Anda di halaman 1dari 17

BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini peneliti membahas tentang interprestasi hasil, diskusi penelitian dan

keterbatasan penelitian.

A. Pembahasan

Hasil penelitian Hubungan Perilaku Minum dan Pola Berkemih

Dengan Peningkatan Kadar Kalsium Oksalat di dalam Urine Pada Karyawan

PT Haier Electrical Appliances Indonesia Cikarang tahun 2017 telah dianalisa

menggunakan uji statistik Chi-square, hasil analisa menunjukkan bahwa:

1. Analisis Univariat

a. Umur

Umur pada karyawan yang mengalami peningkatan kadar

kalsium oksalat didalam urine di PT Haier Electrical Appliances

Indonesia berdasarkan umur 40-50 tahun sebanyak 98 responden

(63,6%), dah hanya 56 responden (36,4%) yang berumur 30-39

tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori rifky muslim (2007

dalam nur lina 2013) Usia dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran

urin. Pada usia lanjut volume kandung kemih berkurang, perubahan

fisiologis banyak ditemukan setelah usia 50 tahun. Demikian juga

wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.

Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur

68
69

30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan

wanita rerata 40,20 tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-

negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60 tahun.

Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial

ekonomi, budaya dan diet.

Menurut Asumsi peneliti faktor umur karyawan yang berada

pada umur ≥ 40 mempunyai hubungan dengan terjadinya peningkatan

kadar kalsium oksalat didalam urin. Hal ini sesuai dengan kajian

pustaka yang menyatakan bahwa pada umur lebih dari 40 tahun,

ketahan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan panas akan

melambat dan menurun pada usia tersebut, sehingga prevalensi

kejadian peningkatan kadar kalsium oksalat didalam urin akan

meningkat karena kemampuan tubuh orang berumur lanjut dalam

mengembalikan suhu tubuh menjadi normal akan lebih melambat.

Pernyataan tersebut juga didukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Malaha tentang kristalisasi asam urat pada karyawan peleburan

PT. INCO Vale Indonesia yang mendapatkan bahwa 57% pekerja

yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami kristalisasi asam urat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian malaha bahwa karyawan yang

berusia 40-50 tahun mempunyai presentase 63,6 % sehingga semakin

tua usia karyawan semakin beresiko mengalami kristalisasi urine.


70

b. Masa kerja

Masa kerja pada karyawan yang mengalami peningkatan

kadar kalsium oksalat didalam urine di PT Haier Electrical

Appliances Indonesia berdasarkan masa kerjanya sebanyak 97

responden (63%) masa kerjanya 6-10 tahun, dan sebanyak 57

responden (37%) masa kerjanya 2-5 tahun.

Pembentukan kristal tidak dapat terjadi dalam waktu yang

cepat bersamaan dengan filtrasi urine di dalam tubulus ginjal. Hal ini

terjadi apabila di dalam nefron ginjal, konsentrasi zat terlarut lebih

tinggi dari zat pelarut maka nukleasi akan terjadi dalam jangka waktu

yang lama. Jika dari awal sudah terdapat obstruksi di saluran kemih,

maka aliran kemih kebawah akan melambat, sehingga meningkatkan

konsentrasi zat terlarut yang mempercepat proses nukleasi. Jika

konsentrasi kalsium oksalat telah mencapai ambang

pembentukanbatu, maka akan terbentuk nukleasi homogen. Nukleasi

adalah struktur kristal inti yang tidak larut air yang akan terus tumbuh

membentuk batu dan akan menyumbat saluran kemih (Alan JW,

2012).

Semakin lama seseorang bekerja disuatu tempat semakin

besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor lingkungan

kerja seperti lingkungan fisik yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan/penyakit akibat kerja. Lamanya seseorang bekerja secara

baik pada umumnya 6-8 jam per hari dan sisanya untuk beristirahat
71

atau berkumpul dengan keluarga. Bekerja secara lembur (di luar

waktu normal) dapat menyebabkan menurunnya efisiensi kerja. Pada

saat penelitian didapatkan bahwa karyawan dengan masa kerja yang

lama maka semakin lama terpapar oleh lingkungan kerja yang panas,

aktivitas yag padat, bekerja sambil berdiri selama 8 jam, stressor

kerja yang tinggi. Semakin lama terpapar seseorang dengan

lingkungan fisik yang kurang baik maka akan berdampak terhadap

kesehatan seseorang. Hasil Penelitian ini memperlihatkan karyawan

dengan masa kerja yang lama memiliki presentase sebesar 63%

terhadap terjadinya kristalisasi urin.

