Anda di halaman 1dari 15

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan
atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah, dan merubah (a Carpenito, 2000).

Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan adalah “masalah kesehatan actual dan
potensial dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai
kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan”. Kewanangan tersebut didasarkan pada standar
praktek keperawatan dan etik keperawatan yang berlaku di Indonesia

NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah ”keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat”.

Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai
”defenisi karakteristik”. Definisi karakteristik tersebut dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah
sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien.

Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi
anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007)

Diagnosa keperawatan berfokus pada, respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan
dibandingkan dengan kejadian fisiologis, komplikasi, atau penyakit.

Tujuan Pencatatan Diagnosa Keperawatan

¢ Menyediakan definisi yang tepat yang dapat memberikan bahasa yang sama dalam memahami
kebutuhan klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan.

¢ Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan sendiri, dengan profesi
pelayanan kesehatan yang lain, dan masyarakat.

¢ Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan lain.

¢ Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.


¢ Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan.

PERBEDAAN DIAGNOSA MEDIS DAN PERAWATAN

Diagnosa Medis

¢ Fokus: Faktor-faktor pengobatan penyakit

¢ Orientasi: Keadaan patologis

¢ Cenderung tetap, mulai sakit sampai sembuh

¢ Mengarah pada tindakan medis yang sebagai dilimpahkan kepada perawat

¢ Diagnosa medis melengkapi diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan

¢ Fokus: reaksi/ respon klien terhadap tidakan keperawatan dan tindakan medis/ lainya

¢ Orientasi: kebutuhan dasar individu

¢ Berubah sesuai perubahan responden klien

¢ Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan dan evaluasinya

¢ Diagnosa keperawatan melengkapi diagnosa medis

Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi:

1.Klasifikasi dan Analisa Data

2.Interpretasi Data

3.Validasi Data

4.Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. KLASIFIKASI DAN ANALISA DATA

Pengelompokan data adalah mengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien
mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahnnya. Setelah
data dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah klien dan merumuskannya.
Pengelompokan data dapat disusun berdasarkan ”pola respon manusia ( taksomi NANDA )” dan atau
”pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982)”.

PENGGOLONGAN MASALAH KEPERAWATAN

”RESPON MANUSIA” (TAKSONOMI NANDA I): 9 pola

— Pertukaran

— Komunikasi

— Berhubungan

— Nilai nilai

— Pilihan

— Bergerak

— Penafsiran

— Pengetahuan

— Perasaan

”POLA FUNGSI KESEHATAN”: 11 pola (Gordon, 1982 cited in Asih, 1994)

¢ Persepsi Kesehatan: pola penatalaksanaan kesehatan

¢ Nutrisi: pola metabolisma

¢ Pola eliminas

¢ Aktifitas: pola latihan


¢ Kognitif: pola istirahat

¢ Kognitif: pola perseptual

¢ Persepsi diri: pola konsep diri

¢ Peran: pola berhubungan

¢ Seksualitas: pola reproduktif

¢ Koping: pola toleransi stress

¢ Nilai: pola keyakinan

IDENTIFIKASI

Dari daftar data yang dikumpulkan, maka perawat dapat mengidentifikasi daftar kebutuhan dan masalah
klien dengan menggambarkan adanya suatu sebab-akibat yang dapat digambarkan sebagai ”pohon
masalah” (Problem Tree).

POHON MASALAH

¢ Langkah-langkah dalam pohon masalah adalah:

— Tentukan masalah utama (core problem) berdasarkan identifikasi data subyektif (keluhan utama) dan
obyektif (data-data mayor)

— Identifikasi penyebab (E) dari masalah utama.

— Identifikasi penyebab dari penyebab masalah utama (akar dari masalah)

— Identifikasi penyebab dari penyebab masalah

VALIDASI DATA

Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat yang dilakukan bersama klien/ keluarga
dan atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan dan peryataan yang
reflektif kepada klien / keluarga tentang kejelasan interpretasi data. ( Iyer, taptich & Bernocchi-Losey,
1996)
Menurut price ada beberapa indikasi pertanyaan tentang respon yang menentukan diagnosa
keperawatan:

¢ Apakah data dasar mencukupi, akurat dan berasal dari beberapa konsep keperawatan?

¢ Apakah data yang signifikan menunjukan gangguan pola?

