Pembimbing:
dr. Hakimansyah, Sp.B
Disusun oleh:
Nikolaus Ronald Karnadi (406172068)
PENDAHULUAN
Graves disease (GD) pertama kali dilaporkan oleh Parry pada tahun
1825,kemudian Graves pada tahun 1835 dan disusul oleh Basedow pada tahun
1840. Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid amat bervariasi
dari berbagai klinik. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di RSUP
Palembang adalah 3,1 : 1 di RSCM Jakarta adalah 6 : 1, di RS. Dr. Soetomo 8 :
1dan di RSHS Bandung 10 :1. Sedangkan distribusi menurut umur di RSUP
Palembang yang terbanyak adalah pada usia 21 - 30 tahun (41,73%), tetapi
menurut beberapa penulis lain puncaknya antara 30 – 40 tahun. 2
1
Universitas Tarumanagara
hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44%
– 48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Di AS
diperkirakan 0,4% populasi menderita GD, biasanya sering pada usia di bawah
40tahun.2
2
Universitas Tarumanagara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
3
Universitas Tarumanagara
2.3 Faktor Predisposisi 3
Genetik
Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena penyakit ini karena modulasi respon imun
oleh estrogen. Hal ini disebabkan karena epitope ekstraseluler TSHR homolog
dengan fragmen pada reseptor LH dan homolog dengan fragmen pada reseptor
FSH.
Infeksi
4
Universitas Tarumanagara
Status Gizi
Status gizi dan berat badan lahir rendah sering dikaitkan dengan prevalensi
timbulnya penyakit autoantibodi tiroid.
Kelenjar tiroid pada manusia terletak tepat di depan trakea. Sel-sel yang
memproduksi hormon tiroid tersusun dalam folikel-folikel dan
mengkonsentrasikan iodin yang digunakan untuk sintesis hormon tiroid. Hormon
yang bersirkulasi adalah tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Kelenjar paratiroid
menempel pada tiroid dan memproduksi hormon paratiroid (Parathormon ; PTH).
PTH penting dalam pengontrolan metabolisme kalsium dan fosfat. Sel-Sel
parafolikuler terletak dalam tiroid tersebar di antara folikel. Sel-Sel ini
memproduksi kalsitonin yang menghambat resorpsi kalsium tulang.4
5
Universitas Tarumanagara
Kelenjar tiroid juga mengandung clear cell atau sel parafolikuler atau sel C
yang mensintesis kalsitonin. T3 mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan
metabolisme. T3 selain disekresi oleh kelenjar tiroid juga merupakan hasil
deiodinasi dari T4 di jaringan perifer. T3 dan T4 terikat pada 3 protein yang
berbeda : glikopreotein tiroglobulin di dalam koloid dari folikel, prealbumin
pengikat tiroksin dan albumin serum. Hanya sedikit T3 dan T4 yang tidak terikat
terdapat dalam sirkulasi darah.4
6
Universitas Tarumanagara
Produksi hormon tiroid (T3 dan T4) dalam kelenjar tiroid dipengaruhi oleh
hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisis. Sekresi TSH diatur oleh kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi melalui
pengaruh umpan balik negatif dan juga oleh Thyrotrophin Releasing Hormone
(TRH) dari hipotalamus. Kadar hormon bebas yang tinggi akan menekan sekresi
TSH oleh kelenjar hipofisis, sehingga produksi T3 dan T4 menurun. Sebaliknya
kadar hormon bebas yang rendah akan meningkatkan sekresi TSH sehingga
meningkatkan produksi T3 dan T4.5
1. Iodida Trapping
2. Organifikasi
Proses ini terdiri dari oksidasi (oleh tiroid peroksidase) dari yodida ke
yodium yang kemudian disusul oleh proses yodinasi dengan tirosin yang berasal
dari residu tirosil, dari pemecahan tiroglobulin untuk kemudian membentuk
monoiodothyrosine (MIT) dan diiodothyrosine (DIT).