c. Berdasarkan variabel penelitian Perilaku Minum

Berdasarkan variabel penelitian perilaku minum pada tabel

5.1 didapatkan bahwa karyawan dengan perilaku minum kurang baik

merupakan terbanyak yaitu 85 dari 154 (55,2%), sedangkan yang

memiliki perilaku minum baik yaitu sebesar 69 dari 154 responden

(44,8%).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan,

binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka

mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007).Menurut

Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku

dipengaruhi oleh 3 beberapa factor yaitu : pengetahuan, sikap


72

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, kepercayaan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, ekonomi, ketersediaan sarana dan prasarana,

peraturan-peraturan yang berlaku terkait kesehatan.

Minum adalah kegiatan mengkonsumsi cairan melalui mulut.

Air, misalnya, diperlukan untuk membantu proses fisiologis

kehidupan. Kelebihan atau kekurangan air dalam tubuh juga

berpengaruh terhadap masalah kesehatan manusia.Pengenceran air

kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien

ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air

yang diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk

batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air

kemih.Dianjurkan minum lebih dari 2 liter air per hari atau minum

250 ml tiap 4 jam ditambah 250 ml tiap kali makan sehingga

diharapkan tubuh menghasilkan 2 liter air kemih yang cukup untuk

mengurangi terjadinya batu saluran kemih. Banyak ahli berpendapat

bahwa yang dimaksud minum banyak untuk memperkecil kambuh

yaitu bila air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam

(Resnick, 1990 dalam Wahap, Setiani, Joko 2012).

Menurut Brunner & Suddarths (2013) Individu yang normal

akan mengkonsumsi kurang lebih 1 hingga 2 liter air per hari, dan

dalam keadaan normal seluruh asupan cairan ini akan dieskresikan

keluar termasuk 400 hingga 500 ml yang di ekskresikan kedalam


73

urin. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit, paru-paru pada saat

bernapas, dan feses.

Kurangnya air dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya

dehidrasi, yaitu keadaan yang timbul karena tubuh kekurangan air

sehingga tidak dapat menjalankan fungsi normalnya (Didinkaem,

2006 dalam Putra, 2014).

Menurut penulis perilaku minum adalah kegiatan atau

aktivitas minum yang dilakukan oleh seseorang. Adapun perilaku

minum setiap individu berbeda-beda hal itu dipengaruhi oleh

beberapa factor menurut notoatmodjo (2007) diantaranya kebiasaan,

budaya, kesibukan, kesadaran atau pengetahuan seseorang terhadap

kesehatan. Lingkungan kerja yang buruk akan menyebabkan

beberapa penyakit akibat keja. Kondisi lingkungan kerja di PT Haier

Electrical Appliances Indonesia yang panas dan hanya menggunakan

kipas angin, kesibukan kerja yang tinggi, beban kerja yang berat,

bekerja sambil berdiri selama 8jam dengan tekanan stressor yang

tinggi maka kondisi tersebut mengharuskan karyawan untuk

mengkonsumsi caira yang cukup, namun beberapa hal seperti

ketersediaan saran dan prasarana yang ada seperti ketersediaan

dispenser untuk mengisi ulang air minum karyawan yang letaknya

jauh dari tempat mereka bekerja maka ketika akan mengisi ulang air

minum karyawan harus mendapatkan pengganti untuk menggantikan

posisinya terlebih dahulu. Selain itu kesadaran atau pengetahuan


74

karyawan yang kurang terhadap kesehatan mereka, mengakibatkan

mereka tidak perduli bahkan tidak memperhatikan kesehatan mereka

dan bahkan meraa baik-baik saja dengan kodisi kerja tersebut belum

ditambah dengan budaya yang terjadi di karyawan yang sering

minum selain air putih, minum ketika merasa haus terkadang malas

minum karena asik bekerja. Dengan kebiasaan yang terjadi pada

karyawan yang minum kurang dari 2 liter/hari, bekerja dilingkungan

fisik yang kurang baik seperti tersebut diatas dapat menyebabkan

terjadinya dehidrasi dan banyak racun yang mengendap didalam

tubuh serta dapat mengakibatkan tubuh tidak dapat berfungsi secara

normal.

d. Berdasarkan variabel penelitian Pola berkemih

Berdasarkan variabel penelitian pola berkemih didapat bahwa

karyawan dengan pola bekemih kurang baik yaitu 76 dari 154

(49,4%), sedangkan yang memiliki pola berkemih baik yaitu sebesar

78 dari 154 responden (50,6%).

