BAHAN AJAR
Penilaian Properti
Oleh:
Heru Supriyanto
WIDYAISWARA MADYA
DAFTAR ISI
i DTSD Pajak II
Penilaian Properti
ii DTSD Pajak II
Penilaian Properti
REFERENSI ...................................................................................................... 57
LAMPIRAN ........................................................................................................ 59
DAFTAR TABEL
Tabel 17. Data Sanding Rincian Nilai Pasar Wajar Pengalihan Divisi Gypsum .. 56
DTSD Pajak II v
Penilaian Properti
DAFTAR GAMBAR
vi DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DAFTAR LAMPIRAN
DASAR-DASAR PENILAIAN
1. Properti
Istilah properti pada frasa penilaian properti memiliki arti yang berbeda-beda di
setiap negara. Walaupun berbeda, tetapi tetap memiliki arti yang sama, yaitu
kesamaan sebagai konsep hukum. Walaupun konsep ini tidak terlihat, tetapi ia
bisa dibuktikan, misalnya dengan bukti pemilikan hak berupa sertifikat tanah atau
yang sejenisnya. Selanjutnya, dengan didasarkkan pada konsep hukum tersebut
(hak atas tanah), maka bermacam-macam aktifitas dapat dilakukan oleh pihak
yang berhak ke atas tanah tersebut.
Properti, dalam terminologi akuntansi adalah aset ataupun aktiva, namun demikian
tidaklah sama secara mutlak. Karena properti mempertimbangkan faktor yang
berupa bukti kepemilikan (aspek legal). Apabila tidak ada bukti kepemilikan, maka
disebut aset atau aktiva. Contoh, rumah dalam konteks properti haruslah disertai
dengan sertifikat tanah yang diterbitkan oleh pejabat berwenang. Kendaraan
dalam konteks properti hendaklah disertai dengan BPKB (Bukti Pemilikan
Kendaraan Bermotor).
DTSD Pajak II 1
Penilaian Properti
Dilihat dari sifat dan karateristiknya, properti perkebunan termasuk kepada properti
yang menghasilkan (income producing properti) dimana dasar asetnya
membutuhkan areal lahan yang relatif luas, dipengaruhi oleh kualitas lahan
tertentu dengan unsur budi daya tertentu pula. Dengan demikian adalah sangat
penting bagi seorang penilai untuk memahami dan mengetahui sifat-sifat khusus
dari properti tersebut dan selalu memperhatikan dasar dan tujuan penilaian yang
akan dilakukan.
Perkebunan sebagai salah satu unit usaha, secara operasional ditentukan oleh
ketentuan dan peraturan yang berbeda dengan properti lainnya. Oleh karena
unsur legalitas merupakan unsur utama yang perlu diperhatikan dalam
menghasilkan Nilai, maka seorang penilai harus mengetahui dengan benar
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan konteks relevansinya terhadap
pelaksanaan pekerjaan penilaian.
2 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Properti Perkebunan adalah tanah dalam satuan lahan yang diusahakan pada
luasan tertentu, dengan satu atau lebih dari satu komoditas tanaman yang dibudi-
dayakan, sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya yang dikelola
dengan standar manajemen perkebunan yang berlaku umum.
1.3. Pertambangan
Perikanan tangkap (bukan perikanan budi daya) adalah usaha penangkapan ikan
dan organisme air lainnya di alam liar (laut, sungai, danau, dan badan air lainnya).
Kehidupan organisme air di alam liar dan faktor-faktornya (biotik dan abiotik) tidak
dikendalikan secara sengaja oleh manusia. Perikanan tangkap sebagian besar
dilakukan di laut, terutama di sekitar pantai dan landasan kontinen. Perikanan
tangkap juga ada di danau dan sungai. Masalah yang mengemuka di dalam
perikanan tangkap adalah penangkapan ikan berlebih dan polusi laut. Sejumlah
spesies mengalami penurunan populasi dalam jumlah yang signifikan dan berada
dalam ancaman punah. Hal ini mengakibatkan jumlah tangkapan ikan di alam liar
dapat mengalami penurunan secara umum.
DTSD Pajak II 3
Penilaian Properti
daya terus berkembang, namun sumber ikan utama yang dikonsumsi manusia
masih didapatkan dari perikanan tangkap, bahkan sumber protein utama yang
didapatkan dari alam liar.
Istilah mesin dan peralatan secara garis besar dapat diartikan sebagai
seperangkat peralatan, lengkap dengan instalasi serta perlengkapan
pendukungnya yang diperlukan untuk dapat beroperasi di dalam suatu kegiatan
industri, menghasilkan sesuatu sesuai dengan fungsinya seperti yang
direncanakan.
