1.0 Pendahuluan
1.1 Standar Penilaian Indonesia (SPI) ini diterapkan agar Penilaian Bisnis dilaksanakan oleh para
penilai dengan lebih konsisten dan lebih bermutu sehingga bermanfaat bagi pengguna jasa
penilaian.
1.2 Penilaian Bisnis biasanya dilakukan menggunakan Nilai Pasar sebagai dasar penilaian
dengan menerapkan SPI 101. Sedangkan untuk penerapan Dasar Penilaian selain Nilai
Pasar harus diberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan SPI 102.
1.3 Secara umum, Penilaian Bisnis menerapkan konsep, proses dan metode yang biasa
digunakan untuk penilaian-penilaian lainnya. Beberapa istilah mungkin bisa memiliki arti atau
penggunaan yang berbeda dan perlu penjelasan apabila digunakan. Beberapa definisi
penting yang digunakan dalam Penilaian Bisnis dikemukakan dalam standar ini.
1.4 Penilai dan pengguna jasa penilaian hendaknya berhati-hati dalam membedakan antara
nilai suatu entitas, nilai sebuah aset yang dimiliki oleh suatu entitas, dan berbagai
kemungkinan penerapan bisnis atau pertimbangan untuk Bisnis yang Berjalan yang
diperhitungkan dalam penilaian hak atas Real Properti. Sebagai contoh adalah penilaian
Properti dengan Bisnis Khusus (Lihat Jenis Properti butir 4.3.b)).
3.0 Definisi
3.1 Arus Kas Bersih (AKB) adalah jumlah kas yang:
a) tersedia setelah terpenuhinya kebutuhan kas untuk kegiatan operasional;
Dasar Nilai
5.5 Sesuai dengan SPI 101 dan SPI 102. Penilai harus memilih Dasar Nilai yang tepat ketika
menilai sebuah bisnis atau kepentingan bisnis.
5.6 Sering kali penilaian bisnis dilakukan menggunakan Dasar Nilai yang didefinisikan oleh
entitas/ organisasi selain IVSC dan hal ini adalah tanggung jawab seorang penilai untuk
memahami dan mengikuti peraturan, kasus hukum, dan/atau panduan interpretative lain
yang berhubungan dengan basis nilai pada tanggal penilaian
5.7 Tiga pendekatan penilaian utama yang dijelaskan dalam SPI 106 Pendekatan dan Metode
Penilaian semua dapat diterapkan untuk penilaian bisnis dan kepentingan bisnis.
5.8 Ketika memilih pendekatan dan metode, di samping persyaratan dalam SPI ini, Penilai harus
mengikuti persyaratan SPI 106 Pendekatan dan Metode Penilaian, termasuk pada butir 5.3.
Pendekatan Pasar
5.9 Pendekatan Pasar sering diterapkan dalam penilaian bisnis dan kepentingan bisnis karena
aset-aset ini sering memenuhi kriteria dalam SPI 106 - Pendekatan dan Metode Penilaian,
butir 6.1.b) atau 6.1.c). Ketika menilai bisnis dan kepentingan bisnis dengan Pendekatan
Pasar, Penilai harus mengikuti persyaratan SPI 106 Pendekatan dan Metode Penilaian,
bagian 6.1 dan 6.2.
5.10 Tiga sumber data yang paling umum digunakan untuk menilai bisnis dan kepentingan bisnis
dengan menggunakan Pendekatan Pasar adalah:
a) saham yang diperdagangkan di bursa di mana kepentingan kepemilikan bisnis serupa
diperdagangkan,
b) pasar akuisisi di mana seluruh bisnis dibeli dan dijual, dan
c) transaksi saham sebelumnya atau penawaran untuk kepemilikan bisnis yang dinilai.
5.11 Dalam Pendekatan Pasar, Penilai harus memiliki basis yang wajar dan dapat diandalkan
untuk membandingkan dengan bisnis yang sejenis dan/atau sebanding. Bisnis serupa ini
5.12 Ketika menerapkan faktor pengali pasar, penyesuaian seperti yang terdapat pada butir
6.1.f) mungkin tepat untuk digunakan.
5.13 Penilai harus mengikuti persyaratan SPI 106 Pendekatan dan Metode Penilaian, pada butir
6.2.g) dan 6.2.h) saat memilih dan menyesuaikan transaksi yang sebanding.
5.14 Penilai harus mengikuti persyaratan SPI 106 Pendekatan dan Metode Penilaian, butir
6.7dan 6.8 saat memilih dan menyesuaikan informasi perusahaan publik yang sebanding.
Pendekatan Pendapatan
5.15 Pendekatan pendapatan sering diterapkan dalam penilaian bisnis dan kepentingan bisnis
karena aset-aset ini sering memenuhi kriteria dalam SPI 106 Pendekatan dan Metode
Penilaian, butir 6.3.b) atau 6.3.c).
5.16 Ketika pendekatan pendapatan diterapkan, Penilai harus mengikuti persyaratan SPI 106
Pendekatan dan Metode Penilaian, butir 6.3 dan 6.4.
5.17 Pendapatan dan arus kas yang terkait dengan bisnis atau kepentingan bisnis dapat diukur
dalam berbagai cara dan mungkin menggunakan basis pendapatan sebelum pajak atau
sesudah pajak, meskipun penggunaan pendapatan sesudah pajak lebih umum. Kapitalisasi
atau tingkat diskonto yang diterapkan harus konsisten dengan jenis pendapatan atau arus
kas yang digunakan.
5.18 Jenis pendapatan atau arus kas yang digunakan harus konsisten dengan jenis kepentingan
yang dinilai. sebagai contoh:
a) Nilai entitas biasanya diperoleh menggunakan arus kas sebelum biaya pembayaran
utang berbunga dan tingkat diskonto yang sesuai dengan arus kan tingkat entitas,
seperti biaya rata-rata tertimbang modal.
b) Nilai ekuitas dapat dihitung menggunakan arus kas untuk ekuitas, yaitu, setelah
pembayaran utang berbunga dan tingkat diskonto yang sesuai, seperti biaya modal
ekuitas.
5.19 Pendekatan pendapatan membutuhkan estimasi tingkat kapitalisasi ketika melakukan
kapitalisasi pendapatan atau arus kas dan tingkat diskonto ketika mendiskon arus kas. Dalam
memperkirakan tingkat diskonto yang sesuai, faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh pelaku pasar untuk investasi serupa dan risiko yang
melekat pada manfaat yang diantisipasi perlu untuk dipertimbangkan. Lihat SPI 106
Pendekatan dan Metode Penilaian, butir 6.4.i) – 6.i.j).
5.20 Dalam metode yang menggunakan tingkat diskonto, pertumbuhan yang diharapkan dapat
secara eksplisit dipertimbangkan dalam perkiraan pendapatan atau arus kas. Dalam metode
kapitalisasi, pertumbuhan yang diharapkan biasanya tercermin dalam tingkat kapitalisasi.
Jika arus kas yang diperkirakan dinyatakan dalam bentuk nominal, tingkat diskonto
menggunakan inflasi/deflasi dalam memperhitungkan perubahan harga di masa mendatang.
Jika arus kas yang diperkirakan dalam bentuk riil, tingkat diskonto tidak memperhitungkan
inflasi/deflasi.
Pendekatan Biaya
5.25 Pendekatan biaya biasanya tidak dapat diterapkan dalam penilaian bisnis dan kepentingan
bisnis Namun, pendekatan biaya terkadang diterapkan dalam penilaian bisnis, khususnya di
keadaan berikut:
a) Bisnis masih dalam tahap awal atau bisnis baru di mana keuntungan dan / atau arus kas
tidak bisa ditentukan secara andal dan perbandingan dengan bisnis yang
menggunakan pendekatan pasar tidak praktis atau tidak bisa diandalkan.
b) Bisnis adalah investasi atau induk usaha, dalam hal ini metode penjumlahan
sebagaimana dijelaskan dalam SPI 106 butir 6.6.h) dan 6.6.i).
c) Bisnis tidak mewakili kelangsungan usaha (going concern) dan / atau nilai asetnya pada
saat likuidasi dapat melebihi nilai bisnis pada saat going concern.
5.27 Bagian berikut ini membahas daftar topik yang tidak lengkap yang relevan dengan
penilaian bisnis dan kepentingan bisnis:
a) Hak Kepemilikan
b) Informasi Bisnis
c) Pertimbangan Ekonomi dan Industri
d) Aset Operasi dan Non-Operasi
e) Pertimbangan Struktur Modal
Hak Kepemilikan
5.28 Hak, hak istimewa atau ketentuan yang melekat pada kepentingan kepemilikan, baik yang
dimiliki dalam kepemilikan perorangan, bentuk perusahaan atau kemitraan, membutuhkan
pertimbangan dalam proses penilaian. Hak kepemilikan biasanya didefinisikan dalam
yurisdiksi oleh dokumen hukum seperti artikel asosiasi, klausa dalam memorandum bisnis,
pasal penggabungan, peraturan, perjanjian kemitraan dan perjanjian pemegang saham
(secara kolektif "dokumen perusahaan"). Dalam beberapa situasi, kemungkinan besar perlu
untuk membedakan antara kepemilikan yang sah dan menguntungkan.
5.29 Dokumen perusahaan dapat berisi pembatasan pengalihan kepentingan atau ketentuan lain
yang relevan untuk penilaian. Misalnya, dokumen perusahaan dapat menetapkan bahwa
kepentingan harus dinilai sebagai fraksi pro rata dari seluruh modal saham yang diterbitkan
tanpa menghiraukan apakah hal tersebut merupakan kepentingan pengendali atau minoritas.
Dalam setiap kasus, hak-hak kepentingan yang dinilai dan hak-hak yang melekat pada kelas
kepentingan lainnya perlu dipertimbangkan sejak awal.
5.30 Perlu kehati-hatian untuk membedakan antara hak dan kewajiban yang melekat pada
kepentingan dan hal-hal yang dapat diterapkan hanya untuk pemegang saham tertentu
(yaitu hal-hal yang terkandung dalam perjanjian antara pemegang saham saat ini yang
mungkin tidak berlaku untuk pembeli potensial dari kepentingan kepemilikan). Tergantung
pada Dasar Nilai yang digunakan, penilai mungkin perlu untuk hanya mempertimbangkan
hak dan kewajiban yang melekat pada kepentingan yang dinilai atau kedua hak dan
pertimbangan yang melekat pada kepentingan yang dinilai dan hal-hal yang diterapkan
pada pemilik tertentu
5.31 Semua hak dan preferensi yang terkait dengan subjek bisnis atau kepentingan bisnis
seharusnya dipertimbangkan dalam penilaian, termasuk:
a) Jika terdapat beberapa kelas saham, penilaian harus mempertimbangkan hak masing-
masing kelas yang berbeda, termasuk:
1. preferensi likuidasi,
2. hak suara,
3. provisi penebusan, dan
4. opsi put dan/atau call
b) Kepentingan pengendali dalam suatu bisnis mungkin memiliki nilai yang lebih tinggi
daripada kepentingan non-pengendali. Premi kendali atau diskon tanpa pengendalian
(DLOC) mungkin dapat diterpakan tergantung metode penilaian yang digunakan. Lihat
SPI 106 butir 6.2.q).1 dan 6.2.q).2. Sehubungan dengan premium aktual yang
Informasi Bisnis
5.32 Penilaian dari entitas atau kepentingan bisnis sering membutuhkan keandalan informasi yang
diterima dari manajemen, perwakilan manajemen atau ahli lainnya. Sebagaimana
diwajibkan oleh SPI 106 butir 5.7, seorang Penilai harus melakukan analisis atas informasi
yang diterima dari manajemen, perwakilan manajemen, atau ahli lainnya untuk mengevaluasi
apakah informasi yang diberikan layak digunakan untuk tujuan penilaian. Misalnya,
informasi keuangan prospektif yang disediakan oleh manajemen dapat mencerminkan sinergi
pemilik tertentu (owner-specific synergies) yang mungkin tidak sesuai saat menggunakan
Dasar Nilai yang membutuhkan perspektif pelaku pasar.
5.33 Meskipun nilai pada tanggal tertentu merefleksikan manfaat yang diharapkan dari
kepemilikan masa depan, riwayat bisnis sangat berguna karena dapat memberi petunjuk
tentang ekspektasi di masa depan. Oleh karena itu, Penilai harus mempertimbangkan
laporan keuangan historis bisnis sebagai bagian dari perikatan penilaian.
5.34 Sejauh kinerja bisnis di masa depan diharapkan berbeda secara signifikan dari pengalaman
sebelumnya, Penilai harus memahami mengapa kinerja historis tidak mewakili harapan masa
depan bisnis.