Batu Saluran Kemih (BSK) sudah diderita manusia sejak

4800 tahun sebelum Masehi. Angka kekambuhan BSK dalam satu

tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-

25 tahun. BSK menimbulkan nyeri stadium ringan sampai timbul

sindroma uremia dan gangguan fungsi ginjal, keadaan lanjut dapat

mengakibatkan kematian. BSK Laki-laki 3-4 kali lebih tinggi

daripada wanita. Pembentukan BSK dipengaruhi faktor Intrinsik dan


75

Ekstrinsik. Tujuan: membuktikan faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik

sebagai faktor risiko kejadian BSK pada laki-laki. Metode: Jenis

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

kasus kontrol. Lokasi penelitian di RS Dr. Kariadi, RS Roemani dan

RSI Sultan Agung. Jumlah responden sebanyak 44 kasus dan 44

kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan

multivariat dengan metode regresi logistik berganda dengan program

SPSS versi 11,5. Hasil: Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran

kemih yang terbukti signifikan adalah kurang minum (OR

adjusted=7,009; 95%CI: 1,969-24,944), kebiasaan menahan buang air

kemih (OR adjusted=5,954; 95%CI: 1,919-18,469), diet tinggi

protein (OR adjusted=3,962; 95%CI: 1,200-13,082), duduk lama saat

bekerja (OR adjusted= 3,154; 95%CI: 1,007-9,871). Kesimpulan dari

penelitian ini : laki-laki yang duduk lama saat bekerja, dengan

kebiasaan menahan buang air kemih, kurang minum dan diet tinggi

protein memiliki probabilitas untuk mengalami kejadian batu saluran

kemih sebesar 97,05%. Saran: minum 2-2,5 liter (±8-10 gelas) sehari

dan penting untuk minum 250 ml air sebelum tidur, tidak

membiasakan menahan Buang Air Kemih (BAK), tidak berlebihan

mengkonsumsi protein hewani, tidak duduk terus menerus selama

bekerja tetapi diselingi berdiri dan berjalan.

Berkemih diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa

dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis


76

cairan tubuh. Peranan urin sangat penting dalam mempertahankan

homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan cairan tubuh adalah

melalui sekresi urin (Sudiono, H dkk, 2006 dalam Ariyadi 2016).

Individu yang normal akan mengkonsumsi kurang lebih 1

hingga 2 liter air per hari, dan dalam keadaan normal seluruh asupan

cairan ini akan dieksresikan keluar termasuk 400 hingga 500 ml yang

di ekskresikan kedalam urin. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit,

paru-paru pada saat bernapas, dan feses. Elektrolit yang mencakup

natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan ion-ion lain yang jumlahnya

lebih sedikit juga diekskresikan melalui ginjal (Brunner & Suddarths,

2013).

Frekuensi kencing adalah produksi urine melebihi normal,

tanpa peningkatan intake cairan Pola eliminasi urine sangat

tergantung pada tiap individu, frekuensi normal seseorang miksi

dalam sehari sekitar 5 kali (Tarwoto dan Wartonah, 2006 dalam

Kurnia, Nirwana 2015).Kebiasaan mengabaikan keinginan awal

untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan didalam

urinaria. Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan

stasis air kemih, pengendapan kristal dan akhirnya menimbulkan

Batu saluran kemih (Joseph basler, dalam Ananda 2014 ).

Menurut peneliti pola berkemih dipengaruhi oleh kesempatan

dan kebiasaan seseorang. Frekuensi berkemih setidaknya 5 – 7 kali

sehari serta tidak menunda-nunda saat ada keinginan untuk berkemih.


77

Maka semakin sering menunda-nunda keinginan untuk berkemih

maka frekuensi berkemih juga akan berkurang dan urine menjadi

pekat sehingga banyak molekul-molekul sisa yang seharusnya

terbuang melalui urine tetap tertahan disaluran kemih dan akan

berdampak terhadap peningkatan kadar kalsium oksalat didalam

urine.