4 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Manufaktur
Pergudangan
Perindustrian Bengkel
Pabrik
Kawasan
Industri, dll
Perkantoran
Perhotelan
Jasa
Rumah Sakit
Wisata dll
Hipermarket
Riil Properti
Pusat
Perbelanjaan
Perdagangan
Retail
Toko dll
Kantor
Pemerintah
Wisata dll
Rumah
Private
Apartemen dll
FFE
Perhiasan dll
Personal
Properti
Lukisan dll
Intelektual dll
2. Definisi
DTSD Pajak II 5
Penilaian Properti
Nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk kepada Harga yang sangat mungkin
disepakati oleh pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa yang tersedia
untuk dibeli. Nilai bukan merupakan fakta, tetapi lebih merupakan Harga yang
sangat mungkin dibayarkan untuk barang atau jasa pada waktu tertentu sesuai
dengan definisi tertentu dari nilai1. Untuk memahami arti nilai, perhatikanlah cerita
berikut ini.
Burung Merpati
Pernahkah Anda membayangkan harga seekor burung merpati sama dengan satu unit
mobil mewah? Jika tidak percaya, Anda bisa datang ke Bantul, Yogyakarta. Di kota itu
sedang digelar lomba merpati balap tingkat nasional. Lomba oleh Polda Yogyakarta ini
untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-61. Lomba dilaksanakan di
Lapangan Bulak Sawah Tinom Bambang Lipuro.
Di arena lomba ini, ada seekor merpati bernama Hoki. Sekilas, Hoki tidak berbeda
dengan burung merpati lain. Namun, ternyata Hoki sangat istimewa. Merpati berwana
kelabu asap ini merupakan merpati peringkat pertama tingkat nasional dalam lomba
merpati balap tahun lalu.
Karena prestasinya itu, kini merpati berusia satu setengah tahun ini menjadi salah satu
merpati dengan harga paling mahal di Indonesia. Menurut Kiki, merpatinya sudah ada
yang menawar Rp 0,5 miliar atau menukar dengan mobil Alphard. Namun, Kiki
bersikeras tidak melepasnya.
Jika cerita di atas dikaitkan dengan penilaian properti, maka cerita tersebut
mengandung arti yang cukup mendasar, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi pemilik, burung merpati tersebut lebih bernilai daripada uang Rp. 500
juta atau sebuah mobil Alphard.
2. Bagi penawar yang berminat tukar menukar (barter), harga tertinggi yang
berani ditawarkan untuk merpati tersebut adalah sebuah mobil Alphard.
Berikut di bawah ini adalah andaian penulis sebagai lanjutan dari cerita di atas:
1
SPI 2007 KPUP 4.5
6 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
3. Pada saat yang sama, sedang terjadi musibah flu burung, sehingga
pemerintah kabupaten/kota mengeluarkan peraturan yang mengharuskan
pemusnahan segala jenis unggas di daerahnya, sebagai gantinya, para
pemilik unggas akan diberikan uang ganti rugi sebesar Rp. 5.000,- per ekor
(disesuaikan dengan tingkat kemampuan keuangan pemerintah kabupaten
kota).
4. Dari pada diganti rugi Rp. 5.000,- per ekor, oleh pedagang, maka burung
tersebut disembelih, dagingnya dimasak, kemudian disantap oleh
keluarganya! 2
Harga adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah uang yang diminta,
ditawarkan, atau dibayarkan untuk suatu barang atau jasa. Hubungannya dengan
penilaian, Harga merupakan fakta historis, baik yang diumumkan secara terbuka
maupun dirahasiakan. Karena kemampuan finansial, motivasi, atau kepentingan
khusus dari seorang penjual atau pembeli, Harga yang dibayarkan atas suatu
barang atau jasa dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai barang
atau jasa yang bersangkutan. Meskipun demikian Harga biasanya merupakan
indikasi atas nilai relatif dari barang atau jasa oleh pembeli tertentu dan atau
penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu pula3.
Biaya adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk reproduksi/ pengganti properti
baru yang dihitung berdasarkan Harga pasaran setempat sekarang/ pada tanggal
penilaiannya untuk bahan/ material atau unit, biaya jasa kontraktor/ arsitek/
konsultan teknik termasuk keuntungan, biaya instalasi, biaya supervisi, biaya
DTSD Pajak II 7
Penilaian Properti
tenaga ahli teknik termasuk semua pengeluaran standar yang berkaitan seperti
angkutan, asuransi, pondasi, bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penghasilan Impor (PPh impor), dan biaya bunga selama masa konstruksi, tetapi
tidak termasuk biaya upah lembur dan premi/bonus4.
Agar lebih jelas dalam memahami perbedaan antara Nilai, Harga dan Biaya,
perhatikan cerita di bawah ini.
Sekali lagi, untuk memahami tentang pengertian dan perbedaan nilai, harga dan biaya,
perhatikanlah contoh berikut ini.
Dua buah rumah dirancang oleh sebuah arsitek ternama, kemudian dibangun juga oleh
sebuah kotraktor ternama. Dua rumah tersebut memiliki design yang sama serta
menghabiskan biaya yang sama pula yaitu @ Rp 500 juta. Yang berbeda hanyalah nilai
tanahnya, nilai tanah dekat taman kota lebih tinggi daripada nilai tanah dekat kuburan.
Pertanyaan:
a. Semua orang memaklumi bahwa nilai pasar bangunan dekat kuburan (2.b)
lebih rendah dari biaya membangun, mengapa?
c. Dengan demikian, nilai pasar (2.a) bangunan dekat alun-alun lebih tinggi
dari pada nilai pasar (2.b) bangunan dekat kuburan, mengapa?
d. Dalam kasus tertentu, bisa saja bangunan tersebut terjual pada harga Rp
800 juta (3.a), artinya lebih tinggi dari nilai rumah Rp 700 juta (2.a),
mengapa? Hal ini terjadi manakala, misalnya, pembeli tidak mengetahui
informasi pasar yang sebenarnya ataupun pembeli sangat bernafsu ingin
membeli.
4
SPI 2002 0.5.11.1
8 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
e. Dalam kasus tertentu, bisa saja bangunan tersebut terjual pada harga Rp
600 juta (3.b), artinya lebih rendah dari nilai bangunan Rp 700 juta (2.a),
mengapa? Hal ini terjadi manakala, misalnya, penjual tidak mengetahui
informasi pasar yang sebenarnya ataupun penjual sangat membutuhkan
uang, sehingga dijual pada harga yang lebih rendah dari nilai pasar.
f. Dalam kasus tertentu, bisa saja bangunan tersebut terjual pada harga Rp
400 juta (3.c), artinya lebih rendah dari biaya membangun bangunan Rp
500 juta (1), mengapa?
g. Nilai pasar bangunan kedua rumah tersebut jelas berbeda, tapi jika
digunakan untuk tujuan PBB, maka NJOP bangunan keduanya adalah
sama. Mengapa? 5
Situasi politik berpengaruh terhadap nilai properti. Jika situasi politik adalah stabil,
maka nilai properti akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya.
Misalnya tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing, tingkat inflasi dan lain-lain. Selain itu juga perlu diperhatikan
beberapa prinsip ekonomi yang berpengaruh terhadap nilai yaitu.
5
Supriyanto, Heru, 2012
DTSD Pajak II 9
Penilaian Properti
Artinya cepat atau lambat, apapun yang ada di dunia pasti akan
mengalami perubahan, baik perubahan ke arah positif (meningkatkan
nilai) ataupun ke arah negatif (menurunkan nilai).
Artinya nilai properti akan naik, jika permintaan bertambah atau barang
yang yang ditawarkan berkurang, demikian sebaliknya.
Artinya adalah nilai suatu properti akan turun manakala terdapat properti
penggantinya. Dengan demikian, prinsip ini ada keterkaitannya dengan
prinsip kompetisi.
Artinya nilai properti akan mencapai nilai yang optimal manakala properti
tersebut memiliki keseimbangan.
Artinya agar tercipta Nilai yang optimal, maka keadaan sebuah properti
seharusnya menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.
10 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
4. Ciri-Ciri Nilai
Sebuah benda akan memiliki nilai manakala benda tersebut memiliki (1) Demand,
yaitu permintaan terhadap barang tersebut. (2) Utility, artinya barang tersebut
dapat memuaskan pengguna. (3) Scarcity (kelangkaan), artinya semakin langka
sebuah barang berarti semakin sedikit penawaran dan (4) Transferabiltiy, yaitu
mudah dipindah-milikkan.
5. Jenis-Jenis Nilai
Konsep Nilai Pasar tidak harus tergantung pada transaksi sebenarnya yang terjadi
pada tanggal penilaian. Nilai Pasar lebih merupakan estimasi Harga yang mungkin
terjadi dalam penjualan pada tanggal penilaian sesuai dengan persyaratan definisi
DTSD Pajak II 11
Penilaian Properti
Nilai Pasar. Nilai Pasar merupakan representasi atas Harga yang disepakati
pembeli dan penjual pada waktu itu sesuai definisi Nilai Pasar, yang sebelumnya
masing-masing pihak telah mempunyai cukup waktu untuk menguji kemungkinan
dan kesempatan lain serta menyadari bahwa kenungkinan akan diperlukan waktu
untuk menyiapkan kontrak formal dan dokumentasi lainnya8. Penggunaan
Tertinggi dan Terbaik (HBU) yang mendasari estimasi Nilai Pasar properti.
Penggunaan paling layak dan optimal dari suatu real properti, yang secara fisik
dimungkinkan, secara hukum diizinkan serta layak secara finansial dan
menghasilkan nilai tertinggi dari properti yang dinilai.
Selain Nilai Pasar ada juga istilah Nilai Pasar Wajar, yang dapat digunakan khusus
dalam penilaian bisnis yang memiliki pengertian yang sama dengan Nilai Pasar.
Nilai Pasar Wajar tidak seharusnya dirancukan dengan Nilai Wajar dalam
akuntansi.
Nilai Dalam Penggunaan (Value in Use) adalah nilai yang dimiliki oleh suatu
properti tertentu bagi pengguna tertentu untuk seorang pengguna tertentu dan oleh
karena itu tidak berkaitan dengan Nilai Pasar. Nilai dalam penggunaan ini adalah
nilai yang diberikan oleh properti tertentu kepada badan usaha dimana properti
tersebut merupakan bagian dari badan usaha tanpa memperdulikan penggunaan
terbaik dan tertinggi dari properti tersebut atau jumlah uang yang diperoleh atas
penjualannya9.
Nilai Kena Pajak adalah nilai berdasarkan definisi yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan penaksiran nilai, dan atau
penentuan pajak properti. Walaupun beberapa peraturan perundang-undangan
mungkin mengutip Nilai Pasar sebagai dasar penaksiran nilai, metodologi
penilaian yang digunakan untuk mengestimasi nilai dapat menghasilkan nilai yang
berbeda dengan Nilai Pasar. Oleh karena itu Nilai Kena Pajak tidak dapat
12 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Menurut IVS 2011 adalah estimasi harga dari pengalihan suatu aset atau
kewajiban, di antara para pihak yang memahami dan berminat sesuai dengan
kepentingannya. Sementara menurut IFRS 13, Nilai Wajar adalah estimasi harga
yang akan diterima dari penjualan aset atau dibayarkan untuk transfer kewajiban
dalam transaksi yang teratur di antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran
(yaitu harga penjualan), sedangkan menurut SPI adalah sesuai dengan definisi
dalam IFRS yang umumnya konsisten dengan Nilai Pasar, yang mana definisi dan
penerapan Nilai Wajar berdasarkan IFRS digunakan untuk Pelaporan Keuangan.
6.1. Tujuan
Oleh karena itu, jika sebidang tanah kosong (hendak dilakukan penilaian, maka
perlu dilakukan analisis HBU terlebih dulu) misalnya, seluas 1 ha yang di
sekelilingnya telah terbangun bangunan tinggi/high rise building semacam
apartemen, gedung kantor, hotel *****, mall, maka jenis penggunaan tanah kosong
tersebut cenderung juga pada high rise building juga. Persoalannnya adalah high
rise building jenis apa yang paling tepat? Bangunan jenis apa yang secara
finansial layak dan produktivitasnya maksimal?
10 Supriyanto, Heru, 2012. Penilaian Properti Tujuan PBB, PT. Indeks, Jakarta
DTSD Pajak II 13
Penilaian Properti
Appraisal Institute (2001) mendefinisikan HBU yaitu The reasonable probable and
legal use of vacant land and improved property, which is physically possible,
appropriately supported, financially feasible and that results in the highest value.
Dengan demikian, sebuah properti dikatakan memiliki HBU yang tepat manakala
telah memenuhi empat kriteria yaitu :
a. Hukum (peraturan)
b. Fisik
Contoh, jika sebidang tanah 5.000 m2 yang berlokasi dipinggir jalan utama
sebuah kota, mempunyai bentuk mengantung, sedangkan kawasan sekitar
adalah perumahan, sementara harga tanah adalah Rp. 5 juta-an,-/m2 maka
ada kemungkinan penggunaan tanah tersebut adalah town house. Tapi
dugaan ini perlu diuji terlebih dulu.
c. Finansial
d. Produktifitas
14 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 15
Penilaian Properti
Agar diperoleh Nilai Pasar sebuah properti, maka digunakan tiga buah pendekatan
penilaian yaitu
Data pembanding diusahakan yang bersifat apple to apple. Data pembanding yang
diperlukan berupa data penawaran, data asli dari penjual dan pembeli dan data
notaris/PPAT. Data penawaran dapat diperoleh melalui internet, broker properti,
surat kabar dan lain-lain.
DTSD Pajak II 17
Penilaian Properti
Data pembanding yang sudah dinormalisasi dan telah menjadi Nilai Pasar,
selanjutnya perlu dilakukan penyesuaian yang meliputi penyesuaian waktu, fisik
dan lokasi. Penyesuaian waktu dikaitkan dengan kenaikan harga properti (inflasi),
fisik dikaitkan dengan fisik bumi, fisik bangunan dan fisik FFE, serta penyesuaian
lokasi berkaitan dengan gampang susahnya untuk mencapai lokasi tersebut
(aksesibilitas) atau dikaitkan dengan jarak ke fasilitas di sekitar misalnya mall,
kampus dan lain-lain. Contoh tentang proses analisis perbandingan data pasar
dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Berdasarkan analisis pada Tabel 3, maka
nilai rumah tinggal No. 11 adalah Rp 118,-
18 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
2. Pendekatan Biaya
Pendekatan Biaya dapat digunakan untuk menilai properti yang relatif masih baru,
atau jarang terjadi transaksi jual beli. Pendekatan Biaya melibatkan dua nilai, yaitu
nilai atas tanah dan nilai atas bangunan. Nilai tanah diperoleh dengan cara
Pendekatan Perbandingan Data Pasar sebagaimana telah dibahas pada bab 1 di
atas. Sedangkan nilai bangunan diperoleh dengan cara menghitung biaya
bangunan dikurangi dengan penyusutan sebagaimana pada Gambar 2.
minus plus =
RCN
Depresiasi Nilai Tanah Nilai Pasar
Adalah estimasi biaya untuk reproduksi/ pengganti baru dari suatu properti
yang dinilai, berdasarkan Harga pasar setempat pada tanggal penilaian yang
dapat dihitung dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
DTSD Pajak II 19
Penilaian Properti
11
PPPI 8-3.0.3.5
20 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Besaran biaya membangun dihitung dengan cara biaya total dibagi dengan satuan
luas. Dalam konteks perpajakan, cocok digunakan untuk menghitung KMS PPN.
Apabila seluruh biaya material dan upah (hard cost) telah diketahui maka perlu
ditambah dengan soft cost meliputi jasa arsitek, kontraktor, pengawasan, PPN dan
IMB. Perhatikan Tabel 6 di bawah ini.
DTSD Pajak II 21
Penilaian Properti
2.1.4. Penyusutan
a. Kerusakan fisik.
b. Keusangan fungsi dan
c. Keusangan ekonomi.
Contoh kerusakan fisik adalah kerusakan bangunan baik yang ringan sampai
dengan yang berat. Untuk menghitung kerusakan fisik, dapat dilakukan dengan
Metoda Garis Lurus ataupun Metoda Observed Condition.
Keusangan fungsi disebabkan design yang tidak sesuai, sehingga bangunan tidak
nyaman apabila digunakan. Contoh bangunan yang kurang ventilasi sehingga
pengab, gedung yang terlalu gelap sehingga boros penggunaan listrik, lebar kusen
pintu masuk yang tidak pas dan lain-lain.
Keusangan ekonomi disebabkan oleh faktor di luar properti (faktor eksternal) yang
menurunkan nilai properti, misalnya faktor permintaan konsumen yang menurun,
faktor penawaran properti (pasokan) yang berlimpah, kenaikan Harga BBM,
22 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
kenaikan tingkat suku bunga perbankan dan lain-lain. Perhatikan contoh pada
Tabel 7 berikut ini
3. Pendekatan Pendapatan
a. Nilai Real Properti, yang meliputi Nilai Tanah dan Nilai Bangunan.
b. Nilai Bisnis (value of business or going concern and franchise affiliation).
c. Nilai Personal Properti, yang meliputi Furniture (kursi, tempat tidur, televisi,
lemari dan lain-lain), fixture (desain-desain interior), nilai equipment
(peralatan laundry, restoran dan lain-lain).
DTSD Pajak II 23
Penilaian Properti
minus Pendapatan =
X Angka
Pendapatan Kotor Bersih (Net
Outgoings Kapitalisasi Nilai Pasar
Operating Income)
Mengumpulkan dan mencatat semua sumber pendapatan subjek properti dan data
pembanding yang sebanding untuk tahun penilaian atau beberapa tahun yang lalu.
Data ini memberikan informasi untuk menghitung semua pendapatan kotor dan
perkembangannya. Data tersebut dibandingkan dan disesuaikan agar dapat
diprediksi pendapatan kotor efektif (effective gross income) diharapkan secara
wajar dihasilkan oleh subjek properti. Data pembanding hendaknya apple to apple.
Pendapatan subjek properti berbeda dengan laporan keuangan, karena yang
diperhitungkan hanyalah pendapatan yang berkaitan langsung dengan subjek
properti.
Penerapan pada PBB Sektor Perhutanan non-HTI (hutan alam) adalah jumlah
produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu setahun, dikalikan dengan Harga satuan
produksi. Contoh, hutan alam tersebut menghasilkan kayu tebangan sebanyak
55.055 m3 kayu dengan diameter rata-rata 15-18 cm dengan Harga jual kayu di
24 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Mengumpulkan seluruh data pengeluaran yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap,
biaya cadangan yang harus dikeluarkan subjek properti dan data pembanding.
Biaya yang diperhitungkan dalam penilaian adalah biaya yang berkaitan langsung
dengan subjek properti. Biaya tahunan terdiri empat hal yaitu biaya manajemen,
biaya perawatan properti, asuransi properti dan PBB.
Outgoings adalah seluruh biaya langsung yang terkait dengan kegiatan produksi
hasil hutan, sampai di log ponds/log yards untuk hasil hutan kayu atau sampai di
tempat pengumpulan lain untuk hasil hutan bukan kayu, pada Hutan Alam.
Biaya Operasi
- Gaji 7.004.000 7.000.000
- Bonus 616.000 600.000
- Listrik 1.065.000 1.000.000
- Gas 2.185.300 2.150.000
- Air 505.600 500.000
Beban - Pengecatan & Interior 1.000.000 1.000.000
Variabel - Alat Kantor 535.000 500.000
- Perbaikan 3.024.000 3.000.000
- Manajemen 3.000.000 3.000.000
- Notaris 1.200.000 1.200.000
- Biaya lain-lain 800.000 800.000
Cadangan
DTSD Pajak II 25
Penilaian Properti
Rasio Biaya Produksi adalah persentase tertentu yang diperoleh dari rata-rata
biaya produksi setahun dibandingkan dengan rata-rata pendapatan kotor setahun.