¢ Apakah ada data-data subyektif dan obyektif mendukung terjadinya gangguan pola pada klien?

¢ Apakah diagnosa keperawatan yang ada berdasarkan pemahaman ilmu keperawatan dan keahlian
klinik?

¢ Apakah diagnosa keperawatan yang ada dapat dicegah, dikurangi dan diselesaikan dengan melakukan
tindakan keperawatan yang independen?

MERUMUSKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan menurut Carpentio (2000) dapat dibedakan menjadi 5 kategori:

(1) Aktual

(2) Resiko

(3) Kemungkinan

(4) Keperawatan welness

(5) Keperawatan Sindrom

Aktual:

menjelaskan maslah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
Syarat: menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Syindrom (S) harus memenuhi
kriteria mayor (80%-100%) dan sebagai kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.

Misalnya, ada data: muntah, diare, dan turgor jelek selama 3 hari

Diagnosa: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal
(Taylor, Lilis & LeMone, 1988, p. 283).

Resiko:

menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat, 1990)

Syarat: menegakkan resiko diagnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi).

Penggunaan istilah ” resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan / kerentanan terhadap
masalah.

Diagnosa:”Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menerus”.

Kemungkinan:

menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah (Keliat, 1990).

Syarat menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon (Problem) dan

faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.

Diagnosa: Kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/ terisolasi berhubungan dengan konsep diri.

Diagnosa Keperawatan ”wellness”

Diagnosa Keperawatan wellnees (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga,
dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
Ada 2 kunci yang harus ada:

(1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
(2) Adanya status dan fungsi yang efektif

Pernyataan diagnosa keperawatan yang dituliskan adalah ”potensial untuk peningkatan ……”. Perlu
dicatat bahwa diagnosa keperawatan kategori ini tidak mengandung unsur ”faktor yang berhubungan”.

¢ Contoh : Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga

¢ Hasil yang diharapkan meliputi:

¢ Makan pagi bersama selama 5 hari / minggu

¢ Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga

¢ Menjaga kerahasian setiap anggota keluarga

Diagnosa Keperawatan ”Syndrome”

Diagnosa Keperawatan sindrom adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual
dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul/ timbul karena suatu kejadian / situasi tertentu.
Manfaat diagnosa keperawatan sindrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian
perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.

¢ Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom:

(1) Syndrom trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome) pada diagnosa keperawatan diatas lebih
menunjukkan adanya kelompok tanda dan gejala dari pada kelompok diagnosa keperawatan. Tanda dan
gejala terserabut meliputi:

– Cemas; takut; sedih; gangguan istirahat dan tidur; dan resiko tinggi nyeri sewaktu melakukan
hubungan seksual.

(2)Resiko sindrom penyalahgunaan (Risk for Disuse Syndrome)


CONTOH RESIKO SYNDROM PENYALAHGUNAAN

¢ Resiko Konseptual

¢ Resiko perubahan fungsi pernapasaan

¢ Resiko infeksi

¢ Resiko Trombosis

¢ Resiko Gangguan aktivitas

¢ Resiko perlukaanKerusakan mobilisasi fisik

¢ Resiko gangguan proses pikir

¢ Resiko gangguan gambaran diri

¢ Resiko ketidakberdayaan (Powerlessness)

¢ Resiko kerusakan Integritas jaringan


Perencanaan Keperawatan

Definisi Perencanaan Keperawatan:

Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk
mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah
ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.

Perencanaan adalah merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.Suatu perencanaan yang tertulis dengan
baik akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan karena perencanaan adalah sumber
informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan keperawatan klien.

Perencanaan merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis
keperawatan.

Tahapan Perencanaan Keperawatan

1. Penentuan prioritas diagnosis

Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis keperawatan / masalah klien dengan
menggunakan tingkat kedaruratan / kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan
yang dibutuhkan (Henry dan Walker, 2004).

Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis amana yang
akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan.

Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)

Prioritas tinggi : Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mnengancam kehidupan (nyawa seseorang)
sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.
Prioritas sedang : Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup
klien seperti masalah higiene perseorangan.

Prioritas rendah : Prioritas rendah ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan
prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangn atau lainnya.

