tahun
permohonan;
e. pernyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan sarana
transportasi umum; dan
f. fotokopi Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang penetapan
daerah tertentu dalam hal perpanjangan penetapan ditambah.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009
tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh
Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk
Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu dan yang Berkaitan
dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto Pemberi Kerja; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-51/PJ/2009
tentang Tata Cara Pemberian dan Penetapan Besaran Kupon
Makanan dan/atau Minuman Bagi Pegawai, Kriteria dan Tata
Cara Penetapan Daerah Tertentu, dan Batasan Mengenai
Sarana dan Fasilitas di Lokasi

8. Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 87


LAYANAN DJP
permohonan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17C ayat (2) Undang-Undang KUP.

Prosedur
Wajib Pajak atau kuasanya mengajukan surat permohonan
penetapan sebagai Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu ke KPP
tempat Wajib Pajak domisili terdaftar melalui Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) paling lambat tanggal 10 Januari pada tahun
penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu.

Persyaratan dan Dokumen


a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis
pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu
5 (lima) tahun terakhir;
e. surat permohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP
tempat Wajib Pajak Domisili terdaftar (NPWP dengan kode 3
(tiga) digit terakhir adalah “”000””);
f. rekapitulasi nomor dan tanggal bukti penerimaan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa untuk masa pajak Januari sampai
dengan November tahun terakhir untuk setiap jenis pajak;
g. rekapitulasi nomor bukti dan tanggal penerimaan SPT Masa
untuk masa pajak Januari sampai dengan November tahun
terakhir untuk setiap jenis pajak dan untuk setiap tempat
kegiatan usaha/cabang dalam hal Wajib Pajak mempunyai
lebih dari satu tempat kegiatan usaha/cabang
h. rekapitulasi nomor dan tanggal bukti penerimaan SPT Tahunan
selama 3 (tiga) tahun pajak terakhir yang wajib disampaikan
sampai dengan akhir tahun sebelum tahun penetapan sebagai
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.
i. rekapitulasi nomor dan tanggal bukti penerimaan SPT Tahunan
selama 3 (tiga) tahun pajak terakhir yang wajib disampaikan
sampai dengan akhir tahun sebelum tahun penetapan sebagai
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu dalam hal Wajib Pajak
mempunyai lebih dari satu tempat kegiatan usaha/cabang

88 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Jangka Waktu Penyelesaian
Paling lama tanggal 20 Februari tahun penetapan Wajib Pajak
dengan Kriteria Tertentu.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang
Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib
Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2012
tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan
Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

9. Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permohonan menjadi Pengusaha Kena Pajak berisiko
rendah sehingga dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak.

Prosedur
PKP mengajukan surat permohonan penetapan sebagai Pengusaha
Kena Pajak berisiko rendah tempat dikukuhkan sebagai PKP paling
lambat 15 (lima belas) hari kerja sebelum dimulainya Masa Pajak
PKP ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah.

Persyaratan dan Dokumen


a. PKP merupakan Perusahaan Terbuka yang paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari keseluruhan saham disetornya
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
b. PKP merupakan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki
secara langsung oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah; atau
c. produsen selain PKP diatas, yang tidak pernah dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan dalam
jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan terakhir dan
memenuhi persyaratan tertentu sebagai berikut:
1) tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa PPN selama 12 (dua belas) bulan terakhir,
2) nilai Barang Kena Pajak yang dijual pada tahun sebelumnya
paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) adalah
produksi sendiri; dan
3) Laporan Keuangan untuk 2 (dua) tahun pajak sebelumnya
diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 89


LAYANAN DJP
Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian.
d. surat permohonan
e. keterangan dari instansi yang berwenang, yang dapat berupa
Laporan Bulanan Kepemilikan Saham Emiten atau Perusahaan
Publik dan Rekapitulasi, bagi Perusahaan Terbuka yang paling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan saham
disetornya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
f. keterangan dari instansi yang berwenang, yang dapat berupa
Akta Pendirian dan perubahannya, bagi perusahaan yang
saham mayoritasnya dimiliki secara langsung oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; atau
g. surat pernyataan bahwa nilai Barang Kena Pajak yang dijual
pada tahun sebelumnya paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
persen) adalah produksi sendiri dan Laporan Keuangan untuk
2 (dua) tahun pajak sebelumnya yang diaudit oleh Akuntan
Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau
Wajar dengan Pengecualian, bagi produsen selain Perusahaan
Terbuka dan BUMN/BUMD.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan Wajib Pajak

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 tentang
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah yang Diberikan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2010 tentang
Tata Cara Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah;
dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-144/PJ/2010
tentang Penegasan Tata Cara Penetapan Pengusaha Kena
Pajak Berisiko Rendah dan Tata Cara Pengembalian Kelebihan
Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak Berisiko
Rendah.

10. Pengusaha Kena Pajak Toko Retail yang Berpartisipasi


Dalam Skema Pengembalian PPN Kepada Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri
Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP)
yang ingin berpartisipasi dalam skema Pengembalian Pajak
Pertambahan Nilai kepada orang pribadi pemegang paspor luar
negeri untuk ditunjuk sebagai PKP yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak melalui Toko Retail. Layanan ini juga meliputi

90 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
pemutakhiran Surat Penunjukan Pengusaha Kena Pajak Toko
Retail dalam hal PKP Toko Retail:
a. pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat
kegiatan usaha ke KPP Lain atau terjadi perubahan status
perusahaan yang mengakibatkan KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar harus berubah;
b. memperoleh Surat Keputusan Pemusatan tempat Pajak
Pertambahan Nilai yang baru, dan cabang pada Surat
Keputusan Pemusatan tempat PPN yang baru berbeda dengan
cabang pada Surat Keputusan Pemusatan tempat PPN yang
lama; dan
c. melakukan pemindahan tempat pemusatan Pajak Pertambahan
Nilai terutang.

Prosedur
Pengusaha Kena Pajak mengajukan permohonan sebagai
Pengusaha Kena Pajak Toko Retail dengan cara melakukan
pendaftaran melalui aplikasi VAT Refund for Tourists.

Persyaratan dan Dokumen


Permohonan PKP yang direkam melalui aplikasi VAT Refund for
Tourists.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 10 (sepuluh) hari sejak PKP membuat permohonan
melalui aplikasi VAT Refund for Tourists.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2010 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permintaan Kembali
Pajak Pertambahan Nilai Barang Bawaan Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri s.t.d.t.d Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 100/PMK.03/2013; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Kewajiban Pengusaha
Kena Pajak Toko Retail serta Pengelolaan Administrasi
Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Kepada Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri.

11. Fasilitas Pengurangan PPh Badan Untuk Industri Pionir


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak badan yang melakukan
penanaman modal baru yang merupakan Industri Pionir dan atas
Wajib Pajak tersebut dapat diberikan fasilitas pengurangan PPh
badan.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 91


LAYANAN DJP
Prosedur
Wajib Pajak badan mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan tertulis
b. fotokopi akta pendirian;
c. fotokopi keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberian
fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan;
d. laporan Keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang telah diaudit;
e. surat kuasa khusus dalam hal permohonan disampaikan oleh
kuasa Wajib Pajak;
f. dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi
penjualan hasil produksi sekurang-kurangnya terdiri dari faktur
penjualan, faktur pajak, dan bukti pengiriman barang;
g. telah merealisasikan seluruh rencana penanaman modal; dan
h. telah berproduksi secara komersial.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 2 (dua) bulan sejak saat Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
atau pegawai dari Wajib Pajak.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.010/2015
tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/
PMK.010/2016; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2011
tentang Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi
Secara Komersial bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan.

12. Pemusatan Tempat PPN Terutang


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
memiliki lebih dari satu tempat PPN terutang untuk dapat memilih
1 (satu) tempat atau lebih sebagai Tempat Pemusatan PPN
Terutang.

92 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan yang memuat:
1) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang; dan
2) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan
b. surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN terutang
yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat atau
Lebih Sebagai Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 93


LAYANAN DJP
13. Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan Tempat
PPN Terutang
Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
memiliki Tempat Pemusatan PPN Terutang untuk menambahkan/
mengurangi tempat PPN terutang yang akan dipusatkan.

Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan yang memuat:
1) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang; dan
2) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan
b. surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN terutang
yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan

94 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat atau
Lebih Sebagai Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

14. Perubahan Tempat Pemusatan PPN Terutang


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
menyampaikan perubahan Tempat Pemusatan PPN Terutang.

Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan memuat:
1) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang; dan
2) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan
b. surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN terutang
yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 95


LAYANAN DJP
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat atau
Lebih Sebagai Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

15. Perpanjangan Pemusatan Tempat PPN Terutang


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
menyampaikan perpanjangan Pemusatan PPN Terutang.

Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan memuat:
1) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang; dan
2) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan
b. surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN terutang
yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;

96 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat atau
Lebih Sebagai Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

16. Pencabutan Pemusatan Tempat PPN Terutang


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
menyampaikan pemberitahuan pencabutan Pemusatan PPN
Terutang.

Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan memuat:
1) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang
dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang; dan
2) nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan
b. surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
diselenggarakan secara terpusat pada tempat PPN terutang
yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
pemberitahuan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 97


LAYANAN DJP
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat atau
Lebih Sebagai Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

17. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan


Perpajakan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permintaan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk
tujuan perpajakan. Wajib Pajak yang dapat mengajukan penilaian
kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak badan dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang
memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan secara tertulis melalui
KPP terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan persetujuan penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan
b. fotokopi surat izin usaha perusahaan jasa penilai atau ahli
penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, yang dilegalisir
oleh instansi Pemerintah yang berwenang menerbitkan surat
izin usaha tersebut;
c. laporan penilaian Perusahaan oleh perusahaan jasa penilai
atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah;
d. daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan
e. daporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan yang telah diaudit akuntan
publik
f. telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan

98 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya
penilaian kembali, termasuk kewajiban pajak dari cabang atau
perwakilan Perusahaan yang terdaftar di KPP Lokasi

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan
Perpajakan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 56/PJ/2009
tentang Penyampaian dan Penegasan Atas Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan.

18. Penetapan Masa Manfaat atas Harta Berwujud Bukan


Bangunan dan Harta Tidak Berwujud
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan untuk dapat memperoleh penetapan kelompok
harta berwujud bukan bangunan yang tidak dapat dimasukkan
ke dalam Kelompok 3 (tiga) sesuai dengan masa manfaat yang
sesungguhnya.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak yang
bersangkutan terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan
bangunan sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya;
b. penjelasan terperinci mengenai aktiva;
c. spesifikasi aktiva dari produsen;
d. perkiraan umur aktiva/masa manfaat ekonomis dari Penilai
Publik;
e. dokumen teknis pendukung dari produsen mengenai masa

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 99


LAYANAN DJP
manfaat aktiva; dan
f. keputusan penetapan kelompok harta berwujud bukan
bangunan untuk keperluan penyusutan yang sudah pernah
diperoleh.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan beserta dokumen
pendukung diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang
Jenis-Jenis Harta yang Termasuk Dalam kelompok Harta
Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan dan Penetapan Masa Manfaat
yang Sesungguhnya atas Harta Berwujud bukan Bangunan
untuk Keperluan Penyusutan.

19. Fasilitas Untuk Bidang Usaha/Daerah Tertentu (PP


18/2015)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-
bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu.

Prosedur
Permohonan untuk mendapatkan fasilitas PPh diajukan oleh Wajib
Pajak kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
pengajuannya dilakukan sebelum saat mulai berproduksi secara
komersial.

Persyaratan dan Dokumen


a. rekomendasi tertulis staf ahli Menteri Keuangan yang
mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah-
masalah di bidang penerimaan negara;
b. usulan pemberian fasilitas PPh dari Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal;
c. fotokopi surat permohonan Wajib Pajak kepada Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal dan bukti tanda terima surat
permohonan Wajih Pajak dimaksud;
d. surat penolakan pemberian fasilitas pembebasan atau
pengurangan PPh Badan, untuk permohonan pemberian
fasilitas PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015;
e. izin Penanaman Modal atau izin perluasan Penanaman Modal

100 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
yang diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal atau instansi lain yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. rincian aktiva tetap; dan
g. surat keterangan pemenuhan kriteria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015,
kesesuaian cakupan produk, dan pemenuhan tiap persyaratan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak usulan dari
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang
Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu s.t.d.d
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu Serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi
Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Diberikan Fasilitas
Pajak Penghasilan;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan,
Penetapan Realisasi Penanaman Modal, Penyampaian
Kewajiban Pelaporan, dan Pencabutan Keputusan Persetujuan
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak
yang Melakukan Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2015
tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan, Penetapan Realisasi
Penanaman Modal, Penyampaian Kewajiban Pelaporan, dan
Pencabutan Keputusan Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Wajib Pajak yang Melakukan Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-
Daerah Tertentu.

20. Penambahan Jangka Waktu Penyelesaian Kompensasi


Kerugian
Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan penambahan jangka waktu kompensasi kerugian

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 101


LAYANAN DJP
bagi Wajib Pajak yang telah mendapatkan Keputusan Persetujuan
Pemberian Fasilitas PPh dan Keputusan Penetapan Saat
Pemanfaatan Fasilitas PPh.

Prosedur
Wajib Pajak harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan penetapan penambahan jangka waktu
kompensasi kerugian;
b. fotokopi persetujuan Penanaman Modal baru di kawasan
industri dan/atau kawasan berikat dari instansi yang
berwenang;
c. pernyataan investasi pengeluaran untuk infrastruktur
ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) untuk
penanaman modal baru dilampiri dengan dokumen-dokumen
pendukungnya;
d. pernyataan penggunaan bahan baku dan/ atau komponen
hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh
persen) sejak tahun ke-4 dilampiri dengan dokumen-dokumen
pendukungnya;
e. pernyataan bahwa Wajib Pajak telah memperkerjakan
sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) atau 1.000 (seribu)
orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-
turut dilampiri dengan dokumen-dokumen pendukungnya;
f. pernyataan biaya penelitian dan pengembangan di dalam
negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi
produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun dilampiri dengan dokumen-
dokumen pendukungnya;
g. pernyataan biaya penelitian dan pengembangan di dalam
negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi
produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun dilampiri dengan dokumen-
dokumen pendukungnya;
h. dokumen Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha
yang telah ada pada Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau
Daerah-daerah Tertentu sebagian sumber pembiayaannya
berasal dari laba setelah pajak (earning after tax) Wajib Pajak
pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin
prinsip perluasan Penanaman Modal;

102 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
i. dokumen melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari nilai total penjualan, untuk Penanaman Modal
pada bidang-bidang usaha yang dilakukan di luar kawasan
berikat.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang
Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu s.t.d.d
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu Serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi
Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Diberikan Fasilitas
Pajak Penghasilan;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan,
Penetapan Realisasi Penanaman Modal, Penyampaian
Kewajiban Pelaporan, dan Pencabutan Keputusan Persetujuan
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak
yang Melakukan Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2015
tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan, Penetapan Realisasi
Penanaman Modal, Penyampaian Kewajiban Pelaporan, dan
Pencabutan Keputusan Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Wajib Pajak yang Melakukan Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-
Daerah Tertentu.

21. Fasilitas untuk Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


(KAPET)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas PPh kepada pengusaha yang berdomisili di
dalam wilayah KAPET.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 103


LAYANAN DJP
Prosedur
Pengusaha mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP
tempat pengusaha terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. fasilitas pengurangan penghasilan neto
1) permohonan tertulis;
2) surat penunjukan pelaksana proyek dari Badan Pengelola
KAPET;
3) surat keterangan penanaman modal dari instansi yang
berwenang;
4) jumlah dan tahun realisasi penanaman modal yang
dilakukan;
5) laporan keuangan untuk tahun mulai berproduksi
komersial.
b. fasilitas Kompensasi kerugian fiskal
1) permohonan tertulis;
2) surat penunjukan pelaksana proyek dari Badan Pengelola
KAPET
c. fasilitas PPh sebagaimana PPh Pasal 26 atas Dividen sebesar
10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku:
1) surat permohonan;
2) surat penunjukan pelaksana proyek dari Badan Pengelola
KAPET;
3) daftar nama, alamat, jumlah dividen yang dibagikan, jumlah
PPh Pasal 26 yang terutang;
4) penjelasan bahwa dividen yang dibayarkan berasal dari
sisa laba tahun pajak yang bersangkutan.
d. fasilitas PPh tambahan dan fasilitas PPN untuk Pengusaha
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara
Kawasan Berikat (PKB) dan atau Pengusaha di Kawasan
Berikat (PDKB), Pengusaha harus mengikuti ketentuan yang
berlaku bagi Kawasan Berikat.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah permohonan diterima
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu s.t.d.d. Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000;

104 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 200/KMK.04/2000
tentang Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan di Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu s.t.d.d. Keputusan Menteri
Keuangan Nomor KMK 11/KMK.04/2001; dan
c. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-229/PJ./2001 Perlakuan
Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.

22. Surat Keterangan Fiskal


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan Surat Keterangan Fiskal (SKF) dalam rangka
pengadaan barang dan/atau jasa untuk keperluan instansi
pemerintah.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKF secara langsung KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh
untuk Tahun Pajak terakhir dan melampirkan fotokopi Surat
Pemberitahuan Tahunan PPh tersebut;
b. fotokopi tanda terima pelaporan Surat Pemberitahuan
Tahunan PPh untuk Tahun Pajak terakhir;
c. fotokopi Surat Setoran Pajak PPh Pasal 29 untuk Tahun Pajak
terakhir dalam hal terdapat pembayaran dan/atau fotokopi
surat persetujuan mengangsur atau menunda pembayaran
pajak yang terutang, dalam hal Wajib Pajak mengajukan
permohonan menunda atau mengangsur pembayaran pajak
yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4)
Undang-Undang KUP;
d. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi
dan Bangunan Tahun Pajak terakhir, dalam hal kewenangan
pemungutannya berada di Direktorat Jenderal Pajak;
e. fotokopi Surat Tanda Terima Setoran Pajak Bumi dan Bangunan
Tahun Pajak terakhir, dalam hal kewenangan pemungutannya
berada di Direktorat Jenderal Pajak;
f. telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk 3
(tiga) Masa Pajak terakhir dan melampirkan fotokopi Surat
Pemberitahuan Masa tersebut;
g. fotokopi bukti pelaporan Surat Pemberitahuan Masa untuk 3
(tiga) Masa Pajak terakhir;
h. fotokopi Surat Setoran Pajak Surat Pemberitahuan Masa untuk
3 (tiga) Masa Pajak terakhir, dalam hal terdapat pembayaran

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 105


LAYANAN DJP
dalam Surat Pemberitahuan Masa dimaksud;
i. tidak sedang dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan dan membuat pernyataan bahwa tidak sedang
dalam penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
j. tidak mempunyai utang pajak baik di KPP tempat Wajib
Pajak Pusat terdaftar maupun di KPP tempat Wajib Pajak
Cabang terdaftar, kecuali dalam hal Wajib Pajak mendapatkan
izin untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang
KUP, mengajukan keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal
25 ayat (3a) Undang-Undang KUP, atau mengajukan banding
sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (5a) Undang-Undang
KUP.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan
Wajib Pajak secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tentang
Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure)
Layanan Unggulan Kementerian Keuangan s.t.d.t.d Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.01/2015; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2014
tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal.

23. Surat Keterangan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bakal


Calon Kepala Daerah
Layanan ini diberikan kepada bakal calon kepala daerah terkait
persyaratan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memenuhi ketentuan dalam peraturan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang meliputi:
a. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi (SPT
Tahunan PPh WP OP) atas nama bakal calon, untuk masa 5
(lima) tahun terakhir atau sejak bakal calon menjadi wajib
pajak; dan
c. tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak dari KPP
tempat bakal calon yang bersangkutan terdaftar.

Prosedur
Bakal calon kepala daerah mengajukan permohonan kepada
Kepala KPP di mana bakal calon kepala daerah terdaftar sebagai

106 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Wajib Pajak dan menyampaikan permohonan dimaksud secara
langsung melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. fotokopi bukti pengiriman/tanda terima penyampaian SPT
Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi untuk 5 (lima) tahun
pajak terakhir atau sejak bakal calon kepala daerah terdaftar
sebagai Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak terdaftar belum
sampai 5 (lima) tahun;
c. NPWP valid;
d. tidak mempunyai tunggakan pajak dari KPP tempat bakal
calon yang bersangkutan terdaftar.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari kerja setelah permohonan diterima oleh
KPP.

Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-55/PJ/2015
tentang Tata Cara Pemberian Layanan Terkait Dengan PErsyaratan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bakal Calon Kepala
Daerah.

24. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/Pasal 22 Selain


Impor, PPh Pasal 22 Impor/PPh Pasal 23
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas dibebaskan dari PPh Pasal 21/Pasal 22 selain
impor, PPh Pasal 22 impor/PPh Pasal 23.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun pajak terakhir
sebelum tahun diajukan permohonan;
b. surat permohonan;
c. penghitungan PPh yang diperkirakan akan terutang untuk
tahun pajak diajukannya permohonan, yang paling sedikit
memuat:
1) peredaran usaha dan luar usaha tahun berjalan serta
perkiraan peredaran usaha dan luar usaha dalam satu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 107


LAYANAN DJP
tahun pajak;
2) biaya fiskal tahun berjalan dan perkiraan biaya fiskal
dalam satu tahun pajak, kecuali bagi Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto;
3) perkiraan PPh yang akan terutang dalam satu tahun pajak;
4) PPh yang telah dipotong/dipungut dan/atau dibayar
sendiri dalam tahun berjalan; dan
5) perkiraan PPh yang akan dipotong/dipungut dan/atau
dibayar sendiri dalam tahun berjalan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari sejak Pemberitahuan permohonan
diterima lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari
Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh
Pihak Lain s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER- 21/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2011
tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan
Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
Penghasilan Oleh Pihak Lain.

25. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 Atas Impor Emas


Batangan dari Wajib Pajak yang Bergerak Dalam Bidang
Industri Perhiasan Emas Untuk Tujuan Ekspor
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas dibebaskan dari PPh Pasal 22 atas impor
emas batangan dari Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang
industri perhiasan emas untuk tujuan ekspor.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar

Persyaratan dan Dokumen


a. telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Tahun
Pajak terakhir sebelum tahun diajukan permohonan Surat
Keterangan Bebas;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak;

108 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
c. surat permohonan SKB;
d. laporan realisasi ekspor yang menjelaskan jumlah ekspor
perhiasan emas tahun sebelumnya dilampiri Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB) dan Pernyataan Rincian Berat (PRB)
barang perhiasan emas, apabila sebelumnya telah mengekspor
emas;
e. laporan realisasi ekspor perhiasan emas tahun berjalan
dilampiri PEB dan PRB barang perhiasan emas; dan
f. pemberitahuan rencana ekspor perhiasan emas dan PRB
barang perhiasan emas pada tahun yang bersangkutan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan Wajib Pajak diterima
secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan
Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang
Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010
tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan
Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di
Bidang Lain s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2015.

26. Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh atas Bunga


Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun
yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri Keuangan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas dibebaskan dari PPh atas bunga deposito
dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia yang
diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat dana
pensiun terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan SKB;
b. fotokopi Keputusan Menteri Keuangan tentang Pengesahan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 109


LAYANAN DJP
Pendirian dana Pensiun;
c. fotokopi Neraca;
d. fotokopi Laporan Sisa Hasil Usaha (Laporan Laba Rugi);
e. fotokopi Laporan Arus Kas dan Bank;
f. fotokopi Laporan Investasi; dan
g. daftar sertifikat/bilyet/buku deposito, tabungan, dan SBI yang
meliputi semua sertifikat/bilyet/buku deposito, tabungan,
dan SBI yang akan diajukan permohonan SKB tanpa perlu
melampirkan fotokopi dokumen dimaksud dan memuat:
1) surat permohonan
2) nama dan NPWP kantor cabang bank;
3) jenis penanaman modal (contoh: deposito, tabungan, SBI,
dll);
4) nomor sertifikat/bilyet/buku deposito, tabungan, dan SBI;
5) jumlah untuk masing-masing jenis penanaman modal,
yaitu nilai atau jumlah saldo penanaman modal pada saat
akan diajukan permohonan SKB; dan
6) tanggal penempatan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan Wajib Pajak
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001
tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito
dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.010/2016; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2013
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito dan
Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang
Diterima atau Diperoleh dana Pensiun yang Pendiriannya Telah
Disahkan Oleh Menteri Keuangan.

27. Surat Keterangan Bebas PPh atas Penghasilan dari


Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas dibebaskan dari PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP orang pribadi

110 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
atau badan yang bersangkutan terdaftar atau bertempat tinggal.

Persyaratan dan Dokumen


a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah
Penghasilan Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/ atau bangunan dengan jumlah bruto
pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh
juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah, permohonan harus dilampiri dengan:
1) surat keterangan berpenghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak dari pemerintah daerah serendah-
rendahnya kecamatan tempat orang pribadi tersebut
bertempat tinggal;
2) surat pernyataan bahwa jumlah brutonilai pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunanatau perjanjian
pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta
perubahannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh
juta rupiah),; dan
3) fotokopi Kartu Keluarga;
b. orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan atau
badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/
atau bangunan dengan cara hibah kepada badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan, permohonan harus
dilampiri dengan:
1) surat pernyataan hibah;
2) fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi
dan Bangunan tahun terakhir; dan
3) fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan PPh atas nama
pemberi hibah, atau Surat Keterangan bahwa orang pribadi
pemberi hibah memiliki penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 111


LAYANAN DJP
c. ahli waris, permohonan harus dilampiri dengan:
1) surat Pernyataan Pembagian Waris;
2) fotokopi Kartu Keluarga;
3) fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi
dan Bangunan tahun terakhir; dan
4) fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Wajib Pajak
Orang Pribadi tahun pajak terakhir atas nama pewaris, atau
surat keterangan bahwa pewaris memiliki penghasilan di
bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak.
d. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/
atau bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan,
atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan untuk menggunakan nilai buku,
1) surat permohonan
2) surat persetujuan penggunaan nilai buku dalam rangka
penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha dari
pejabat yang berwenang;
e. orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) huruf f, permohonan harus dilampiri dengan:
1) surat perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna,
atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/
atau bangunan; dan
2) berita acara serah terima bangunan dalam rangka dalam
perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau
pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau
bangunan.
f. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta
berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian
bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan
barang milik negara berupa tanah dan/ atau bangunan
1) surat permohonan
2) dokumen yang menunjukkan bahwa orang pribadi atau
badan tersebut bukan merupakan subjek pajak, antara lain
dokumen anggota diplomatik negara lain atau dokumen
izin pendirian kantor kedutaan besar negara lain.
g. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak
yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan
1) surat permohonan;
2) daftar pengalihan tanah dan/atau bangunan atau perubahan
perjanjian pengikatan jual beli yang penghasilannya telah
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh.
Jangka Waktu Penyelesaian

112 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan Wajib Pajak
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang
Tata Cara Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas
Tanah dan/ atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2009
tentang Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Kewajiban
Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan.

28. Surat Keterangan Bebas PPh atas Penghasilan dari


Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Bagi Wajib
Pajak yang Usaha Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan fasilitas dibebaskan dari PPh atas penghasilan dari
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan bagi Wajib
Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. daftar tanah dan/atau bangunan yang penghasilan atas
pengalihannya telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan PPh.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan Wajib Pajak
diterima secara lengkap

Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009
tentang Pelaksanaan ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 113


LAYANAN DJP
Penghasilan Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah
dan/atau Bangunan.

29. Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau


Pemungutan PPh Bagi Wajib Pajak yang Dikenai PPh
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang dikenai PPh
yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013 yang mengajukan permohonan pembebasan dari
pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak bersifat final.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Kepala KPP tempat Wajib Pajak menyampaikan kewajiban Surat
Pemberitahuan Tahunan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau
pemungutan PPh;
b. telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Tahun
Pajak sebelum Tahun Pajak diajukan permohonan, untuk Wajib
Pajak yang telah terdaftar pada Tahun Pajak sebelum Tahun
Pajak diajukannya SKB;
c. menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani Wajib
Pajak atau kuasa Wajib Pajak yang menyatakan bahwa
peredaran bruto usaha yang diterima atau diperoleh termasuk
dalam kriteria untuk dikenai PPh bersifat final disertai lampiran
jumlah peredaran bruto setiap bulan sampai dengan bulan
sebelum diajukannya SKB, untuk Wajib Pajak yang terdaftar
pada Tahun Pajak yang sama dengan Tahun Pajak saat
diajukannya SKB;
d. menyerahkan dokumen-dokumen pendukung transaksi seperti
Surat Perintah Kerja, Surat Keterangan Pemenang Lelang dari
instansi pemerintah, atau dokumen pendukung sejenis lainnya;
dan
e. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
Undang-Undang KUP.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah menerima permohonan
Wajib Pajak secara lengkap.

114 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 tentang
Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak yang Dikenai Pajak Penghasilan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

30. Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor dan/atau


Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat
Strategis
Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permohonan fasilitas dibebaskan dari pengenaan
PPN atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak tertentu
yang bersifat strategis.

Prosedur
PKP mengajukan permohonan ke KPP tempat Pengusaha Kena
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. fotokopi kartu NPWP;
c. fotokopi surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
d. asli surat kuasa khusus dalam hal Pengusaha Kena Pajak
menunjuk seorang kuasa untuk mengajukan permohonan
Surat Keterangan Bebas PPN;
e. penjelasan tertulis secara rinci bahwa mesin dan peralatan
pabrik yang diimpor/diterima akan dipergunakan dalam
proses produksi untuk menghasilkan Barang Kena Pajak; dan
f. surat pernyataan bermeterai bahwa mesin dan peralatan pabrik
yang diimpor atau diperoleh tidak akan dipindahtangankan
atau diubah peruntukannya dalam jangka waktu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
g. dalam hal impor, permohonan juga harus dilampiri dokumen
pendukung lainnya berupa:
1) invoice;
2) Bill of Lading (B/L) atau airway bill (AWB);
3) dokumen kontrak pembelian; dan
4) dokumen pembayaran atau dokumen pengakuan utang.
h. dalam hal penyerahan, permohonan juga harus dilampiri
dokumen pendukung lainnya berupa dokumen kontrak
pembelian atau dokumen lain yang menunjukkan terjadinya

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 115


LAYANAN DJP
penyerahan Barang Kena Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan PKP diterima
secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 268/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis dan Tata
Cara Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Barang Kena Pajak
Tertentu yang Bersifat Strategis yang Telah Dibebaskan Serta
Pengenaan Sanksi; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2016
tentang Prosedur Pelaksanaan dan Administrasi Pemberian
Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu
yang Bersifat Strategis.

31. Pembatalan Surat Keterangan Bebas PPN Barang Kena


Pajak Strategis
Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permohonan pembatalan Surat Keterangan Bebas
PPN BKP Strategis karena kesalahan tulis dan/atau kesalahan
hitung dalam penerbitannya, diperoleh data dan/atau informasi
yang menunjukkan bahwa PKP tidak berhak memperoleh SKB
PPN BKP strategis.

Prosedur
PKP mengajukan permohonan ke KPP tempat Pengusaha Kena
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan; dan
b. asli SKB yang dibatalkan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan PKP diterima
secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 268/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan

116 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis dan Tata
Cara Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Barang Kena Pajak
Tertentu yang Bersifat Strategis yang Telah Dibebaskan Serta
Pengenaan Sanksi; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2016
tentang Prosedur Pelaksanaan dan Administrasi Pemberian
Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu
yang Bersifat Strategis.

32. Surat Keterangan Bebas PPN atau PPN dan PPnBM Kepada
Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional Serta
Pejabatnya
Layanan ini diberikan kepada Perwakilan Negara Asing serta
Pejabat Perwakilan Negara Asing yang mengajukan permohonan
pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM kepada berdasarkan asas
timbal balik.

Prosedur
Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya
mengajukan permohonan pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM
kepada Menteri Keuangan melalui Menteri Luar Negeri atau
Menteri Sekretaris Negara sebelum perolehan BKP dan/atau JKP.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat rekomendasi Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris
Negara;
b. asli proforma invoice dan fotokopi purchase order atau
dokumen lain yang dapat dipersamakan;
c. bukti-bukti pendukung yang dipersyaratkan oleh Kementerian
Luar Negeri atau Kementerian Sekretariat Negara; dan
d. dalam hal perolehan kendaraan bermotor, harus dilengkapi
dengan Surat Pernyataan Jumlah Kepemilikan Kendaraan
Bermotor.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima
secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 117


LAYANAN DJP
Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara
Asing dan Badan Internasional Serta Pejabatnya s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.010/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-39/PJ/2014
tentang Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Bebas
dan Surat Dispensasi Serta Prosedur Pengembalian Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara
Asing dan Badan Internasional Serta Pejabatnya.

33. Surat Dispensasi kepada Perwakilan Negara Asing dan


Badan Internasional serta Pejabatnya
Layanan ini diberikan kepada Perwakilan Negara Asing, Badan
Internasional, Pejabat Perwakilan Negara Asing, atau Pejabat
Badan Internasional penerima pemindahtanganan BKP atau
penerima pengalihmanfaatan JKP yang mengajukan permohonan
agar PPN atau PPN dan PPnBM yang telah dibebaskan tidak perlu
dibayar kembali.

Prosedur
Perwakilan Negara Asing, Badan Internasional, Pejabat Perwakilan
Negara Asing, dan/atau Pejabat Badan Internasional penerima
pemindahtanganan BKP atau penerima pengalihmanfaatan
JKP mengajukan permohonan Surat Dispensasi kepada Menteri
Keuangan melalui Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris
Negara sebelum perolehan BKP dan/atau JKP.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. surat rekomendasi dari Menteri Luar Negeri atau Menteri
Sekretaris Negara atau Pejabat yang ditunjuk;
c. Surat Keterangan Bebas PPN atau Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB) atas Barang Kena Pajak yang dipindahtangankan
atau Jasa Kena Pajak yang dialihmanfaatkan;
d. invoice pada saat perolehan atau dokumen yang dapat
dipersamakan; dan
e. bukti-bukti pendukung yang dipersyaratkan oleh Kementerian
Luar Negeri atau Kementerian Sekretariat Negara.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan
Perwakilan Negara Asing, Badan Internasional, Pejabat Perwakilan
Negara Asing, dan/atau Pejabat Badan Internasional penerima
pemindahtanganan BKP atau penerima pengalihmanfaatan JKP

118 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
diterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara
Asing dan Badan Internasional Serta Pejabatnya s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.010/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-39/PJ/2014
tentang Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Bebas
dan Surat Dispensasi Serta Prosedur Pengembalian Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara
Asing dan Badan Internasional Serta Pejabatnya.

34. Surat Keterangan Bebas PPnBM atas Impor atau


Penyerahan Kendaraan Ambulan, Kendaraan Jenazah,
Kendaraan Pemadam Kebakaran, Kendaraan Tahanan, dan
Kendaraan Angkutan Umum
Layanan ini diberikan kepada orang pribadi atau badan yang
mengajukan permohonan fasilitas dibebaskan dari PPnBM atas
impor atau penyerahan kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan
kendaraan angkutan umum.

Prosedur
Orang pribadi atau badan yang melakukan impor atau yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari
pengenaan PPnBM mengajukan permohonan sebelum impor atau
penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. fotokopi kartu NPWP;
c. surat kuasa khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan
SKB PPn BM;
d. surat keterangan atau dokumen lain yang menunjukkan
pengunaan kendaraan dimaksud;
e. surat pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan
dimaksud tidak akan dipindahtangankan atau diubah
peruntukannya dan apabila ternyata dipindahtangankan atau
diubah peruntukannya, bersedia membayar kembali PPn BM
yang dibebaskan ditambah sanksi dengan ketentuan yang

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 119


LAYANAN DJP
berlaku;
f. perjanjian jual-beli kendaraan bermotor yang memuat
keterangan-keterangan antara lain:
1) nama penjual;
2) nama pembeli;
3) jenis dan spesifikasi kendaraan yang dibeli;
g. izin usaha dan izin trayek yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang (untuk kendaraan angkutan umum selain
taksi) atau persetujuan (izin) prinsip yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah setempat (untuk taksi);
h. khusus untuk impor kendaraan bermotor, dilengkapi dengan
dokumen impor berupa:
1) invoice;
2) Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB);
3) dokumen kontrak pembelian yang bersangkutan atau
dokumen yang dapat dipersamakan;
4) dokumen pembayaran yang berupa Letter of Credit (L/C)
atau bukti transfer atau bukti lainnya berkaitan dengan
pembayaran tersebut.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah surat permohonan
diterima dengan lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.011/2014 tentang
Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah dan Tata Cara Pemberian Pembebasan
dari Pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah s.t.d.d
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.010/2017; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-229/PJ/2003
tentang Tata cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan
Serta Pengembalian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas
Impor atau Penyerahan Kendaraan Bermotor.

35. Surat Keterangan Bebas PPnBM atas Impor atau


Penyerahan Kendaraan Protokoler Kenegaraan, Kendaraan
Dinas atau Kendaraan Patroli TNI/Polri
Layanan ini diberikan kepada Bendaharawan TNI/POLRI atau
Bendaharawan Sekretariat Negara yang mengajukan permohonan
fasilitas dibebaskan dari PPnBM atas impor atau penyerahan
kendaraan Protokoler Kenegaraan, kendaraan dinas atau
kendaraan Patroli TNI/Polri.

120 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Prosedur
Bendaharawan TNI/POLRI atau Bendaharawan Sekretariat
Negara mengajukan permohonan ke KPP tempat terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. fotokopi kartu NPWP;
c. surat kuasa khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan
SKB PPn BM;
d. surat keterangan atau dokumen lain yang menunjukkan
penggunaan kendaraan dimaksud;
e. surat pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan
dimaksud tidak akan dipindahtangankan atau diubah
peruntukannya dan apabila ternyata dipindahtangankan atau
diubah peruntukannya, bersedia membayar kembali PPn BM
yang dibebaskan ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
f. kontrak atau Surat Perintah Kerja untuk pengadaan kendaraan
dimaksud;
g. khusus untuk impor kendaraan bermotor, dilengkapi dengan
dokumen impor berupa:
1) Invoice;
2) Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB);
3) Dokumen Kontrak Pembelian yang bersangkutan atau
dokumen yang dapat dipersamakan;
4) Dokumen pembayaran yang berupa Letter of Credit
(L/C) atau bukti transfer atau bukti lainnya berkaitan
dengan pembayaran tersebut.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah surat permohonan
diterima dengan lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.011/2014
tentang Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah dan Tata Cara Pemberian
Pembebasan dari Pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/
PMK.010/2017; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-229/PJ/2003
tentang Tata cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan
Serta Pengembalian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 121


LAYANAN DJP
Atas Impor atau Penyerahan Kendaraan Bermotor.

36. Surat Keterangan Tidak Dipungut


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang mengajukan permohonan fasilitas tidak dipungut
PPN atas impor dan/atau penyerahan alat angkutan tertentu dan
penyerahan Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu.

Prosedur
Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus mengajukan
permohonan SKTD kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar, bendahara pada Kementerian
Pertahanan, bendahara pada Tentara Nasional Indonesia, atau
bendahara pada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


Dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan SKTD
untuk setiap kali impor atau penyerahan:
a. permohonan SKTD.
b. rincian alat angkutan tertentu.
c. Fotokopi kartu NPWP atau kartu NPWP bendahara.
d. surat kuasa khusus bermeterai dalam hal Wajib Pajak,
bendahara pada Kementerian Pertahanan, bendahara pada
Tentara Nasional Indonesia, atau bendahara pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia menunjuk seorang kuasa untuk
mengajukan permohonan SKTD.
e. surat pernyataan bermeterai tidak sedang dilakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
f. surat pernyataan bermeterai bahwa alat angkutan tertentu
yang diimpor atau diperoleh tidak akan dipindahtangankan
atau diubah peruntukkannya dalam jangka waktu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
g. dalam hal melakukan impor, ditambahkan juga dokumen-
dokumen berupa:
1) invoice;
1) Bill of Lading atau air waybill;
2) dokumen kontrak pembelian atau dokumen lain yang
dapat dipersamakan; dan
3) dokumen pembayaran berupa letter of credit, bukti
transfer, atau dokumen lain yang menunjukkan adanya

122 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
pembayaran atau perjanjian mekanisme pembayaran.
h. dalam hal menerima penyerahan alat angkutan, ditambahkan
juga dokumen-dokumen berupa:
1) dokumen pemesanan barang (purchase order);
2) proforma invoice;
3) dokumen kontrak pembelian atau dokumen lain yang
dapat dipersamakan; dan/atau
4) dokumen pembayaran berupa kuitansi, bukti transfer, atau
dokumen lain yang menunjukkan adanya pembayaran
atau perjanjian mekanisme pembayaran.
i. dalam hal impor dilakukan oleh pihak lain yang ditunjuk
oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia ditambahkan
juga dokumen berupa fotokopi dokumen penunjukan oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia seperti kontrak atau
surat perintah kerja.
j. dalam hal impor dilakukan dan/atau penyerahan diterima oleh
pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum, ditambahkan juga dokumen
berupa fotokopi dokumen perjanjian atau kontrak pembuatan
kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan dan
pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian.

Dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan SKTD


yang berlaku sampai dengan 31 Desember tahun berkenaan:
a. surat permohonan SKTD;
b. RKIP yang disampaikan dalam bentuk softcopy (format
microsoft excel) dan hardcopy;
c. fotokopi kartu NPWP;
d. surat kuasa khusus bermeterai dalam hal Wajib Pajak menunjuk
seorang kuasa khusus untuk mengajukan permohonan SKTD;
e. surat pernyataan bermeterai tidak sedang dilakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
f. surat pernyataan bermeterai bahwa alat angkutan tertentu
yang diimpor atau diperoleh tidak akan dipindahtangankan
atau diubah peruntukkannya dalam jangka waktu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
g. dalam hal impor dilakukan dan/atau penyerahan diterima
oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 123


LAYANAN DJP
Kepelabuhanan Nasional, atau Perusahaan Penyelenggara
Jasa Angkutan Sungai, danau dan Penyeberangan Nasional,
ditambahkan juga dokumen berupa:
1) fotokopi surat izin usaha perusahaan angkutan laut;
2) fotokopi surat izin usaha perikanan;
3) fotokopi surat izin usaha badan usaha pelabuhan;
4) fotokopi surat izin usaha angkutan sungai dan danau; atau
5) fotokopi surat izin usaha angkutan penyeberangan.
h. dalam hal impor dilakukan dan/atau penyerahan diterima oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional ditambahkan
juga dokumen fotokopi surat izin usaha perusahaan angkutan
udara niaga.
i. dalam hal impor dilakukan dan/atau penyerahan diterima oleh
pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional ditambahkan juga dokumen fotokopi dokumen
perjanjian atau kontrak pemberian jasa perawatan dan reparasi
pesawat udara.
j. dalam hal impor dilakukan dan/atau penyerahan diterima
oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum ditambahkan juga dokumen berupa
fotokopi surat izin usaha perkeretaapian.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah permohonan SKTD diterima
secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor
dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan
Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait
Alat Angkutan Tertentu; dan
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-78/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa
Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu.

124 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
37. Pembatalan Surat Keterangan Tidak Dipungut
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak, Kementerian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang mengajukan permohonan pembatalan
SKTD dalam hal terjadi kesalahan tulis dan/atau hitung.

Prosedur
Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus mengajukan
permohonan kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak, bendahara
pada Kementerian Pertahanan, bendahara pada Tentara Nasional
Indonesia, atau bendahara pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. SKTD asli; dan
b. surat permohonan pembatalan SKTD yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang atau wakil Wajib Pajak, atau kuasa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan, disertai dengan alasan pembatalan SKTD.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 2 (dua) hari kerja setelah permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor
dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan
Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait
Alat Angkutan Tertentu; dan
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-78/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa
Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu.

38. Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan Perubahan


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak, Kementerian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 125


LAYANAN DJP
Republik Indonesia yang mengajukan RKIP perubahan.