Seluruh biaya langsung yang terkait dengan kegiatan produksi hasil hutan, sampai
di log pond/log yards untuk hasil hutan kayu atau sampai tempat pengumpulan lain
untuk hasil hutan bukan kayu pada hutan alam. Dirjen Pajak menentukan bahwa
besaran rasio adalah 75%. Dengan demikian, diperoleh biaya produksi sebesar
75% X Rp 28.848.820.000,- yaitu Rp 21.636.615.000,-
NOI adalah pendapatan bersih yang melekat pada properti (bumi dan bangunan).
Seandainya properti tersebut adalah hotel, maka NOI tidak termasuk FEE dan
goodwill. Oleh sebab itu perlu berhati-hati manakala menentukan Nilai Pasar atas
income producing property. Penerapan NOI areal produktif pada Hutan Alam
ditentukan sebesar pendapatan kotor dari hasil penjualan kayu dan/atau bukan
kayu setahun dikurangi biaya produksi setahun, sebelum tahun pajak. Dengan
demikian diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 7.212.205.000,-
Adalah angka yang digunakan untuk mendiskonto pendapatan di masa yang akan
datang menjadi nilai kini.
26 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 27
Penilaian Properti
Nilai subjek properti adalah hasil penjumlahan nilai kini pendapatan subjek properti
pada masa yang akan datang selama jangka waktu proyeksi, ditambah dengan
nilai kini terminal value di akhir periode, yang mana pendapatan subjek properti
dianggap sudah stabil atau akan dijual oleh pemilik.
28 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
d. Menghitung terminal value di akhir masa priode DCF dan menghitung nilai
kini menggunakan discount factor tahun akhir priode DCF
1
=
(1 + )
e. Menghitung jumlah nilai kini pendapatan tahunan dan nilai kini dari terminal
value.
I( )
=
Rt
I(n+1) = Income (net)/pendapatan bersih tahunan (tahun akhir DCF + 1)
Contoh12
PT. ABC memiliki Boutique Hotel yang berlokasi di Jalan Raya XYZ Kota Damai
Indah, dengan jumlah kamar 60 kamar. Sejak beroperasi sampai saat ini (masuk
tahun ke-tiga) sudah menunjukkan kinerja yang cukup baik, dengan data historis
seperti di bawah ini :
Tahun (H) adalah tahun saat ini di mana jumlah tamu dan tarif kamar rata-rata
merupakan proyeksi dari operator hotel dan diyakini akan tercapai. Rata-rata
tingkat hunian ganda adalah 1,5.
12
http://aan-appraiser.blogspot.com/2011/04/contoh-kasus-penilaian-hotel.html
DTSD Pajak II 29
Penilaian Properti
Pertanyaan
Jawaban
1. Hitung kenaikan jumlah kamar terjual dan tarif kamar rata-rata berdasarkan
data historis yang ada.
30 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Rt = 16% - 4%
Rt = 12%
DTSD Pajak II 31
Penilaian Properti
Nilai terminal:
Vt =
. . . ,
Vt =
%
Vt = 41.040.018.092
Nilai hotel:
Vh = TPV NOI + PVt
Vh = 9.363.482.018,46 + 26.292.602.513
32 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Vh = 35.656.084.531,21
Nilai hotel adalah 35, 7 M
RFF = 10% + 4%
RFF = 14%
. .
VFF = =
%
VFF = 3.917.182.473
5. Catatan
DTSD Pajak II 33
Penilaian Properti
1. Kendaraan Bermotor
Unsur
No Pembanding 1 Pembanding 2 Subjek Properti
Pembanding
1 Merk/Type Isuzu Panther Isuzu Panther Isuzu Phanter
2 Tahun 1996 1996 1996
Pembuatan
3 Kondisi Mesin baik baik Jelek
4 Kondisi Bodi baik baik Jelek (cat pudar,
beberapa bagian
berkarat)
5 Warna Biru Hijau Hijau
6 Jenis Transaksi Penawaran Penawaran Jual Beli
7 Waktu Transaksi Januari 2013 Januari 2013 Januari 2013
Interior
8 Dashboard baik baik sedang
9 Jok baik baik sedang
10 Radio, Tape baik baik Ada, baik
Eksterior
11 Ban baik baik Sudah tipis
12 Velg Racing, baik Racing, baik Standard
13 Spion baik baik baik
14 Bemper baik baik baik
13 Lampu, baik baik baik, accu sering
kelistrikan dan soak
accu
14 Central Lock baik baik rusak
Kelengkapan lainya
15 Power Steering baik baik Oli bocor
DTSD Pajak II 35
Penilaian Properti
Faktor Penyesuaian
Mer/Type 0,00% 0,00%
Tahun Pembuatan 0,00% 0,00%
Kondisi Mesin -10,00% -14,04%
Rp6.000.000/ Rp 60.000.000 Rp 6.000.000/ Rp 57.000.000
Kondisi Bodi -10,00% -10,53%
Rp 6.000.000/ Rp 60.000.000 Rp 6.000.000/ Rp 57.000.000
Warna -3,00% 0,00%
Jenis Transaksi -10,00% -10,00%
Waktu Transaksi 0,00% 0,00%
Dashboard -1,00% -1,05%
Rp 600.000/ Rp 60.000.000 Rp 600.000/ Rp 57.000.000
Jok -1,67% -1,75%
Rp 1000.000/ Rp 60.000.000 Rp 1000.000/ Rp 57.000.000
Radio, Tape 0,00% 0,00%
Ban -5,00% -5,26%
Rp 3.000.000/ Rp 60.000.000 Rp 3.000.000/ Rp 57.000.000
Velg -5,00% -5,26%
Rp 3.000.000/ Rp 60.000.000 Rp 3.000.000/ Rp 57.000.000
Spion 0,00% 0,00%
Bemper 0,00% 0,00%
36 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
2. Mesin Genset
Kondisi umum genset tersebut adalah tahun perakitan 1997, tahun perolehan
1997, harga perolehan Rp 40.000.000,- dan genset masih dapat dipergunakan
dengan perbaikan. Berdasarkan data awal tersebut, dilakukanlah survei lapangan
karena dasar penilaian adalah kondisi fisik terlihat (physical observed condition)
untuk melakukan identifikasi data secara makro, serta identifikasi data secara
mikro.
DTSD Pajak II 37
Penilaian Properti
Identifikasi Makro terdiri dari nomor model dan nomor seri, tahun pembuatan,
tahun digunakan, kelengkapan alat bantu, tipe dan nama motor penggerak, bahan
bakar dan lain-lain. Berdasarkan identifikasi makro diperoleh juga tentang lay out
mesin sebagaimana pada
Gambar 4.
Data objek pembanding haruslah apple to apple. Hasil dari kegiatan pengumpulan
data pasar adalah seperti pada
38 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Tabel 11 dan data yang diperoleh harus dilakukan analisis sebagaimana pada
Tabel 12.
DTSD Pajak II 39
Penilaian Properti
40 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 41
Penilaian Properti
NILAI Rp32.231.250
Apabila nilai Wajar genset tahun 1997 adalah sebesar Rp 32.231.000, maka
nilai/harga limit penjualan dapat ditentukan sama dengan Nilai Wajar genset
tersebut, yaitu sebesar Rp 32.231.000,-
Genset yang dinilai dapat saja dalam kondisi nilai sisa (scrap). Apabila penilai
berkeyakinan bahwa genset tersebut sudah dalam kondisi scrap, maka penilai
melakukan perbandingan dengan harga genset yang dibeli dalam kondisi scrap.
Misalkan berdasarkan wawancara dengan seorang pedagang jual beli genset,
mereka berani membeli genset bekas dengan kapasitas daya standby sebesar
1500 KVA sebesar Rp 10.000.000 dalam kondisi apapun, maka informasi tersebut
dapat digunakan sebagai data pembanding genset dengan kapasitas 1500 KVA
dalam kondisi Nilai Scrap.
3. Komputer
Printer yang dinilai mempunyai Merk LQ 2170, tahun pembelian 2000, harga
perolehan Rp. 2.000.000,- kondisi rusak berat dan sudah dihentikan
penggunaannya. Berdasarkan data pembanding yang didapatkan, kemudian
ditentukan unsur-unsur pembandingnya, serta dianalisis dalam lembar kerja
penyesuaian data pasar seperti pada Tabel 13, kemudian dilakukan analisis
perbandingan seperti pada Tabel 14.
42 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Foto objek
http:/perangkat - keras -
komputer.
Tokobagus.com/
printer/jual-printer-epson-
lq-1170-epson-lx-300-lx- http:/www.kaskus.us/sho
11 Sumber 800-lq-1066452.html wtread.php?t=4084115
4. Air Conditioner
AC yang dinilai bermerk Mitsubishi, 1 PK, tahun pembelian 2000, harga perolehan
Rp. 2.400.000,- kondisi rusak berat dan sudah dihentikan penggunaannya.
DTSD Pajak II 43
Penilaian Properti
Foto objek
16 Sumber
44 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
5. Furniture
RCN dihitung dengan Pendekatan Data Pasar yaitu berdasarkan harga jual barang
tersebut saat ini (berdasar price list). Contoh, suatu barang dengan tipe/jenis yang
telah beberapa lama diproduksi sampai dengan sekarang masih diproduksi dan
dapat diketahui price list (tahun 2013) di toko, misalnya seperti pada Gambar 5.
DTSD Pajak II 45
Penilaian Properti
Untuk melakukan penilaian mesin cuci merk Elektrolux tahun 1994 kapasitas 15
kg, terlebih dahulu perlu menentukan RCN pada saat penilaian. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mencari informasi harga pada saat penilaian, misalnya
tahun 2011, diketahui informasi secara online (melalui internet) sebagai berikut:
46 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Untuk menghitung RCN dengan data pasar (ekuivalen modern) mesin cuci
tersebut pada saat penilaian adalah dengan melakukan konfirmasi ulang kepada
masing-masing distributor untuk mendapatkan kepastian harga. Sangat mungkin
RCN yang diambil adalah salah satu dari sumber informasi tersebut, yang mana
yang berdasarkan analisis penilai yang paling akuratm, misalnya Rp 25.000.000,-
DTSD Pajak II 47
Penilaian Properti
1. Pengertian
Dalam penyusunan laporan penilaian sesuai dengan SPI ini, Penilai harus
mengikuti pedoman sebagai berikut :
DTSD Pajak II 49
Penilaian Properti
50 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Laporan penilaian berbentuk naratif haruslah memuat secara lengkap, jelas, rinci
dan sistematis mengenai data dan analisis penilaian yang dilakukan.
4.1. Pendahuluan
13 Satriotomo, 2008
DTSD Pajak II 51
Penilaian Properti
tertentu serta pernyataan/opini nilai atas objek yang dinilai. Surat pengantar
ini berisikan antara lain tanggal surat dan pihak yang memberi tugas, alamat
property, pernyataan identifikasi kepentingankepentingan yang terdapat
dalam properti yang dinilai, Pernyataan mengenai telah dilaksanakannya
inspeksi terhadap properti, tanggal penilaian efektif, estimasi nilai, batasan
masalah, tanda tangan penilai.
c. Daftar isi, yang memuat daftar pokok bahasan yang terdapat dalam laporan
penilaian, termasuk daftar tabel, diagram, denah dan foto objek.
d. Sertifikasi nilai, yaitu sertifikasi nilai yang disertai dengan pernyataan nilai
akhir, tanda tangan penilai, tanggal dan cap/stempel dengan
uraian/pernyataan seperti contoh berikut : Kesimpulan nilai yang terdapat
dalam laporan penilaian ini adalah berdasarkan fakta yang benar dan sesuai
dengan kenyataan dan pengetahuan penilai.
e. Rangkuman konklusi penting, rangkuman ini diperlukan bila laporan terlalu
panjang dan terdiri dari beberapa objek.
Adalah segala hal yang dipakai sebagai dasar dalam penentuan nilai atau yang
dijadikan dasar dalam memberikan opini nilai, biasanya merangkumi tentang:
52 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 53
Penilaian Properti
54 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
Terdiri dari beberapa bagian, yaitu analisis penggunaan tertinggi dan terbaik,
dasar penilaian, nilai tanah, pendekatan perbandingan, pendekatan biaya,
pendekatan pendapatan, rekonsiliasi nilai/indikasi nilai akhir properti.
4.5. Lampiran
Data pendukung yang perlu diketahui oleh pembaca perlu lampirkan dalam
laporan penilaian misalnya lay out plan, plan and elevation of building,
photo/gambar, peta kota, bagan dan grafik, abstraksi mengenai sewa/penyewaan,
DTSD Pajak II 55
Penilaian Properti
5. Analisis Kasus
Tabel 17. Data Sanding Rincian Nilai Pasar Wajar Pengalihan Divisi Gypsum
Dirjen Pajak setuju dengan Nilai Pasar atas mesin dan peralatan, tetapi
tidak setuju (memberikan koreksi) atas Nilai Pasar atas tanah dan bangunan.
Mengapa?
56 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
REFERENSI
PMK No. 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta
dalam Rangka Penggabungan, Peleburan atau Pemekaran Usaha
Listiyarko Wijito, 2013. Penilaian BMN (Non Tanah dan Bangunan), DTSS
Pengelolaan Barang Milik Negara, Pusdiklat Kekayaan Negara dan
Perimbangan Keuangan, BPPK
Supriyanto, Heru, 2010. Cara Menghitung PBB, BPHTB dan Bea Meterai, PT.
Indeks, Jakarta
Supriyanto, Heru, 2012. Penilaian Properti Tujuan PBB, PT. Indeks, Jakarta
aan-appraiser.blogspot.com/2011/04/contoh-kasus-penilaian-hotel.html
DTSD Pajak II 57
Penilaian Properti
LAMPIRAN
DTSD Pajak II 59
Penilaian Properti
60 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 61
Penilaian Properti
62 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 63
Penilaian Properti
64 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 65
Penilaian Properti
66 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 67
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 69
Penilaian Properti
70 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 71
Penilaian Properti
72 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 73
Penilaian Properti
74 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 75
Penilaian Properti
76 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 77
Penilaian Properti
78 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 79
Penilaian Properti
80 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 81
Penilaian Properti
82 DTSD Pajak II
Penilaian Properti
DTSD Pajak II 83