2. Analisis Bivariat

a. Berdasarkan hubungan antara perilaku minum dengan kadar

kalsium oksalat pada karyawan

Berdasarkan Tabel 5.5 hasil uji statistik diperoleh bahwa 61

responden (71,8%) perilaku minum kurang baik dengan hasil

laboratorium positif, 24 responden (28,2%) perilaku minum kurang

baik dengan hasil laboratorium negatif, 51 responden (73,9%) perilaku

minum baik dengan hasil laboratorium positif, 18 responden (26,1%)

perilaku minum baik dengan kadar kalsium oksalat rendah, p value =

0,013maka dapat disimpulkan ada hubungan antara perilaku minum

dengan kadar kalsium oksalat. Diperoleh nilai OR =0,897, artinya

responden yang memiliki perilaku minum yang baik mempunyai

peluang 0,897 kali dengan hasil laboratorium negatif..

Hasil uji Chi-squarepada perilaku minum diperoleh bahwa

nilai p value 0.013 < 0,05 sehingga HO ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku


78

minum dengan kejadian peningkatan kadar kalsium oksalat didalam

urine karyawan di PT Haier Electrical Appliances Indonesia Cikarang

tahun 2017.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sarwono,

dkk (2017) yang berjudul tentangTindakan Pencegahan Kekambuhan

Batu Saluran Kemih Di Desa Redisari Kecamatan Rowokele

Kabupaten Kebumen Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit

Kebumen, ada 91 pasien, terdiri dari 65 pria (71,43%) dan 26 wanita

(28,57%) yang dirawat sebagai pasien urolitiasis pada tahun 2013.

Sampel sebanyak 80 orang diambil dengan teknik purposive sampling.

Kejadian urolitiasis sebagai variabel dependen, sedangkan jumlah

asupan minuman minum, kandungan Ca air minum, kebiasaan

menahan urine, riwayat hiper-ketegangan, riwayat infeksi saluran

kemih, konsumsi suplemen sebagai variabel bebas. Data dikumpulkan

melalui wawancara dan tes laboratorium. Pemeriksaan laboratorium

terhadap responden urin, urine positif Ca oxalate 34 (42,5%) dan

negatif 46 (57,5%). Responden dengan oksidator Ca katalitik positif,

51% asupan air minumnya kurang dari 2 liter dilay sedangkan 24%

asupan air minum cukup. Analisis bivariat orang yang minum kurang

dari 2 liter setiap hari berisiko menderita urolitiasis, p value = 0,035

dan PR = 2,112 (95% CI = 1,050 - 4,249). Mereka yang minum kurang

dari 2 liter sehari berisiko terkena batu kencing (urolitiasis).


79

Dianjurkan agar orang dewasa minum minimal 2 liter setiap hari untuk

menghindari urolitiasis.

Penelitian juga ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sarwono, Setiani, & Nurjazuli (2017). Kasus terbesar di klinik

Urologi adalah urolitiasis. Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit

Kebumen, ada 91 pasien, terdiri dari 65 pria (71,43%) dan 26 wanita

(28,57%) yang dirawat sebagai pasien urolitiasis pada tahun 2013.

Sampel sebanyak 80 orang diambil dengan teknik purposive sampling.

Kejadian urolitiasis sebagai variabel dependen, sedangkan jumlah

asupan minuman minum, kandungan Ca air minum, kebiasaan

menahan urine, riwayat hiper-ketegangan, riwayat infeksi saluran

kemih, konsumsi suplemen sebagai variabel bebas. Data dikumpulkan

melalui wawancara dan tes laboratorium. Pemeriksaan laboratorium

terhadap responden urin, urine positif Ca oxalate 34 (42,5%) dan

negatif 46 (57,5%). Responden dengan oksidator Ca katalitik positif,

51% asupan air minumnya kurang dari 2 liter dilay sedangkan 24%

asupan air minum cukup. Analisis bivariat orang yang minum kurang

dari 2 liter setiap hari berisiko menderita urolitiasis, p value = 0,035

dan PR = 2,112 (95% CI = 1,050 - 4,249). Mereka yang minum kurang

dari 2 liter sehari berisiko terkena batu kencing (urolitiasis).

Dianjurkan agar orang dewasa minum minimal 2 liter setiap hari untuk

menghindari urolitiasis
80

Menurut teori yang dikelurakan oleh Didinkaem bahwa

mengkonsumsi air yang cukup dapat menjaga kesehatan, dan dapat

mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran

urine. Kekurangan air dapat menyebabkan dehidrasi yang berefek pada

mudah lelah, gangguan konsentrasi, bahkan penurunan kesadaran.

