Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kita sering mendengar ungkapan “ susah mencari orang jujur pada jaman sekarang”. Kita
banyak mendengar kabar tentang korupsi, tawuran antara pelajar, orang yang tidak
bertanggungjawab, kenakalan remaja, seks bebas. Sebenarnya apa yang salah dengan manusia
zaman sekarang. Orang-orang yang berkualitas secara akademis tapi tidak memiliki moral. Pada
masa ini kita harus mengakui bahwa karakter manusia mulai menurun kualitasnya. Bukan hal
yang baru, pada saat ini meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan
kata-kata yang memburuk, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba,
alkohol dan seks bebas. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos
kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung
jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga
dan kebencian di antara sesama.

Sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak
kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa).
Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata
pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan karakter pun (seperti budi pekerti dan
agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya
sekedar “tahu”).

Dalam buku Seni membentuk Karakter Kristen, DR. Stephen Tong mengatakan sekolah-
sekolah sudah tidak lagi mementingkan pendidikan karakter, yang dipentingkan hanyalah
pengetahuan akademik dan gelar. Pendidikan akademik yang tidak diimbangi oleh pendidikan
karakter, bukanlah pendidikan.

Dengan keadaan seperti sekarang ini, seharusnya kita lebih menyadari bahwa tujuan pendidikan
Kristen adalah pendidikan karakter kristiani berdasarkan Alkitab.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian agama
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar
kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran
a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai
kebahagiaan. Di samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal
dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama
artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah
peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam
hidupnya, bahkan menjelang matinya.
Kata religi–religion dan religio, secara etimologi menurut Winkler Prins dalam
Algemene Encyclopaedie–mungkin sekali berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata
religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang
ber-religi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci.
Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati-hati, maka dimaksudkan
bahwa orang yang ber-religi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati-hati dengan
sesuatu yang dianggap suci.
Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan atas
adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung
tersebut, serta suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung,
hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai
dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka pada agama dan religi terdapat empat unsur penting, yaitu :
1. Tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung
2. Tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus,
kultus dan pemujaan
3. Tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat
baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat

2
4. Tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat
terpengaruh (involved) sebagaimana golongan materialisme atau
menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan
spiritualisme.

Selanjutnya, kata din secara etimologi berasal dari bahasa Arab, artinya: patuh dan
taat, undang-undang, peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang berdin ialah
orang yang patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk
mendapatkan kebahagiaan di hari kemudian. Oleh karena itu, dalam din terdapat empat
unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman
kepada Allah, 2) tata hubungan terhadap Yang Agung tersebut dalam bentuk ibadah
kepada Allah, 3) tata kaidah/doktrin yang mengatur tata pengakuan dan tata
penyembahan tersebut yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi, 4) tata sikap
terhadap dunia dalam bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang untuk
mencapai kebahagiaan akhirat. Sedangkan menurut terminologi, din adalah peraturan
Tuhan yang membimbing manusia yang berakal dengan kehendaknya sendiri untuk
kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu memiliki empat ciri, yaitu: 1) din
adalah peraturan Tuhan, 2) din hanya diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai
hadis Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la aqla lahu, artinya: agama
ialah akal tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal, 3) din harus dipeluk atas dasar
kehendak sendiri, firman Allah: la ikraha fi al-din, artinya: tidak ada paksaaan untuk
memeluk din (agama), 4) din bertujuan rangkap, yakni kebahagiaan dan kesejahteraan
dunia akhirat.

2. Pengertian Karakter
Karakter merupakan totalitas ciri pribadi membentuk penampilan seseorang atau
obyek tertentu. Ciri-ciri personal mempunyai karakter terdiri dari kualitas moral dan etis;
kualitas kejujuran, kebranian, integritas, reputasi yang baik, semua nilai tersebut di atas
merupakan sebuah kualitas yang melekat pada kekhasan individu.

3
Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat,
membentuk tekstur dan motivasi kehidupan seseorang. Karakter erat dengan pola
tingkah laku, kecenderungan pribadi utk berbuat baik.
Karakter sebagai suatu yang melekat pada personal yaitu totalitas ide, aspirasi, sikap,
yang terdapat dlm individu dan telah mengkristal pada pikiran dan tindakan. Hanya
individu itu sendiri yang tahu dirinya.
3. Pendidikan Agama Kristen
Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi secara spesifik adalah:
“Membantu terbinanya sarjana beragama, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan
luas, ikut seta dalam kerjasama antar umat beragama dalam pengembangan dan
pemanfaatan IPTEKS untuk kepentingan nasional (Yusri Pangabean, 2000: 1)” Sedang
tujuan Pendidikan Agama Kristen secara umum adalah agar mahasiswa sebagai generasi
penerus mampu menghayati dan mengerti sebagai Umat Allah mempunyai tugas hakiki
untuk menjadi berkat bagi dunia, negara dan bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan Kristen secara khusus adalah usaha untuk membentuk dan
membimbing peserta didik agar tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh yang
mencerminkan sebagai gambar Allah yang memiliki sifat kasih dan ketaatan kepada
Tuhan, memiliki kecerdasan, ketrampilan, berbudi pekerti yang luhur, kesadaran dan
memelihara lingkungan hidup, serta ikut bertanggung jawab dalam pembangunan
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jadi pada prinsipnya konsep belajar kristen ditekankan pada keaktifan setiap pribadi
untuk membentuk diri atau menjadi pelaku firman Allah dan mengabdikan seluruhnya
untuk bangsa dan negara termasuk cinta tanah air sebagai perwujudan kasihnya kepada
Tuhan. Oleh karena konsep belajar dengan semangat pembaruan akan membawa kepada
kemajuan yang sangat berarti bagi hakekat kemanusiaan. Sedang interaksi dalam
aktivitas pembelajaran merupakan upaya pencarian diri sendiri agar lebih dewasa dan
manusiawi.

4
4. Peran Agama Kristen dalam Pembentukan Karakter
Membicarakan agama dalam kohesi sosial atau kajian fungsional atas agama yaitu
hubungan antara agama dengan sub sistem yang lain, ada tujuh hal yang disebut oleh
O’Dea mengenai fungsi agama yaitu; “Pertama: agama merujuk suatu apa yang ada di
luar, ia dapat menjadi semangat atau suport, memberi hiburan (pengharapan) dan
rekonsiliasi. Manusia memerlukan suport dalam menghadapi masa depan yang tidak
pasti, memberikan pengharapan untuk berjalan dengan iman, atau hiburan ketika
menghadapi kekecewaan, dan rekonsiliasi dengan masyarakat bila mengalami
keterpencilan dari tujuan dan norma sosial. Kedua; agama memberikan hubungan
transendental melalui upacara-upacara persembayangan sehingga memberikan rasa
aman dan identitas yang kokoh dalam menghadapi perubahan. Ketiga; agama
mensakralkan norma dan nilai dalam masyarakat, menjaga kelestarian dominasi tujuan
dan disiplin kelompok atas keinginan dan dorongan-dorongan individual (sebagai sosial
kontrol). Keempat: agama sebagai kritik sosial, dimana norma-norma yang sudah
melembaga ditinjau ulang, sesuai dengan fungsi kenabiannya (prophetic agama).
Kelima; agama memberikan identitas dan menyadarkan tentang “siapa” mereka dan
“apa” mereka. Keenam: agama berfungsi dalam hubungannya dengan kematangan
seseorang individu dalam masyarakat. Ketujuh; agama berfungsi dalam membentuk
social solidarity (solidaritas sosial) dan terakhir agama dapat berperan dalam
pemerataan pendapatan (Kuntowijoyo, 1977: 7).
Jadi kajian fungsi agama sangat berperan dalam memembentuk watak bangsa, nilai-
nilai agama bisa memberi semangat bagi individu dan kelompok masyarakat dalam
menghadapi krisis multidimensional yang tak kunjung selesai, menghadapi disintegrasi
bangsa seperti kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Organisasi Papua Merdeka
(OPM), korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang menggurita. Nilai-nilai agama
memberi penghiburan dan harapan untuk menghadapi ketidak pastian dan meyakini ada
saatnya krisis akan berakhir dan bangsa bisa bersatu mewujudkan tujuan nasionalnya.

a. Peran Agama dalam kajian Fungsional

 Memberi semangat (suport) memberi hiburan dan rekosiliasi. Manusia perlu supor
menghadapi masa depan tidak pasti, harapan dalam iman, hiburan ketika kecewa.

5
 Hubungan transendental melalui upacara persembayangan, merasa aman, identitas
yang kokoh dalam menghadapi perubahan.
 Agama mensakralkan norma (Sebagai sosial kontrol)
 Sebagi kritik sosial (noma yang ada ditinjau ulang, sesuai fungsi kenabiannya).
 Memberi identitas; menyadarkan tentang siapa, mereka dan apa mereka.
 Sebagai solidaritas sosial.
 Pemerataan pendapatan
 Fungsi agama dapat membentuk watak bangsa, memberi semangat individu dan
kelompok dalam hadapi krisis, disintegrasi bangsa. Memberi hiburan dan ketidak
pastian masa depan, saatnya krisis akan berakhir.
b. Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi
Membentuk sarjan beragama, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis,
rasional, dinamis, pandangannya luas, kerjasama antar umat dalam pengembangan
IPTEKS untuk kepentingan nasional.
Tujuan umum mempunyai tugas hakiki menghayati dan mengerti sebagai umat
Allah mempunyai tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi dunia. Mengenal kasih
Allah dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus pribadi seutuhnya sebagai
manusia ciptaan baru yang dewasa dan bertanggung jawab kepada Allah dan manusia,
bersedia mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemulyaannya.
Kesimpulan: membentuk pribadi Kristus menjadi pelaku firman untuk mengabdi bagi
sesama.
5. Pentingnya Pendidikan Nilai Kristen
 Moderat dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam Maz 1
 Menstranfer nilai berulang-ulang. Mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari Etika Kristen
 Proses tranfer nilai bagaimana seseorang sampai pada suatu pemilihan nilai
 Prinsip peserta didik harus diberi kesempatan untuk menjadi pelaku firman, aktif
secara fisik dan mental. Firman itu harus menjadi daging.
 Bentuk pendidikan nilai budi pekerti untuk menjadi warganegara yang baik harus
diintegrasikan setiap pelajaran penanaman nilai liberty, eqalitity, frienternity, unity,
demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan, pluralisme.

6
6. Sosialisasi Pendidikan Karakter
 Dibentuk sejak usia dini
 Peran Ortu dan lingkungan dominan
 Mengembangkan suara hati anak peke terhadap lingkungan
 Komitment orang tua membentuk karakter dgn nilai kekristenan
 Pemimpin harus punya komitment untuk meniru Kristus
 Karakter harus dikonsep secara ideal untuk generasi muda
 Memberi Norma yang dibakukan
 Memodelkan orang tua sebagai Panutan
 Diajarkan secara berulang-ulang
 Keaktifan anak untuk memilih Nilai
 Menjadi habit
 Interaksi keladanan dan membentuk kondisi lingkungan yang kondusif
 Orang tua harus memberi hidupnya bagi anaknya.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran Agama Kristen diharapkan menghasilkan dapat menghasilkan individu-
individu yang menjadi garam dan terang ditengah-tengah masyarakat yang ditekankan
dalam bentuk pendidikan nilai (budi pekerti atau value education), memeliki kesadaran
berani mengambil sikap positif demi masa depan bangsa yang bertujuan untuk
mewujudkan warga negara yang baik (Good Cetizen) dengan kriteria bersedia
memberikan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan negara sesuai dengan profesinya
masing-masing.
Nilai agama yang diberikan, harus diintegrasikan dalam seluruh jiwa dan melekat
pada setiap individu seperti nilai kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan (liberty,
equality, fraternity, unity), demokrasi-demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan,
pluralisme.
Demikian juga dengan peran agama dalam pembentukan karakter individu itu sendiri
merupakan hal yang sangat penting guna menumbuhkembangkan iman kerohanian
masing-masing pribadi agar sesuai dengan karakter Tuhan itu bagaimana sebenarnya.
Yesus sendiri merupakan tokoh pluralisme sejati, Ia sendiri telah meneladani murid-
muridnya untuk mengasihi sesama manusia seperti dirnya sendiri. Melalui perumpamaan
Orang Samaria yang baik hati, Ia telah menjelaskan sikapnya bahwa sebagai warga
masyrakat pengikutnya harus mengasihi sesama dengan totalitas hidupnya, tidak
memandang suku, antar golongan, ras dan agama.
Oleh karena itu pendidikan pluralisme merupakan tututan yang harus ditindaklanjuti
oleh setiap orang Kristen dalam rangka misi sebagai pembawa kabar damai sejahtera dan
damai sejahtera dalam hidupnya. PengajaranNya sangat peduli terhadap manusia; yang
sakit disembuhkan, yang lapar dicukupkan, yang mati dibangkitkan, dan yang lumpuh
bisa berjalan serta yang buta melihat. Injil pada dasarnya monolak agama verbalistik,
formalisme, tetapi mengutamakan iman dan perbuatan. Ajaran Yesus memerintahkan
agar setiap muridNya; mempu mengekspresikan imannya dalam kepedulian terhadap

8
sesama manusia yang paling membutuhkan. Dengan demikian setiap pengikutnya
terpanggil untuk mengahdirkan syalom Allah dalam kehidupan masyarakat merupakan
salah satu hakekat iman Kristen.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://abdain.wordpress.com/2010/01/03/pengertian-agama

http://wikipedia.com/pengertian karakter

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/SUMBANGAN%20PENDIDIKAN%20AGAMA%20%

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Kiki
    Kiki
    Dokumen8 halaman
    Kiki
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV
    Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV
    Dokumen20 halaman
    Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Jurnal TBC
    Jurnal TBC
    Dokumen3 halaman
    Jurnal TBC
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • LP Bayi Baru Lahir
    LP Bayi Baru Lahir
    Dokumen39 halaman
    LP Bayi Baru Lahir
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • TB
    TB
    Dokumen14 halaman
    TB
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Tugas Frisca 20170301142
    Tugas Frisca 20170301142
    Dokumen1 halaman
    Tugas Frisca 20170301142
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Kebijakan PTM Di Indonesia
    Kebijakan PTM Di Indonesia
    Dokumen37 halaman
    Kebijakan PTM Di Indonesia
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Kiki
    Kiki
    Dokumen8 halaman
    Kiki
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen17 halaman
    Tugas
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Kristen2 Asti
    Kristen2 Asti
    Dokumen10 halaman
    Kristen2 Asti
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Family Centered Care
    Family Centered Care
    Dokumen12 halaman
    Family Centered Care
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kelompok Genap
    Jurnal Kelompok Genap
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Kelompok Genap
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Strategi Pelaksanaan Ronde
    Strategi Pelaksanaan Ronde
    Dokumen4 halaman
    Strategi Pelaksanaan Ronde
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Rencana Harian Kepala Ruangan
    Rencana Harian Kepala Ruangan
    Dokumen7 halaman
    Rencana Harian Kepala Ruangan
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Utilisasi
    Utilisasi
    Dokumen2 halaman
    Utilisasi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Fraud
    Fraud
    Dokumen6 halaman
    Fraud
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Manusia Dalam Kristen
    Manusia Dalam Kristen
    Dokumen14 halaman
    Manusia Dalam Kristen
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 KUALITATIF Riana
    BAB 1 KUALITATIF Riana
    Dokumen8 halaman
    BAB 1 KUALITATIF Riana
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Dokumen14 halaman
    Asuhan Keperawatan
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Metoodologi Penelitian
    Metoodologi Penelitian
    Dokumen22 halaman
    Metoodologi Penelitian
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Utilisasi
    Utilisasi
    Dokumen2 halaman
    Utilisasi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Fraud
    Fraud
    Dokumen6 halaman
    Fraud
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Dokumen12 halaman
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Faisal Tamvans Katanye
    Belum ada peringkat
  • Uas Kep Keluarga
    Uas Kep Keluarga
    Dokumen4 halaman
    Uas Kep Keluarga
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Dokumen12 halaman
    SEGMENTASI PASAR KESEHATAN
    Faisal Tamvans Katanye
    Belum ada peringkat
  • SESI-2 (1) SDM Pak Dandi
    SESI-2 (1) SDM Pak Dandi
    Dokumen24 halaman
    SESI-2 (1) SDM Pak Dandi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Tugas Isu Akk
    Tugas Isu Akk
    Dokumen3 halaman
    Tugas Isu Akk
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • SESI-3 (1) SDM Pak Dandi
    SESI-3 (1) SDM Pak Dandi
    Dokumen41 halaman
    SESI-3 (1) SDM Pak Dandi
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Revisi Terakhirr
    BAB VI Revisi Terakhirr
    Dokumen17 halaman
    BAB VI Revisi Terakhirr
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat
  • Mini Skripsi Fix-1
    Mini Skripsi Fix-1
    Dokumen37 halaman
    Mini Skripsi Fix-1
    Delyn Kora Juga Sairlela
    Belum ada peringkat