Prosedur
Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus mengajukan
kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak, bendahara pada
Kementerian Pertahanan, bendahara pada Tentara Nasional
Indonesia, atau bendahara pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan RKIP Perubahan yang berisi alasan
mengajukan RKIP Perubahan;
b. formulir RKIP Perubahan; dan
c. surat pernyataan bermeterai bahwa alat angkutan tertentu
dan/atau Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu
yang diajukan perubahaan belum dilakukan impor dan/atau
penyerahan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pengajuan diterima lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor
dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan
Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait
Alat Angkutan Tertentu; dan
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 78/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa
Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu.

39. Surat Keterangan Domisili


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang
mengajukan permohonan surat keterangan domisili yang isinya
menerangkan bahwa Wajib Pajak adalah subjek pajak dalam
negeri Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
PPh dalam rangka memperoleh manfaat P3B di 1 (satu) negara

126 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
mitra P3B.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP domisili.

Persyaratan dan Dokumen


Permohonan tertulis dengan menggunakan Form-DGT 6.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah permohonan Wajib Pajak
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan s.t.d.t.d.
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Nomor 601/
KMK.01/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-8/PJ/20107
tentang Surat Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam
Negeri Indonesia Dalam Rangka Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2010
tentang Tata Cara Penerbitan Pengesahan dan Pemanfaatan
Surat Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri
Indonesia Dalam Rangka Penerapan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-54/PJ/2015
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan.

40. Surat Keterangan Penelitian Formal Bukti Pemenuhan


Kewajiban Penyetoran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan atau Perubahan Perjanjian Pengikatan
Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan
Layanan ini diberikan kepada orang pribadi atau badan yang
telah memenuhi kewajiban penyetoran Pajak Penghasilan atas
penghasilan dari:
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b. perubahan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau
bangunan,
untuk mendapatkan surat keterangan penelitian formal bukti
pemenuhan kewajiban penyetoran PPh atas pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan atau perubahan perjanjian pengikatan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 127


LAYANAN DJP
jual beli atas tanah dan/atau bangunan.

Prosedur
Orang pribadi atau badan atau kuasanya menyampaikan
permohonan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah
dan/atau bangunan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. Surat Setoran Pajak yang sudah tertera Nomor Transaksi
Penerimaan Negara dan Nomor Transaksi Bank/Nomor
Transaksi Pos/Nomor Penerimaan Potongan atau sarana
administrasi lainnya yang disamakan dengan Surat Setoran
Pajak;
c. surat pernyataan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan atau perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/
atau bangunan beserta perubahannya yang telah diisi secara
lengkap dan dibubuhi meterai;
d. fotokopi seluruh faktur/bukti penjualan, bukti transfer dan/
atau fotokopi bukti penerimaan uang secara tunai yang telah
ditandatangani pihak yang mengalihkan tanah dan/atau
bangunan di atas meterai;
e. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan
Bangunan atau bukti penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
lainnya untuk tahun terakhir;
f. fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi pembeli dan penjual
yang berstatus Warga Negara Indonesia;
g. fotokopi Paspor bagi pembeli dan penjual yang berstatus
Warga Negara Asing;
h. surat kuasa dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang diberi
kuasa untuk menyampaikan dan/atau mengambil dokumen
dalam hal penyampaian permohonan penelitan dikuasakan;
i. fotokopi brosur, price list, dan Perjanjian Pengikatan Jual
Beli (PPJB) dalam hal pengalihan tanah dan/atau bangunan
dilakukan oleh pengembang; dan
j. surat pernyataan tidak wajib menggunakan Nomor Pokok
Wajib Pajak dalam hal penyetoran Pajak Penghasilan tanpa
menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan
kepada Spesial Purpose Company atau Kontrak Investasi Kolektif
dalam skema Kontrak Investasi Kolektif tertentu, juga harus
dilengkapi dengan dokumen:
a. fotokopi pemberitahuan efektifnya pernyataan pendaftaran

128 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Dana Investasi Real Estat berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
yang diterbitkan dan telah dilegalisasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan;
b. keterangan dari Otoritas Jasa Keuangan bahwa Wajib Pajak
yang mengalihkan Real Estat bertransaksi dengan Spesial
Purpose Company atau Kontrak Investasi Kolektif dalam
skema Kontrak Investasi Kolektif tertentu; dan
c. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa Wajib
Pajak melakukan pengalihan Real Estat kepada Spesial
Purpose Company atau Kontrak Investasi Kolektif dalam
skema Kontrak Investasi Kolektif tertentu.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal permohonan penelitian
diterima lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang
Tata Cara Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.03/2017 tentang
Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Pengalihan Real Estat dalam Skema Kontrak
Investasi Kolektif Tertentu;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-18/PJ/2018
tentang Tata Cara Penelitian Bukti Pemenuhan Kewajiban
Penyetoran Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan atau Perubahan Perjanjian Pengikatan
Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-40/PJ/2017
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-18/PJ/2018 tentang Tata Cara Penelitian
Bukti Pemenuhan Kewajiban Penyetoran Pajak Penghasilan
atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan atau
Perubahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/
atau Bangunan.

41. Nomor Seri Faktur Pajak


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 129


LAYANAN DJP
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP tempat Pengusaha
Kena Pajak dikukuhkan atau melalui laman (website) yang
ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


a. telah memiliki Kode Aktivasi dan Password;
b. telah melakukan aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak;
c. telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak
terakhir yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada
tanggal permintaan disampaikan ke KPP; dan
d. surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


a. permintaan ke KPP
Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak diterbitkan pada
hari kerja yang sama setelah berkas permintaan diterima
secara lengkap.
b. permintaan online
Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak dapat diunduh
pada hari yang sama saat permintaan diajukan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password,
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat
Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan
Nomor Seri Faktur Pajak

42. Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik


(e-Faktur)
Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permintaan data e-Faktur yang rusak atau hilang.
Data e-Faktur yang dapat diminta terbatas pada data Faktur Pajak
Keluaran yang telah diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal
Pajak dan telah memperoleh persetujuan Direktorat Jenderal
Pajak.

130 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Prosedur
PKP mengajukan permintaan data e-Faktur ke KPP tempat PKP
terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permintaan data e-Faktur.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak Surat Permintaan Data
e-Faktur diterima secara lengkap dan dapat diperpanjang 20 (dua
puluh) hari kerja.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-58/PJ/2015
tentang Tata Cara Penyelesaian Permintaan Data Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik (e-Faktur) yang Rusak atau Hilang.

43. Konfirmasi Status Wajib Pajak


Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak dalam rangka
pelaksanaan konfirmasi status Wajib Pajak atas layanan publik
tertentu pada Instansi Pemerintah.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP/KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi Pemerintah, KPP/
KP2KP tempat Wajib Pajak terdaftar, atau KPP/KP2KP terdekat
dengan lokasi Instansi Pemerintah.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan keterangan status Wajib Pajak;
b. nama Wajib Pajak dan NPWP sesuai dengan data dalam sistem
informasi Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk 2 (dua) Tahun
Pajak terakhir yang sudah menjadi kewajiban Wajib Pajak
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari kerja setelah permohonan diterima

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 131


LAYANAN DJP
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2015
tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Status Wajib Pajak
Dalam Rangka Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak
Atas Layanan Publik Tertentu Pada Instansi Pemerintah; dan
b. Surat Edaran Direktur Jendera Pajak Nomor SE-33/PJ/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak
Atas Layanan Publik Tertentu Pada Instansi Pemerintah.

44. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti


Pemotongan PPh Pasal 21 dan Pasal 26
Layanan yang diberikan kepada Pemotong Pajak berupa
penggunaan stempel tanda tangan pada bukti pemotongan PPh
Pasal 21 atau PPh Pasal 26 untuk mengurangi beban administrasi.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. data pendukung, seperti jumlah karyawan/penerima
penghasilan lainnya yang akan dikenakan pemotongan PPh
Pasal 21/26, specimen stempel tanda tangan dan lain-lain.; dan
c. menerbitkan sekitar 1.000 (seribu) lembar bukti pemotongan
PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 26.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari setelah Pemotong Pajak
menyampaikan permohonan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa,
dan Kegiatan Orang Pribadi; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-36/
PJ.43/2000 tentang Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada
Bukti Potong Pasal 21 atau Pasal 26.

132 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
45. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh Bunga Deposito, Tabungan, Jasa Giro,
dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Layanan yang diberikan kepada pemotong Pajak Penghasilan atas
bunga deposito, tabungan, jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank
Indonesia berupa penggunaan stempel tanda tangan pada bukti
pemotongan Pajak Penghasilan bunga deposito, tabungan, jasa
giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia untuk mengurangi
beban administrasi.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. jumlah penerima penghasilan bunga deposito, tabungan, jasa
giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia; dan
c. penunjukan pejabat yang berwenang menandatangani bukti
pemotongan PPh bunga deposito, tabungan, jasa giro, dan
diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permohonan.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001
tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito
dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia s.t.d.d
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.010/2016; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-286/PJ/2002
tentang Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh Bunga Deposito, Tabungan, Jasa Giro, Dan
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

46. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti


Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas Pembayaran Bunga
Kepada Nasabah Pemegang Surat Utang Negara Obligasi
Republik Indonesia (SUN-ORI)
Layanan yang diberikan kepada pemotong Pajak Penghasilan
atas pembayaran bunga kepada nasabah pemegang Surat
Utang Negara Obligasi Republik Indonesia (SUN-ORI) berupa
penggunaan stempel tanda tangan pada bukti pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat (2) untuk mengurangi beban administrasi.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 133


LAYANAN DJP
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal
Pajak c.q. Kepala KPP tempat Pemotong Pajak Terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. jumlah penerimaan bunga;
c. penunjukan pejabat yang berwenang menandatangani bukti
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas pembayaran bunga
kepada para nasabah SUN-ORI; dan
d. menerbitkan bukti pemotongan PPh minimal 6.000 (enam
ribu) lembar.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permohonan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.03/2008 tentang
Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan atas Diskonto Surat
Perbendaharaan Negara;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011 tentang
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan atas Penghasilan atas Bunga Obligasi s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.011/2012;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-18/PJ./2008
tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Penghasilan atas Diskonto Surat Perbendaharaan
Negara; dan
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-171/PJ./2006
tentang Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas
Pembayaran Bunga Kepada Nasabah Pemegang Surat Utang
Negara Obligasi Republik Indonesia (SUN-ORI).

47. Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti


Pemotongan PPh atas Pembayaran Dividen Kepada Para
Pemegang Saham
Layanan yang diberikan kepada pemotong Pajak Penghasilan atas
pembayaran atas pembayaran dividen kepada para pemegang
saham berupa penggunaan stempel tanda tangan pada bukti
pemotongan Pajak Penghasilan atas pembayaran dividen kepada
para pemegang saham untuk mengurangi beban administrasi.

134 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal
Pajak c.q. Kepala KPP tempat Pemotong Pajak Terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. jumlah penerima dividen;
c. penunjukan pejabat yang berwenang menandatangani bukti
pemotongan Pajak Penghasilan atas pembayaran dividen
kepada para pemegang saham; dan
d. menerbitkan bukti pemotongan Pajak Penghasilan minimal
6.000 (enam) ribu lembar.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permohonan.

Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2014 tentang
Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan atas Pembayaran Dividen Kepada Para Pemegang
Saham.

48. Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement


Procedure)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak Layanan terkait
pelaksanakan prosedur administratif yang diatur dalam Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam penerapan P3B.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar
dengan tembusan kepada Direktur Perpajakan Internasional untuk
diadakan persetujuan bersama dengan mitra P3B.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permintaan pelaksanaan MAP yang memuat sebagai
berikut:
1) nama, NPWP, alamat, dan jenis usaha WP dalam negeri
Indonesia yang mengajukan permintaan pelaksanaan MAP;
2) nama dan identitas pendukung dari WP dalam negeri
Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra yang terkait transaksi
Transfer Pricing, antara lain nomor identitas Wajib Pajak
dan surat keterangan domisili;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 135


LAYANAN DJP
3) nama dan identitas pendukung dari WP Negara Mitra atau
Yurisdiksi Mitra yang melakukan pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dalam negeri Indonesia yang mengajukan permintaan
MAP, antara lain nomor identitas WP dan surat keterangan
domisili;
4) Tahun Pajak dan/atau Masa Pajak sehubungan dengan
permintaan pelaksanaan MAP;
5) tindakan yang telah dilakukan oleh Otoritas Pajak Negara
Mitra atau Yurisdiksi Mitra atau oleh Wajib Pajak Negara
Mitra atau Yurisdiksi Mitra, yang dianggap tidak sesuai
dengan ketentuan P3B;
6) penjelasan mengenai transaksi yang telah dilakukan
koreksi oleh Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi
Mitra, yang meliputi substansi transaksi, nilai koreksi, dan
dasar dilakukannya koreksi;
7) pendapat WP dalam negeri Indonesia atas penerapan
ketentuan dalam P3B sehubungan dengan tindakan
Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra.
b. pengajuan permintaan pelaksanaan MAP harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
2) ditandatangani oleh Wajib Pajak dalam negeri Indonesia
atau wakilnya yang sah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang; dan
3) dalam hal ditandatangani oleh kuasa, dilampiri surat kuasa
khusus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Mulai dari diterimanya permohonan Wajib Pajak sampai dengan
dikirimkannya surat pemberitahuan hasil MAP kepada Wajib Pajak.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
(Mutual Agreement Procedure);
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Perpajakan
Internasional; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.10/2000
tentang Tata Cara Pelaksanaan Ketentuan Mengenai
Persetujuan Bersama Berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) (Seri P3N No. 24).

136 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
49. Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement)
Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk mengajukan
permohonan Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing
Agreement) antara:
a. Direktur Jenderal Pajak dan Wajib Pajak; atau
b. Direktur Jenderal Pajak dengan Otoritas Pajak Negara Mitra
atau Yurisdiksi Mitra P3B yang melibatkan Wajib Pajak,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3a) Undang-Undang
PPh untuk menyepakati kriteria-kriteria dan/atau menentukan
harga wajar atau laba wajar dimuka.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar
dengan tembusan kepada Direktur Perpajakan Internasional untuk
diadakan persetujuan bersama dengan mitra P3B.

Persyaratan dan Dokumen


a. Wajib Pajak dalam negeri Indonesia dan Wajib Pajak luar
negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia dapat mengajukan
APA sepanjang telah beroperasi atau melakukan kegiatan
usaha di Indonesia paling singkat selama 3 (tiga) tahun.
b. Wajib Pajak dalam negeri Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra.
Pengajuan APA dilakukan melalui Otoritas Pajak Negara Mitra
atau Yurisdiksi Mitra.
c. permohonan pembicaraan awal secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak dengan mencantumkan transaksi dan tahun
pajak yang akan dicakup dalam APA.
d. pernyataan kesediaan secara tertulis untuk menyediakan
seluruh dokumen yang diperlukan dalam proses permohonan
APA
e. penjelasan dari Wajib Pajak mengenai alasan mengajukan
permohonan APA;
f. penjelasan mengenai kegiatan dan usaha Wajib Pajak;
g. penjelasan mengenai rencana usaha (business plan) Wajib
Pajak;
h. struktur perusahaan yang meliputi antara lain struktur
kelompok usaha, struktur kepemilikan dan struktur organisasi;
i. penjelasan mengenai pemegang saham dan penjelasan
mengenai transaksi yang dilakukan oleh pemegang saham
dengan Wajib Pajak;
j. penjelasan mengenai pihak-pihak lainnya yang mempunyai

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 137


LAYANAN DJP
Hubungan Istimewa dengan Wajib Pajak dan penjelasan rinci
mengenai transaksi yang dilakukan pihak-pihak lain tersebut
dengan Wajib Pajak;
k. penjelasan mengenai transaksi dengan pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa untuk 3 (tiga) tahun pajak terakhir, dalam
hal ada;
l. penjelasan mengenai transaksi yang diusulkan untuk dibahas
dan yang dicakup dalam APA;
m. metode dan penjelasan atas penentuan harga transfer yang
diusulkan oleh Wajib Pajak dan dokumentasi yang dilakukan
oleh Wajib Pajak mengenai Analisis Kesebandingan, analisis
fungsional, pemilihan dan penentuan pembanding, dan
penentuan metode Transfer Pricing;
n. penjelasan mengenai situasi atau keadaan dalam kegiatan atau
usaha Wajib Pajak yang perubahannya dapat mempengaruhi
secara material kesesuaian metode Transfer Pricing Wajib
Pajak;
o. penjelasan mengenai sistem akuntansi, proses produksi, dan
proses pembuatan keputusan;
p. penjelasan mengenai pihak lain yang menjadi pesaing yang
mempunyai jenis kegiatan atau usaha atau produk yang
sama atau sejenis dengan Wajib Pajak, termasuk penjelasan
mengenai karakteristik dan pangsa pasar pesaing;
q. fotokopi akta pendirian dan perubahan Wajib Pajak, atau
sejenisnya;
r. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan PPh dan Laporan
Keuangan Wajib Pajak selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan
s. dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Pembahasan APA dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun sejak permohonan APA diterima.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.03/2015 tentang Tata
Cara Pembentukan dan Pelaksanaan Kesepakatan Harga Transfer
(Advance Pricing Agreement).

50. Legalisasi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/22/23


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan legalisasi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/22/23
yang telah diterima oleh Wajib Pajak.

138 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
Prosedur
Wajib Pajak datang langsung ke KPP yang menerbitkan Surat
Keterangan Bebas.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. menunjukan SKB Asli; dan
c. fotokopi SKB.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari sejak permohonan legalisasi diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari
Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan oleh
Pihak Lain s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-21/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ.2011
tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2011.

51. Legalisasi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/22/23


terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan legalisasi Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 21/22/23
terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang telah
diterima Wajib Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak datang langsung ke KPP yang menerbitkan Surat
Keterangan Bebas.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
menyampaikan kewajiban Surat Pemberitahuan Tahunan;
b. menunjukkan Surat Keterangan Bebas;
c. menyerahkan bukti penyetoran PPh yang bersifat final
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ;
d. mengisi identitas Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut
PPh dan nilai transaksi pada kolom yang tercantum dalam
Surat Keterangan Bebas;
e. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 139


LAYANAN DJP
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan
Surat Kuasa.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari sejak permohonan legalisasi diterima.

Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 tentang
Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang Dikenai Pajak Penghasilan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

52. Legalisasi Surat Keterangan Domisili


Layanan ini merupakan layanan atas permohonan legalisasi Surat
Keterangan Domisili (SKD) khusus Form-DGT 2 milik Wajib Pajak
Luar Negeri yang diajukan melalui Kustodian ke KPP tempat di
mana Kustodian terdaftar. Salinan SKD yang telah dilegalisasi
tersebut akan dipergunakan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri
sebagai persyaratan administrasi ketika melakukan pemotongan/
pemungutan PPh Pasal 26 atas penghasilan yang dibayar kepada
Wajib Pajak Luar Negeri dimaksud.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan legalisasi SKD kepada KPP
melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan legalisasi SKD (format bebas, tetapi
menggunakan format yang lazim digunakan);
b. fotokopi SKD yang akan dilegalisasi;
c. asli SKD (dalam hal WP baru pertama kalinya mengajukan
legalisasi).

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 2 (dua) hari kerja berikutnya sejak dokumen diterima
secara lengkap dari Wajib Pajak.

Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tentang
Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure)
Layanan Unggulan Kementerian Keuangan s.t.d.t.d Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.01/2015;

140 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ./2009
tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-24/PJ/2010;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-114/PJ/2009
tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda dan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-62/PJ/2009 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda;
dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-54/PJ/2015
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan.

53. Cetak Ulang SPPT PBB


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan cetak ulang penerbitan SPPT PBB Sektor Perkebunan,
Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya.
Permohonan cetak ulang penerbitan SPPT PBB Sektor Perkebunan,
Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan, dan Sektor lainnya.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan melalui surat permohonan secara tertulis
ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa
dari Wajib Pajak, atas SPPT yang telah diterbitkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan Wajib Pajak;
b. fotokopi SPPT PBB tahun pajak sebelumnya; dan
c. fotokopi bukti pembayaran PBB tahun pajak sebelumnya.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari kerja berikutnya sejak dokumen diterima
secara lengkap dari Wajib Pajak.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2015
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Untuk sektor Perkebunan,
Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan dan Sektor Lainnya;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-54/PJ/2015
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan; dan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 141


LAYANAN DJP
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ.6/1994
tentang Pelayanan Satu Tempat SISMIOP.

54. Endorsement dan Persetujuan Pemasukan atau


Pengeluaran Barang di Kawasan Bebas
Layanan ini diberikan untuk Wajib Pajak yang melakukan
pemasukan barang kena pajak dari tempat lain dalam daerah
pabean (TLDDP) ke kawasan bebas melalui pelabuhan atau
bandar udara yang ditunjuk.

Prosedur
Wajib Pajak/PPJK menyampaikan permohonan ke KPP melalui
UPT Kawasan Bebas

Persyaratan dan Dokumen


a. pemberitahuan Pabean (PPFTZ-03) yang telah didaftarkan
pada kantor pabean,
b. fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli) dan menunjukkan
aslinya
c. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill atau Delivery Order dan
menunjukkan aslinya
d. fotokopi Faktur Penjualan atau Invoice; dan
e. surat kuasa dari pengusaha yang melakukan pemasukan
Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas, dalam hal pengurusan
Pemberitahuan Pabean dilakukan oleh pengusaha pengurusan
jasa kepabeanan (PPJK).

Khusus untuk pemasukan kembali Barang Kena Pajak untuk


transaksi tertentu atau pemasukan Barang Kena Pajak untuk
transaksi tertentu ke Kawasan Bebas:
a. pemberitahuan Pabean (PP FTZ-03) yang telah didaftarkan
pada kantor pabean;
b. asli lembar ke-3 dan lembar ke-4 Pemberitahuan Pemasukan/
Pengeluaran Barang Transaksi Tertentu (PPBTT) yang telah
disetujui oleh Kepala KPP tempat pengusaha di TLDDP
terdaftar;
c. salinan lembar depan, lembar yang menerangkan tujuan
transaksi, dan lembar tanda tangan, atau salinan dokumen
lain yang menyatakan bahwa pengeluaran/pemasukan
barang tersebut adalah dalam rangka kegiatan produksi
atau pengerjaan infrastruktur atau keperluan perbaikan, atau
pengujian atau peragaan atau demonstrasi dan menunjukkan
aslinya;

142 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
d. invoice, dalam hal pengeluaran/pemasukan barang tersebut
harus diterbitkan invoice dan menunjukkan aslinya;
e. Foto terbaru barang tersebut dalam ukuran 4R;
f. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill atau Delivery Order;
g. surat kuasa dari pengusaha yang melakukan pemasukan
Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas, dalam hal pengurusan
Pemberitahuan Pabean dilakukan oleh pengusaha pengurusan
jasa kepabeanan (PPJK).

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) hari kerja sejak dokumen diterima lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.03/2012 tentang
Tata Cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran,
Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan
Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas;
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.03/2010
tentang Penugasan Pejabat/Pegawai Direktorat Jenderal
Pajak dalam Rangka Pengawasan atas Pemasukan Barang dari
Tempat Lain Dalam Daerah Pabean; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-59/
PJ/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan
Pengadministrasian Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan
Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas.

55. Pemberitahuan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa


Bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu yang dapat
Melaporkan Beberapa Masa Pajak dalam Satu Surat
Pemberitahuan Masa
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
yang meliputi Wajib Pajak usaha kecil atau Wajib Pajak di daerah
tertentu yang melakukan pemberitahuan untuk melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 143


LAYANAN DJP
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis paling
lambat 2 (dua) bulan sebelum dimulainya masa pajak pertama yang
oleh Wajib Pajak akan disampaikan dalam Surat Pemberitahuan
Masa.

Persyaratan dan Dokumen


Surat pemberitahuan.

Jangka Waktu Penyelesaian


-

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2007 tentang
Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa
Pajak Dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa.

56. Pemberitahuan Informasi Layanan Publik


Layanan secara tertulis maupun tidak tertulis terkait dengan
pemberian informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh Kementerian Keuangan yang berkaitan
dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang
sesuai dengan peraturan perundangan mengenai Keterbukaan
Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.

Prosedur
Pemohon Informasi Publik dapat menyampaikan permohonan
informasi publik di Kantor Wilayah DJP.

Persyaratan dan Dokumen


a. dalam hal permohonan diajukan secara tertulis, Pemohon
Informasi Publik:
1) mengisi formulir permohonan Informasi Publik
2) membayar biaya salinan dan/atau pengiriman Informasi
Publik apabila diperlukan.
b. dalam hal permohonan diajukan secara tidak tertulis, PPID
memastikan permohonan Informasi Publik tercatat dalam
formulir permohonan Informasi Publik.

Jangka Waktu Penyelesaian


a. pemberitahuan tertulis wajib disampaikan paling lama 10

144 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan informasi publik
diterima.
b. jangka waktu pemberitahuan tertulis dapat diperpanjang
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja dan harus
diberitahukan kepada pemohon Informasi Publik.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 200/PMK.01/2016
tentang Pedoman Layanan Informasi oleh Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi Kementerian Keuangan dan Perangkat
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian
Keuangan.

57. Penerbitan atau Peningkatan Surat Izin Konsultan Pajak


Layanan ini diberikan kepada konsultan pajak yang mengajukan
permohonan izin praktik konsultan pajak bagi orang yang
memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak
dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya.

Prosedur
Konsultan pajak mengisi formulir dan mencetak Surat Permohonan
Izin Praktik Konsultan Pajak pada aplikasi administrasi Konsultan
Pajak, serta menyampaikan Surat Permohonan Izin Praktik
Konsultan Pajak dimaksud kepada Direktur Jenderal Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan Izin Praktik Konsultan Pajak;
b. daftar riwayat hidup/pengalaman kerja dan riwayat pendidikan;
c. fotokopi Sertifikat Konsultan Pajak yang telah dilegalisasi oleh
Panitia Penyelenggara Sertifikasi Konsultan Pajak;
d. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI);
e. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran
2x3 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
f. fotokopi KTP;
g. fotokopi kartu NPWP;
h. surat pernyataan tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan
pada Pemerintah/Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara/
Daerah;
i. fotokopi surat keputusan keanggotaan Asosiasi Konsultan
Pajak yang telah dilegalisasi oleh Ketua Umum Asosiasi
Konsultan Pajak; dan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 145


LAYANAN DJP
j. surat pernyataan yang berisi komitmen untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan dengan sebaik-
baiknya dan sebenar-benarnya.

Dalam hal Konsultan Pajak adalah orang yang pernah mengabdikan


diri sebagai pegawai pada Direktorat Jenderal Pajak atau
pensiunan pegawai Direktorat Jenderal Pajak:
a. surat permohonan lzin Praktik Konsultan Pajak;
b. daftar riwayat hidup/pengalaman kerja dan riwayat pendidikan;
c. fotokopi Sertifikat Konsultan Pajak yang telah dilegalisasi oleh
Panitia Penyelenggara Sertifikasi Konsultan Pajak;
d. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI);
e. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran
2x3 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
f. fotokopi KTP;
g. fotokopi kartu NPWP;
h. surat pernyataan tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan
pada Pemerintah/Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara/
Daerah;
i. fotokopi surat keputusan keanggotaan Asosiasi Konsultan
Pajak yang telah dilegalisasi oleh Ketua Umum Asosiasi
Konsultan Pajak;
j. fotokopi surat keputusan pemberhentian dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil atas permintaan sendiri atau
surat keputusan pensiun; dan
k. surat pernyataan yang berisi komitmen untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan dengan sebaik-
baiknya dan sebenar-benarnya.
l. Surat permohonan

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
permohonan secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 tentang
Konsultan Pajak; dan
b. Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Konsultan Pajak.

146 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP
58. Penerbitan Kembali atau Perpanjangan Kartu Tanda
Pengenal Konsultan Pajak
Layanan ini diberikan kepada konsultan pajak yang mengajukan
permohonan untuk memperpanjang masa berlaku kartu izin
praktik dan Konsultan Pajak yang mengalami perubahan data diri
untuk mendapatkan Kartu Izin Praktik yang baru.

Prosedur
Konsultan pajak mengisi formulir dan mencetak Surat Permohonan
Penerbitan Kembali Kartu Izin Praktik Karena Perubahan Data Diri
pada aplikasi administrasi Konsultan Pajak, serta menyampaikan
Surat Permohonan Penerbitan Kembali Kartu Izin Praktik Karena
Perubahan Data Diri kepada Direktur Jenderal Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


Dalam hal penerbitan kembali:
a. surat permohonan
b. Kartu Izin Praktik
c. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran
2x3 sebanyak 2 (dua) lembar.
d. dokumen perubahan diri Konsultan Pajak

Dalam hal salinan Izin Praktik dan/atau Kartu Izin Praktik hilang:
a. Surat Permohonan Penerbitan Kembali Salinan Izin Praktik
dan/atau Kartu Izin Praktik Karena Hilang
b. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih dengan
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar; dan
c. surat keterangan kehilangan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI).

Dalam hal perpanjangan Masa berlaku Kartu Izin Praktik:


a. surat permohonan;
b. Kartu Izin Praktik; dan
c. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran
2x3 sebanyak 2 (dua) lembar.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
diterima secara lengkap diterbitkan Kartu Izin Praktik

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 tentang
Konsultan Pajak; dan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 147


LAYANAN DJP
b. Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Konsultan Pajak.

59. Pencabutan Surat Izin Konsultan Pajak


Layanan ini diberikan kepada konsultan pajak yang mengajukan
permohonan pencabutan surat izin konsultan pajak dikarenakan
konsultan pajak sudah tua, sudah meninggal, sudah tidak mampu
menjalankan kegiatan konsultan pajak atau karena keadaan lain
dari konsultan pajak tersebut.

Prosedur
Konsultan Pajak/ahli waris/pihak luar lainnya yang berhubungan
dengan konsultan pajak mengajukan permohonan pencabutan
Surat Ijin Konsultan Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permohonan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah semua persyaratan
administrasi dipenuhi secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 tentang
Konsultan Pajak; dan
b. Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Konsultan Pajak.

148 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAYANAN DJP

SENGKETA
PAJAK

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 149


SENGKETA PAJAK

1. Permintaan Keterangan Wajib Pajak dalam Rangka


Pengajuan Keberatan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak sebelum mengajukan
keberatan untuk meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan
atau pemungutan pajak dalam surat ketetapan pajak atau bukti
pemotongan atau pemungutan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan keterangan melalui KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena
Pajak dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permintaan keterangan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak surat permintaan
keterangan diterima (dalam hal Unit Pelaksana Pemeriksaan
berada di KPP).

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 151


SENGKETA
PAJAK
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.

2. Keberatan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan keberatan dalam hal Wajib Pajak berpendapat
bahwa jumlah rugi dan/atau jumlah pajak yang tertuang dalam
surat ketetapan pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak
oleh pihak ketiga tidak sebagaimana mestinya.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan secara langsung, melalui
pos dengan bukti pengiriman surat atau dengan cara lain ke KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. asli satu surat keberatan Wajib Pajak untuk satu surat ketetapan
pajak atau satu pemotongan atau pemungutan pajak yang
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan disertai
dengan alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan;
b. surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak/Wakil/
Kuasa atau surat kuasa khusus dalam hal Surat Keberatan
ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak;
c. fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemotongan, atau bukti
pemungutan pajak;
d. fotokopi SSP/bukti pemindahbukuan/print out pembayaran
pajak dari modul MPN*); dan
e. keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal
pemotongan atau pemungutan pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu harus
memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang

152 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.

3. Pencabutan Permohonan Keberatan


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
pencabutan permohonan keberatan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak
dan Kepala Kantor Wilayah DJP yang merupakan atasan Kepala
KPP.

Persyaratan dan Dokumen


a. permohonan pencabutan dilakukan sebelum tanggal diterima
Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak;
b. permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mencantumkan alasan pencabutan dan
ditandatangani oleh Wajib Pajak;
c. surat kuasa khusus, dalam hal surat permohonan tersebut
ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya surat
permohonan pencabutan keberatan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah

4. Permintaan Keterangan Wajib Pajak dalam Rangka


Banding
Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk memberikan
keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar Surat
Keputusan Keberatan yang diterbitkan untuk keperluan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 153


SENGKETA
PAJAK
permohonan banding.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan keterangan melalui KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena
Pajak dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


Surat permintaan keterangan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal penerimaan
permintaan keterangan dan/atau dengan mempertimbangkan
batas waktu pengajuan banding Wajib Pajak, kepala unit pelaksana
peneliti keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak memberikan
tanggapan.

Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.

5. Pembetulan (Pasal 16 UU KUP)


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pembetulan:
a. Surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar;
b. Surat Tagihan Pajak;
c. Surat Keputusan Pembetulan;
d. Surat Keputusan Keberatan;
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
i. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
j. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
k. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang;
l. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan;
m. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan;
n. Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan

154 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
Bangunan; atau
o. Surat Keputusan Pengurangan Denda Pajak Bumi dan
Bangunan,
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
Peraturan perundang-undangan perpajakan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.

Persyaratan dan Dokumen


a. asli satu surat permohonan pembetulan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia untuk satu surat ketetapan pajak, Surat
Tagihan Pajak, atau surat keputusan lain yang terkait bidang
perpajakan dan ditandatangani oleh Wajib Pajak/wakil/kuasa;
b. surat kuasa khusus, dalam hal surat permohonan pembetulan
ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
pembetulan diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pembetulan; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor SE-41/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembetulan.

6. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi


(Pasal 36 Ayat 1a UU KUP)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
meliputi:
a. sanksi administrasi yang tercantum dalam surat ketetapan
pajak, kecuali sanksi administrasi yang tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan berdasarkan
ketentuan Pasal 13A Undang-Undang KUP;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 155


SENGKETA
PAJAK
b. sanksi administrasi yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak
yang terkait dengan penerbitan surat ketetapan pajak, kecuali
sanksi administrasi yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak
yang diterbitkan berdasarkan Pasal 25 ayat (9) dan Pasal 27
ayat (5d) Undang-Undang KUP; atau
c. sanksi administrasi yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak
selain Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf
b,
dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.

Persyaratan dan Dokumen


a. asli satu surat permohonan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi Wajib Pajak untuk satu surat ketetapan
pajak atau satu Surat Tagihan Pajak, kecuali permohonan
tersebut diajukan untuk Surat Tagihan Pajak berdasarkan Pasal
19 ayat (1) Undang-undang KUP, sepanjang terkait dengan
surat ketetapan pajak yang sama maka satu permohonan
dapat diajukan untuk lebih dari satu Surat Tagihan Pajak dan
ditandatangani oleh Wajib Pajak/wakil/kuasa;
b. surat kuasa khusus, dalam hal surat permohonan pengurangan
atau penghapusan sanksi administrasi ditandatangani oleh
Kuasa Wajib Pajak; dan
c. fotokopi surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014

156 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.

7. Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak


yang Tidak Benar (Pasal 36 Ayat 1b UU KUP)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan
pajak yang tidak benar, kecuali Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar yang diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal 13A Undang-
Undang KUP.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.

Persyaratan dan Dokumen


a. asli satu surat permohonan pengurangan atau pembatalan
surat ketetapan pajak yang tidak benar Wajib Pajak untuk
satu surat ketetapan pajak (kecuali SKPKB yang diterbitkan
berdasarkan ketentuan Pasal 13A Undang-Undang KUP) dan
ditandatangani oleh Wajib Pajak/wakil/kuasa;
b. surat kuasa khusus, dalam hal surat permohonan pengurangan
atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar
ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak; dan
c. fotokopi surat ketetapan pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 157


SENGKETA
PAJAK
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.

8. Pengurangan atau Pembatalan Surat Tagihan Pajak yang


Tidak Benar (Pasal 36 Ayat 1c UU KUP)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak,
meliputi:
a. Surat Tagihan Pajak yang tidak benar yang terkait dengan
penerbitan surat ketetapan pajak; dan
b. Surat Tagihan Pajak yang tidak benar selain Surat Tagihan
Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.

Persyaratan dan Dokumen


a. asli satu surat permohonan pengurangan atau pembatalan
Surat Tagihan Pajak yang tidak benar Wajib Pajak untuk satu
Surat Tagihan Pajak dan ditandatangani oleh Wajib Pajak/
wakil/kuasa;
b. surat kuasa khusus, dalam hal surat permohonan pengurangan
atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar
ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak; dan
c. fotokopi Surat Tagihan Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat

158 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.

9. Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan


(Pasal 36 Ayat 1d UU KUP)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan, yang diterbitkan tanpa:
a. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
b. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak,
kecuali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan
berdasarkan ketentuan Pasal 13A Undang-Undang KUP, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang diterbitkan
berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang KUP dan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diterbitkan berdasarkan
ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang KUP.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.

Persyaratan dan Dokumen


a. asli satu surat permohonan pembatalan hasil pemeriksaan
atau surat ketetapan pajak Wajib Pajak untuk satu surat
ketetapan pajak (kecuali SKPKB yang diterbitkan berdasarkan
ketentuan Pasal 13A UU KUP, SKPKBT yang diterbitkan
berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (3) UU KUP, dan SKPLB
yang diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2) UU
KUP) dan ditandatangani oleh Wajib Pajak/wakil/kuasa; dan
b. surat kuasa khusus dalam hal Surat pembatalan hasil
pemeriksaan atau surat ketetapan pajak ditandatangani oleh
kuasa Wajib Pajak.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan
diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 159


SENGKETA
PAJAK
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.

10. Pencabutan Permohonan Pasal 36 UU KUP


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pencabutan permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan
surat ketetapan pajak yang tidak benar, pengurangan atau
pembatalan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar, atau pembatalan
surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan pencabutan permohonan pengurangan
atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau
pembatalan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak
yang ditandatangani oleh Wajib Pajak;
b. dalam hal surat pencabutan ditandatangani bukan oleh Wajib
Pajak, surat pencabutan tersebut harus dilampiri dengan surat
kuasa khusus

Batas Waktu Penyampaian


Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan permohonan Pasal 36
UU KUP sebelum diterbitkan surat keputusan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.

11. Pengurangan Denda Administrasi PBB (Pasal 20 UU PBB)


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak berupa pengurangan

160 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
denda administrasi PBB karena:
a. kealpaan Wajib Pajak;
b. bukan kesalahan Wajib Pajak;
c. Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas pada:
1) akhir tahun buku sebelum tahun pengajuan permintaan
pengurangan denda administrasi PBB, dalam hal Wajib
Pajak menyelenggarakan pembukuan; atau
2) akhir tahun kalender sebelum tahun pengajuan permintaan
pengurangan denda administrasi PBB, dalam hal Wajib
Pajak melakukan pencatatan;
d. terjadi bencana alam atau kejadian luar biasa lainnya sehingga
Wajib Pajak tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya;
atau
e. hal-hal lain berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pengurangan denda
administrasi PBB kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala
KPP dengan cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. 1 (satu) permintaan untuk 1 (satu) SKP PBB atau STP PBB;
b. permintaan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c. mengemukakan besarnya denda administrasi PBB yang
dimintakan pengurangan dengan disertai alasan;
d. Wajib Pajak telah melunasi PBB yang tidak atau kurang dibayar
yang menjadi dasar penghitungan denda administrasi yang
tercantum dalam SKP PBB atau STP PBB; dan
e. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat
permintaan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat
permintaan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.”

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal surat
permintaan pengurangan denda administrasi PBB diterima.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 161


SENGKETA
PAJAK
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2017 tentang
Pengurangan Denda Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan,
Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak
Benar; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi
dan Bangunan Yang Tidak Benar s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2012.

12. Pengurangan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang atau


Surat Ketetapan Pajak PBB yang Tidak Benar
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak berupa pengurangan
SPPT atau SKP PBB yang tidak benar dalam hal terdapat
ketidakbenaran materi dalam penetapan besarnya PBB yang
terutang pada SPPT atau SKP PBB.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pengurangan SPPT atau
SKP PBB yang tidak benar kepada Direktur Jenderal Pajak melalui
Kepala KPP dengan cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) SPPT atau SKP PBB;
b. permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c. mencantumkan besarnya pengurangan SPPT atau SKP PBB
yang dimohonkan dengan disertai alasan;
d. dilampiri fotokopi SPPT atau SKP PBB yang dimohonkan
pengurangan; dan
e. ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat
permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat
permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa

162 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal surat
permintaan pengurangan SPPT atau SKP PBB yang tidak benar
diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2017 tentang
Pengurangan Denda Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan,
Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak
Benar; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi
dan Bangunan Yang Tidak Benar s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2012.

13. Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat


Ketetapan Pajak PBB, atau Surat Tagihan Pajak PBB yang
Tidak Benar
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak berupa pembatalan SPPT,
SKP PBB, atau STP PBB yang tidak benar dalam hal SPPT, SKP
PBB, atau STP PBB tersebut berdasarkan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan seharusnya tidak diterbitkan.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pembatalan SPPT, SKP
PBB, atau STP PBB yang tidak benar kepada Direktur Jenderal
Pajak melalui Kepala KPP dengan cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) SPPT, SKP PBB, atau STP

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 163


SENGKETA
PAJAK
PBB;
b. p ermohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c. mencantumkan alasan permohonan;
d. dilampiri asli SPPT, SKP PBB, atau STP PBB, yang dimohonkan
pembatalan; dan
e. ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat
permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat
permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa
khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal surat
permintaan pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang tidak
benar diterima.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2017 tentang
Pengurangan Denda Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan,
Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak
Benar; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi
dan Bangunan Yang Tidak Benar s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2012.

14. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengurangan PBB karena kondisi tertentu Objek
Pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau dalam hal
Objek Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pengurangan PBB kepada
Menteri Keuangan dan disampaikan melalui Kepala KPP dengan
cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara

164 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


SENGKETA
PAJAK
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) SPPT, SKP PBB, atau STP
PBB;
b. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan besarnya persentase Pengurangan PBB yang
dimohonkan dengan disertai alasan yang jelas;
c. ditandatangani oleh Wajib Pajak atau wakil Wajib Pajak, dan
dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib
Pajak atau wakil Wajib Pajak, permohonan tersebut harus
dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan; dan
d. tidak memiliki tunggakan PBB atas Objek Pajak yang
dimohonkan Pengurangan PBB, kecuali dalam hal Objek Pajak
terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal surat
permohonan Pengurangan PBB.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2017 tentang
Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ./2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 165


PENAGIHAN
PAJAK
PENAGIHAN PAJAK

1. Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak


Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan mengangsur atau menunda kekurangan pembayaran
pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak PBB, Surat Tagihan Pajak
PBB, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, dalam hal Wajib
Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di
luar kekuasaannya sehingga Wajib Pajak tidak mampu memenuhi
kewajiban pajak pada waktunya.

Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan pengangsuran pembayaran pajak yang
mencantumkan jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 169


PENAGIHAN
angsuran atau jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk ditunda dan jangka waktu penundaan;
b. jaminan yang dapat berupa garansi bank, surat/dokumen
bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh
pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito; dan
c. fotokopi SPPT, Surat Ketetapan Pajak PBB, atau Surat Tagihan
Pajak PBB yang dimohonkan pengangsuran atau penundaan
PBB.

Jangka Waktu
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterima
permohonan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-25/PJ.2012
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangsuran dan Penundaan
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Perpanjangan Jangka Waktu Pelunasan Pajak


Layanan yang diberikan kepada Wajib Pajak Usaha Kecil dan Wajib
Pajak di daerah tertentu untuk memperpanjang jangka waktu
pelunasan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali menjadi paling lama 2 (dua) bulan.
Wajib Pajak usaha kecil, terdiri dari Wajib Pajak orang pribadi
dan Wajib Pajak badan tidak termasuk BUT yang menerima
penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto
tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Wajib Pajak di daerah tertentu, yaitu Wajib Pajak yang tempat
tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usahanya
berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran dengan menggunakan surat
permohonan perpanjangan jangka waktu pelunasan.

170 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENAGIHAN
Persyaratan dan Dokumen
a. surat permohonan perpanjangan jangka waktu pelunasan
pembayaran pajak bagi Wajib Pajak usaha kecil/Wajib Pajak
di daerah tertentu
b. dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa harus
dilampiri surat kuasa khusus.

Jangka Waktu
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 171


PENGEMBALIAN
PAJAK
PENGEMBALIAN PAJAK

1. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan


Bangunan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB, dalam
hal:
a. PBB yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya
terutang; atau
b. dilakukan pembayaran PBB yang tidak seharusnya terutang.

Prosedur
Permohonan disampaikan ke KPP Pratama tempat objek pajak
terdaftar.

Persyaratan
a. surat permohonan tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mencantumkan besarnya pengembalian yang dimohon
disertai alasan yang jelas; dan
b. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat
Tagihan Pajak PBB (STP PBB), atau SKP PBB, dan bukti
pembayaran PBB yang sah.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 175


PENGEMBALIAN
PAJAK
Jangka Waktu Penyelesaian
Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan pengembalian Wajib Pajak.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2011 tentang
Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PBB;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ/2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.03/2011 tentang Permohonan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan


Bangunan karena Diterbitkannya Keputusan atau Putusan
yang Mengakibatkan Lebih Bayar PBB
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB, dalam
hal diterbitkannya Keputusan atau putusan yang mengakibatkan
kelebihan pembayaran PBB:
a. Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali;
b. Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang PBB;
c. Surat Keputusan Pengurangan Denda Administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Undang-Undang PBB;
d. Surat Keputusan Pembetulan PBB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 Undang-Undang KUP;
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-Undang
KUP;
f. Surat Keputusan Pengurangan Surat Ketetapan Pajak PBB
atau Surat Keputusan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b
Undang-Undang KUP; atau
g. Surat Keputusan Pengurangan Surat Tagihan Pajak PBB
atau Surat Keputusan Pembatalan Surat Tagihan Pajak PBB

176 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf c
Undang-Undang KUP.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan nomor rekening ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.

Persyaratan dan Dokumen


Tidak Ada.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya keputusan, atau
dalam hal putusan banding dan Peninjauan Kembali sejak diterima
oleh unit DJP yang berwenang menangani.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2011 tentang
Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PBB;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ/2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.03/2011 tentang Permohonan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Pengembalian Pendahuluan bagi Wajib Pajak dengan


Kriteria Tertentu (Pasal 17C UU KUP)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
Bagi Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu untuk PPh dan PPN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU KUP.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP atau KP2KP
tempat Wajib Pajak diadministrasikan dengan cara memberi tanda
pada Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar restitusi
atau dengan cara mengajukan surat tersendiri.

Persyaratan dan Dokumen


a. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang dapat

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 177


PENGEMBALIAN
PAJAK
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak meliputi Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak yang tercakup dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
kalender (terhitung sejak tanggal 1 Januari tahun penetapan
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu).
b. Surat Pemberitahuan Lebih Bayar yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak Patuh atau surat permohonan tersendiri;
c. Faktur Pajak dan atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan Faktur Pajak sesuai Pasal 13 ayat (5) UU PPN dalam
hal kelebihan pembayaran PPN;
d. fotokopi Surat Keputusan Penetapan Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu (bila diperlukan).

Jangka Waktu Penyelesaian


a. paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap untuk PPh;
b. paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap untuk PPN

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-406/PJ/2001
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak s.t.d.d. KEP-359/PJ/2003.

4. Pengembalian Pendahuluan bagi Wajib Pajak dengan


Persyaratan Tertentu (Pasal 17D UU KUP)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak bagi wajib pajak persyaratan tertentu meliputi PPh dan PPN
sesuai dengan pasal 17D UU KUP.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP atau KP2KP
tempat Wajib Pajak diadministrasikan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan; atau
b. SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang dimintakan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak

178 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
Jangka Waktu Penyelesaian
Paling lama:
a. 15 (lima belas) hari kerja sejak permohonan diterima secara
lengkap, untuk permohonan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran PPh orang pribadi;
b. 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap,
untuk permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran PPh badan; dan
c. 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap,
untuk permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran PPN.
Dalam hal permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak melewati jangka waktu, maka permohonan
dianggap dikabulkan, dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah jangka waktu berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.03/2013 tentang
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Bagi
Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-12/PJ/2014
tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi
Persyaratan Tertentu.

5. Pengembalian Pendahuluan bagi Pengusaha Kena Pajak


Berisiko Rendah (Pasal 9 ayat (4c) UU PPN)
Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Berisiko Rendah yang mengajukan permohonan pengembalian
pendahuluan atas kelebihan pembayaran PPN.
PKP yang ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah yaitu:
a. PKP merupakan Perusahaan Terbuka yang paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari keseluruhan saham disetornya
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
b. PKP merupakan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki
secara langsung oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah; atau
c. produsen selain PKP sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b, yang memenuhi persyaratan tertentu, yang tidak
pernah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau
penyidikan dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan
terakhir.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 179


PENGEMBALIAN
PAJAK
Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf c meliputi:
a. tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
PPN selama 12 (dua belas) bulan terakhir,
b. nilai Barang Kena Pajak yang dijual pada tahun sebelumnya
paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) adalah produksi
sendiri; dan
c. laporan keuangan untuk 2 (dua) tahun pajak sebelumnya
diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian.

Prosedur
PKP menyampaikan permohonan kepada Kepala KPP di tempat
PKP dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan atau SPT Masa PPN yang dimintakan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
b. fotokopi Surat Keputusan Penetapan PKP Berisiko Rendah
(bila diperlukan).

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pajak.
Dalam hal permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak melewati jangka waktu, maka permohonan
dianggap dikabulkan, dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah jangka waktu berakhir.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 tentang
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah yang Diberikan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-63/PJ/2010
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah.

6. Pengembalian PPN bagi Turis Asing (VAT Refund for


Tourists)
Layanan ini diberikan kepada Turis Asing yang melakukan
pembelian barang yang akan dibawa keluar daerah pabean, barang
bawaan tersebut dibeli pada toko retail yang telah ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
berpartisipasi dalam skema Pengembalian PPN kepada Orang

180 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri.

Prosedur
Orang Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri mengajukan langsung
saat akan meninggalkan Indonesia melalui Unit Penyelenggara
Restitusi PPN (UPRPPN) yang ada di bandar udara:
a. Bandara Soekarno-Hatta;
b. Bandara Ngurah Rai;
c. Bandara Kualanamu;
d. Bandara Adisucipto; atau
e. Bandara Juanda.

Persyaratan dan Dokumen


a. permintaan pengembalian PPN (PPN) atas pembelian Barang
Bawaan bukan berupa:
1) makanan, minuman, produk tembakau,
2) senjata api dan bahan peledak,
3) barang yang dilarang dibawa ke dalam pesawat
b. barang bawaan yang dibeli di Toko Retail yang menerbitkan
Faktur Pajak Khusus untuk Orang Pribadi Pemegang Paspor
Luar Negeri;
c. jumlah PPN yang dapat dikembalikan paling sedikit Rp500.000
sampai dengan Rp5.000.000 (yang dapat dikembalikan
secara tunai dengan mata uang rupiah), jika melebihi maka
dikembalikan dengan cara ditransfer ke rekening pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri bersangkutan;
d. barang bawaan yang dibawa keluar daerah pabean dengan
menggunakan moda trasportasi berupa pesawat udara;
e. hanya dapat diajukan oleh Orang Pribadi yang berkenaan; dan
f. hanya dapat diajukan pada saat orang Pribadi tersebut
meninggalkan Indonesia melalui bandar udara yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan membawa:
1) surat permohonan
2) Faktur Pajak Khusus asli lembar kesatu dan lembar kedua
3) menunjukkan paspor, tiket atau pas naik (boarding pass)
dan barang bawaan

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan secara
lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2010 tentang

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 181


PENGEMBALIAN
PAJAK
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permintaan Kembali
Pajak Pertambahan Nilai Barang Bawaan Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri s.t.d.t.d Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 100/PMK.03/2013;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Kewajiban Pengusaha
Kena Pajak Toko Retail serta Pengelolaan Administrasi
Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Kepada Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-39/PJ/2013
tentang Tata Cara Pengembalian dan Pengelolaan Administrasi
Pajak Pertambahan Nilai kepada Orang Pribadi Pemegang
Paspor Luar Negeri.

7. Pengembalian atas Keputusan/Putusan Keberatan/


Banding/Peninjauan Kembali/Pasal 36/Pembetulan Pasal
16
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak terkait pengembalian
kelebihan pajak yang dilakukan atas Keputusan/Putusan
Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali Pasal 36/Pembetulan
Pasal 16.

Prosedur
-

Persyaratan dan Dokumen


Tidak Ada

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya keputusan, atau
dalam hal putusan banding dan Peninjauan Kembali sejak diterima
oleh unit DJP yang berwenang menangani.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

8. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang


Seharusnya Tidak Terutang Atas Pembayaran Pajak Oleh
Pihak Pembayar
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan

182 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
permohonan pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya
tidak terutang atas pembayaran pajak oleh pihak pembayar dapat
berupa:
a. pembayaran pajak yang lebih besar dari pajak yang terutang;
b. pembayaran pajak atas transaksi yang dibatalkan;
c. pembayaran pajak yang seharusnya tidak dibayar; atau
d. pembayaran pajak terkait dengan permintaan penghentian
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP yang tidak
disetujui.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke
1) KPP tempat Wajib Pajak terdaftar; atau
2) KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan, dalam hal orang
pribadi atau badan tersebut tidak diwajibkan memiliki
NPWP;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. pajak yang seharusnya tidak terutang telah dibayar ke kas
negara dan tidak dikreditkan dalam SPT;
b. surat permohonan;
c. asli bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Pajak atau
sarana administrasi lain yang dipersamakan· dengan Surat
Setoran Pajak;
d. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
e. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 183


PENGEMBALIAN
PAJAK
9. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang atas Kelebihan Pajak Dalam
Rangka Impor
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya
tidak terutang atas kelebihan pajak dalam rangka impor yang
meliputi PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan/atau PPnBM impor
yang telah dibayar dan tercantum dalam:
a. SPTNP atau SPKTNP;
b. SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan keputusan
keberatan;
c. SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan keputusan
keberatan dan putusan banding;
d. SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan keputusan
keberatan, putusan ban.ding, dan putusan peninjauan kembali;
e. SPKTNP yang telah diterbitkan putusan banding;
f. SPKTNP yang telah diterbitkan putusan banding dan putusan
peninjauan kembali; atau
g. dokumen yang berisi pembatalan impor yang telah disetujui
oleh pejabat yang berwenang,
yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. pajak yang seharusnya tidak terutang telah dibayar atau
disetor ke kas negara;
b. dalam hal pajak yang telah dibayar atau disetor terkait dengan
PPh Pasal 22 impor, pajak tersebut tidak dikreditkan dalam
SPT Tahunan PPh;
c. dalam hal pajak yang telah dibayar atau disetor terkait
dengan PPN impor dan SPT Tahunan Tahun Pajak terjadinya
pembayaran telah dilaporkan, pajak tersebut tidak dikreditkan
dalam SPT Masa PPN, tidak dibebankan sebagai biaya dalam
SPT Tahunan PPh, atau tidak dikapitalisasi dalam harga
perolehan;
d. dalam hal pajak yang telah dibayar atau disetor terkait dengan
PPnBM impor, pajak tersebut tidak dibebankan sebagai biaya

184 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
dalam SPT Tahunan PPh atau tidak dikapitalisasi dalam harga
perolehan;
e. surat permohonan;
f. fotokopi bukti pembayaran pajak berupa surat setoran
pabean cukai dan pajak atau sarana administrasi lain yang
dipersamakan dengan surat setoran pabean cukai dan pajak;
g. fotokopi SPTNP, SPKTNP, SPKPBM, SPP, atau dokumen yang
berisi pembatalan impor yang telah disetujui oleh pejabat
yang berwenang;
h. fotokopi keputusan keberatan, putusan banding, dan/atau
putusan peninjauan kembali yang terkait dengan SPTNP,
SPKTNP, SPKPBM, atau SPP, dalam hal diajukan keberatan,
banding dan/atau peninjauan kembali terhadap SPTNP,
SPKTNP, SPKPBM, atau SPP;
i. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
j. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.

10. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang


Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan PPh, PPN, atau PPnBM
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya
tidak terutang atas kesalahan pemotongan atau pemungutan PPh,
PPN, atau PPnBM.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak yang dipotong
atau dipungut terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 185


PENGEMBALIAN
PAJAK
Persyaratan dan Dokumen
a. surat permohonan;
b. asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak, atau Faktur
Pajak, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan Faktur
Pajak;
c. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
d. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.

11. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang


Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan Pajak terhadap Subjek Pajak Luar Negeri
yang Memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya
tidak terutang atas kesalahan pemotongan atau pemungutan
terhadap Subjek Pajak Luar Negeri yang memiliki bentuk usaha
tetap di Indonesia.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat bentuk usaha tetap terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak;
c. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;
d. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
e. surat pemyataan Subjek Pajak Luar Negeri bahwa pajak yang
dimintakan pengembalian belum diperhitungkan dengan

186 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
pajak yang terutang di luar negeri dan/atau belum dibebankan
sebagai biaya dalam penghitungan penghasilan kena pajak di
luar negeri.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.

12. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang


Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan Pajak terhadap Subjek Pajak Luar Negeri
yang Tidak Memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya
tidak terutang atas kesalahan pemotongan atau pemungutan
terhadap Subjek Pajak Luar Negeri yang tidak memiliki bentuk
usaha tetap di Indonesia.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak yang melakukan
pemotongan atau pemungutan terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak;
c. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;
d. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang;
e. surat permohonan dari Subjek Pajak Luar Negeri;
f. surat kuasa dari Subjek Pajak Luar Negeri yang dipotong atau
dipungut kepada Wajib Pajak yang melakukan pemotongan
atau pemungutan; dan
g. surat pernyataan Subjek Pajak Luar Negeri bahwa pajak yang
dimintakan pengembalian belum diperhitungkan dengan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 187


PENGEMBALIAN
PAJAK
pajak yang terutang di luar negeri dan/atau belum dibebankan
sebagai biaya dalam penghitungan penghasilan kena pajak di
luar negeri.

Dalam hal terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan pajak


terhadap Subjek Pajak Luar Negeri yang tidak memiliki bentuk
usaha tetap di Indonesia dan tidak dapat ditemukan dan pihak
yang dipotong atau dipungut merupakan Subjek Pajak Luar Negeri
yang tidak memiliki bentuk usaha tetap di Indonesia:
a. surat permohonan;
b. asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak;
c. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;
d. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
e. surat pemyataan Subjek Pajak Luar Negeri bahwa pajak yang
dimintakan pengembalian belum diperhitungkan dengan pajak
yang terutang di luar negeri dan/ atau belum dibebankan
sebagai biaya dalam penghitungan penghasilan kena pajak di
luar negeri.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.

13. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang


Seharusnya Tidak Terutang Atas Kesalahan Pemotongan
atau Pemungutan Pajak terhadap Orang Pribadi atau
Badan yang Tidak Diwajibkan Memiliki NPWP
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya tidak
terutang atas kesalahan pemotongan atau pemungutan terhadap
orang pribadi atau badan yang tidak diwajibkan memiliki NPWP.

Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak yang melakukan
pemotongan atau pemungutan terdaftar atau Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan pemungutan dikukuhkan;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau

188 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGEMBALIAN
PAJAK
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat permohonan;
b. asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak, atau Faktur
Pajak atau dokumen lain yang dipersamakan dengan Faktur
Pajak;
c. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;
d. alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
e. surat kuasa dari pihak yang dipotong atau dipungut kepada
Wajib Pajak yang melakukan pemotongan atau pemungutan
atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan pemungutan.

Dalam hal terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan pajak


terhadap orang pribadi atau badan yang tidak diwajibkan memiliki
NPWP dan pihak yang dipotong atau dipungut merupakan orang
pribadi atau badan yang tidak diwajibkan memiliki NPWP
a. asli bukti pemotongan atau pemungutan pajak, atau Faktur
Pajak atau dokumen lain yang dipersamakan dengan Faktur
Pajak;
b. penghitungan pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
alasan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.

Jangka Waktu Penyelesaian


Paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.

Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.

14. Imbalan Bunga


Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mendapat imbalan
bunga.

Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke Kepala KPP di tempat
Wajib Pajak terdaftar.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 189


PENGEMBALIAN
PAJAK
Persyaratan dan Dokumen
Surat permohonan Wajib Pajak yang sekurang-kurangnya
memuat: nama Wajib Pajak, NPWP, alamat jelas, nomor telepon
kantor, nomor rekening bank dalam negeri atas nama Wajib Pajak,
dan alasan meminta imbalan bunga sesuai aturan yang mendasari
pemberian imbalan bunga.

Jangka Waktu Penyelesaian


Surat Keputusan Penghitungan Pemberian Imbalan Bunga
(SKPPIB) dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan sejak penerbitan Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB).

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan
Bunga kepada Wajib Pajak s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 186/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ/2005
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 40/PMK.03/2005 tentang Tata Cara
Pemberian Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak.

190 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGHAPUSAN
PENGHAPUSAN

1. Penghapusan NPWP
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Prosedur
Penyampaian permohonan secara tertulis dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir,
disampaikan ke KPP/KP2KP/Layanan di Luar Kantor sesuai
wilayah kerja.

Persyaratan dan Dokumen


a. surat keterangan kematian atau dokumen sejenis dari
instansi yang berwenang dan surat pernyataan bahwa tidak
mempunyai warisan atau surat pernyataan bahwa warisan
sudah terbagi dengan menyebutkan ahli waris, untuk orang
pribadi yang meninggal dunia;
b. dokumen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak telah
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, untuk orang
pribadi yang meninggalkan Indonesia selama-lamanya;

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 193


PENGHAPUSAN
c. dokumen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak sudah tidak
ada lagi kewajiban sebagai bendahara, untuk bendahara
pemerintah;
d. surat pernyataan mengenai kepemilikan NPWP ganda dan
fotokopi semua kartu NPWP yang dimiliki, untuk Wajib Pajak
yang memiliki lebih dari satu NPWP;
e. fotokopi buku nikah atau dokumen sejenis dan surat
pernyataan tidak membuat, perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan atau surat pernyataan tidak ingin melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suami, untuk Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki
NPWP; atau
f. dokumen yang menunjukkan bahwa Wajib Pajak badan
termasuk bentuk usaha tetap telah dibubarkan sehingga
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif, seperti
akta pembubaran badan yang telah disahkan oleh instansi
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, untuk Wajib Pajak badan.

Selain memperhatikan pemenuhan persyaratan subjektif dan/atau


objektif, penghapusan NPWP dilakukan sepanjang Wajib Pajak
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mempunyai utang pajak, kecuali
1) utang pajak yang penagihannya telah daluwarsa; dan/atau
2) utang pajak yang dimiliki oleh:
3) Wajib Pajak yang telah meninggal dunia dan tidak mening-
galkan warisan; atau
4) Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan;
b. tidak sedang dilakukan tindakan:
c. pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan;
d. pemeriksaan bukti permulaan;
e. penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; atau
f. penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan;
g. tidak sedang dalam proses penyelesaian persetujuan bersama
(mutual agreement procedure);
h. tidak sedang dalam proses penyelesaian kesepakatan harga
transfer (advance pricing agreement);
i. seluruh NPWP cabang telah dihapus; dan
j. tidak sedang dalam proses penyelesaian upaya hukum di
bidang perpajakan, berupa:
1) keberatan;

194 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGHAPUSAN
2) pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;
3) pengurangan atau pembatalan SKP;
4) pengurangan atau pembatalan STP;
5) pembatalan hasil pemeriksaan, verifikasi, atau penelitian
PBB;
6) gugatan;
7) banding; dan/atau
8) peninjauan kembali.

Jangka Waktu
Paling lama 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi
atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan Wajib Pajak dliterima secara lengkap.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
38/PJ/2013.

2. Pencabutan Pengukuhan PKP


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak yang sudah
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sebagai PKP

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 195


PENGHAPUSAN
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan. Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atas
permohonan Pengusaha Kena Pajak, dilakukan berdasarkan hasil
Pemeriksaan terhadap:
a. Pengusaha Kena Pajak orang pribadi yang telah meninggal
dunia;
b. Pengusaha Kena Pajak telah dipusatkan tempat terutangnya
PPN di tempat lain;
c. Pengusaha Kena Pajak yang pindah alamat tempat tinggal,
tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha ke wilayah
kerja KPP lainnya;
d. Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran usaha dan/
atau penerimaan brutonya untuk 1 (satu) tahun buku tidak
melebihi batas jumlah peredaran usaha dan/atau penerimaan
bruto untuk pengusaha kecil dan tidak memilih untuk menjadi
Pengusaha Kena Pajak;
e. Pengusaha Kena Pajak selain perseroan terbatas dengan status
tidak aktif (non efektif) dan secara nyata tidak menunjukkan
adanya kegiatan usaha; atau
f. Pengusaha Kena Pajak bentuk usaha tetap yang telah
menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
g. hasil sensus pajak nasional;
h. hasil konfirmasi lapangan atau pengawasan setelah
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; atau
i. hasil kegiatan lain yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak

Prosedur
Penyampaian permohonan secara tertulis dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir,
disampaikan ke KPP/KP2KP/Layanan di Luar Kantor sesuai
wilayah kerja.

Persyaratan dan Dokumen


Dokumen yang disyaratkan meliputi dokumen yang menunjukkan
bahwa Pengusaha Kena Pajak sudah tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Jangka Waktu
Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan Wajib
Pajak diterima secara lengkap.

196 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


PENGHAPUSAN
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.

3. Pencabutan Sertifikat Elektronik


Layanan ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
mengajukan permintaan pencabutan Sertifikat Elektronik sebagai
otentifikasi pengguna layanan perpajakan secara elektronik.

Prosedur
Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengajukan permohonan secara
tertulis ke KPP tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) dikukuhkan.

Persyaratan dan Dokumen


a. Surat Permintaan Sertifikat Elektronik
b. Surat Pernyataan Persetujuan Penggunaan Sertifikat Elektronik
c. asli Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan beserta
bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT
d. asli dan menyerahkan salinan surat pengangkatan pengurus
yang bersangkutan dan akta pendirian perusahaan atau asli
penunjukan sebagai Bentuk Usaha Tetap (BUT)/permanent
establishment dari perusahaan induk di luar negeri.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 197


PENGHAPUSAN
e. asli dan menyerahkan salinan kartu identitas berupa KTP
Elektronik (e-KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
f. asli dan menyerahkan salinan paspor, Kartu Izin Tinggal
Terbatas (KITAS), atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), dalam
hal pengurus merupakan Warga Negara Asing (WNA)
g. salinan lunak (sotfcopy) pas foto terbaru yang disimpan dalam
compact disc (CD) atau media lain sebagai kelengkapan surat
permintaan Sertifikat Elektronik (file foto diberi nama: NPWP
PKP-nama pengurus-nomor kartu identitas pengurus).

Jangka Waktu Penyelesaian


Sertifikat Elektronik dicabut pada hari yang sama setelah berkas
permintaan diterima secara lengkap dan memenuhi persyaratan.

Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-69/PJ/2015
tentang Pemberian dan Pencabutan Sertifikat Elektronik.

198 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


LAMPIRAN
1. Formulir Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi

201 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 202
2. Formulir Pendaftaran Wajib Pajak Badan

203 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 204
205 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
3. Formulir Perubahan Data Wajib Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 206


207 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 208
209 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
4. Formulir Pemindahan Wajib Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 210


5. Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

211 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 212
6. Formulir Permohonan Penetapan Wajib Pajak Non Efektif

213 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


7. Formulir Permohonan Cetak Ulang

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 214


8. Formulir Aktivasi EFIN

215 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


9. Formulir Permohonan Kode Aktivasi dan Password

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 216


10. Formulir Permohonan Cetak Ulang Kode Aktivasi

217 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


11. Formulir Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 218


12. Formulir Permintaan Sertifikat Elektronik

219 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


13. Formulir Surat Pernyataan Persetujuan Penggunaan Sertifikat
Elektronik DJP

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 220


221 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
14. Format Surat Kuasa Khusus

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 222


15. Formulir Permohonan Izin Penggunaan Nilai Buku Dalam Rangka
atas Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha

223 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 224
225 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 226
16. Formulir Permohonan/Pemberitahuan Pembukuan

227 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 228
17. Format Surat Pernyataan Terkait Bahasa Dalam Pembukuan

229 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


18. Format Surat Pernyataan Terkait Mata Uang Dalam Pembukuan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 230


19. Contoh Format Surat Permohonan Pengangsuran Pembayaran PPh
Pasal 29

CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN PENGANGSURAN PEMBAYARAN PAJAK:

Nomor : ........................................ (1) ............................... (2)


Lampiran : ........................................ (3)
Hal : Permohonan Pengangsuran Pembayaran Pajak

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ........................
................................................ (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
NOP : ................................................ (12)
Alamat : ................................................ (13)

Menyatakan masih mempunyai Utang Pajak berdasarkan:


STP SK Pembetulan Putusan Peninjauan Kembali

SKPKB SK Keberatan SPPT PBB/SKP PBB

SKPKBT Putusan Banding SPT Tahunan PPh

Sebagai berikut:
Jumlah Pajak Yang
Masa/Tahun Nomor Ketetapan/ Tanggal Jatuh
Jenis Pajak Masih Harus Dibayar
Pajak Keputusan/Putusan Tempo
(Rp)
(14) (15) (16) (17) (18)

Terhadap Utang Pajak tersebut, saya mengajukan permohonan pengangsuran pembayaran pajak
sebesar Rp...............(19) selama ..............(20) bulan dengan pembayaran angsuran per bulan
sebesar Rp............(21).
Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa*)

..............................(22)

Keterangan:

1. Beri tanda X pada yang sesuai


2. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa harus dilampiri surat kuasa khusus.
*) coret/hapus yang tidak sesuai

231 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


20. Contoh Format Surat Permohonan Penundaaan Pembayaran PPh
Pasal 29

CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK:

Nomor : ........................................... (1) ............................... (2)


Lampiran : ........................................... (3)
Hal : Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ........................
................................................ (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
NOP : ................................................ (12)
Alamat : ................................................ (13)

Menyatakan masih mempunyai Utang Pajak berdasarkan:


STP SK Pembetulan Putusan Peninjauan Kembali

SKPKB SK Keberatan SPPT PBB/SKP PBB

SKPKBT Putusan Banding SPT Tahunan PPh

Sebagai berikut:
Jumlah Pajak Yang
Masa/Tahun Nomor Ketetapan/ Tanggal Jatuh
Jenis Pajak Masih Harus Dibayar
Pajak Keputusan/Putusan Tempo
(Rp)
(14) (15) (16) (17) (18)

Terhadap Utang Pajak tersebut, saya mengajukan permohonan penundaan pembayaran pajak
sebesar Rp...............(19) selama ..............(20) bulan.
Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa*)

..............................(21)

Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai
2. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa harus dilampiri surat kuasa khusus.
*) coret/hapus yang tidak sesuai

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 232


21. Formulir Permohonan Persetujuan Pembayaran PPh yang Bersifat
Final Atas Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan Secara Angsuran

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Persetujuan Pembayaran Pajak
Penghasilan Yang Bersifat Final Atas Selisih
Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan Secara
Angsuran

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP.............


di ...........................................

Dengan ini kami selaku pengurus/kuasa *) dari:


Nama Perusahaan : ............................................
NPWP : ............................................
Alamat : ............................................

mengajukan permohonan persetujuan pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat final yang
terutang sebesar Rp. ................................................................... (..........................................)
secara angsuran, apabila permohonan kami untuk penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
untuk tujuan perpajakan disetujui, karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak
memungkinkan sebagaimana tercermin pada Proyeksi Arus Kas tahun ini dan satu tahun ke
depan (terlampir).

Kami mohon pembayaran secara angsuran dimaksud dapat dilakukan dalam ................
(.........................) kali angsuran.

Demikian permohonan kami untuk dapat dipertimbangkan.

................., .................................
................................

................................
( Nama/Jabatan/Tanda Tangan)

*) coret yang tidak sesuai dan lampirkan surat kuasa


khusus dalam hal selaku kuasa Perusahaan.

233 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


22. Contoh Format Surat Permohonan Pemindahbukuan

CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN PEMINDAHBUKUAN:

Nomor : ....................................... (1) ........................................ (2)


Lampiran : ....................................... (3)
Hal : Permohonan Pemindahbukuan

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............
......................................(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Alamat : ................................................ (7)
Nomor Telepon : ................................................ (8)
Bertindak selaku : Penyetor/Wajib Bayar

Pemungut Pajak

Menyatakan telah melakukan pembayaran atau penyetoran pajak sebagai berikut:


Nama : ................................................ (9)
NPWP : ................................................ (l0)
Alamat : ................................................ (11)
Jenis Pajak : ................................................ (12)
Masa/Tahun Pajak Nomor : ................................................ (13)
Ketetapan/
Keputusan/Putusan : ................................................ (14)
Nomor Objek Pajak : ................................................ (15)
Jumlah Bayar/Setor : ................................................ (16)
Terhadap pembayaran atau penyetoran tersebut, saya mengajukan permohonan pemindahbukuan
kepada:
Nama : ................................................ (17)
NPWP : ................................................ (18)
Alamat : ................................................ (19)
Jenis Pajak : ................................................ (20)
Masa/Tahun Pajak Nomor : ................................................ (21)
Ketetapan/
Keputusan/Putusan : ................................................ (22)
Nomor Objek Pajak : ................................................ (23)
Jumlah yang dimohonkan
Pemindahbukuan : ................................................ (24)
Adapun permohonan pemindahbukuan dimaksud sebagai akibat adanya
.........................................................................................................................................................
............................................................................ (25)

Demikian surat permohonan saya sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

...................................... (26)

...................................... (27)

Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai
2. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa harus dilampiri surat kuasa khusus.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 234


23. Contoh Format Surat Kesalahan Perekaman

235 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


24. Formulir SPT Masa PPh Pasal 21

area staples
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PENGHASILAN FORMULIR 1721
PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26
Formulir ini digunakan untuk melaporkan
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau area barcode
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Pasal 26

Bacalah petunjuk pengisian sebelum mengisi formulir ini JUMLAH LEMBAR SPT
MASA PAJAK : TERMASUK LAMPIRAN :
[mm - yyyy] H.01 - H.02
SPT
H.03
SPT
H.04 (DIISI OLEH PETUGAS)
NORMAL PEMBETULAN KE- H.05 H.06

A. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : A.01 - .
2. NAMA : A.02

3. ALAMAT : A.03

4. NO. TELEPON : A.04 5. EMAIL : A.05

B. OBJEK PAJAK
JUMLAH JUMLAH PENGHASILAN JUMLAH PAJAK
KODE OBJEK
NO PENERIMA PENGHASILAN PENERIMA
PAJAK
PENGHASILAN BRUTO (Rp) DIPOTONG (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PEGAWAI TETAP 21-100-01

2. PENERIMA PENSIUN BERKALA 21-100-02

3. PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS 21-100-03

4. BUKAN PEGAWAI:

4a. DISTRIBUTOR MULTILEVEL MARKETING (MLM) 21-100-04

4b. PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI 21-100-05

4c. PENJAJA BARANG DAGANGAN 21-100-06

4d. TENAGA AHLI 21-100-07


BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA IMBALAN YANG BERSIFAT
4e. BERKESINAMBUNGAN 21-100-08
BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA IMBALAN YANG TIDAK BERSIFAT
4f. BERKESINAMBUNGAN 21-100-09
ANGGOTA DEWAN KOMISARIS ATAU DEWAN PENGAWAS YANG TIDAK
5. MERANGKAP SEBAGAI PEGAWAI TETAP 21-100-10
MANTAN PEGAWAI YANG MENERIMA JASA PRODUKSI,TANTIEM, BONUS ATAU
6. IMBALAN LAIN 21-100-11

7. PEGAWAI YANG MELAKUKAN PENARIKAN DANA PENSIUN 21-100-12

8. PESERTA KEGIATAN 21-100-13


PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21 TIDAK FINAL
9. LAINNYA 21-100-99
PEGAWAI/PEMBERI JASA/PESERTA KEGIATAN/PENERIMA PENSIUN BERKALA
10. SEBAGAI WAJIB PAJAK LUAR NEGERI 27-100-99

11. JUMLAH (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. 10)

PENGHITUNGAN PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR JUMLAH (Rp)

12. STP PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 (HANYA POKOK PAJAK) B.01

KELEBIHAN PENYETORAN PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 DARI:


13. MASA PAJAK : B.02 B.03

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 TAHUN KALENDER [yyyy]

14. JUMLAH (ANGKA 12 + ANGKA 13) B.04

15. PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR (ANGKA 11 KOLOM 6 - ANGKA 14) B.05

LANJUTKAN PENGISIAN PADA ANGKA 16 & 17 APABILA SPT PEMBETULAN DAN/ATAU PADA ANGKA 18 APABILA PP h LEBIH DISETOR

16. PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR PADA SPT YANG DIBETULKAN
(PINDAHAN DARI BAGIAN B ANGKA 15 DARI SPT YANG DIBETULKAN) B.06

17. PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR KARENA PEMBETULAN (ANGKA 15 - ANGKA 16) B.07

18. KELEBIHAN SETOR PADA ANGKA 15 ATAU ANGKA 17 AKAN DIKOMPENSASIKAN KE MASA PAJAK (mm - yyyy) B.08 -
HALAMAN 1

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 236


area staples

NPWP PEMOTONG: B.09


- . FORMULIR 1721
C. OBJEK PAJAK FINAL
JUMLAH JUMLAH PENGHASILAN JUMLAH PAJAK
KODE OBJEK
NO PENERIMA PENGHASILAN PENERIMA
PAJAK
PENGHASILAN BRUTO (Rp) DIPOTONG (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PENERIMA UANG PESANGON YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS 21-401-01

2. PENERIMA UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA ATAU JAMINAN


HARI TUA DAN PEMBAYARAN SEJENIS YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS 21-401-02

PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TNI/POLRI DAN


3. PENSIUNAN YANG MENERIMA HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN YANG 21-402-01
DIBEBANKAN KEPADA KEUANGAN NEGARA/DAERAH

4. PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21 FINAL LAINNYA 21-499-99

5. JUMLAH BAGIAN C (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. 5)

D. LAMPIRAN
1. FORMULIR 1721 - I
LEMBAR 5. FORMULIR 1721 - IV LEMBAR
D.01(untuk Satu Masa Pajak) D.02 D.09 D.10

2. FORMULIR 1721 - I
LEMBAR 6. FORMULIR 1721 - V
D.03 (untuk Satu Tahun Pajak) D.04 D.11

7. SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN/ATAU


3. FORMULIR 1721 - II LEMBAR LEMBAR
D.05 D.06 D.12BUKTI PEMINDAHBUKUAN (Pbk) D.13

4. FORMULIR 1721 - III LEMBAR 8. SURAT KUASA KHUSUS


D.07 D.08 D.14

E. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN PEMOTONG


Dengan menyadari sepenuhnya atas segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, saya menyatakan
bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

1. E.01 PEMOTONG E.02 KUASA 6. TANDA TANGAN :

2. NPWP : E.03 - .

3. NAMA : E.04

4. TANGGAL :E.05 - - (dd - mm - yyyy)

5. TEMPAT :E.06

HALAMAN 2

237 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


238
DAFTAR PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU
TUNJANGAN HARI TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA SERTA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL a
INDONESIA, ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA r
FORMULIR 1721 - I e
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK :
SATU MASA PAJAK Lembar ke-1 : untuk KPP a
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [mm - yyyy] H.01 - SATU TAHUN PAJAK
NPWP PEMOTONG : H.02 - . Lembar ke-2 : untuk Pemotong
s
A. PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
t
a
NO. NPWP NAMA
BUKTI PEMOTONGAN KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN
PPh DIPOTONG (Rp)
MASA
PEROLEHAN
KODE
NEGARA p
PAJAK BRUTO (Rp) PENGHASILAN DOMISILI
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy) l
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) e
1. s
2.
3.
4.
5.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
JUMLAH A (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. ANGKA 20)
PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA
B. : ORANG
DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA TIDAK MELEBIHI PTKP B.01
C. TOTAL (JUMLAH A + B)
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL) a
DAN/ATAU PASAL 26 r
Formulir ini digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh dengan bukti pemotongan menggunakan formulir 1721-VI FORMULIR 1721 - II e
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK :
a
Lembar ke-1 : untuk KPP
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG : H.02 - . Lembar ke-2 : untuk Pemotong
s
BUKTI PEMOTONGAN KODE
t
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN
NO. NPWP NAMA
PAJAK BRUTO (Rp)
PP h DIPOTONG (Rp) NEGARA a
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy) DOMISILI
p
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
l
1. e
2.
s
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
JUMLAH (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. ANGKA 20)

239
240
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 a
(FINAL) r
Formulir ini digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh dengan bukti pemotongan menggunakan formulir 1721-VII FORMULIR 1721 - III e
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK :
Lembar ke-1 : untuk KPP a
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG : H.02 - . Lembar ke-2 : untuk Pemotong
s
BUKTI PEMOTONGAN
t
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
NO. NPWP NAMA
PAJAK (Rp)
PP h DIPOTONG (Rp) a
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy)
p
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
l
1. e
2.
s
3.
4.
5.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
JUMLAH (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. ANGKA 20)
area staples
DAFTAR SURAT SETORAN PAJAK (SSP)
DAN/ATAU BUKTI PEMINDAHBUKUAN (Pbk) FORMULIR 1721 - IV
UNTUK PEMOTONGAN PAJAK Lembar ke-1 : untuk KPP
PENGHASILAN PASAL 21 Lembar ke-2 : untuk Pemotong
DAN/ATAU PASAL 26
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

MASA PAJAK :
[mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG :
H.02 - .

KODE AKUN KODE JENIS


NO. SETORAN
TGL SSP/BUKTI Pbk NTPN/NOMOR BUKTI Pbk JUMLAH PPh DISETOR KET.
PAJAK (KAP) (KJS) [dd - mm - yyyy]

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

JUMLAH (PENJUMLAHAN BAGIAN A ANGKA 1 S.D. ANGKA 13)

KETERANGAN:
KOLOM (7) DIISI DENGAN ANGKA :
0 : UNTUK SSP
1 : UNTUK SSP P Ph PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH
2 : UNTUK BUKTI Pbk

241 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


area staples

DAFTAR BIAYA
FORMULIR 1721 - V
Lembar ke-1 : untuk KPP
Lembar ke-2 : untuk Pemotong

KEMENTERIAN KEUANGAN RI Formulir ini hanya disampaikan pada masa pajak


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Desember oleh Wajib Pajak yang tidak wajib
menyampaikan SPT Tahunan

MASA PAJAK :
[mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG :
H.02 - .

No. PERINCIAN JUMLAH (Rp)

(1) (2) (3)

1. GAJI, UPAH, BONUS, GRATIFIKASI, HONORARIUM, TUNJANGAN HARI RAYA, DLL

2. BIAYA TRANSPORTASI

3. BIAYA PENYUSUTAN DAN AMORTISASI

4. BIAYA SEWA

5. BIAYA BUNGA PINJAMAN

6. BIAYA SEHUBUNGAN DENGAN JASA

7. BIAYA PIUTANG TAK TERTAGIH

8. BIAYA ROYALTI

9. BIAYA PEMASARAN/PROMOSI

10. BIAYA LAINNYA

JUMLAH (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. ANGKA 10)

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 242


25. Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) atau Pasal 26

area staples
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL) FORMULIR 1721 - VI
ATAU PASAL 26 Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke-2 : untuk Pemotong

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR: 1 . 3 - . -
H.01

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP : A.01 - . 2. NIK / NO. PASPOR : A.02

3. NAMA : A.03

4. ALAMAT : A.04

5. WAJIB PAJAK LUAR NEGERI : A.05 YA 6. KODE NEGARA DOMISILI : A.06

B. PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG DIPOTONG

JUMLAH DASAR PENGENAAN TARIF LEBIH


TINGGI 20% TARIF PPh DIPOTONG
KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN BRUTO PAJAK (TIDAK BER- (%) (Rp)
(Rp) (Rp) NPWP)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

- -

C. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : C.01 - . 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : C.02 C.03 - -


[dd - mm - yyyy]

KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL) ATAU PASAL 26

P Ph PASAL 21 TIDAK FINAL


1. 21-100-03 Upah Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
2. 21-100-04 Imbalan Kepada Distributor Multi Level Marketing (MLM)
3. 21-100-05 Imbalan Kepada Petugas Dinas Luar Asuransi
4. 21-100-06 Imbalan Kepada Penjaja Barang Dagangan
5. 21-100-07 Imbalan Kepada Tenaga Ahli
6. 21-100-08 Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Bersifat Berkesinambungan
7. 21-100-09 Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Tidak Bersifat Berkesinambungan
8. 21-100-10 Honorarium atau Imbalan Kepada Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang tidak Merangkap sebagai Pegawai Tetap
9. 21-100-11 Jasa Produksi, Tantiem, Bonus atau Imbalan Kepada Mantan Pegawai
10. 21-100-12 Penarikan Dana Pensiun oleh Pegawai
11. 21-100-13 Imbalan Kepada Peserta Kegiatan
12. 21-100-99 Objek PPh Pasal 21 Tidak Final Lainnya

P Ph PASAL 26
1. 27-100-99 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya yang
dipotong P Ph Pasal 26

243 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


26. Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final)

area staples
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 FORMULIR 1721 - VII
(FINAL) Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke-2 : untuk Pemotong

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR: 1 . 4 - . -
H.01

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP : A.01 - . 2. NIK / NO. PASPOR : A.02

3. NAMA : A.03

4. ALAMAT : A.04

B. PPh PASAL 21 YANG DIPOTONG

JUMLAH PENGHASILAN BRUTO TARIF PPh DIPOTONG


KODE OBJEK PAJAK
(Rp) (%) (Rp)

(1) (2) (3) (4)

- -

C. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : C.01 - . 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : C.02 C.03 - -


[dd - mm - yyyy]

KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (FINAL)

1. 21-401-01 Uang Pesangon yang Dibayarkan Sekaligus


2. 21-401-02 Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus
3. 21-402-01 Honor dan Imbalan Lain yang Dibebankan kepada APBN atau APBD yang Diterima oleh PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara dan
Pensiunannya
4. 21-499-99 Objek PPh Pasal 21 Final Lainnya

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 244


27. Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap Atau
a rPenerima
e a s t a p l ePensiun
s atau Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua Berkala
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP ATAU
PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI FORMULIR 1721 - A1
Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA Lembar ke-2 : untuk Pemotong

MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI PENGHASILAN [mm - mm]
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR : 1 . 1 - . - -
H.01 H.02

NPWP
PEMOTONG : H.03 - .
NAMA
PEMOTONG : H.04

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP :
A.01 - . 6. STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP

2. NIK /NO. K/ TK / HB /
PASPOR:A.02 A.07 A.08 A.09

3. NAMA : 7. NAMA JABATAN : A.10


A.03

4. ALAMAT: 8. KARYAWAN ASING : A.11 YA


A.04

9. KODE NEGARA DOMISILI : A.12

5. JENIS KELAMIN : A.05 LAKI-LAKI A.06 PEREMPUAN

B. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


URAIAN JUMLAH (Rp)

KODE OBJEK PAJAK: 21-100-01 21-100-02

PENGHASILAN BRUTO:

1. GAJI/PENSIUN ATAU THT/JHT

2. TUNJANGAN PPh

3. TUNJANGAN LAINNYA, UANG LEMBUR DAN SEBAGAINYA

4. HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN SEJENISNYA

5. PREMI ASURANSI YANG DIBAYAR PEMBERI KERJA

6. PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNYA YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21

7. TANTIEM, BONUS, GRATIFIKASI, JASA PRODUKSI DAN THR

8. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (1 S.D.7)

PENGURANGAN:

9. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN

10. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT/JHT

11. JUMLAH PENGURANGAN (9 S.D.10)

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21:

12. JUMLAH PENGHASILAN NETO (8 - 11)

13. PENGHASILAN NETO MASA SEBELUMNYA

14. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN)

15. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

16. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN (14 - 15)

17. PP h PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN

18. PP h PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG MASA SEBELUMNYA

19. PP h PASAL 21 TERUTANG

20. PP h PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI

C. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : C.01 - . 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : C.02 C.03 - -


[dd - mm - yyyy]

245 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


28. Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai Negeri
Sipil atau Anggota Tentara Nasional Indonesia atau Anggota Polisi
a rRepublik
e a s t a p l Indonesia
es Atau Pejabat Negara Atau Pensiunannya
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL ATAU
ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA FORMULIR 1721 - A2
Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
ATAU ANGGOTA POLISI REPUBLIK INDONESIA Lembar ke-2 : untuk Pemotong
ATAU PEJABAT NEGARA ATAU PENSIUNANNYA
MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI PENGHASILAN [mm - mm]
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR : 1 . 2 - . - -
H.01 H.02

NAMA INSTANSI/ NPWP


BADAN LAIN : H.03 BENDAHARA : H.05
NAMA
BENDAHARA : H.04 - .

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP : A.01 - . 6. JENIS KELAMIN : A.07 LAKI-LAKI A.08 PEREMPUAN


2. NIP/
NRP : A.02
7. NIK : A.09

3. NAMA : A.03 8. STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP

4. PANGKAT/ K/ TK / HB /
GOLONGAN : A.04 A.05 A.10 A.11 A.12

5. ALAMAT : A.06
9. NAMA JABATAN : A.13

B. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


URAIAN JUMLAH (Rp)

KODE OBJEK PAJAK: 21-100-01 21-100-02

PENGHASILAN BRUTO:

1. GAJI POKOK/PENSIUN

2. TUNJANGAN ISTERI

3. TUNJANGAN ANAK

4. JUMLAH GAJI DAN TUNJANGAN KELUARGA (1 S.D. 3)

5. TUNJANGAN PERBAIKAN PENGHASILAN

6. TUNJANGAN STRUKTURAL/FUNGSIONAL

7. TUNJANGAN BERAS

8. TUNJANGAN KHUSUS

9. TUNJANGAN LAIN-LAIN

10. PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR LAINNYA YANG PEMBAYARANNYA TERPISAH DARI PEMBAYARAN GAJI

11. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (4 S.D. 10)

PENGURANGAN:

12. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN

13. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT

14. JUMLAH PENGURANGAN (12 S.D.14)

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21:

15. JUMLAH PENGHASILAN NETO (11 - 14)

16. JUMLAH PENGHASILAN NETO MASA SEBELUMNYA

17. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN)

18. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

19. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN (17 - 18)

20. PP h PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN

21. PP h PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG MASA SEBELUMNYA

22. PP h PASAL 21 TERUTANG

23. PP h PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI

23A. ATAS GAJI DAN TUNJANGAN

23B. ATAS PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR LAINNYA YANG PEMBAYARANNYA TERPISAH DARI PEMBAYARAN GAJI

C. PEGAWAI TERSEBUT : C.01 DIPINDAHKAN C.02 PINDAHAN C.03 BARU C.04 PENSIUN
D. TANDA TANGAN BENDAHARA

1. NPWP : D.01 - . 4. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : D.02 D.04 - -


[dd - mm - yyyy]
3. NIP/NRP : D.03

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 246


29. Formulir SPT Masa PPh Pasal 22

247 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 248
30. Formulir Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 (Oleh Badan Usaha Industri/
Eksportir Tertentu

249 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


31. Formulir SPT Masa PPh Pasal 23 atau Pasal 26 Berbentuk Kertas

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 250


251 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 252
32. Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Berbentuk Kertas

253 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 254
33. Formulir SPT Masa PPh Pasal 23 atau Pasal 26 Berbentuk Elektronik

255 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 256
257 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
34. Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Berbentuk Elektronik

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 258


259 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 260
261 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
35. Formulir SPT Masa PPh Pasal 15

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 262


263 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
36. Formulir Bukti Pemotongan PPh atas Imbalan yang Dibayarkan/
Terutang Kepada Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final)

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 264


37. Formulir Bukti Pemotongan PPh atas Imbalan yang Dibayarkan/
Terutang Kepada Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar
Negeri (Final)

265 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


38. Formulir Bukti Pemotongan PPh atas Imbalan yang Dibayarkan/
Terutang Kepada Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 266


39. Formulir SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)

267 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 268
40. Formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi

269 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


41. Formulir Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Atas Hadiah Undian

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 270


42. Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Atas
Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

271 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


43. Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penghasilan
dari Transaksi Penjualan Saham yang Diperdagangkan di Bursa Efek

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 272


44. Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga
Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro

273 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


45. Formulir Bukti Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
Penghasilan dari Transaksi Deivatif Berupa Kontrak Berjangka yang
Diperdagangkan di Bursa

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 274


46. Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga
dan/atau Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara (SBN)

275 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


47. Formulir Bukti Pemotongan PPh FInal Pasal 4 ayat (2) atas Dividen
yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 276


48. Formulir Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga
Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi Kepada anggota Koperasi
Orang Pribadi

277 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


49. Formulir SPT Masa PPN 1111

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 278


279 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 280
281 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 282
283 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 284
50. Formulir SPT Masa PPN 1111 DM

285 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 286
287 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
51. Formulir SPT Masa PPN 1101 Pemungut

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 288


289 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 290
291 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
52. Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 SS

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 292


53. Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 S

293 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 294
295 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 296
54. Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770

297 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 298
299 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 300
301 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 302
303 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 304
305 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
55. Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Wajib Pajak Badan 1771

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 306


307 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 308
309 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 310
311 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 312
313 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
56. Formulir Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 314


57. Formulir Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian
SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi

315 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


58. Formulir Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian
SPT Tahunan PPh WP Badan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 316


317 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
59. Formulir Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (Bagi WP yang Diizinkan
Menyelenggarakan Pembukuan Dalam Mata Uang Dollar Amerika
Serikat)

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 318


60. Formulir Pemberitahuan Perpanjangan Penyampaian SPT Tahunan

319 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


61. Format Laporan Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat
Pemberitahuan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 320


321 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
62. Contoh Format Surat Penghentian Penyidikan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 322


63. Formulir Surat Pernyataan Kepemilikan Mesin Teraan Meterai Digital

323 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


64. Contoh Permohonan Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas
dengan Sistem Komputerisasi

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 324


325 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 326
327 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
65. Contoh Permohonan Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas dengan
Teknologi Percetakan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 328


66. Formulir Permohonan Izin/Perpanjangan Izin sebagai Pelaksana
Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi Percetakan

329 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


67. Formulir Permohonan Penetapan/Perpanjangan Penetapan Daerah
Tertentu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 330


331 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
68. Formulir Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko
Rendah

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 332


69. Formulir Permohonan Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi Secara
Komersial

333 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


72. Formulir Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan Tempat
PPN Terutang

............................................................................ (1) ............................................................................


Nomor : .......................... (2) .......................... (3)
Hal : Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Lampiran : 1 (satu) set

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ............. (4)


................... (5)

Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ..................... (6) tanggal .....................
(7) tentang persetujuan pemusatan terhadap ................... (8) NPWP .............. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak

bertindak selaku: Wakil Kuasa dari Pengusaha Kena Pajak:


Nama : .............................................................................................(16)
NPWP : .............................................................................................(17)
Alamat : .............................................................................................(18)
menyampaikan pemberitahuan perubahan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang dipusatkan
sebagai berikut:
I. Penambahan
1. Nama .................. NPWP............................. alamat...............................; (19)
2. ............................................................................................................ dst
II. Pengurangan
1. Nama .................. NPWP............................. alamat...............................; (19)
2. ............................................................................................................ dst
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Pengusaha Kena Pajak/Pengurus/Kuasa*)

ttd

......................... (21)

Tembusan:
.................................. (22)
.................................. dst

Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 336


73. Formulir Perubahan Tempat Pemusatan PPN Terutang

............................................................................ (1) ............................................................................


Nomor : .......................... (2) .......................... (3)
Hal : Perubahan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Lampiran : 1 (satu) set

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ................. (4)


......................... (5)

Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ................. (6) tanggal .................... (7)
tentang persetujuan pemusatan terhadap .................. (8) NPWP ................. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat .........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak

bertindak selaku: Wakil Kuasa dari Pengusaha Kena Pajak:


Nama : .............................................................................................(16)
NPWP : .............................................................................................(17)
Alamat : .............................................................................................(18)
menyampaikan pemberitahuan perubahan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang
sebagai berikut:
Semula:
Nama ................................................................ (19)
NPWP ................................................................ (20)
Alamat ............................................................... (21)
Terdaftar di KPP .................................................. (22)
Menjadi:
Nama ................................................................ (23)
NPWP ................................................................ (24)
Alamat ............................................................... (25)
Terdaftar di KPP .................................................. (26)

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima ksih.

Pengusaha Kena Pajak/Pengurus/Kuasa*)

ttd

......................... (27)

Tembusan:
............................ (28)
............................ dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu

337 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


72. Formulir Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan Tempat
PPN Terutang

............................................................................ (1) ............................................................................


Nomor : .......................... (2) .......................... (3)
Hal : Penambahan dan/atau Pengurangan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Lampiran : 1 (satu) set

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ............. (4)


................... (5)

Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ..................... (6) tanggal .....................
(7) tentang persetujuan pemusatan terhadap ................... (8) NPWP .............. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak

bertindak selaku: Wakil Kuasa dari Pengusaha Kena Pajak:


Nama : .............................................................................................(16)
NPWP : .............................................................................................(17)
Alamat : .............................................................................................(18)
menyampaikan pemberitahuan perubahan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang dipusatkan
sebagai berikut:
I. Penambahan
1. Nama .................. NPWP............................. alamat...............................; (19)
2. ............................................................................................................ dst
II. Pengurangan
1. Nama .................. NPWP............................. alamat...............................; (19)
2. ............................................................................................................ dst
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Pengusaha Kena Pajak/Pengurus/Kuasa*)

ttd

......................... (21)

Tembusan:
.................................. (22)
.................................. dst

Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 336


73. Formulir Perubahan Tempat Pemusatan PPN Terutang

............................................................................ (1) ............................................................................


Nomor : .......................... (2) .......................... (3)
Hal : Perubahan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Lampiran : 1 (satu) set

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ................. (4)


......................... (5)

Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ................. (6) tanggal .................... (7)
tentang persetujuan pemusatan terhadap .................. (8) NPWP ................. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat .........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak

bertindak selaku: Wakil Kuasa dari Pengusaha Kena Pajak:


Nama : .............................................................................................(16)
NPWP : .............................................................................................(17)
Alamat : .............................................................................................(18)
menyampaikan pemberitahuan perubahan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang
sebagai berikut:
Semula:
Nama ................................................................ (19)
NPWP ................................................................ (20)
Alamat ............................................................... (21)
Terdaftar di KPP .................................................. (22)
Menjadi:
Nama ................................................................ (23)
NPWP ................................................................ (24)
Alamat ............................................................... (25)
Terdaftar di KPP .................................................. (26)

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima ksih.

Pengusaha Kena Pajak/Pengurus/Kuasa*)

ttd

......................... (27)

Tembusan:
............................ (28)
............................ dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu

337 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


74. Formulir Pemberitahuan Pencabutan Pemusatan Tempat PPN
Terutang

............................................................................ (1) ............................................................................

Nomor : .......................... (2) .......................... (3)


Hal : Pemberitahuan Pencabutan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Lampiran : 1 (satu) set

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ................... (4)


............................ (5)

Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ................. (6) tanggal .................... (7)
tentang persetujuan pemusatan terhadap .................. (8) NPWP ................. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
Nama .................. NPWP .................. alamat .........................; (12)
............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ....................... (13)
NPWP : ....................... (14)
Alamat : ....................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak

bertindak selaku: Wakil Kuasa dari Pengusaha Kena Pajak:


Nama : .............................................................................................(16)
NPWP : .............................................................................................(17)
Alamat : .............................................................................................(18)
memberitahukan bahwa terkait dengan adanya perubahan sistem administrasi penjualan/pembukuan
yang menyebabkan secara administratif kami tidak memenuhi persyaratan untuk diberikan persetujuan
pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang, mohon kiranya Bapak berkenan untuk mencabut
Surat Keputusan persetujuan pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang yang selama ini telah kami
laksanakan terhitung mulai Masa Pajak ................ (19)

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Pengusaha Kena Pajak/Pengurus/Kuasa*)

ttd

......................... (20)

Tembusan:
............................ (21)
............................ dst

Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 338


75. Formulir Permohonan Persetujuan Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Persetujuan Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ............


di ...........................................

Dengan ini kami selaku pengurus/kuasa *) dari:


Nama Perusahaan : ............................................
NPWP : ............................................
Alamat : ............................................

mengajukan permohonan persetujuan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk


tujuan perpajakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008
tanggal 23 Mei 2008, terhitung mulai tanggal .........................

Sebagai kelengkapan permohonan, bersama ini kami lampirkan:


a. Fotokopi surat ijin usaha perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh
ijin dari Pemerintah, yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang
menerbitkan surat ijin usaha tersebut;
b. Laporan penilaian perusahaan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang
memperoleh ijin dari Pemerintah;
c. Daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan;dan
d. Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan yang telah diaudit akuntan publik;

Demikian permohonan kami untuk dapat dipertimbangkan.

................., .................................
................................

................................
(Nama/Jabatan/Tanda Tangan )

*) coret yang tidak sesuai dan lampirkan


surat kuasa khusus dalam hal selaku
kuasa Perusahaan.

339 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


76. Formulir Daftar Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan

NAMA PERUSAHAAN : .............................................


NPWP : .............................................

DAFTAR PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN


UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN
PER TANGGAL ..........................
NILAI BUKU
NILAI BUKU NILAI BUKU
FISKAL
FISKAL TH. FISKAL
TAHUN
KELOMPOK/JENIS BUKU (NILAI SELISIH
TAHUN NILAI BERJALAN
NO AKTIVA TETAP TERAKHIR PASAR) LEBIH (7)
PEROLEHAN PEROLEHAN TERAKHIR
BERWUJUD SEBELUM SETELAH – (6)
SEBELUM
PENILAIAN PENILAIAN
PENILAIAN
KEMBALI KEMBALI
KEMBALI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
BUKAN BANGUNAN
Kelompok 1:
...................................
...................................
Kelompok 2:
...................................
...................................
Kelompok 3:
...................................
...................................
Kelompok 4:
...................................
...................................
BANGUNAN
Permanen:
...................................
..................................
Tidak Permanen:
...................................
...................................
JUMLAH:

KETERANGAN : Diisi dengan rincian masing-masing jenis aktiva tetap, kecuali


dalam hal jenis aktiva tetap yang s`ama yang termasuk dalam
kelompok harta yang sama dan diperoleh serta dipergunakan
dalam tahun yang sama, dapat digabungkan/dijumlahkan.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 340


77. Formulir Permohonan untuk Penetapan Kelompok Harta Berwujud
Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan

<KOP SURAT WAJIB PAJAK>

Nomor : ..............................(1) ......., .......................... (2)


Sifat : ..............................(3)
Lampiran : ..............................(4)
Hal : Permohonan untuk Penetapan Kelompok Harta
Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan
Penyusutan

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP ....... (5)


................................................... (6)

Melaksanakan Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2014 tentang Tata Cara
Permohonan dan Penetapan Masa Manfaat yang Sesungguhnya atas Harta Berwujud Bukan Bangunan
untuk Keperluan Penyusutan, yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : .................................................... (7)
NPWP : .................................................... (8)
Alamat : .................................................... (9)
Jabatan : .................................................... (10)
bertindak untuk kepentingan dan atas nama:
Nama Wajib Pajak : .................................................... (11)
NPWP : .................................................... (12)
Alamat : .................................................... (13)
Jenis Usaha : .................................................... (14)
Telepon/fax : .................................................... (15)
mengajukan permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan, sebagai berikut:
Harga Kelompok
Nama Harta Tanggal Masa Manfaat
No Perolehan Penyusutan Keterangan
Berwujud Perolehan Menurut WP
(Rp) Menurut WP
(16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan:*)
penjelasan terperinci mengenai aktiva;

spesifikasi aktiva dari produsen;

perkiraan umur aktiva/masa manfaat ekonomis dari Penilai Publik;

dokumen teknis pendukung dari produsen mengenai masa manfaat aktiva;

keputusan penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan


penyusutan;**)
surat kuasa khusus dalam hal permohonan disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak.

Demikian permohonan ini kami sampaikan.


Pemohon,
(23)
........................... (7)
........................... (10)

Keterangan:
*) beri tanda X pada yang sesuai;
**) wajib dilampirkan bagi Wajib Pajak yang sudah pernah memperoleh keputusan penetapan
kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, sebelum permohonan ini
diajukan.

341 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


78. Formulir Permohonan Penetapan Penambahan Jangka Waktu
Kompensasi Kerugian

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 342


343 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
79. Formulir Permohonan Pengurangan Penghasilan Neto 30% dari
Jumlah Penanaman Modal (KAPET)

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 344


80. Formulir Permohonan Ijin Kompensasi Kerugian (KAPET)

345 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


81. Formulir Permohonan PPh Pasal 26 Atas Dividen Dengan Tarif Sebesar
10% (KAPET)

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 346


82. Formulir Permohonan Surat Keterangan Fiskal

347 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


83. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh

Nomor :
Lampiran :
Hal : Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak Penghasilan

Kepada Yth.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
.......................................................................

Berkenaan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- /PJ/2011 tentang Tata
Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
Penghasilan oleh Pihak Lain, dengan ini:
Nama Wajib Pajak : ................................................................................
NPWP : __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __,
Alamat : ................................................................................
mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan
dan/atau Pemungutan PPh .............*), dengan alasan ..............................................................

Untuk kelengkapan permohonan SKB Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak


Penghasilan, bersama ini terlampir penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan
terutang untuk tahun pajak berjalan **).

Demikian permohonan ini kami sampaikan.

......................, .................. 20....


Pemohon,

.................................................

*) diisi sesuai dengan jenis pajak (PPh Pasal 21,22,22 impor, 23)
**) tidak berlaku untuk WP yang atas penghasilannya hanya dikenakan PPh yang bersifat final

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 348


84. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh atas
Impor Emas Batangan

349 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


85. Contoh Format Surat Permohonan Tanda Bukti Tidak Mempunyai
Tunggakan Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 350


86. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh
atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia

Nomor :
Lampiran :
Hal : Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto
Sertifikat Bank Indonesia

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak


.........................................................
.........................................................

Berkenaan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2013 tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan
Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun
yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh Menteri Keuangan, dengan ini:
Nama Wajib Pajak : ................................................................................
NPWP : ................................................................................
Alamat : ................................................................................
Nomor KMK : ................................................................................
Tanggal KMK : ................................................................................
(Pengesahan Pendirian Dana Pensiun)
mengajukan permohonan untuk memperoleh Bebas Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak
Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang
ditempatkan pada atau diterbitkan oleh Bank ................................. NPWP .................................
untuk tahun pajak ....................

Dana yang ditempatkan tersebut di atas diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dan perubahannya.

Untuk kelengkapan permohonan, bersama ini kami lampirkan:


1. Fotokopi Keputusan Menteri Keuangan tentang Pengesahan Pendirian Dana Pensiun;
2. Fotokopi Neraca*);
3. Fotokopi Laporan Rugi/Laba*);
4. Fotokopo Arus Kas dan Bank*);
5. Fotokopi Laporan Investasi;
6. Daftar sertifikat/bilyet/buku deposito, tabungan dan Sertifikat Bank Indonesia.

Demikian permohonan ini kami sampaikan.


......................, .................. 20....
Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak,

.................................................

*) Laporan keuangan tahun terakhir sebelum diajukan permohonan.

Lembar ke-1 : untuk Kantor Pelayanan Pajak


Lembar ke-2 : untuk Bank/Pemotong Pajak
Lembar ke-3 : arsip pemohon

351 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


87. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 352


88. Formulir Surat Pernyataan Berpenghasilan di Bawah PTKP dan
Jumlah Bruto Penghasilan atas Tanah dan/atau Bangunan Kurang dari
Rp.60.000.000,00

353 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


89. Formulir Surat Pernyataan Hibah

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 354


90. Formulir Surat Pernyataan Pembagian Waris

355 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


91. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas Pembayaran PPh yang
Bersifat Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/
atau Bangunan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 356


92. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM Atas
Impor/Penyerahan Kendaraan Bermotor

357 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


93. Formulir Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh bagi Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 358


94. Formulir Surat Pernyataan Wajib Pajak yang Memiliki Bruto Tertentu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

SURAT PERNYATAAN WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO


TERTENTU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : ..........................................................................
NPWP : __,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,
Alamat : ..........................................................................

Bertindak selaku 1) Wajib Pajak Pengurus Kuasa


Nama : ..........................................................................2)
NPWP : __,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,__,3)
Alamat : ..........................................................................4)

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa peredaran bruto usaha yang
diterima atau diperoleh termasuk dalam kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan
bersifat final sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

.........., .................20.......
Yang membuat pernyataan,5)

Meterai
Rp.6.000,-

(......................................)

1) Beri tanda X pada yang sesuai


2) Diisi dengan nama Wajib Pajak dalam hal yang mengajukan Surat Permohonan
adalah Wakil atau Kuasa dari Wajib Pajak
3) Diisi dengan NPWP Wajib Pajak dalam hal yang mengajukan Surat Permohonan
adalah Wakil atau Kuasa dari Wajib Pajak
4) Diisi dengan alamat Wajib Pajak dalam hal yang mengajukan Surat Permohonan
adalah Wakil atau Kuasa dari Wajib Pajak
5) Ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak

359 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


95. Contoh Format Permohonan Surat Keterangan Tidak Dipungut

CONTOH FORMAT PERMOHONAN SKTD

Nomor : .................................... (1)


Lampiran : .................................... (2)
Hal : Permohonan Surat Keterangan Tidak Dipungut PPN (SKTD)

Yth. Direktur Jenderal Pajak


c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak ..........
............................................................ (3)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor dan
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat
Angkutan Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai jo. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor ...(4).../PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat Angkutan
Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu, dengan ini
kami: (5)
Nama : .................................
Alamat : .................................
NPWP : .................................
Jenis Usaha : .................................
mengajukan permohonan untuk diberikan Surat Keterangan Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai atas impor/penyerahan alat angkutan tertentu/penyerahan Jasa
Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu sebagaimana terlampir.

.................. (6) ....................

Pemohon

................... (7) ..................


...........................................

Terlampir disampaikan: (8)


1. ................................. dst.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 360


96. Format Rincian Alat Angkutan Tertentu yang Diajukan Permohonan
Untuk Memperoleh Fasilitas Tidak Dipungut PPN

CONTOH FORMAT LAMPIRAN PERMOHONAN SKTD BERUPA RINCIAN ALAT


ANGKUTAN TERTENTU

RINCIAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG DIAJUKAN PERMOHONAN UNTUK


MEMPEROLEH FASILITAS TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Identitas Pemohon SKTD (4)


Nama : ........
Alamat : ........
NPWP : ........
Jenis Usaha : ........
......(5).....
Nama/Jenis Nilai Impor/ Pajak Pertambahan
No Alat Angkutan Kuantum Harga Jual*) Nilai yang Terutang Keterangan
Tertentu (Rp) (Rp)
-1- -2- -3- -4- -5- -6-

Alat angkutan tertentu tersebut diperoleh dari : (6)


nama : ..............................
alamat : ..............................
NPWP : .............................. (khusus impor, NPWP tidak perlu diisi)

untuk dimiliki dan digunakan oleh : (7)

Kementerian Pertahanan, TNI, POLRI

Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha


Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum.

dengan : (8)
nama : .............................
NPWP : .............................
jenis usaha : .............................

.......,........... (9) ....................


Pemohon

................... (10) ..................


.............................................

361 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


RENCANA KEBUTUHAN IMPOR DAN PEROLEHAN (RKIP) Halaman (1) .... dari .....
Nomor : ........ (2) ....... (diisi petugas KPP)
(5) Tanggal : ........ (3) ....... (diisi petugas KPP)
Nama : ..... Nomor SKTD: ....(4).... (diisi petugas KPP)
Alamat : .....
NPWP : .....
1. RENCANA KEBUTUHAN IMPOR
Nama/Jenis Spesifikasi Teknis Perkiraan Nilai Impor Persetujuan
KPPBC/KPU Perkiraan Pajak
Nomor Alat Angkutan Kuantitas Kode HS (Kegunaan, Merk, Tipe, Per Kantor Pelayanan
dan Pelabuhan Total Pertambahan Nilai
Tertentu Ukuran, Kapasitas) Satuan Pajak
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7- -8- -9- -10-
....(6).... ....(7).... ....(8).... ....(9).... ....(10).... ....(11).... ....(12).... ....(13).... ....(14).... ....(15)....

2. RENCANA KEBUTUHAN PEROLEHAN


Nama/Jenis Alat Angkutan Spesifikasi Teknis Perkiraan Harga Jual Perkiraan Pajak Persetujuan
Pengusaha
Nomor Tertentu atau JKP terkait Kuantitas (Kegunaan, Merk, Tipe, Per Pertambahan Kantor
Kena Pajak Total
Alat Angkutan Tertentu Ukuran, Kapasitas) Nilai Pelayanan Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


Satuan
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7- -8- -9-
....(16)... ....(17).... ....(18).... ....(19).... ....(20).... ....(21).... ....(22).... ....(23).... ....(24)....

.......................... (27).....................
..........., (25) .................. Disetujui dan disahkan oleh, a.n.
Pemohon, Direktur Jenderal Pajak
Kepala Kantor Pelayanan Pajak ....(28)
97. Format Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan (RKIP)

............. (26) ................. .......................(29)........................


Jabatan .......................... NIP ...............................................
Halaman (1) .... dari .....

362
363
RENCANA KEBUTUHAN IMPOR DAN PEROLEHAN (RKIP) PERUBAHAN
Nomor : ........ (2) ....... (diisi petugas KPP)
Tanggal : ........ (3) ....... (diisi petugas KPP)
(4)
Nama : ..... RKIP Perubahan ke : ........ (5) .......
Alamat : ..... Nomor RKIP yang diubah : ........ (6) .......
NPWP : ..... Nomor SKTD : ........ (7) .......
1. RENCANA KEBUTUHAN IMPOR PERUBAHAN .... (8).....
Spesifikasi Teknis Perkiraan Pajak Persetujuan
KPPBC/KPU Nama/Jenis Alat Perkiraan Nilai
Kuantitas Kode HS (Kegunaan, Merk, Tipe, Pertambahan Kantor
No dan Pelabuhan Angkutan Tertentu Impor
Ukuran, Kapasitas) Nilai Pelayanan Pajak
Semula Menjadi Semula Menjadi Semula Menjadi Per Satuan Total
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7- -8- -9- -10- -11- -12- -13-

TOTAL
2. RENCANA KEBUTUHAN PEROLEHAN PERUBAHAN ....(9).....
Nama/Jenis Alat Angkutan Tertentu Perkiraan Pajak Persetujuan
Pengusaha Kena Spesifikasi Teknis Perkiraan Harga
atau JKP terkait Alat Angkutan Kuantitas Pertambahan Kantor
No Pajak (Kegunaan, Merk, Tipe, Jual
Tertentu Nilai Pelayanan Pajak
Ukuran, Kapasitas)
Semula Menjadi Semula Menjadi Semula Menjadi Per Satuan Total
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7- -8- -9- -10- -11- -12-

.......................... (12).....................
Disetujui dan disahkan oleh,
..........., (10) .................. a.n. Direktur Jenderal Pajak
Pemohon, Kepala Kantor Pelayanan Pajak ....(13)

............. (11) ................. .......................(14)........................


Jabatan .......................... NIP ...............................................
98. Format Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan (RKIP) Perubahan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


99. Contoh Format Surat Pernyataan Penghasilan yang Dikenai PPh
yang Bersifat Final atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 364


100. Contoh Format Surat Pernyataan Kedudukan Untuk Kepentingan
Penerbitan Surat Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri
Indonesia (SKD SPDN)

365 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


101. Contoh Format Permohonan Surat Keterangan Domisili

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 366


102. Formulir Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

Nomor : ............................... ...........,.........................


Hal : Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak ...............


...............................................................
Dengan ini, saya:
Nama : ...................................
Jabatan : ...................................
Nama PKP : ...................................
NPWP : ...................................
Alamat : ...................................
Penyampaian SPT : e-SPT/e-Filling manual/hardcopy

Mengajukan permohonan Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebanyak ...............(........................) Nomor Seri Faktur
Pajak.

Bersama ini kami sampaikan data penyampaian SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) bulan terakhir
berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal permintaan ini diajukan berikut jumlah penerbitan
Faktur Pajaknya.

No Masa Pajak Jumlah Penerbitan Faktur Pajak

Demikian disampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

Pemohon

(.....................)

367 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


103. Formulir Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik
(e-Faktur) yang Rusak atau Hilang

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 368


104. Contoh Format Surat Permohonan Keterangan Status Wajib Pajak

CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN KETERANGAN STATUS WAJIB PAJAK

Nomor : ....................................1)
Hal : Permohonan Keterangan Status Wajib Pajak

Kepada Yth.
Kepala KPP...................................... 2)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ..........................................3)
NPWP : ..........................................4)
Jabatan : ..........................................5)
Alamat : ..........................................6)
Nomor Telepon : ..........................................7)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

: Wakil Wajib Pajak/Kuasa *)

Dari Wajib Pajak


Nama : ....................................8)
NPWP : ....................................9)
Alamat : ....................................10)
Mengajukan permohonan untuk memperoleh Keterangan Status Wajib Pajak untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan layanan publik tertentu dari ........................ 11) untuk
layanan publik.............................12).

Demikian permohonan ini kami sampaikan.

............., ....................... 13)

...................................... 14)

*) dalam hal kuasa harus dilampirkan surat kuasa khusus

369 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


105. Formulir Surat Permintaan Pelaksanaan Mutual Agreement Procedure

DEPARTEMEN KEUANGAN RI
FORM HPI-01
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Yth. Direktur Jenderal Pajak


melalui Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Yang tersebut di bawah ini:


Nama WP : ....................................
NPWP : ....................................
Alamat : ....................................

bersama ini mengajukan permohonan untuk melakukan persetujuan bersama dengan negara:
........................... untuk kesalahan penerapan P3B/perbedaan interpretasi P3B1).

Permasalah yang akan diajukan:


(A) (B) (C) (D) (E)
Jenis penghasilan Kegiatan di negara Ditetapkan oleh negara Nilai Alasan6)
mitra P3B melalui mitra P3B4) Ketetapan5)
BUT3)
Laba usaha
Selain laba usaha2)

Bersama ini dilampirkan:


1. Ketetapan pajak negara mitra
2. Kontrak ....................................
3. Dokumen pendukung (....................................)
4. Penjelasan Wajib Pajak

Formulir ini diisi dengan benar dan didukung data yang lengkap.

....................................
Pemohon

_______________

Tembusan :
Direktur Hubungan Perpajakan Internasional

1) coret salah satu


2) harap diisi jenis penghasilan apa
(contoh: dividen/royalti/interest/penghasilan dari hubungan kerja dll)
3) ya/tidak
4) ya/tidak
5) diisi jika kolom (C) dijawab "ya"
6) dijelaskan secara singkat tentang kesalahan penerapan P3B yang dilakukan negara mitra

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 370


106. Format Permohonan Legalisasi Fotokopi Surat Keterangan Bebas
Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

371 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


107. Formulir Penelitian SSP atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 372


108. Contoh Format Formulir Permohonan Informasi Publik

373 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


109. Format Surat Permohonan Izin Praktik Konsultan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 374


110. Format Surat Permohonan Izin Praktik Konsultan Pajak Bagi Konsultan
Pajak yang Pernah Mengabdikan Diri Sebagai Pegawai atau Pensiunan
DJP

FORMAT SURAT PERMOHONAN IZIN PRAKTIK KONSULTAN PAJAK BAGI


KONSULTAN PAJAK YANG PERNAH MENGABDIKAN DIRI SEBAGAI PEGAWAI DI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK ATAU PENSIUNAN PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK:

Nomor : ........................... (1) ...........................


Perihal : Permohonan Izin Praktik Konsultan Pajak

Yth. Direktur Jenderal Pajak


di Jakarta
Yang bertandatangan di bawah ini:
1. Nama : ........................... (2) ...........................
2. Tempat dan tanggal lahir : ........................... (3) ...........................
3. Nomor Induk Pegawai : ........................... (4) ...........................
4. Pangkat dan golongan terakhir : ........................... (5) ...........................
5. Masa kerja : ........................... (6) ...........................
(dari tahun ....... s.d. tahun ........)
6. Jabatan terakhir : ........................... (7) ...........................
7. Nomor Kartu Tanda Penduduk : ........................... (8) ...........................
8. Nomor Pokok Wajib Pajak : ........................... (9) ...........................
9. Alamat rumah : ........................... (10) ...........................
10. Nomor telepon : ........................... (11) ...........................

dengan ini mengajukan permohonan penerbitan. Izin Praktik Konsultan Pajak. Untuk
melengkapi permohonan di atas, bersama ini saya lampirkan:
1. daftar riwayat hidup/pengalaman kerja dan riwayat pendidikan;
2. fotokopi Sertifikat Konsultan Pajak yang telah dilegalisasi oleh Panitia Penyelenggara
Sertifikasi Konsultan Pajak;
3. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
4. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran 2x3 cm sebanyak 3
(tiga) lembar;
5. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
6. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
7. surat pernyataan tidak terkait dengan pekerjaan atau jabatan pada
Pemerintah/Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
8. fotokopi surat keputusan keanggotaan Asosiasi Konsultan Pajak yang telah
dilegalisasi oleh Ketua Umum Asosiasi Konsultan Pajak;
9. fotokopi surat keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
atas permintaan sendiri atau surat keputusan pensiun; dan
10. surat pernyataan komitmen untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.

...... (12) ......, ............ (13) .........


Pemohon

(14)

(................ (2) ................)

375 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


111. Format Surat Permohonan Peningkatan Izin Praktik Konsultan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 376


112. Format Surat Permohonan Perpanjangan Masa Berlaku Kartu Izin
Praktik

377 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


113. Format Surat Permohonan Pendaftaran Asosiasi Konsultan Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 378


114. Format Surat Pendaftaran Ulang Izin Praktik Konsultan Pajak

379 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


115. Format Surat Keberatan

FORMAT SURAT KEBERATAN

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Pengajuan Keberatan

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)
bersama ini mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak (skp)/pemotongan atau pemungutan
oleh pihak ketiga*):
Jenis surat : .................................................. (13)
Nomor dan tanggal : .................................................. (14)
Jenis Pajak : .................................................. (15)
Masa/Tahun Pajak : .................................................. (16)
Alasan pengajuan keberatan (17):
1. Sengketa ....................................................................................................................................
Alasan keberatan dan jumlah menurut Wajib Pajak....................................................................
2. Sengketa ....................................................................................................................................
Alasan keberatan dan jumlah menurut Wajib Pajak ...................................................................
3. .............................................................................................................................................dst.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka:


a. Jumlah pajak yang terutang menurut surat ketetapan pajak/pemotongan atau pemungutan*)
sebesar .................................................................................. (18)
b. Jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak sebesar: ............................ (19)
c. Jumlah pajak yang terutang yang disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sebesar:
............................................................................................................................................ (20)
d. Jumlah yang telah dilunasi sebesar ........................... (21) tanggal ............................ (22) pada
bank/pos persepsi ............................. (23) dengan NTPN ............................. (24)

Lampiran: (25)
No. Jenis Dokumen Set/Lembar

Demikian surat keberatan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.


Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

.................................. (26)

Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat pengajuan keberatan ditandatangani oleh
kuasa harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 380


116. Format Surat Permohonan Pencabutan Pengajuan Keberatan

FORMAT SURAT PERMOHONAN PENCABUTAN PENGAJUAN KEBERATAN

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Permohonan Pencabutan Pengajuan Keberatan

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)

bersama ini mengajukan pencabutan atas Surat Keberatan:


Nomor dan tanggal : .................................................. (13)
Perihal surat : .................................................. (14)
Penandatangan : .................................................. (15)
Bertindak selaku : .................................................. (16)
Alasan pencabutan pengajuan keberatan:
1. ............................................................................................................................
2. ............................................................................................................................
3. ............................................................................................................... dst. (17)
Demikian surat permohonan pencabutan atas pengajuan keberatan kami sampaikan untuk dapat
disetujui.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

.................................. (18)
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Kepala Kanwil DJP ........ (19)

Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) : Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) : Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat pengajuan keberatan ditandatangani oleh
kuasa harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

381 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


117. Format Surat Permohonan Pembetulan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 382


118. Format Surat Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi

FORMAT SURAT PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI:

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Permohonan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)

bersama ini mengajukan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)/Surat Tagihan Pajak (STP)*):
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)

Alasan permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi:


.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)

Berdasarkan hal tersebut di atas, dengan ini dimohon pengurangan/penghapusan sanksi


administrasi menjadi sebesar Rp ............................................................................................ (17).
Sehubungan dengan permohonan tersebut, kami informasikan bahwa kami telah membayar pajak
yang terutang sebesar Rp ................................. (18) tanggal .................................. (19) pada bank
................................. (20) dengan NTPN ........................................ (21).
Sebagai kelengkapan permohonan, terlampir disampaikan: (22)
No. Jenis Dokumen Set/Lembar

Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

(23)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

383 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


119. Format Surat Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

FORMAT SURAT PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK


YANG TIDAK BENAR:

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)

bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang
tidak benar atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan/Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar/Surat Ketetapan Pajak Nihil*):
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)

Alasan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar:
.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)

Berdasarkan hal tersebut di atas, perhitungan pajak yang masih harus dibayar/jumlah rugi*)
menurut kami adalah sebesar Rp .............................................................................................. (17).

Sebagai kelengkapan permohonan, terlampir disampaikan: (18)


No. Jenis Dokumen Set/Lembar

Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

(19)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 384


120. Format Surat Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Tagihan Pajak yang Tidak Benar
FORMAT SURAT PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT TAGIHAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR:

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat Tagihan
Pajak yang Tidak Benar

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)

bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang
tidak benar atas Surat Tagihan Pajak:
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)

Alasan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar:
.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)

Berdasarkan hal tersebut di atas, dengan ini dimohon pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan
Pajak yang tidak benar menjadi sebesar Rp ............................................................................... (17).

Sebagai kelengkapan permohonan, terlampir disampaikan: (18)


No. Jenis Dokumen Set/Lembar

Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

(19)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

385 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


121. Format Surat Permohonan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Hasil
Pemeriksaan

FORMAT SURAT PERMOHONAN PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK HASIL PEMERIKSAAN


ATAU VERIFIKASI:

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Permohonan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Hasil
Pemeriksaan atau Verifikasi

Yth. Direktur Jenderal Pajak


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)

bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang
tidak benar atas Surat Tagihan Pajak:
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)

Alasan permohonan pembatalan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan atau verifikasi karena
surat ketetapan pajak diterbitkan tanpa:
penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau surat pemberitahuan hasil
verifikasi.
pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi dengan Wajib
Pajak.
Dengan uraian sebagai berikut:
.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)

Sebagai kelengkapan permohonan, terlampir disampaikan: (17)


No. Jenis Dokumen Set/Lembar

Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

(19)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 386


122. Contoh Format Permintaan Pengurangan Denda Administrasi PBB

387 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 388
123. Contoh Format Surat Permohonan Pengurangan SPPT atau SKP PBB
Yang Tidak Benar

389 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 390
124. Contoh Format Surat Permohonan Pembatalan SPPT, SKP PBB, atau
STP PBB Yang Tidak Benar

391 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 392
125. Contoh Format Surat Permohonan Pengurangan PBB

PERMOHONAN PENGURANGAN PBB

Nomor : ............................... (1) ................................ (2)


Lampiran : ............................... (3)
Hal : Permohonan Pengurangan PBB

Yth. Menteri Keuangan


u.b. Kepala KPP ...............................
...................................................... (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ................................................ (5)
NPWP : ................................................ (6)
Jabatan : ................................................ (7)
Alamat : ................................................ (8)
Nomor Telepon : ................................................ (9)
Bertindak selaku : Wajib Pajak Wakil Kuasa

dari Wajib Pajak :


Nama : ................................................ (10)
NPWP : ................................................ (11)
Alamat : ................................................ (12)

Atas Objek Pajak :


NOP : ................................................ (13)
Alamat Objek Pajak : ................................................ (14)

bersama ini mengajukan permohonan Pengurangan PBB yang tercantum


dalam SPPT/SKP PBB/STP PBB *):
Nomor : ................................................ (15)
Tanggal : ................................................ (16)
Tahun Pajak : ................................................ (17)
PBB Terhutang : Rp............................................ (18)
Besarnya Pengurangan PBB : ................................................ (19)

Alasan permohonan pengurangan PBB:


......................................................................................................................
............................................................................................................... (20)

Sebagai kelengkapan permohonan, terlampir disampaikan:


1. Fotokopi SPPT/SKP PBB/STP PBB *) yang diajukan Pengurangan PBB;
2. Surat kuasa khusus dari Wajib Pajak dalam hal dikuasakan;
3. Fotokopi laporan keuangan atau fotokopi dokumen pencatatan yang
dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh sebelum tahun pengajuan
permohonan Pengurangan PBB*);
4. Fotokopi dokumen pendukung yang menunjukkan Wajib Pajak
mengalami kesulitan likuiditas pada tahun sebelum tahun pengajuan
permohonan Pengurangan PBB;

393 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


5. Surat pernyataan Wajib Pajak yang menyatakan bahwa objek pajak
terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa**);
6. Surat keterangan dari instansi terkait sebagai bukti pendukung yang
menyatakan bahwa objek pajak terkena bencana alao atau sebab lain
yang luar biasa**); dan/atau
7. Dokumen pendukung berupa:
a. ................................................;
b. ................................................;
c. dst. (21)

Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)

(22)

......................................

Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi dengan pilihan yang sesuai.
3. **) Dilampiri dalam hal Pengurangan PBB terhadap objek pajak yang
terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 394


126. Format Surat Permohonan Pengembalian atas Kelebihan Pembayaran
Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang

395 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 396
127. Format Surat Kuasa Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang Bagi Orang Pribadi atau Badan yang Tidak
Diwajibkan Memiliki NPWP

397 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


128. Format Surat Permohonan Pengembalian atas Kelebihan Pembayaran
Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang Bagi SPLN yang Tidak Memiliki
BUT di Indonesia

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 398


399 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
129. Format Surat Kuasa Bagi SPLN yang Tidak Memiliki BUT di Indonesia
Kepala Pemotong atau Pemungut

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 400


401 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN
130. Format Surat Penunjukan Nomor Rekening Bank di Indonesia

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 402


131. Formulir Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

403 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


132. Formulir Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 404


133. Permintaan Pencabutan Sertifikat Elektronik

405 DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN


TIM PENYUSUN
DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN

Pengarah:
Hantriono Joko Susilo
Ferliandi Yusuf

Koordinator:
Leidra Darman Pandapotan Siregar
Dadang Setiana

Tim Penyusun:
Alpha Nur Setyawan Pudjono
Aprisal W. Malale
Arief Sutopo
Ferry Rahmadadhi
Hadiyani Zahra
Ika Lisdiyantari
Ikhsan Tanjung
Iqbal Fadillah
Maraha Sufitra
Novita Eri Kristanti
Rakhmani Widyakusuma
Ridlo Miftakhul Dhiqi
Roslinda Siagian
Ruben Christian Lumban Tobing
Rudyansah Wisnu Indarto
Wardinto

Editor:
Subdirektorat Pengembangan Pelayanan

DIREKTORI LAYANAN PERPAJAKAN 406

Anda mungkin juga menyukai