Penelitian yang mendukung yang dilakukan oleh Lina menunjukkan

risiko mengalami kristalisasi urin meningkat 7,64 kali bila tidak

mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan tubuh pekerja RSI Sultan

Agung Semarang (Nur Lina, 2013).

Dengan kebiasaan yang terjadi pada karyawan yang minum

kurang dari 2 liter/hari, bekerja dilingkungan yang panas, stressor yang

tinggi dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi dan banyak racun yang

mengendap didalam tubuh serta dapat mengakibatkan tubuh tidak

dapat berfungsi secara normal. Sehingga semakin kurang baik perilaku

minum yang dilakukan oleh karyawan maka angka kejadian

peningkatan kadar kalsium oksalat didalam urine juga akan semakin

meningkat, begitu juga sebaliknya semakin baik perilaku minum

karyawan maka resiko mengalami peningkatan kadar kalsium oksalat

didalam urine semakin kecil. Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan antara perilaku minum dengan terjadinya peningkatan kadar

kalisum oksalat pada karyawan PT Haier Electrical Appliances

Indonesia, Cikarang Tahun 2017.


81

b. Berdasarkan hubungan antara pola berkemih dengan kadar

kalsium oksalat pada karyawan

Berdasarkan tabel 5.6 hasil uji statistik diperoleh, 28 responden

(63,6%) pola berkemih kurang baik dengan hasil laboratorium positif,

20 responden (26,3%) pola berkemih kurang baik dengan hasil

laboratorium negatif, 56 responden (71,8%) pola berkemih baik

dengan hasil laboratorium postif, 22 (28,2%) responden pola berkemih

baik dengan hasil laboratorium postif,p value = 0,007maka dapat

disimpulkan ada hubungan antara pola berkemih dengan kadar kalsium

oksalat. Diperoleh nilai OR 0,514, artinya responden yang memiliki

pola berkemih yang baik mempunyai peluang 0,514 kali dengan hasil

laboratorium.

Hasil uji Chi-squarepada pola berkemih diperoleh bahwa nilai

p value 0.007< 0,05 sehingga HO ditolak, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola berkemih dengan

kejadian peningkatan kadar kalsium oksalat didalam urine karyawan di

PT Haier Electrical Appliances Indonesia Cikarang tahun 2017.

Penelitian ini sejalan dengan teori Maryunani (2015), Miksi

atau berkemih atau buang air kecil merupakan proses pengosongan

kandung kemih bila kandung kemih terisi. Kebutuhan eliminasi urine

merupakan kebutuhan fisiologis untuk proses buang air kecil. Pada

usia dewasa kandung kencing mampu menampung sekitar 300-500 ml

urin. Karakteristik urine normal berwarna kekuningan atau bening,


82

berbau sedikit aromatik, konsistensi sangat cair atau encer bebas dari

mikroorganisme dan berjumlah 1200-1500ml/hari. Kebiasaan

mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan

urine banyak tertahan didalam urinaria. Kebiasaan menahan buang air

kemih akan menimbulkan stasis air kemih, pengendapan kristal dan

akhirnya menimbulkan Batu saluran kemih (Joseph basler, dalam

Ananda 2014 ).

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannnya

dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran

kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum

terungkap (idiopatik). Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor

yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.

Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu herediter (keturunan),

umur (penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun),

jenis kelamin (jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding

perempuan) dan faktor ekstrinsik yaitu geografi, iklim dan temperatur,

perilaku minum: asupan air, diet, pekerjaan (Purnomo, 2011).

Menurut teori yang dikeluarkan oleh Joseph basler yang

mengatakan kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan

stasis air kemih, pengendapan kristal dan akhirnya menimbulkan Batu

saluran kemih (Ananda, 2014 ). Penelitian ini juga didukung oleh Lina

yang menunjukan bahwa laki-laki yang duduk lama saat bekerja,

dengan kebiasaan menahan buang air kemih, kurang minum dan diet
83

tinggi protein memiliki probabilitas untuk mengalami kejadian batu

saluran kemih sebesar 97,05%.

Pada penelitian PT Haier Electrical Appliances Indonesia

didapatkan hasil pola berkemih kurang baik sebesar 49,4%. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan dikedua variabel antara penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina. Dengn kondisi yang

terjadi pada karyawan PT Haier Electrical Appliances Indonesia

memungkinkan terjadinya penigkatan kadar kalsium oksalat didalam

urine. Pada hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pola

berkemih dengan terjadinya peningkatan kadar kalisum oksalat pada

karyawan PT Haier Electrical Appliances Indonesia.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih memiliki

kelemahan dan banyak keterbatasan yang harus diperbaiki dalam penelitian

dimasa mendatang.

1. Keterbatasan Dalam Pengambilan Sampel

Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, biaya dan jangkauan yang

dapat dilakukan pada populasi yang besar sehingga pengambilan sampel

pun dilakukan dalam jumlah yang kecil, yaitu sebanyak 154 responden.

Selain itu sulitnya menyebarkan kuesioner dikarenakan peneliti harus

menyesuaikan waktu dengan jadwal kerja responden dan kesibukan

karyawan.
84

2. Keterbatasan Penggunaan Instrumen

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti. Hal ini

sebenarnya tidak memberikan kesempatan kepada responden untuk

menjawab pertanyaan sesuai dengan kalimatnya sendiri sehingga awaban

yang diberikan responden bisa saja tidak sesuai dengan keadaan yang

dialami oleh responden.

Peneliti juga belum menemukan standar baku kuesioner untuk

variabel kadar kalsium oksalat sehingga instrument tersebut dibuat

berdasarkan pemahaman yang didapat dari beberapa teori yang telah

dibaca oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kebijakan PTM Di Indonesia
    Kebijakan PTM Di Indonesia
    Dokumen37 halaman
    Kebijakan PTM Di Indonesia
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV
    Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV
    Dokumen20 halaman
    Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Jurnal TBC
    Jurnal TBC
    Dokumen3 halaman
    Jurnal TBC
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • LP Bayi Baru Lahir
    LP Bayi Baru Lahir
    Dokumen39 halaman
    LP Bayi Baru Lahir
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • TB
    TB
    Dokumen14 halaman
    TB
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Tugas Frisca 20170301142
    Tugas Frisca 20170301142
    Dokumen1 halaman
    Tugas Frisca 20170301142
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen17 halaman
    Tugas
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Kiki
    Kiki
    Dokumen8 halaman
    Kiki
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Kiki
    Kiki
    Dokumen8 halaman
    Kiki
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Kristen2 Asti
    Kristen2 Asti
    Dokumen10 halaman
    Kristen2 Asti
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Family Centered Care
    Family Centered Care
    Dokumen12 halaman
    Family Centered Care
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kelompok Genap
    Jurnal Kelompok Genap
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Kelompok Genap
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Strategi Pelaksanaan Ronde
    Strategi Pelaksanaan Ronde
    Dokumen4 halaman
    Strategi Pelaksanaan Ronde
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Rencana Harian Kepala Ruangan
    Rencana Harian Kepala Ruangan
    Dokumen7 halaman
    Rencana Harian Kepala Ruangan
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Utilisasi
    Utilisasi
    Dokumen2 halaman
    Utilisasi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Fraud
    Fraud
    Dokumen6 halaman
    Fraud
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Manusia Dalam Kristen
    Manusia Dalam Kristen
    Dokumen14 halaman
    Manusia Dalam Kristen
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Dokumen12 halaman
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Faisal Tamvans Katanye
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Dokumen14 halaman
    Asuhan Keperawatan
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Metoodologi Penelitian
    Metoodologi Penelitian
    Dokumen22 halaman
    Metoodologi Penelitian
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Utilisasi
    Utilisasi
    Dokumen2 halaman
    Utilisasi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Fraud
    Fraud
    Dokumen6 halaman
    Fraud
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Dokumen12 halaman
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Faisal Tamvans Katanye
    Belum ada peringkat
  • Uas Kep Keluarga
    Uas Kep Keluarga
    Dokumen4 halaman
    Uas Kep Keluarga
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 KUALITATIF Riana
    BAB 1 KUALITATIF Riana
    Dokumen8 halaman
    BAB 1 KUALITATIF Riana
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Tugas Isu Akk
    Tugas Isu Akk
    Dokumen3 halaman
    Tugas Isu Akk
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SESI-2 (1) SDM Pak Dandi
    SESI-2 (1) SDM Pak Dandi
    Dokumen24 halaman
    SESI-2 (1) SDM Pak Dandi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SESI-3 (1) SDM Pak Dandi
    SESI-3 (1) SDM Pak Dandi
    Dokumen41 halaman
    SESI-3 (1) SDM Pak Dandi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Mini Skripsi Fix-1
    Mini Skripsi Fix-1
    Dokumen37 halaman
    Mini Skripsi Fix-1
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat