Buku De-La-Pan Print - 0 PDF
Buku De-La-Pan Print - 0 PDF
LAYANAN
PERPAJAKAN
Edisi 2017
Penyusun
A. KATA PENGANTAR..........................................................i
B. DAFTAR ISI.................................................................... iii
C. DAFTAR LAMPIRAN......................................................xi
D. PENDAFTARAN............................................................... 1
1. Pendaftaran NPWP..................................................................... 3
2. Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena
Pajak................................................................................................. 6
3. Pemberitahuan KLU.................................................................... 7
4. Pemindahan Wajib Pajak........................................................... 8
5. Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak................................................................................................. 9
6. Penetapan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non
Efektif...............................................................................................11
7. Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif.................12
8. Cetak Ulang Kartu NPWP/SKT/SPPKP...............................12
9. Aktivasi EFIN................................................................................14
10. Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak.................................15
11. Cetak Ulang Kode Aktivasi......................................................16
12. Sertifikat Elektronik....................................................................16
13. Surat Kuasa Khusus....................................................................17
E. PEMBUKUAN/PENCATATAN......................................19
1. Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan
Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,
Pemekaran, atau Pengambilalihan Usaha..........................21
2. Izin Menyelenggarakan Pembukuan dalam Bahasa
Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat..............22
3. Pemberitahuan Menyelenggarakan Pembukuan Dalam
Bahasa Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat....25
4. Izin Menyelenggarakan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Indonesia dan Satuan Mata Uang
Rupiah............................................................................................ 27
5. Perubahan Metode Pembukuan...........................................28
6. Perubahan Tahun Buku Pertama..........................................28
7. Perubahan Metode Pembukuan dan/atau Tahun Buku
Kedua, dan Seterusnya............................................................29
1. Pendaftaran NPWP
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak untuk memperoleh
NPWP sebagai sarana dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan.
Prosedur
Wajib Pajak melakukan:
a. penyampaian permohonan secara tertulis dilakukan secara
langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi
atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/Layanan di
Luar Kantor sesuai wilayah kerja; atau
b. penyampaian secara elektronik melalui sistem e-registration
(https://ereg.pajak.go.id).
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
3. Pemberitahuan KLU
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan perubahan data Wajib Pajak (KLU) melalui Tempat
Pelayanan Terpadu di KPP.
Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan perubahan
data ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-233/PJ/2012
tentang Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak s.t.d.d. Keputusan
Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
sesuai wilayah kerja (KPP Terdatar Lama atau KP2KP (teruskan).
Wajib Pajak Orang Pribadi dapat mengajukan ke KPP Baru.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
Prosedur
Wajib Pajak melakukan penyampaian permohonan secara tertulis
dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa ekspedisi atau jasa kurir dan disampaikan ke KPP/KP2KP/
Layanan di Luar Kantor sesuai wilayah kerja.
Persyaratan
a. formulir permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non
Efektif;
b. SPT Masa/Tahunan atau bukti pembayaran pajak atau
dokumen yang menyatakan kegiatan usaha/pekerjaan bebas.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan melalui TPT pada KPP atau KP2KP
menggunakan surat permohonan secara tertulis yang
ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa
dari Wajib Pajak.
Catatan:
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan
cetak ulang kartu NPWP, SKT, dan atau SPPKP adalah sama dengan
dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan
pendaftaran NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP. Khusus
Cetak Ulang Kartu NPWP cukup hanya dengan menunjukkan KTP
orang pribadi bersangkutan dan dapat dimohonkan tidak hanya
pada KPP Terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
9. Aktivasi EFIN
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak untuk melakukan aktivasi
EFIN agar Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri pada layanan pajak
secara daring (online) dan melakukan transaksi elektronik dengan
Direktorat Jenderal Pajak.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan Formulir Permohonan Aktivasi EFIN
dengan mendatangi secara langsung KPP terdekat, Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
terdekat dan lokasi lain yang ditentukan oleh KPP atau KP2KP.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2015
tentang Pengamanan Transaksi Elektronik Layanan Pajak
Online; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-80/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-41/PJ/2015 tentang Pengamanan Transaksi
Elektronik Layanan Pajak Online.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan melalui KPP PKP tempat
dikukuhkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Prosedur
PKP mengajukan permohonan secara tertulis ke KPP tempat PKP
dikukuhkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password,
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat
Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan
Nomor Seri Faktur Pajak.
Prosedur
PKP mengajukan permohonan secara tertulis ke KPP tempat
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-69/PJ/2015
tentang Pemberian dan Pencabutan Sertifikat Elektronik.
Prosedur
Penyampaian surat kuasa khusus dilakukan:
a. sebelum pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan kewajiban
perpajakan tertentu yang dikuasakan; atau
b. bersamaan dengan pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan
kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.03/2014
tentang Persyaratan Serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Seorang Kuasa; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2/PJ/2017
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 229/PMK.03/2014 tentang Persyaratan Serta
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa.
PEMBUKUAN/
PENCATATAN
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke Kantor Wilayah atau
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 6 (enam) bulan
setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan usaha dilakukan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2017 tentang
Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan Harta
dalam rangka Penggabungan, Peleburan, Pemekaran atau
Pengambilalihan Usaha;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/
PJ./2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian lzin
Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka
Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku Atas
Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan,
atau Pemekaran Usaha.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar:
a. untuk Wajib Pajak yang terikat perjanjian dengan pemerintah,
permohonan diajukan paling lama paling lambat 1 (satu) tahun
sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/
PMK.03/2015 atau 1 (satu) tahun sejak berakhirnya perjanjian
dengan Pemerintah
b. untuk Wajib Pajak selain yang terikat dengan perjanjian
pemerintah, permohonan diajukan paling lambat 3 (tiga)
bulan:
1) sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat tersebut dimulai; atau
2) sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar:
a. sejak tanggal pendirian dalam hal Wajib Pajak yang sejak
pendiriannya telah menyelenggarakan pembukuan dengan
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah melalui KPP Terdaftar paling lama 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan satuan mata uang Rupiah tersebut dimulai.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP terdaftar.
Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-40/PJ.42/1998
tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-208/PJ/1998 tanggal 6 Oktober 1998.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-14/PJ.313/1991
tentang Petunjuk Penerbitan Keputusan Persetujuan/Penolakan
Permohonan Perubahan Tahun Buku/Tahun Pajak dari Wajib Pajak.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan ke Kantor Wilayah DJP melalui KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan Tahun Berjalan;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-14/
PJ.313/1991 tentang Petunjuk Penerbitan Keputusan
Persetujuan/Penolakan Permohonan Perubahan Tahun Buku/
Tahun Pajak dari Wajib Pajak.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan s.t.d.t.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2015
tentang Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian,
Pembatalan, Serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2015
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-23/PJ/2015 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin
Menyelenggarakan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa
Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar atau Kepala Kantor Wilayah DJP.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara langsung atau
melalui pos/jasa ekspedisi kepada Kepala KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar atau Kepala Kantor Wilayah DJP paling lama 3
(tiga) bulan setelah tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat dimulai.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan pembatalan sebelum
tahun pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin dimulai.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain
Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
PEMBAYARAN
KARTU
BAYAR
SPT
1. Kode Billing
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak untuk melakukan
pembuatan Kode Billing agar Wajib Pajak dapat melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak sesuai dengan kewajiban dan
peruntukannya.
Prosedur
Wajib Pajak dapat melakukan pembuatan Kode Billing melalui:
a. aplikasi Billing DJP (billing-djp, sse.pajak.go.id, sse2.pajak.
go.id, sse3.pajak.go.id); atau
b. layanan, produk, aplikasi, atau sistem penerbitan Kode Billing
yang terhubung dengan Sistem Billing Direktorat Jenderal
Pajak yang disediakan oleh Bank/Pos Persepsi dan pihak
lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, meliputi
perusahaan Application Service Provider dan Perusahaan
Telekomunikasi (Petugas Bank/Pos Persepsi, Kring Pajak, SMS
ID Billing, Internet Banking).
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.05/2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/
PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara secara
Elektronik; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 05/PJ/2017 tentang
Pembayaran Pajak secara Elektronik.
Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP
terdaftar.
Peraturan Terkait
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ./2000 tentang
Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Pajak
Berjalan dalam Hal-Hal Tertentu.
Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008
tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan
Dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri Oleh
Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib
Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan
Ketentuan Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala
Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu s.t.d.d
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.03/2009; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan
Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak
Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru,
Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk
Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan Ketentuan
Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.
Prosedur
Permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang membawahi
KPP tempat Perusahaan terdaftar (KPP Domisili).
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan
Perpajakan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 56/PJ/2009
tentang Penyampaian dan Penegasan Atas Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan.
6. Pemindahbukuan (Pbk)
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan untuk memindahbukukan penerimaan pajak untuk
dibukukan pada penerimaan pajak yang sesuai.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan secara
langsung ke KPP tempat pembayaran diadministrasikan atau
melalui pos atau jasa pengiriman dengan bukti pengiriman surat
ke KPP tempat pembayaran diadministrasikan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-522/PJ./2002
tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pemindahbukuan atas
Kekeliruan Pembayaran Pajak Penghasilan dalam Mata Uang
Dollar Amerika Serikat; dan
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah
Bea Meterai yang akan dialihkan.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122d/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Sistem
Komputerisasi.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah
Bea Meterai yang akan dialihkan.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122c/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi
Percetakan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan surat permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.
SPT
Prosedur
Wajib Pajak yang memiliki kewajiban pelaporan SPT Masa PPh
Pasal 21 seperti Bendahara, Orang Pribadi, atau Pemberi Kerja
menyampaikan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif
Pemotongan dan Pengenaan PPh Pasal 21 atas Penghasilan
yang Menjadi Beban APBN atau APBD;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-262/PMK.03/2010
tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pejabat
Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya
atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-252/PMK.03/2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi;
d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-215/PJ/2001
tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013
tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26;
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi; dan
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-34/PMK.010/2017
tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-253/PMK.03/2008
tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut
Pajak dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong
Mewah s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-90/
PMK.03/2015;
Prosedur
Pihak pemotong PPh Pasal 23 seperti badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha
Tetap (BUT), perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk
Direktur Jenderal Pajak atau Penerima penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 23 seperti Wajib pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha
Tetap (BUT) menyampaikan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh
dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-251/PMK.03/2008
tentang penghasilan atas jasa keuangan yang dilakukan oleh
badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/
atau pembiayaan yang tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal
23;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23 dan/atau Pasal
26 Serta Bukti Pemotongan/Pemungutannya;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik; dan
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2017
tentang Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23
dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26.
Prosedur
Wajib Pajak yang angsuran PPh Pasal 25 nihil menyampaikan SPT
Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh
dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 243 TAHUN 2014
tentang Surat Pemberitahuan;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ./2008
tentang Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 25; dan
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.
Prosedur
Pihak yang menerima penghasilan yaitu:
a. Perusahaan Pelayaran dalam negeri/internasional;
b. Perusahaan penerbangan dalam negeri/internasional;
c. Perusahaan Asuransi Luar Negeri;
d. Perusahaan pengeboran migas dan panas bumi
e. Perusahaan dagang asing;
f. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-
guna-serah atau ‘build-operate-transfer’ (BOT),
menyampaikan SPT Masa:
a. secara langsung;
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh
dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-251/PMK.03/2008
tentang Penghasilan Atas Jasa Keuangan yang Dilakukan
Oleh Badan Usaha yang Berfungsi Sebagai Penyalur Pinjaman
dan/atau Pembiayaan yang Tidak Dilakukan Pemotongan PPh
Pasal 23 ;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa
Prosedur
Wajib Pajak Badan, orang pribadi, pihak-pihak yang ditunjuk
sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat 2 adalah koperasi,
penyelenggara kegiatan, otoritas bursa, dan bendaharawan,
menyampaikan SPT Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan s.t.d.d Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002;
b. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996
tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan atau
Bangunan s.t.d.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/
KMK.03/2002;
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008
tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan
Prosedur
Pengusaha Kena Pajak yang yang tidak menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan pajak masukan, menyampaikan SPT
Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Prosedur
Pengusaha Kena Pajak yang yang tidak menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan pajak masukan, menyampaikan SPT
Masa:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2011
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN) s.t.d.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/
PJ/2013
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2010
tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai SPT
Masa PPN) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan s.t.d.d.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2013.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik; dan
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak dan perubahannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor 17 Tahun 2014.
Prosedur
Bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-147/PJ/2006
tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN) Bagi Pemungut PPN
Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan secara
langsung atau melalui pos dengan bukti pengiriman surat.
Peraturan Terkait
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan s.t.d.t.d. Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan; dan
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan.
Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan:.
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.
Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.
Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunan secara
langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau dengan
cara lain (e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya).
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
Prosedur
Wajib Pajak badan menyampaikan SPT Tahunan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.
Prosedur
Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan menyampaikan SPT
Tahunan Pembetulan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data
dan Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.01/2012;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 172/PMK.01/2012;
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010
tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
Beserta Petunjuk Pengisiannya s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2015;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2016
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan;
dan
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2017
tentang Surat Pemberitahuan Elektronik.
Prosedur
Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan Norma
Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 tentang
Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. e-filling, ASP dan saluran tertentu lainnya.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-243/PMK.03/2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT); dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2009
tentang Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan
Surat Pemberitahuan Tahunan.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan pengungkapan ketidakbenaran Surat
Pemberitahuan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nornor 17/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pemeriksaan s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2015.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada:
a. Kepala Kantor Wilayah DJP dalam hal pemeriksaan dilakukan
oleh Pemeriksa Pajak pada KPP atau Kantor Wilayah DJP; atau
b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal pemeriksaan
dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Direktorat Pemeriksaan
dan Penagihan,
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
penandatanganan risalah pembahasan dan ditembuskan kepada
kepala unit pelaksana pemeriksaan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2016
tentang Kebijakan Pemeriksaan.
Prosedur
Orang pribadi atau badan selaku Wajib Pajak yang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan menyampaikan pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan kepada kepala KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar atau tempat Objek Pajak diadministrasikan dan
tembusannya kepada kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti
Permulaan.
Jangka Waktu
-
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana
di Bidang Perpajakan; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 23/PJ/2015
tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
dengan tembusan Direktur Jenderal Pajak.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.03/2016 tentang
Tata Cara Permintaan Penghentian Penyidikan Tindak Pidana
di Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2016
tentang Penegasan Mengenai Pejabat yang Ditunjuk Oleh
Direktur Jenderal Pajak Untuk Memberikan Informasi Tertulis
Dalam Rangka Penghentian Penyidikan Tindak Pidana di
Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan Negara.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan izin kepada Kepala KPP
yang wilayah kerjanya meliputi domisili atau tempat tinggal Wajib
Pajak.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke Kepala KPP tempat surat
izin pembubuhan diterbitkan.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2008
tentang Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/
PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke Kepala KPP tempat Surat
izin pembubuhan diterbitkan.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2008
tentang Penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/
PJ/2010 tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan
Meterai Digital; dan
Prosedur
Permohonan izin disampaikan kepada Kepala KPP yang wilayah
kerjanya meliputi domisili atau tempat tinggal Wajib Pajak.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122d/PJ./2000
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui Kepala KPP pelaksana pembubuhan.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122c/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Teknologi
Percetakan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/
PJ.53/2006 tentang Pembubuhan Tanda Bea Meterai dengan
Teknologi Percetakan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui Kepala KPP Pelaksana Pembubuhan.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000
tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara
Lain;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122c/PJ./2000
tentang Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan
Membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Teknologi
Percetakan; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2013
tentang Pelaksana Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas
Dengan Teknologi Percetakan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009
tentang Penyediaan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh
Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk
Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu dan yang Berkaitan
dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto Pemberi Kerja; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-51/PJ/2009
tentang Tata Cara Pemberian dan Penetapan Besaran Kupon
Makanan dan/atau Minuman Bagi Pegawai, Kriteria dan Tata
Cara Penetapan Daerah Tertentu, dan Batasan Mengenai
Sarana dan Fasilitas di Lokasi
Prosedur
Wajib Pajak atau kuasanya mengajukan surat permohonan
penetapan sebagai Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu ke KPP
tempat Wajib Pajak domisili terdaftar melalui Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) paling lambat tanggal 10 Januari pada tahun
penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang
Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib
Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2012
tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan
Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Prosedur
PKP mengajukan surat permohonan penetapan sebagai Pengusaha
Kena Pajak berisiko rendah tempat dikukuhkan sebagai PKP paling
lambat 15 (lima belas) hari kerja sebelum dimulainya Masa Pajak
PKP ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 tentang
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah yang Diberikan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2010 tentang
Tata Cara Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah;
dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-144/PJ/2010
tentang Penegasan Tata Cara Penetapan Pengusaha Kena
Pajak Berisiko Rendah dan Tata Cara Pengembalian Kelebihan
Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak Berisiko
Rendah.
Prosedur
Pengusaha Kena Pajak mengajukan permohonan sebagai
Pengusaha Kena Pajak Toko Retail dengan cara melakukan
pendaftaran melalui aplikasi VAT Refund for Tourists.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2010 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permintaan Kembali
Pajak Pertambahan Nilai Barang Bawaan Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri s.t.d.t.d Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 100/PMK.03/2013; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Kewajiban Pengusaha
Kena Pajak Toko Retail serta Pengelolaan Administrasi
Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Kepada Orang Pribadi
Pemegang Paspor Luar Negeri.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak
Penghasilan dalam Tahun Berjalan;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.010/2015
tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/
PMK.010/2016; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2011
tentang Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi
Secara Komersial bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-45/PJ/2010
tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat atau
Lebih Sebagai Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang.
Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan Perubahannya yang Melakukan Usaha di Bidang
Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan; dan
Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2013
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Tempat Pelaporan
Usaha Bagi Wajib Pajak Sebagai Pengusaha yang Dikenai
Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
Madya s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
15/PJ/2016;
Prosedur
PKP menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan tembusan kepada Kepala KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan
dipusatkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2010
tentang Penetapan Satu Tempat atau Lebih Sebagai Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2012
tentang Tempat Pendaftaran dan/atau Pelaporan Usaha Bagi
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan secara tertulis melalui
KPP terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan
Perpajakan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 56/PJ/2009
tentang Penyampaian dan Penegasan Atas Pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/
PJ/2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak yang
bersangkutan terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang
Jenis-Jenis Harta yang Termasuk Dalam kelompok Harta
Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan dan Penetapan Masa Manfaat
yang Sesungguhnya atas Harta Berwujud bukan Bangunan
untuk Keperluan Penyusutan.
Prosedur
Permohonan untuk mendapatkan fasilitas PPh diajukan oleh Wajib
Pajak kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan
pengajuannya dilakukan sebelum saat mulai berproduksi secara
komersial.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang
Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu s.t.d.d
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu Serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi
Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Diberikan Fasilitas
Pajak Penghasilan;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan,
Penetapan Realisasi Penanaman Modal, Penyampaian
Kewajiban Pelaporan, dan Pencabutan Keputusan Persetujuan
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak
yang Melakukan Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2015
tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan, Penetapan Realisasi
Penanaman Modal, Penyampaian Kewajiban Pelaporan, dan
Pencabutan Keputusan Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Wajib Pajak yang Melakukan Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-
Daerah Tertentu.
Prosedur
Wajib Pajak harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang
Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu s.t.d.d
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah-Daerah Tertentu Serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi
Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Diberikan Fasilitas
Pajak Penghasilan;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan,
Penetapan Realisasi Penanaman Modal, Penyampaian
Kewajiban Pelaporan, dan Pencabutan Keputusan Persetujuan
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Wajib Pajak
yang Melakukan Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2015
tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-41/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan, Penetapan Realisasi
Penanaman Modal, Penyampaian Kewajiban Pelaporan, dan
Pencabutan Keputusan Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan Untuk Wajib Pajak yang Melakukan Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-
Daerah Tertentu.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu s.t.d.d. Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000;
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKF secara langsung KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tentang
Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure)
Layanan Unggulan Kementerian Keuangan s.t.d.t.d Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.01/2015; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2014
tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Fiskal.
Prosedur
Bakal calon kepala daerah mengajukan permohonan kepada
Kepala KPP di mana bakal calon kepala daerah terdaftar sebagai
Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-55/PJ/2015
tentang Tata Cara Pemberian Layanan Terkait Dengan PErsyaratan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bakal Calon Kepala
Daerah.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari
Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Oleh
Pihak Lain s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER- 21/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2011
tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan
Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
Penghasilan Oleh Pihak Lain.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan
Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang
Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010
tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan
Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di
Bidang Lain s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2015.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat dana
pensiun terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001
tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito
dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.010/2016; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2013
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito dan
Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang
Diterima atau Diperoleh dana Pensiun yang Pendiriannya Telah
Disahkan Oleh Menteri Keuangan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP orang pribadi
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang
Tata Cara Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas
Tanah dan/ atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2009
tentang Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Kewajiban
Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan SKB ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009
tentang Pelaksanaan ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Kepala KPP tempat Wajib Pajak menyampaikan kewajiban Surat
Pemberitahuan Tahunan.
Prosedur
PKP mengajukan permohonan ke KPP tempat Pengusaha Kena
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 268/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis dan Tata
Cara Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Barang Kena Pajak
Tertentu yang Bersifat Strategis yang Telah Dibebaskan Serta
Pengenaan Sanksi; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2016
tentang Prosedur Pelaksanaan dan Administrasi Pemberian
Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu
yang Bersifat Strategis.
Prosedur
PKP mengajukan permohonan ke KPP tempat Pengusaha Kena
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 268/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pemberian Fasilitas Dibebaskan dari Pengenaan
32. Surat Keterangan Bebas PPN atau PPN dan PPnBM Kepada
Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional Serta
Pejabatnya
Layanan ini diberikan kepada Perwakilan Negara Asing serta
Pejabat Perwakilan Negara Asing yang mengajukan permohonan
pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM kepada berdasarkan asas
timbal balik.
Prosedur
Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya
mengajukan permohonan pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM
kepada Menteri Keuangan melalui Menteri Luar Negeri atau
Menteri Sekretaris Negara sebelum perolehan BKP dan/atau JKP.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Prosedur
Perwakilan Negara Asing, Badan Internasional, Pejabat Perwakilan
Negara Asing, dan/atau Pejabat Badan Internasional penerima
pemindahtanganan BKP atau penerima pengalihmanfaatan
JKP mengajukan permohonan Surat Dispensasi kepada Menteri
Keuangan melalui Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris
Negara sebelum perolehan BKP dan/atau JKP.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara
Asing dan Badan Internasional Serta Pejabatnya s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.010/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-39/PJ/2014
tentang Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Bebas
dan Surat Dispensasi Serta Prosedur Pengembalian Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara
Asing dan Badan Internasional Serta Pejabatnya.
Prosedur
Orang pribadi atau badan yang melakukan impor atau yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari
pengenaan PPnBM mengajukan permohonan sebelum impor atau
penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.011/2014 tentang
Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah dan Tata Cara Pemberian Pembebasan
dari Pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah s.t.d.d
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.010/2017; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-229/PJ/2003
tentang Tata cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan
Serta Pengembalian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas
Impor atau Penyerahan Kendaraan Bermotor.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.011/2014
tentang Jenis Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah dan Tata Cara Pemberian
Pembebasan dari Pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/
PMK.010/2017; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-229/PJ/2003
tentang Tata cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan
Serta Pengembalian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Prosedur
Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus mengajukan
permohonan SKTD kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala
KPP tempat Wajib Pajak terdaftar, bendahara pada Kementerian
Pertahanan, bendahara pada Tentara Nasional Indonesia, atau
bendahara pada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor
dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan
Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait
Alat Angkutan Tertentu; dan
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-78/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa
Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu.
Prosedur
Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus mengajukan
permohonan kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak, bendahara
pada Kementerian Pertahanan, bendahara pada Tentara Nasional
Indonesia, atau bendahara pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor
dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan
Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait
Alat Angkutan Tertentu; dan
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-78/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa
Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu.
Prosedur
Wajib Pajak, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus mengajukan
kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak, bendahara pada
Kementerian Pertahanan, bendahara pada Tentara Nasional
Indonesia, atau bendahara pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor
dan Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan
Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait
Alat Angkutan Tertentu; dan
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 78/PJ/2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa
Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP domisili.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan s.t.d.t.d.
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Nomor 601/
KMK.01/2015;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-8/PJ/20107
tentang Surat Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam
Negeri Indonesia Dalam Rangka Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda;
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2010
tentang Tata Cara Penerbitan Pengesahan dan Pemanfaatan
Surat Keterangan Domisili Bagi Subjek Pajak Dalam Negeri
Indonesia Dalam Rangka Penerapan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-54/PJ/2015
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan.
Prosedur
Orang pribadi atau badan atau kuasanya menyampaikan
permohonan ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah
dan/atau bangunan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.03/2016 tentang
Tata Cara Penyetoran, Pelaporan, dan Pengecualian Pengenaan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.03/2017 tentang
Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Pengalihan Real Estat dalam Skema Kontrak
Investasi Kolektif Tertentu;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-18/PJ/2018
tentang Tata Cara Penelitian Bukti Pemenuhan Kewajiban
Penyetoran Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan atau Perubahan Perjanjian Pengikatan
Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-40/PJ/2017
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-18/PJ/2018 tentang Tata Cara Penelitian
Bukti Pemenuhan Kewajiban Penyetoran Pajak Penghasilan
atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan atau
Perubahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/
atau Bangunan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ/2014
tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password,
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak dan Sertifikat
Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, dan Pengawasan
Nomor Seri Faktur Pajak
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-58/PJ/2015
tentang Tata Cara Penyelesaian Permintaan Data Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik (e-Faktur) yang Rusak atau Hilang.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP/KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi Pemerintah, KPP/
KP2KP tempat Wajib Pajak terdaftar, atau KPP/KP2KP terdekat
dengan lokasi Instansi Pemerintah.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2015
tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Status Wajib Pajak
Dalam Rangka Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak
Atas Layanan Publik Tertentu Pada Instansi Pemerintah; dan
b. Surat Edaran Direktur Jendera Pajak Nomor SE-33/PJ/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak
Atas Layanan Publik Tertentu Pada Instansi Pemerintah.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa,
dan Kegiatan Orang Pribadi; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-36/
PJ.43/2000 tentang Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada
Bukti Potong Pasal 21 atau Pasal 26.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001
tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito
dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia s.t.d.d
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.010/2016; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-286/PJ/2002
tentang Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan PPh Bunga Deposito, Tabungan, Jasa Giro, Dan
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.03/2008 tentang
Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan atas Diskonto Surat
Perbendaharaan Negara;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011 tentang
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan atas Penghasilan atas Bunga Obligasi s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.011/2012;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-18/PJ./2008
tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Penghasilan atas Diskonto Surat Perbendaharaan
Negara; dan
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-171/PJ./2006
tentang Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas
Pembayaran Bunga Kepada Nasabah Pemegang Surat Utang
Negara Obligasi Republik Indonesia (SUN-ORI).
Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2014 tentang
Penggunaan Stempel Tanda Tangan Pada Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan atas Pembayaran Dividen Kepada Para Pemegang
Saham.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar
dengan tembusan kepada Direktur Perpajakan Internasional untuk
diadakan persetujuan bersama dengan mitra P3B.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 240/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama
(Mutual Agreement Procedure);
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Perpajakan
Internasional; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.10/2000
tentang Tata Cara Pelaksanaan Ketentuan Mengenai
Persetujuan Bersama Berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) (Seri P3N No. 24).
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak melalui KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar
dengan tembusan kepada Direktur Perpajakan Internasional untuk
diadakan persetujuan bersama dengan mitra P3B.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.03/2015 tentang Tata
Cara Pembentukan dan Pelaksanaan Kesepakatan Harga Transfer
(Advance Pricing Agreement).
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari
Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan oleh
Pihak Lain s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-21/PJ/2014; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ.2011
tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2011.
Prosedur
Wajib Pajak datang langsung ke KPP yang menerbitkan Surat
Keterangan Bebas.
Peraturan Terkait
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 tentang
Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang Dikenai Pajak Penghasilan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan legalisasi SKD kepada KPP
melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
Peraturan Terkait
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tentang
Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure)
Layanan Unggulan Kementerian Keuangan s.t.d.t.d Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 601/KMK.01/2015;
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan melalui surat permohonan secara tertulis
ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, atau kuasa
dari Wajib Pajak, atas SPPT yang telah diterbitkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-2/PJ/2015
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Untuk sektor Perkebunan,
Sektor Perhutanan, Sektor Pertambangan dan Sektor Lainnya;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-54/PJ/2015
tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedures) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan; dan
Prosedur
Wajib Pajak/PPJK menyampaikan permohonan ke KPP melalui
UPT Kawasan Bebas
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.03/2012 tentang
Tata Cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran,
Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan
Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas;
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.03/2010
tentang Penugasan Pejabat/Pegawai Direktorat Jenderal
Pajak dalam Rangka Pengawasan atas Pemasukan Barang dari
Tempat Lain Dalam Daerah Pabean; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-59/
PJ/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan
Pengadministrasian Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan
Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2007 tentang
Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa
Pajak Dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa.
Prosedur
Pemohon Informasi Publik dapat menyampaikan permohonan
informasi publik di Kantor Wilayah DJP.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 200/PMK.01/2016
tentang Pedoman Layanan Informasi oleh Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi Kementerian Keuangan dan Perangkat
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian
Keuangan.
Prosedur
Konsultan pajak mengisi formulir dan mencetak Surat Permohonan
Izin Praktik Konsultan Pajak pada aplikasi administrasi Konsultan
Pajak, serta menyampaikan Surat Permohonan Izin Praktik
Konsultan Pajak dimaksud kepada Direktur Jenderal Pajak.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 tentang
Konsultan Pajak; dan
b. Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Konsultan Pajak.
Prosedur
Konsultan pajak mengisi formulir dan mencetak Surat Permohonan
Penerbitan Kembali Kartu Izin Praktik Karena Perubahan Data Diri
pada aplikasi administrasi Konsultan Pajak, serta menyampaikan
Surat Permohonan Penerbitan Kembali Kartu Izin Praktik Karena
Perubahan Data Diri kepada Direktur Jenderal Pajak.
Dalam hal salinan Izin Praktik dan/atau Kartu Izin Praktik hilang:
a. Surat Permohonan Penerbitan Kembali Salinan Izin Praktik
dan/atau Kartu Izin Praktik Karena Hilang
b. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih dengan
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar; dan
c. surat keterangan kehilangan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI).
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 tentang
Konsultan Pajak; dan
Prosedur
Konsultan Pajak/ahli waris/pihak luar lainnya yang berhubungan
dengan konsultan pajak mengajukan permohonan pencabutan
Surat Ijin Konsultan Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014 tentang
Konsultan Pajak; dan
b. Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-13/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Konsultan Pajak.
SENGKETA
PAJAK
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan keterangan melalui KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena
Pajak dikukuhkan.
2. Keberatan
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan keberatan dalam hal Wajib Pajak berpendapat
bahwa jumlah rugi dan/atau jumlah pajak yang tertuang dalam
surat ketetapan pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak
oleh pihak ketiga tidak sebagaimana mestinya.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan secara langsung, melalui
pos dengan bukti pengiriman surat atau dengan cara lain ke KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak
dan Kepala Kantor Wilayah DJP yang merupakan atasan Kepala
KPP.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan keterangan melalui KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena
Pajak dikukuhkan.
Peraturan Terkait
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pembetulan; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor SE-41/PJ/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembetulan.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan
melalui:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat atau e-filing.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang
Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-17/PJ/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pengurangan denda
administrasi PBB kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala
KPP dengan cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pengurangan SPPT atau
SKP PBB yang tidak benar kepada Direktur Jenderal Pajak melalui
Kepala KPP dengan cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2017 tentang
Pengurangan Denda Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan,
Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak
Benar; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi
dan Bangunan Yang Tidak Benar s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2012.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pembatalan SPPT, SKP
PBB, atau STP PBB yang tidak benar kepada Direktur Jenderal
Pajak melalui Kepala KPP dengan cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2017 tentang
Pengurangan Denda Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan,
Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak
Benar; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi
dan Bangunan Yang Tidak Benar s.t.d.t.d. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2012.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permintaan pengurangan PBB kepada
Menteri Keuangan dan disampaikan melalui Kepala KPP dengan
cara:
a. langsung;
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat secara
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2017 tentang
Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-46/PJ./2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-77/PJ/2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
Prosedur
Permohonan diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.
Jangka Waktu
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterima
permohonan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-25/PJ.2012
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengangsuran dan Penundaan
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan kepada Kepala KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran dengan menggunakan surat
permohonan perpanjangan jangka waktu pelunasan.
Jangka Waktu
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.
Prosedur
Permohonan disampaikan ke KPP Pratama tempat objek pajak
terdaftar.
Persyaratan
a. surat permohonan tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mencantumkan besarnya pengembalian yang dimohon
disertai alasan yang jelas; dan
b. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat
Tagihan Pajak PBB (STP PBB), atau SKP PBB, dan bukti
pembayaran PBB yang sah.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2011 tentang
Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PBB;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ/2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.03/2011 tentang Permohonan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan nomor rekening ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2011 tentang
Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PBB;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ/2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.03/2011 tentang Permohonan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP atau KP2KP
tempat Wajib Pajak diadministrasikan dengan cara memberi tanda
pada Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar restitusi
atau dengan cara mengajukan surat tersendiri.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak; dan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-406/PJ/2001
tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak s.t.d.d. KEP-359/PJ/2003.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke KPP atau KP2KP
tempat Wajib Pajak diadministrasikan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.03/2013 tentang
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Bagi
Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-12/PJ/2014
tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi
Persyaratan Tertentu.
Prosedur
PKP menyampaikan permohonan kepada Kepala KPP di tempat
PKP dikukuhkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 tentang
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah yang Diberikan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-63/PJ/2010
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah.
Prosedur
Orang Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri mengajukan langsung
saat akan meninggalkan Indonesia melalui Unit Penyelenggara
Restitusi PPN (UPRPPN) yang ada di bandar udara:
a. Bandara Soekarno-Hatta;
b. Bandara Ngurah Rai;
c. Bandara Kualanamu;
d. Bandara Adisucipto; atau
e. Bandara Juanda.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2010 tentang
Prosedur
-
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak; dan
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011
tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke
1) KPP tempat Wajib Pajak terdaftar; atau
2) KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan, dalam hal orang
pribadi atau badan tersebut tidak diwajibkan memiliki
NPWP;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak yang dipotong
atau dipungut terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat bentuk usaha tetap terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak yang melakukan
pemotongan atau pemungutan terdaftar;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
Prosedur
Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian:
a. secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak yang melakukan
pemotongan atau pemungutan terdaftar atau Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan pemungutan dikukuhkan;
b. pos dengan bukti pengiriman surat; atau
Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2015 tentang
Tata Cara Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
Prosedur
Wajib Pajak menyampaikan permohonan ke Kepala KPP di tempat
Wajib Pajak terdaftar.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan
Bunga kepada Wajib Pajak s.t.d.d. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 186/PMK.03/2015; dan
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ/2005
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 40/PMK.03/2005 tentang Tata Cara
Pemberian Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak.
1. Penghapusan NPWP
Layanan ini diberikan kepada Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Prosedur
Penyampaian permohonan secara tertulis dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir,
disampaikan ke KPP/KP2KP/Layanan di Luar Kantor sesuai
wilayah kerja.
Jangka Waktu
Paling lama 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi
atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan Wajib Pajak dliterima secara lengkap.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013
tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013;
c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2016
tentang Layanan Pajak di Luar Kantor di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak; dan
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
38/PJ/2013.
Prosedur
Penyampaian permohonan secara tertulis dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir,
disampaikan ke KPP/KP2KP/Layanan di Luar Kantor sesuai
wilayah kerja.
Jangka Waktu
Paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan Wajib
Pajak diterima secara lengkap.
Prosedur
Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengajukan permohonan secara
tertulis ke KPP tempat Pengusaha Kena Pajak (PKP) dikukuhkan.
Peraturan Terkait
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013
tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian Faktur Pajak;
b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak s.t.d.t.d Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-17/PJ/2014; dan
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-69/PJ/2015
tentang Pemberian dan Pencabutan Sertifikat Elektronik.
Wakil Kuasa
Sebagai berikut:
Jumlah Pajak Yang
Masa/Tahun Nomor Ketetapan/ Tanggal Jatuh
Jenis Pajak Masih Harus Dibayar
Pajak Keputusan/Putusan Tempo
(Rp)
(14) (15) (16) (17) (18)
Terhadap Utang Pajak tersebut, saya mengajukan permohonan pengangsuran pembayaran pajak
sebesar Rp...............(19) selama ..............(20) bulan dengan pembayaran angsuran per bulan
sebesar Rp............(21).
Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa*)
..............................(22)
Keterangan:
Wakil Kuasa
Sebagai berikut:
Jumlah Pajak Yang
Masa/Tahun Nomor Ketetapan/ Tanggal Jatuh
Jenis Pajak Masih Harus Dibayar
Pajak Keputusan/Putusan Tempo
(Rp)
(14) (15) (16) (17) (18)
Terhadap Utang Pajak tersebut, saya mengajukan permohonan penundaan pembayaran pajak
sebesar Rp...............(19) selama ..............(20) bulan.
Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa*)
..............................(21)
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai
2. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa harus dilampiri surat kuasa khusus.
*) coret/hapus yang tidak sesuai
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Persetujuan Pembayaran Pajak
Penghasilan Yang Bersifat Final Atas Selisih
Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan Secara
Angsuran
mengajukan permohonan persetujuan pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat final yang
terutang sebesar Rp. ................................................................... (..........................................)
secara angsuran, apabila permohonan kami untuk penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
untuk tujuan perpajakan disetujui, karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak
memungkinkan sebagaimana tercermin pada Proyeksi Arus Kas tahun ini dan satu tahun ke
depan (terlampir).
Kami mohon pembayaran secara angsuran dimaksud dapat dilakukan dalam ................
(.........................) kali angsuran.
................., .................................
................................
................................
( Nama/Jabatan/Tanda Tangan)
Pemungut Pajak
...................................... (26)
...................................... (27)
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai
2. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa harus dilampiri surat kuasa khusus.
area staples
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PENGHASILAN FORMULIR 1721
PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26
Formulir ini digunakan untuk melaporkan
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau area barcode
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Pasal 26
Bacalah petunjuk pengisian sebelum mengisi formulir ini JUMLAH LEMBAR SPT
MASA PAJAK : TERMASUK LAMPIRAN :
[mm - yyyy] H.01 - H.02
SPT
H.03
SPT
H.04 (DIISI OLEH PETUGAS)
NORMAL PEMBETULAN KE- H.05 H.06
A. IDENTITAS PEMOTONG
1. NPWP : A.01 - .
2. NAMA : A.02
3. ALAMAT : A.03
B. OBJEK PAJAK
JUMLAH JUMLAH PENGHASILAN JUMLAH PAJAK
KODE OBJEK
NO PENERIMA PENGHASILAN PENERIMA
PAJAK
PENGHASILAN BRUTO (Rp) DIPOTONG (Rp)
4. BUKAN PEGAWAI:
PENGHITUNGAN PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR JUMLAH (Rp)
15. PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR (ANGKA 11 KOLOM 6 - ANGKA 14) B.05
LANJUTKAN PENGISIAN PADA ANGKA 16 & 17 APABILA SPT PEMBETULAN DAN/ATAU PADA ANGKA 18 APABILA PP h LEBIH DISETOR
16. PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR PADA SPT YANG DIBETULKAN
(PINDAHAN DARI BAGIAN B ANGKA 15 DARI SPT YANG DIBETULKAN) B.06
17. PP h PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG KURANG (LEBIH) DISETOR KARENA PEMBETULAN (ANGKA 15 - ANGKA 16) B.07
18. KELEBIHAN SETOR PADA ANGKA 15 ATAU ANGKA 17 AKAN DIKOMPENSASIKAN KE MASA PAJAK (mm - yyyy) B.08 -
HALAMAN 1
D. LAMPIRAN
1. FORMULIR 1721 - I
LEMBAR 5. FORMULIR 1721 - IV LEMBAR
D.01(untuk Satu Masa Pajak) D.02 D.09 D.10
2. FORMULIR 1721 - I
LEMBAR 6. FORMULIR 1721 - V
D.03 (untuk Satu Tahun Pajak) D.04 D.11
2. NPWP : E.03 - .
3. NAMA : E.04
5. TEMPAT :E.06
HALAMAN 2
239
240
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 a
(FINAL) r
Formulir ini digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh dengan bukti pemotongan menggunakan formulir 1721-VII FORMULIR 1721 - III e
KEMENTERIAN KEUANGAN RI MASA PAJAK :
Lembar ke-1 : untuk KPP a
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK [mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG : H.02 - . Lembar ke-2 : untuk Pemotong
s
BUKTI PEMOTONGAN
t
KODE OBJEK JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
NO. NPWP NAMA
PAJAK (Rp)
PP h DIPOTONG (Rp) a
NOMOR TANGGAL (dd - mm - yyyy)
p
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
l
1. e
2.
s
3.
4.
5.
MASA PAJAK :
[mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG :
H.02 - .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
KETERANGAN:
KOLOM (7) DIISI DENGAN ANGKA :
0 : UNTUK SSP
1 : UNTUK SSP P Ph PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH
2 : UNTUK BUKTI Pbk
DAFTAR BIAYA
FORMULIR 1721 - V
Lembar ke-1 : untuk KPP
Lembar ke-2 : untuk Pemotong
MASA PAJAK :
[mm - yyyy] H.01 - NPWP PEMOTONG :
H.02 - .
2. BIAYA TRANSPORTASI
4. BIAYA SEWA
8. BIAYA ROYALTI
9. BIAYA PEMASARAN/PROMOSI
area staples
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL) FORMULIR 1721 - VI
ATAU PASAL 26 Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke-2 : untuk Pemotong
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR: 1 . 3 - . -
H.01
3. NAMA : A.03
4. ALAMAT : A.04
- -
C. IDENTITAS PEMOTONG
P Ph PASAL 26
1. 27-100-99 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya yang
dipotong P Ph Pasal 26
area staples
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 FORMULIR 1721 - VII
(FINAL) Lembar ke-1 : untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke-2 : untuk Pemotong
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR: 1 . 4 - . -
H.01
3. NAMA : A.03
4. ALAMAT : A.04
- -
C. IDENTITAS PEMOTONG
MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI PENGHASILAN [mm - mm]
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR : 1 . 1 - . - -
H.01 H.02
NPWP
PEMOTONG : H.03 - .
NAMA
PEMOTONG : H.04
1. NPWP :
A.01 - . 6. STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP
2. NIK /NO. K/ TK / HB /
PASPOR:A.02 A.07 A.08 A.09
PENGHASILAN BRUTO:
2. TUNJANGAN PPh
6. PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNYA YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21
PENGURANGAN:
20. PP h PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI
C. IDENTITAS PEMOTONG
4. PANGKAT/ K/ TK / HB /
GOLONGAN : A.04 A.05 A.10 A.11 A.12
5. ALAMAT : A.06
9. NAMA JABATAN : A.13
PENGHASILAN BRUTO:
1. GAJI POKOK/PENSIUN
2. TUNJANGAN ISTERI
3. TUNJANGAN ANAK
6. TUNJANGAN STRUKTURAL/FUNGSIONAL
7. TUNJANGAN BERAS
8. TUNJANGAN KHUSUS
9. TUNJANGAN LAIN-LAIN
10. PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR LAINNYA YANG PEMBAYARANNYA TERPISAH DARI PEMBAYARAN GAJI
PENGURANGAN:
23B. ATAS PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR LAINNYA YANG PEMBAYARANNYA TERPISAH DARI PEMBAYARAN GAJI
C. PEGAWAI TERSEBUT : C.01 DIPINDAHKAN C.02 PINDAHAN C.03 BARU C.04 PENSIUN
D. TANDA TANGAN BENDAHARA
Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ..................... (6) tanggal .....................
(7) tentang persetujuan pemusatan terhadap ................... (8) NPWP .............. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak
ttd
......................... (21)
Tembusan:
.................................. (22)
.................................. dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu
Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ................. (6) tanggal .................... (7)
tentang persetujuan pemusatan terhadap .................. (8) NPWP ................. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat .........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima ksih.
ttd
......................... (27)
Tembusan:
............................ (28)
............................ dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu
Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ..................... (6) tanggal .....................
(7) tentang persetujuan pemusatan terhadap ................... (8) NPWP .............. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak
ttd
......................... (21)
Tembusan:
.................................. (22)
.................................. dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu
Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ................. (6) tanggal .................... (7)
tentang persetujuan pemusatan terhadap .................. (8) NPWP ................. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
1. Nama .................. NPWP .................. alamat .........................; (12)
2. ............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ...................................................................... (13)
NPWP : ...................................................................... (14)
Alamat : ...................................................................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima ksih.
ttd
......................... (27)
Tembusan:
............................ (28)
............................ dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu
Sehubungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor ................. (6) tanggal .................... (7)
tentang persetujuan pemusatan terhadap .................. (8) NPWP ................. (9) yang beralamat di
............... (10), telah diberikan persetujuan untuk melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak ................. (11) dengan tempat
kedudukan/kegiatan usaha:
Nama .................. NPWP .................. alamat .........................; (12)
............................................................................................. dst
melalui surat ini kami:
Nama : ....................... (13)
NPWP : ....................... (14)
Alamat : ....................... (15)
bertindak selaku: Pengusaha Kena Pajak
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.
ttd
......................... (20)
Tembusan:
............................ (21)
............................ dst
Keterangan:
Beri tanda X pada yang sesuai *) coret yang tidak perlu
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Persetujuan Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan
................., .................................
................................
................................
(Nama/Jabatan/Tanda Tangan )
Melaksanakan Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2014 tentang Tata Cara
Permohonan dan Penetapan Masa Manfaat yang Sesungguhnya atas Harta Berwujud Bukan Bangunan
untuk Keperluan Penyusutan, yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : .................................................... (7)
NPWP : .................................................... (8)
Alamat : .................................................... (9)
Jabatan : .................................................... (10)
bertindak untuk kepentingan dan atas nama:
Nama Wajib Pajak : .................................................... (11)
NPWP : .................................................... (12)
Alamat : .................................................... (13)
Jenis Usaha : .................................................... (14)
Telepon/fax : .................................................... (15)
mengajukan permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan, sebagai berikut:
Harga Kelompok
Nama Harta Tanggal Masa Manfaat
No Perolehan Penyusutan Keterangan
Berwujud Perolehan Menurut WP
(Rp) Menurut WP
(16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan:*)
penjelasan terperinci mengenai aktiva;
Keterangan:
*) beri tanda X pada yang sesuai;
**) wajib dilampirkan bagi Wajib Pajak yang sudah pernah memperoleh keputusan penetapan
kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, sebelum permohonan ini
diajukan.
Nomor :
Lampiran :
Hal : Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan dan/atau Pemungutan
Pajak Penghasilan
Kepada Yth.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
.......................................................................
Berkenaan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- /PJ/2011 tentang Tata
Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
Penghasilan oleh Pihak Lain, dengan ini:
Nama Wajib Pajak : ................................................................................
NPWP : __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __, __,
Alamat : ................................................................................
mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan
dan/atau Pemungutan PPh .............*), dengan alasan ..............................................................
.................................................
*) diisi sesuai dengan jenis pajak (PPh Pasal 21,22,22 impor, 23)
**) tidak berlaku untuk WP yang atas penghasilannya hanya dikenakan PPh yang bersifat final
Nomor :
Lampiran :
Hal : Permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto
Sertifikat Bank Indonesia
Berkenaan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2013 tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan
Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun
yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh Menteri Keuangan, dengan ini:
Nama Wajib Pajak : ................................................................................
NPWP : ................................................................................
Alamat : ................................................................................
Nomor KMK : ................................................................................
Tanggal KMK : ................................................................................
(Pengesahan Pendirian Dana Pensiun)
mengajukan permohonan untuk memperoleh Bebas Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak
Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang
ditempatkan pada atau diterbitkan oleh Bank ................................. NPWP .................................
untuk tahun pajak ....................
Dana yang ditempatkan tersebut di atas diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dan perubahannya.
.................................................
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa peredaran bruto usaha yang
diterima atau diperoleh termasuk dalam kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan
bersifat final sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
.........., .................20.......
Yang membuat pernyataan,5)
Meterai
Rp.6.000,-
(......................................)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor dan
Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat
Angkutan Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai jo. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor ...(4).../PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor dan/atau Penyerahan Alat Angkutan
Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu, dengan ini
kami: (5)
Nama : .................................
Alamat : .................................
NPWP : .................................
Jenis Usaha : .................................
mengajukan permohonan untuk diberikan Surat Keterangan Tidak Dipungut Pajak
Pertambahan Nilai atas impor/penyerahan alat angkutan tertentu/penyerahan Jasa
Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu sebagaimana terlampir.
Pemohon
dengan : (8)
nama : .............................
NPWP : .............................
jenis usaha : .............................
.......................... (27).....................
..........., (25) .................. Disetujui dan disahkan oleh, a.n.
Pemohon, Direktur Jenderal Pajak
Kepala Kantor Pelayanan Pajak ....(28)
97. Format Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan (RKIP)
362
363
RENCANA KEBUTUHAN IMPOR DAN PEROLEHAN (RKIP) PERUBAHAN
Nomor : ........ (2) ....... (diisi petugas KPP)
Tanggal : ........ (3) ....... (diisi petugas KPP)
(4)
Nama : ..... RKIP Perubahan ke : ........ (5) .......
Alamat : ..... Nomor RKIP yang diubah : ........ (6) .......
NPWP : ..... Nomor SKTD : ........ (7) .......
1. RENCANA KEBUTUHAN IMPOR PERUBAHAN .... (8).....
Spesifikasi Teknis Perkiraan Pajak Persetujuan
KPPBC/KPU Nama/Jenis Alat Perkiraan Nilai
Kuantitas Kode HS (Kegunaan, Merk, Tipe, Pertambahan Kantor
No dan Pelabuhan Angkutan Tertentu Impor
Ukuran, Kapasitas) Nilai Pelayanan Pajak
Semula Menjadi Semula Menjadi Semula Menjadi Per Satuan Total
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7- -8- -9- -10- -11- -12- -13-
TOTAL
2. RENCANA KEBUTUHAN PEROLEHAN PERUBAHAN ....(9).....
Nama/Jenis Alat Angkutan Tertentu Perkiraan Pajak Persetujuan
Pengusaha Kena Spesifikasi Teknis Perkiraan Harga
atau JKP terkait Alat Angkutan Kuantitas Pertambahan Kantor
No Pajak (Kegunaan, Merk, Tipe, Jual
Tertentu Nilai Pelayanan Pajak
Ukuran, Kapasitas)
Semula Menjadi Semula Menjadi Semula Menjadi Per Satuan Total
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7- -8- -9- -10- -11- -12-
.......................... (12).....................
Disetujui dan disahkan oleh,
..........., (10) .................. a.n. Direktur Jenderal Pajak
Pemohon, Kepala Kantor Pelayanan Pajak ....(13)
Mengajukan permohonan Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebanyak ...............(........................) Nomor Seri Faktur
Pajak.
Bersama ini kami sampaikan data penyampaian SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) bulan terakhir
berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal permintaan ini diajukan berikut jumlah penerbitan
Faktur Pajaknya.
Pemohon
(.....................)
Nomor : ....................................1)
Hal : Permohonan Keterangan Status Wajib Pajak
Kepada Yth.
Kepala KPP...................................... 2)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ..........................................3)
NPWP : ..........................................4)
Jabatan : ..........................................5)
Alamat : ..........................................6)
Nomor Telepon : ..........................................7)
Bertindak selaku : Wajib Pajak
...................................... 14)
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
FORM HPI-01
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
bersama ini mengajukan permohonan untuk melakukan persetujuan bersama dengan negara:
........................... untuk kesalahan penerapan P3B/perbedaan interpretasi P3B1).
Formulir ini diisi dengan benar dan didukung data yang lengkap.
....................................
Pemohon
_______________
Tembusan :
Direktur Hubungan Perpajakan Internasional
dengan ini mengajukan permohonan penerbitan. Izin Praktik Konsultan Pajak. Untuk
melengkapi permohonan di atas, bersama ini saya lampirkan:
1. daftar riwayat hidup/pengalaman kerja dan riwayat pendidikan;
2. fotokopi Sertifikat Konsultan Pajak yang telah dilegalisasi oleh Panitia Penyelenggara
Sertifikasi Konsultan Pajak;
3. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
4. pas foto terakhir berwarna dan berlatar belakang putih ukuran 2x3 cm sebanyak 3
(tiga) lembar;
5. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
6. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
7. surat pernyataan tidak terkait dengan pekerjaan atau jabatan pada
Pemerintah/Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
8. fotokopi surat keputusan keanggotaan Asosiasi Konsultan Pajak yang telah
dilegalisasi oleh Ketua Umum Asosiasi Konsultan Pajak;
9. fotokopi surat keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
atas permintaan sendiri atau surat keputusan pensiun; dan
10. surat pernyataan komitmen untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.
(14)
Wakil Kuasa
Lampiran: (25)
No. Jenis Dokumen Set/Lembar
.................................. (26)
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat pengajuan keberatan ditandatangani oleh
kuasa harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
Wakil Kuasa
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
.................................. (18)
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Kepala Kanwil DJP ........ (19)
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) : Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) : Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat pengajuan keberatan ditandatangani oleh
kuasa harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
Wakil Kuasa
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
(23)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
Wakil Kuasa
bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang
tidak benar atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan/Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar/Surat Ketetapan Pajak Nihil*):
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)
Alasan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar:
.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)
Berdasarkan hal tersebut di atas, perhitungan pajak yang masih harus dibayar/jumlah rugi*)
menurut kami adalah sebesar Rp .............................................................................................. (17).
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
(19)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
Wakil Kuasa
bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang
tidak benar atas Surat Tagihan Pajak:
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)
Alasan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar:
.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)
Berdasarkan hal tersebut di atas, dengan ini dimohon pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan
Pajak yang tidak benar menjadi sebesar Rp ............................................................................... (17).
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
(19)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
Wakil Kuasa
bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang
tidak benar atas Surat Tagihan Pajak:
Nomor & Tanggal : .................................................. (13)
Jenis Pajak : .................................................. (14)
Masa/Tahun*) Pajak : .................................................. (15)
Alasan permohonan pembatalan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan atau verifikasi karena
surat ketetapan pajak diterbitkan tanpa:
penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau surat pemberitahuan hasil
verifikasi.
pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi dengan Wajib
Pajak.
Dengan uraian sebagai berikut:
.........................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................. (16)
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
(19)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi salah satu yang sesuai.
3. **) Diisi salah satu yang sesuai dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh kuasa
harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
(22)
......................................
Keterangan:
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi dengan pilihan yang sesuai.
3. **) Dilampiri dalam hal Pengurangan PBB terhadap objek pajak yang
terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.
Pengarah:
Hantriono Joko Susilo
Ferliandi Yusuf
Koordinator:
Leidra Darman Pandapotan Siregar
Dadang Setiana
Tim Penyusun:
Alpha Nur Setyawan Pudjono
Aprisal W. Malale
Arief Sutopo
Ferry Rahmadadhi
Hadiyani Zahra
Ika Lisdiyantari
Ikhsan Tanjung
Iqbal Fadillah
Maraha Sufitra
Novita Eri Kristanti
Rakhmani Widyakusuma
Ridlo Miftakhul Dhiqi
Roslinda Siagian
Ruben Christian Lumban Tobing
Rudyansah Wisnu Indarto
Wardinto
Editor:
Subdirektorat Pengembangan Pelayanan