3. Coupling
Terjadi proses coupling antara MIT dan DIT sehingga terbentuk T3 danT4
yang terikat dengan tiroglobulin; terbentuknya T4 lebih dominan dari pada T3
meskipun efek metaboliknya lebih lemah. Kedua hormon yang terikat ini
disimpan dalam koloid.
7
Universitas Tarumanagara
4. Sekresi
8
Universitas Tarumanagara
Belum seluruhnya fisiologi hormon tiroid yang diketahui. Saat ini
diketahui bahwa hormon tiroid berperan penting dalam pembentukan kalori, pada
metabolisme karbohidrat, protein dan kolesterol serta proses pertumbuhan.
Hormon tiroid juga berhubungan erat dengan fungsi katekolamin dalam tubuh.6
- Pembentukan Kalori
- Metabolisme Karbohidrat
-Metabolisme Protein
9
Universitas Tarumanagara
-Metabolisme Lemak dan Kolesterol
-Pertumbuhan
-Sistem Saraf
2.5 Patofisiologi
10
Universitas Tarumanagara
Dengan meningkatnya kadar hormon ini maka metabolisme jaringan,
sintesa protein terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan adanya
palpitasi, takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu makan
yang meningkat, berat badan yang menurun. Kadang - kadang gejala klinis yang
ada hanya berupa penurunan berat badan, payah jantung, kelemahan otot serta
sering buang air besar yang tidak diketahui sebabnya.2
11
Universitas Tarumanagara
Gambar 4. Patogenesis Graves Disease (Paulev dan Zubieta)8
Gambar 5. TSH dan Kelenjar Tiroid Orang Sehat dan Penderita Graves
Disease
12
Universitas Tarumanagara
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penyakit Grave memiliki 4 gejala utama
yaitu tirotoksikosis, goiter, opthalmopati, dan dermopati. Adapun patogenesis dari
masing-masing gejala sebagai berikut :
-Tirotoksikosis
- Ophtalmopathy
Diantara otot-otot mata dan dinding tulang orbita terdapat space yang diisi
oleh jaringan lemak yang disebut sebagai retrobulbar fat (corpus adiposum
orbitae) berfungsi sebagai bantalan apabila mata terkena trauma. Akibat proses
autoimun terbentuk antibodi yang menyerang otot retrobular dan jaringan lemak
tersebut menyebabkan terjadinya proses inflamasi disertai pembengkakan.
Pembengkakan tersebut menyebabkan bola mata terdorong ke arah luar
(eksoftalmus) dan menjepit otot-otot mata (menyebabkan orbital myositis).9,10
13
Universitas Tarumanagara
2.6 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
- Nervositas
− Keringat berlebihan
− Tremor
− Berdebar-debar
14
Universitas Tarumanagara
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
◦ cemas / gelisah
◦ Tubuh hiperaktif
◦ Clubbing pada jari tangan
◦ Peripheral tremor
◦ Telapak tangan apakah tampak basah
◦ Palmar eritema
Pulse Rate
◦ >100 x/menit
Inspeksi wajah
◦ Berkeringat
◦ Lid retraction
◦ Eksoftalmus
Eye Movement
◦ H Test Nyeri saat menggerakan bola mata, penglihatan ganda
◦ Lid Lag keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti arah
pergerakan bola mata
Inspeksi Kelenjar Tiroid dan sekitarnya
◦ Pembengkakan pada leher (lokasi, ukuran , jumlah, bentuk).
◦ Naik turun saat sedang menelan ?
◦ Apakah nampak pulsasi ?
Palpasi Kelenjar Tiroid
o Perluasan dan tepi
o Gerakan saat menelan
o Limfonodi dan jaringan sekitarnya
Palpasi Trakea
o Deviasi trakea
15
Universitas Tarumanagara
Auskultasi kelenjar Tiroid
o Bruit atau bising
Inspeksi kaki
o pre tibial myxodema
Test Khusus
o Pumberton’s sign: mengangkat kedua tangan ke atas, muka
menjadi merah.
Sumber: (Toft.2001)7
16
Universitas Tarumanagara
Tabel 1. Indeks New Castle dan Wayne
Sumber : (Shahab,2002)3
17
Universitas Tarumanagara
Untuk konfirmasi diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan hormon tirid
(thyroid function test), seperti kadar T4 dan T3, kadar T4 bebas atau free
thyroxine index (FT4). Adapun pemeriksaan lain yang dapat membantu
menegakkan diagnosis antara lain: pemeriksaan antibodi tiroid yang meliputi anti
tiroglobulin dan anti mikrosom, pengukuran kadar TSH serum, test penyimpanan
yodium radioaktif (radioactive iodine uptake) dan pemeriksaan sidik tiroid
(thyroid scanning).3
A. Pemeriksaan Laboratorium
18
Universitas Tarumanagara
menginhibisi deiodenasi T4 menjadi T3 pada perifer. Kemudian pada keadaan
ketoasidosis diabetikum, T3 dapat ditemukan normal pada pasien tirotoksikosis.11
19
Universitas Tarumanagara
B. Pemeriksaan Radiologi
20
Universitas Tarumanagara
2.8 Diagnosis Banding
Thyrotoxicosis factitia
Biasanya dibedakan dengan pemeriksaan fisik yang teliti dan riwayat gondok
selama bertahun-tahun sebelum gejala hipertiroidisme berkembang.
Tirotoksikosis datang secara diam-diam, dan sering pada orang tua. Hasil tes
untuk antibodi antitiroid termasuk TRAb biasanya negatif.11
Dicurigai pada temuan fisik nodul teraba di kelenjar normal, dan dibuktikan oleh
scintiscan yang menunjukkan akumulasi radioisotop dalam nodul. Jenis adenoma
ini harus dibedakan dari ketiadaan kongenital salah satu lobus tiroid. Nodul toksik
biasanya muncul pada orang dewasa dengan hipertiroidisme yang berkembang
secara bertahap dan nodul > 3 cm. Nodul ini biasanya disebabkan oleh aktivasi
mutasi somatik di TSH-R, yang memberi mereka fungsi yang sedikit meningkat,
dibandingkan dengan jaringan normal, bahkan tanpa adanya TSH. Pada orang
dewasa nodul toksik sangat jarang diakibatkan oleh keganasan. Jarang, fungsi
karsinoma tiroid menghasilkan tirotoksikosis. Diagnosis dibuat oleh riwayat
ketiadaan tiroid normal, dan biasanya metastasis luas di paru-paru atau tulang.
21
Universitas Tarumanagara
2.9 Penatalaksanaan
Istirahat
Diet
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara
lain karena : terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang
negatif dan keseimbangan kalsium yang negatif.3
Obat penenang
Obat Antitiroid
22
Universitas Tarumanagara
Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 - 600 mg perhari untuk PTU atau
30 - 60 mg per hari untuk MMI/carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12 jam atau
sebagai dosis tunggal setiap 24 jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa
pemberian PTU atau carbimazole dosis tinggi akan memberi remisi yang lebih
besar.3
Yodium
B Blocker
23
Universitas Tarumanagara
menimbulkan krisis tiroid sewaktu operasi. Penggunaan propranolol antara lain
sebagai: persiapan tindakan pembedahan atau pemberian yodium radioaktif,
mengatasi kasus yang berat dan krisis tiroid.3
Tindakan Pembedahan
Penetapan dosis I 131 didasarkan atas derajat hiperfungsi serta besar dan
beratnya kelenjar gondok. Dosis yang dianjurkan ± 140 - 160 micro Ci/gramatau
dengan dosis rendah ± 80 micro Ci/gram.3
24
Universitas Tarumanagara
2.10 Komplikasi
Krisis Tiroid
Orbitopati Graves
Sumber : (Bartalena,2000)12
Dermopathy thyroid
25
Universitas Tarumanagara
lebih jarang ditemukan di area kulit lainnya, seperti kaki, jari kaki, ekstremitas
atas, bahu, punggung atas, hidung. 12
26
Universitas Tarumanagara
BAB III
KESIMPULAN
27
Universitas Tarumanagara
DAFTAR PUSTAKA
28
Universitas Tarumanagara
[Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000 [cited 2018 May 13].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK285551/
29
Universitas Tarumanagara