Berdasarkan kebutusan Maslow

Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya
kebutuhan fisiogis keselamatan dan keamanan mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri,
yang dapat digambarkan sebagai berikut:

http://assets.kompasiana.com/statics/files/14067877821583878387.jpg

Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan
urutan kebutuhan dasar manusia diantaranya:

a) Kebutuhan fisiologis

Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.

b) Kebutuhan keamanan dan keselamatan

Meliputi masalh lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa
takut.

c) Kebutuhan mencintai dan dicintai

Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia.

d) Kebutuhan harga diri

Meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.

e) Kebutuhan aktualisasi diri

Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.

Berdasarkan Hirarki Kalish

Menentukan prioritas dengan pendekatan kebutuhan individu untuk bertahan dan berstimulasi / respon.

Berdasarkan kepentingannya prioritas dapat dikatagorikan menjadi,

Kepentingan awal :
Diagnosis keperawatan yang jika tidak ditangani dapat membahayakan klien atau pihak lain menempati
prioritas tertinggi.

Contoh :

Resiko terjadinya kekerasan, gangguan pertukaran gas, dan penurunan curah jantung merupakan
diagnosis keperawatan dengan prioritas keselamatan, oksigenasi adekuat, dan sirkulasi adekuat.

Selain itu, kondisi yang unik pada setiap klien juga dapat dipertimbangkan. Prioritas awal terkadang
bersifat fisiologis sekaligus psikologis dan dapat merujuk pada kebutuhan dasar lainnya. Hindari
klasifikasi prioritas yang hanya berdasarkan kondisi fisiologis. Sebagai contoh kasus Nn. Devine :

Lisa hendak memulai perencanaan asuhan keperawatan bagi Nn. Devine. Pada tahap diagnostik, Lisa
mengidentifikasi empat diagnosis keperawatan pada Nn. Devine, yaitu nyeri akut, ansietas, kurang
pengetahuan, dan gangguan mobilitas fisik. Lisa bertugas melayani Nn. Devine sejak pagi ini sampai
masa operasi tiba. Setelah operasi selasia, Lisa tidak bekerja pada unit tersebut, namun sebagai perawat
utama Nn. Devine, Lisa akan memberikan arahan bagi staf yang akan melanjutksn perawataan.
Perencanaan yang matang meliputi pengamatan pada hubungan antara masalah klien, pengenalan
keutamaan masalah tertentu diatas masalah lainnya, dan pemberian asuhan keperawatan yang tepat.
Nn. Devine merupakan mitra yang tepat dalam memilih tindakan yang sesuai dengan kebutuhan,
kekuatan, dan keterbatasannya. Lisa menyadari harus bekerja cepat dalam menyusun rencana karena
Nn. Devine akan segera menjalani operasi pada siang hari.

Pada kasus tersebut nyeri akut dan ansietas menempati prioritas tertinggi. Lisa menyadari bahwa ia
harus meringankan rasa nyeri akut pada Nn. Devine dan mengurangi ansietas agar klien dapat menjalani
operasi dengan tenang.

Kepentingan sedang :

Prioritas sedang, meliputi kebutuhan nondarurat dan tidak mengacam nyawa klien. Pada kasus Nn.
Devine, kurang pengetahuan merupakan diagnosa sedang. Lisa harus mampu mempersiapkan Nn.
Devine dengan baik untuk menjalani operasi. Instruksi yang terfokus dan disesuaikan akan membantu
Nn. Devine memahami hal yang akn terjadi pascaoperasi, dan bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan
pascaoperasi. Menangani diagnosa tentang kurang pengetahuan akan meminimalisasi komplikasi
pascaoperasi. Setelah Lisa menangani diagnosis dan ansietas, Nn. Devine akan lebih terbuka untuk
belajar. Selain itu, setelah Nn. Devine memahami tentang operasi yang akan dijalaninya, diharapakan
ansietasnya dapat berkurang.

Kepentingan akhir :
Diagnosis keperawatan dengan prioritas rendah tidak selalu berhubungan langsung dengan penyakit
atau prognosis, namun dapat mempengaruhi kesejahteraan klien di masa depan. Sebagian besar
diagnosis prioritas rendah berfokus pada kebutuhan layanan kesehatan jangka panjang

Pada kasus Nn. Devine, gangguan mobilitas fisik tidak hanya disebabkan oleh nyeri, tetapi juga oleh
kondisi medisnya, yaitu herniasi diskus vertebralis. Lisa akan mengawasi diagnosis ini, terutama
pascaoperasi. Untuk saat ini Lisa akan berusaha membuat Nn. Devine merasa senyaman mungkin. Hal ini
dapat meningkatkan kemampuannya untuk berganti posisi. Setelah operasi selesai, Lisa harus melakukan
pengkajian ulang. Jika gangguan mobilitas fisik masih menjadi gangguan, prioritas ini akan meningkat
karena sangat penting bagi Nn. Devine untuk mencapai mobilitas normal agar pemulihan menjadi
lengkap dan mencegah komplikasi pascaoperasi.

Urutan prioritas dapat berubah seiring kondisi klien, bahkan dalam hitungan menit. Setiap memulai
pelayanan, seperti pada awal giliran jaga di rumah sakit atau kunjungan klinik ke klinik, harus dilakukan
penyusunan ulang prioritas. Pengkajian klien yang kontinu sangat penting untuk menentukan status
diagnosis keperawatan pada klien. Urutan prioritas yang tepat akan menjamin pemenuhan kebutuhan
klien secara tepat waktu dan efektif.

Berdasarkan Prioritas Waktu

Berdasarkan prioritas waktu, White (2003) menjelaskan bahwa perencanaan asuhan keperawatan terjadi
dalam tiga fase yaitu,

Awal :

Perencanaan awal meliputi penyusunan rencana pendahuluan setelah dilakukan pengkajian, saat klien
masuk, dan seleksi awal diagnosis keperawatan. Karena masa perawaatan di rumah sakit yang semakin
singkat, perencanaan awal sangat penting dalam menangani diagnosis keperawatan dan masalah
kolaboratif untuk mempercepat pemecahan masalah.

Sedang berlangsung :

Perencanaan yang sedang berlangsung meliputi pembaruan rencana asuhan keperawatan klien secaar
kontinu. Saat kondisi klien berubah, anda harus melakukan pengkajian informasi baru dan mengevaluasi
status klien. Selama perencanaan yang sedang berlangsung, anda terkadang merevisi rencana awal dan
selanjutnya menyesuaikan tindakan anda (White, 2003)

Pemulangan :

Perencanaan pemulangan merupakan fase akhir. Fase ini meliputi antisipasi dan persiapan untuk
memenuhi kebutuhan klien setelah dipulangkan.

(Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition)


2. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan

Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis keperawatan dengan kata
lain tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut:

S (subjek) : Perilaku pasien yang diamati.

P (predikat) : Kondisi yang melengkapi pasien.

K (kriteria) : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.

K (kondisi) : Sesuatu yang menyebabkan asuahan diberikan.

W (waktu) : Waktu yang ingin dicapai.

Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang
faktor-faktor yang dpat memberi petunjuk bahwa tujuan telah dicapai dan digunakan dalam membuat
pertimbangan dengan ciri-ciri sebagai berikut: setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang
telah ditetapkan, hasil yang telah ditetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk dicapai, setiap
kriteria hasil adalah pernyataan satu hal spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan
pengukuran, kriteria cukup besar atau dpat diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar dan kriteria
menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.

3. Penentuan rencana tindakan

Langkah dalam tahap perencanaan ini dilakukan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan dengan menentukan rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam mengatasi masalah
klien. Dalam membuat rencana tindakan perawat harus mengetahui juga tentang instruksi atau perintah
tentang tindakan keperawatan apa yang akan dilakukan dari perawat primer (pembuat asuhan
keperawatan primer). Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan, maka ada beberapa
persyaratan dalam menuliskan rencana tindakan diantaranya harus terdapat unsur tanggal, kata kerja
yang dapat diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar, adanya subjek, hasil, target tanggal dan tanda
tangan perawat.

Dalam penentuan rencana tindakan terdapat beberapa instruksi tindakan keperawatan yang merupakan
suatu bentuk tindakan yang menunjukan perawatan dan pengobatan khusus, dimana perawat
mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan pada pasien tertentu. Perawatan dan pengobatan
dirancang untuk membantu pencapaian satu atau lebih dari tujuan perawatan sehingga dapat
mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari masalah pasien.

(A. Aziz Alimul Hidayat, pengantar konsep dasar keperawatan)


Macam intervensi (tindakan):

Intervensi Keperawatan Independen:

Tindakan yang dilakukan perawat (nurse initiated intervention).

Tindakan ini tidak membutuhkan arahan dari profesional kesehatan lainnya (Wood, 2003). Sebagai
perawat, Anda bertindak secara independen untuk mewakili klien. Tindakan yang dilakukan oleh perawat
merupakan tindakan otonom yang berdasarkan alasan ilmiah, contohnya: elevasi, ekstremitas yang
mengalami edema, menginformasiakn klien tentang efek samping pengobatan, atau mengarahkan klien
untuk menekan luka saat batuk. Tindakan ini bermanfaat bagi klien sesuai dengan diagnosis
keperawatan dan tujuan (Bulechek et al., 2008). Tindakan yang dilakukan oleh perawat tidak
membutuhkan pengawasan atau arahan dari pihak lain. Setiap negara bagian di Amerika serikat telah
menyusun Nursing Practice Art yang mendefinisikan cakupan hukum dari praktik keperawatan. Menurut
Nursing Practice Art, intervensi keperawatan independen mencakup kegiatan harian, edukasi dan
promosi kesehatan, serta konseling.

Intervensi Keperawatan Dependen:

Tindakan yang membutuhkan arahan dari dokter atau profesional kesehatan lainnya. Tindakan ini
didasarkan pada respon dokter atau tenaga kesehatan untuk menangani suatu diagnosis medis. Perawat
pelaksana yang bekerja atas persetujuan kolaborasi dengan dokter atau telah memiliki isensi independen
juga dapat menuliskan tindakan ini. Sebagai perawat Anda melakukan tindakan dengan melaksanakan
instruksi tertulis atau lisan dari penyelenggara independen. Contohnya: adalah pemberian obat,
pelaksanaan prosedur invasif, penggantian balitan, dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.

Setiap tindakan yang diinstruksikan oleh dokter membutuhkan tanggung jawab dan pengetahuan teknik
khusus. Sebagai contoh, saat memberikan kerja fisiologis, dosis normal, efek samping, dan intervensi
keperawatan yang terkait cara kerja atau efek sampingnya. Untuk prosedur invasif, Anda harus
mengetahui pelaksanaan prosedur, keterampilan klinis yang dibutuhkan, hasil yang diharapakan, dan
efek samping yang mungkin terjadi. Anda juga bertanggung jawab atas persiapan klien dan komunikasi
yang tepat. Anda melakukan intervensi keperawatan dependen dengan pengetahuan yang sesuai dan
pertimbangan klinis yang tepat (Wood, 2003).

Intervensi Keperawatan Kolaboratif:

Tindakan yang membutuhkan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian berbagai profesional
layanan kesehatan.

Umumnya, saat Anda merencanakan pelayanan bagi klien, Anda akan meninjau tindakan yang
dibutuhkan dan menentukan apakah dibutuhkan kolaborasi dengan disiplin pelayanan kesehatan
lainnya. Pertemuan perawat dengan tim kesehatan lain akan menghasilkan pemilihan intervensi
keperawatan yang saling terkait.
Saat mempersiapkan tindakan yang diinstruksikan oleh dokter atau tindakan kolaboratif, jangan
langsung dilaksanakan, karena perawat harus mempertimbangkan dahulu apakah tindakan tersebut
sesuai untuk klien. Setiap perawat beresiko menerima arahan yang tidak tepat. Perawat yang memiliki
dasar pengetahuan yang kuat dapat mengenali kesalahan tersebut dan berusaha memperbaikinnya.
Kemampuan ini sangat penting saat pemberian obat atau pelaksanaan prosedur. Kesalahan dapat terjadi
saat penulisan instruksi atau saat memindahkannya ke formulir atau komputer. Klarifikasi suatu arahan
merupakan bentuk praktik keperawatan yang kompeten serta mampu melindungi klien serta anggota
tim kesehatan. Saat Anda melakukan tindakan yang salah, Anda mengemban kesalahan yang sama
dengan pihak yang menuliskan arahan tersebut. Anda secara hukum akan bertanggung jawab atas
komplikasi yang dapat terjadi akibat kesalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai