Disampaikan pada: Lokakarya Virtual Seri V MMPP USU Medan, Tanggal 14 November 2020
Outline
• Tingkat diskonto (Discount Rate) sering digantikan dengan istilah Yield Capitalization, Biaya Kapital
(Cost of Capital), Biaya Ekuitas (Cost of Equity), Expected Rate of Return & Required Rate of Return
• Penilai harus menggunakan metode yang sesuai dalam menentukan tingkat diskonto. Walaupun
terdapat banyak metode untuk menentukan tingkat diskonto yang wajar, berikut adalah metode
yang umum digunakan:
• Capital Asset Pricing Model (CAPM)
• Weighted Average Cost of Capital (WACC)
• Tingkat pengembalian/yield yang diobservasi atau diduga
• Internal Rate of Return (IRR)
• Weighted Average Return on Assets (WARA)
• Metode build-up (umumnya digunakan hanya pada saat tidak adanya data masukan pasar)
• Band of investment-komponen utang dan ekuitas
• Band of investment-komponen tanah dan bangunan
Tingkat Diskonto - Persyaratan
• WACC1 adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pelaku pasar yang ingin berinvestasi
dengan menginvestasi-kannya dalam bentuk utang dan ekuitas, yaitu:
• Di mana:
• Ke = biaya ekuitas;
• E = nilai pasar dari ekuitas;
• Kd = biaya utang;
• D = nilai pasar dari utang; dan
• T = tarif pajak perusahaan.
1) untuk Bisnis
BOI (Band of Investment)
• Di mana:
• Md = Bobot utang
• Kd = biaya utang
• Me = Bobot ekuitas
• Ke = biaya ekuitas
2) Untuk Properti
CAPM (Cost Asset Pricing Model)
• Biaya ekuitas merepresentasikan tingkat pengembalian ekuitas yang diharapkan oleh investor. Biaya
ekuitas tidak mudah diamati di pasar. Terdapat beberapa model untuk mengestimasi biaya ekuitas,
dengan metode yang paling umum yaitu menggunakan satu atau lebih variasi dari Capital Asset
Pricing Model (CAPM). Berdasarkan CAPM, biaya ekuitas dihitung sebagai berikut:
Ke = Rf + β * (Rm – Rf ) + α
Di mana:
• Rf = tingkat balikan bebas risiko – tingkat pengembalian saat ini untuk aset bebas risiko;
• Rm = tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pasar;
• (Rm - Rf ) = premi risiko di atas tingkat balikan bebas risiko yang diperoleh dari portofolio yang terdiri dari seluruh aset di ‘pasar’;
• β = faktor beta, menjadi ukuran risiko sistematik (atau tidak terdiversifikasi) dari aset tertentu relatif terhadap risiko portofolio yang
terdiri dari seluruh aset yang berisiko; dan
• α = faktor alpha, menjadi risiko spesifik perusahaan (yaitu yang mungkin mencerminkan jenis properti, perusahaan dan premi risiko
lainnya)
Isu Tingkat Diskonto, CAPM dan Beta
Isu Tingkat Diskonto (1)
1. Tingkat diskonto sebagai Biaya Kapital lebih menggambarkan Forward-looking, bukan suatu
observasi dan mewakili ekspektasi investor (Grabowoski, 2011);
2. Tingkat diskonto merupakan fungsi dari investasi bukan investor (Ibbotson);
3. Penggunaan CAPM dalam menentukan Biaya Ekuitas banyak menghadapi kritikan dengan
berbagai alasan, salah satu alasannya CAPM itu mewakili expected return. Sementara Penilaian
dan Investasi lebih mewakili required return (Fernandez, 2015);
4. Salah satu kelemahan praktis dari CAPM dalam mengestimasi tingkat kapitalisasi untuk
kepentingan penilaian properti adalah, apakah secara fundamental teori yang dibangun dalam
menentukan nilai atas investasi sekuiritas dalam suatu portofolio telah sesuai dalam menentukan
nilai dari suat aset yang tidak likuid dalam kondisi as going concern? CAPM didesain untuk
mengestimasi tingkat pengembalian yang wajar atas investasi bukan menentukan tingkat
kapitalisasi (Schweihs & Reilly).
Isu Tingkat Diskonto (2)
5. Banyak analis berpendapat bahwa investasi real estate membutuhkan investasi yang sangat besar,
sehingga investor mungkin tidak dapat melakukan diversifikasi atas apa yang dimilikinya.
Investor mencatat bahwa investasi real estate membutuhkan pengetahuan khusus dalam
berinvestasi. Akibatnya, investor mencatat bahwa penggunaan Biaya Ekuitas dari CAPM atau
APM (Arbitrage Pricing Model), yang menganggap bahwa risiko non-diversifiable menjadi
pertimbangan, adalah tidak cocok untuk memperkirakan biaya ekuitas untuk real estate
(Damodaran, 2014)
6. Penerapan Beta pada CAPM untuk keperluan penentuan biaya ekuitas pada investasi real estate
sukar memenuhi kesetaraan yang sejenis dan sebanding. Beta diperoleh dari resiko pasar yang
bersifat sistemik yang merupakan korelasi dari pergerakan indeks saham perusahaan dan indeks
saham gabungan dalam jangka waktu tertentu. Resiko pasar yang diwakili Beta menjadi tidak
relevan dengan resiko yang ada pada suatu real estate bersifat individu.
Risiko
Beta
• Beta merupakan ukuran dari resiko pasar (biasanya diambil dari pasar sekuritas/ekuitas);
• Beta digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat keuntungan suatu saham berubah
dibandingkan dengan perubahan tingkat keuntungan pasar;
• Saham yang memiliki beta yang tinggi >1 akan lebih volatail dibandingkan saham rata-rata yang
memiliki beta = 1;
• Beta portofolio adalah rata-rata tertimbang dari beta sekuritas individu dalam portofolio;
Systematic and Unsystematic Risk
Total Risk
Systematic Risk (market risk)
Sumber: David Polan, PwC Transaction Services – Valuation, When Beta Breaks Down; Practical Approaches to Improving Cost of Capital Estimates, Nov 2020
Permasalahan Beta
Sumber: David Polan, PwC Transaction Services – Valuation, When Beta Breaks Down; Practical Approaches to Improving Cost of Capital Estimates, Nov 2020
Permasalahan Beta
Sumber: David Polan, PwC Transaction Services – Valuation, When Beta Breaks Down; Practical Approaches to Improving Cost of Capital Estimates, Nov 2020
Permasalahan Beta
Alternatif Beta untuk Properti
Alternatif untuk Real Properti
Penggunaan tingkat diskonto merupakan komponen utama dalam perhitungan pendekatan pendapatan dimana salah satu metode yang digunakan
adalah Diskonto Arus Kas (Discounted Cash Flow). Penentuan asumsi tingkat diskonto dalam konteks market value sewajarnya menggambarkan mayoritas
target pengembalian dari tiap individu di pasar.
Salah satu pendekatan yang umum digunakan adalah WACC dimana salah satu komponennya didasarkan pada Teknik CAPM.
If the future receipts and expenses are to be discounted, then the question is “at what rate?”
When calculating the worth of an investment to an individual investor, the discount rate will be the investor’s target rate. When the method is used to
determine a general market value, a discount rate must be adopted which is at or around the majority of individual target rates, i.e. a market-derived
discount rate (Modern Method of Valuation 11th Ed)
E(r) = Rf + b x Rp
Expected Asset Return Risk Free Rate Beta Market Risk Premium
Estimation of Future Government Measure of Additional risk other
Return within range of Bonds Yield, volatility in terms than systematic risk (Rf),
possibilities guaranteed Return of market value specific to the assets
Rp = E(rm) - Rf
Expected Market Return
Estimation of Future
Return within market
Capital Asset Pricing Model defined the expected return of an asset is the risk premium for the market scaled by a
factor related to the systematic risk or market risk (Brown and Matysiak, 2000).
TR = CR + IR
𝐶𝑜𝑣 TR$%%&!% , TR '()*&!
Formula 𝑏=
𝑉𝑎𝑟 TR '()*&! Total Return of Assets Capital Return/Gain Income Return
Pertumbuhan Nilai Aset Persentase
dinyatakan dalam pendapatan
persen terhadap nilai aset
Stocks with a beta of one have the same risk as the market because their returns tend to move in lock step with the market. Stocks with a beta of more than one are more volatile than the
market, and are considered aggressive investments relative to the market. Stocks with a beta of less than one are less risky (or volatile) than the market and are called defensive stocks.
Covariance
Sewa Properti Income Return Total Return Sektor
(Rsektor,Rpasar)
+ ∑ x
Variance
Harga Jual Capital Return Bobot Sektor
(Rpasar)
= = =
Periode Data Total Return Total Return Pasar Betatahun-t
Data Masukan: Sewa properti dan Harga jual properti yang sudah terdata secara periodic, dapat tahunan, kuartal, atau bulanan.
Return Sektor: Terdapat jenis return yang perlu dihitung. Income Return (Pengembalian Pendapatan) dimana diasumsikan sebagai initial yield. Capital return dimana
akan dilihat dari pertumbuhan harga jual. Penjumlahan keduanya akan menggambarkan Total Return yaitu pengembalian total dari properti.
Return Pasar: Didapatkan dari rata-rata tertimbang atas return pada seluruh sektor dimana bobot didapatkan dari komposisi GDV tiap sektor terhadap total GDV
seluruh sektor. Perhitungan GDV secara sederhana adalah harga jual dikalikan dengan luas seluruh stok terisi.
Estimasi Beta: Setelah melakukan perhitungan return sektor dan pasar sejumlah periode tertentu (3 – 5 tahun, kuartal), maka perhitungan beta dilakukan dengan
menghitung Coavariance antara sektor dan pasar dibagi dengan covariance pasar.
1 1,91% 159.127.703 15,54% 278.817.109 29,08% 397.299.352 19,39% 835.244.163 19,05% 33,38% 47,57% 100,00%
2 2,55% 174.281.158 20,78% 300.986.864 28,79% 399.489.064 20,80% 874.757.086 19,92% 34,41% 45,67% 100,00% 𝐺𝐷𝑉!"#$%&
2015
3 3,40% 182.878.194 20,94% 298.322.353 28,41% 408.915.511 20,77% 890.116.059 20,55% 33,51% 45,94% 100,00% 2,31 1,46 0,14 1,00 Portion = Σ
4 3,28% 190.728.526 19,73% 298.290.926 21,61% 412.647.291 17,11% 901.666.743 21,15% 33,08% 45,76% 100,00% 2,08 1,17 0,42 1,00 𝐺𝐷𝑉'(&#"$
1 7,81% 182.699.183 18,18% 292.102.330 16,54% 413.884.922 15,28% 888.686.434 20,56% 32,87% 46,57% 100,00% 1,86 1,04 0,60 1,00
2 9,29% 195.103.759 11,03% 300.847.518 15,99% 416.916.269 12,92% 912.867.545 21,37% 32,96% 45,67% 100,00% 1,57 0,97 0,77 1,00
2016
3 8,46% 198.865.349 10,68% 305.672.206 13,18% 420.487.588 11,34% 925.025.143 21,50% 33,04% 45,46% 100,00% 1,28 0,85 0,98 1,00
4 9,64% 208.737.867 10,76% 308.804.917 12,64% 423.845.068 11,36% 941.387.853 22,17% 32,80% 45,02% 100,00% 0,91 0,77 1,17 1,00
1 11,57% 214.036.029 10,97% 313.813.849 12,50% 423.624.517 11,79% 951.474.394 22,50% 32,98% 44,52% 100,00% 0,33 0,83 1,36 1,00
Market Return = Σ(𝑃𝑜𝑟𝑡𝑖𝑜𝑛 × 𝑇𝑅!"#$%& )
2 9,89% 217.255.279 9,82% 314.409.142 12,41% 424.987.340 10,99% 956.651.762 22,71% 32,87% 44,42% 100,00% -0,27 0,81 1,61 1,00
2017
3 11,08% 220.790.905 9,85% 314.628.057 12,74% 428.660.279 11,42% 964.079.241 22,90% 32,64% 44,46% 100,00% -0,70 0,95 1,72 1,00
4 10,83% 224.611.234 9,93% 317.634.645 12,47% 429.111.908 11,26% 971.357.787 23,12% 32,70% 44,18% 100,00% -0,86 1,08 1,74 1,00
1 10,73% 232.711.062 9,41% 319.207.651 12,56% 430.316.254 11,10% 982.234.967 23,69% 32,50% 43,81% 100,00% -0,82 1,23 1,64 1,00
2 10,75% 242.785.493 9,30% 320.656.732 9,66% 418.047.913 9,81% 981.490.138 24,74% 32,67% 42,59% 100,00% -0,80 1,30 1,59 1,00
2018
3 11,08% 245.782.659 11,35% 333.364.836 9,61% 422.237.322 10,55% 1.001.384.817 24,54% 33,29% 42,17% 100,00% -0,95 1,56 1,49 1,00
𝐶𝑜𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒 TR !"#$%& , TR '(&#"$
4 11,03% 249.763.063 11,23% 334.064.390 9,28% 422.480.960 10,36% 1.006.308.413 24,82% 33,20% 41,98% 100,00% -0,57 1,42 1,42 1,00 𝑏𝑒𝑡𝑎 =
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒 TR '(&#"$
Sumber Data: PPKOM Bank Indonesia, diolah
Pertimbangan Asumsi:
3yr Return: Perhitungan beta menggunakan rata-rata berjalan selama 3 tahun terakhir dengan dasar investasi properti palin
cepat setidaknya 3 tahun berjalan dan kondisi pasar telah mengalami pergesar pada jangka waktu tersebut
Market Return: Perhitungan market return menggunakan rata-rata tertimbang dimana pembobotan berdasarkan persentase
nilai GDV sektor terhadap seluruh GDV pasar. Pendekatan ini mengacu ke teori portfolio investasi dimana return portfolio
adalah rata-rata tertimbang dari return tiap aset terhadap porsi investasinya. GDV diasumsikan sebagai nilai investasi untuk
akuisisi aset terbangun.
Stok Terisi: Penggunaan stok properti terisi didasarkan pada estimasi beta yang sifatnya historikal dan pengembalian hanya
berasal pada aset yang telah diinvestasikan (sudah terjual).
Benchmark Pasar: Estimasi beta sangat bergantung pada asumsi pasar yang
digunakan dimana perbedaan asumsi pasar akan berpengaruh signifikan
terhadap hasilnya. Dasar asumsi terkait acuan pasar dapat mempertimbangkan
aspek lokasi, sektor, dan segmentasi serta konsisten dalam penggunaannya.
0,8000
seragam dan fluktuatif
untuk masing-masing
0,7000 wilayah
0,6000
0,5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
12,00%
11,70%
11,43%
11,50%
11,55%
11,50% 11,32%
11,19% 11,56%
11,00% 10,72% 10,76%
10,84%
10,50%
10,44%
10,12%
10,00% 10,30%
9,57%
9,50%
9,00%
2017 2018 2019 Mrt-2020 Sep-20
Agri - Beta Saham Agri - Beta Harga CPO Agri Ekuitas - Beta Saham
Discount Rate
2017 2018 2019 Mrt-2020 Sep-20
Agri - Beta Saham 11,19% 11,55% 10,44% 11,43% 10,76%
Agri - Beta Harga CPO 10,84% 11,70% 10,30% 10,12% 9,57%
Agri Ekuitas - Beta Saham 11,32% 11,56% 10,72% 12,23% 11,50%
Sumber: Riset RHR diolah dari beberapa sumber, Nov 2020
Beta & CAPM – Real Properti?
• Beta merupakan ukuran volatilitas suatu sektor atau aset/perusahaan terhadap benchmarknya. Beta
dibawah/diatas 1 dipahami sebagai tingkatan resiko yang lebih tinggi terhadap pasar acuannya
• Metode WACC dan BOI memiliki pendekatan yang serupa tetapi berada pada konteks yang berbeda. WACC
mengacu kepada penggunaan pada komposisi ekuitas-hutang perusahaan sementara BOI mengacu kepada
persepsi investasi. Penilaian real properti didasarkan pada investasi terhadap real properti, tidak pada
perusahaan.
• Secara teori, CAPM digunakan sebagai estimasi tingkat pengembalian yang diharapkan (Future/Expected Return).
Pada implementasi beta dan CAPM pada pembahasan sebelumnya, data yang digunakan adalah sifatnya historis.
Sekalipun begitu, hasil estimasi beta dan CAPM tetap diasumsikan sebagai tingkat pengembalian yang
diharapkan. Asumsi dasar adalah tingkat pengembalian pada masa lampau sangat mungkin terjadi kembali
di masa depan.
• Implementasi beta dilakukan menggunakan informasi terkait harga jual dan pendapatan sewa. Pada implementasi
tersebut, penggunaan asumsi dilakukan atas dasar keyakinan asumsi tersebut mendekati kondisi data
sebenarnya. Penentuan asumsi dasar terhadap data inputan beta akan berdampak signifikan terhadap beta
yang dihasilkan. Pendekatan perhitungan terkait return perlu diutamakan sebelum melakukan
perhitungan beta.
Kesimpulan
1. Estimasi beta properti mungkin untuk dilakukan dengan kecukupan data pendukung dan
penggunaan asumsi
2. Prinsip beta properti pada konteks nilai pasar untuk real properti sewajarnya didasarkan pada
informasi pasar
3. Karena didasarkan pada prinsip yang sesuai, terlepas terdapat perbedaan ataupun kemiripan
hasil beta real properti dan saham, beta real properti harus diutamakan.
4. Beta berdampak pada tingkat resiko dimana akan berdampak pada tingkat diskonto dan nilai.
Sekalipun begitu, perubahan tingkat diskonto juga dipengaruhi faktor selain beta.
5. Implementasi beta pada konteks penilaian aset harus sejalan dengan konsep penilaian pada
standar.
6. Pada implementasinya, pergerakan beta secara berkala sewajarnya sejalan dengan kinerja pasar
real properti. Mengacu kepada konsep return, pergeseran tersebut dapat megindikasikan
perubahan pada yield, properti growth, dan periode perhitungan.
Terima Kasih / Q & A
HY/FF/2020