Anda di halaman 1dari 45

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kehamilan
1. Defenisi Kehamilan
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telut ( ovum ) betul-betul
penuh dengan perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang
dikeluarkan,hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel
telur. Dari jumlah yang sedikit itu, Cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi
sel telur (Mirza,2008 dalam Elisabeth,2015).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlagsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana
trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga minggu ke-40)(Saifuddin,2009 dalam Elisabeth,2015).

2. Tanda-Tanda Kehamilan
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Marjati,2011).
a. Tanda Dugaan Hamil
1) Amenorrea (berhentinya menstruasi)
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
3) Ngidam (mengiginkan makan tertentu)

8
4) Syncope (pingsan)
5) Kelelahan
6) Payudara Tegang
7) Sering miksi
8) Konstipasi dan obstipasi
9) Pigmentasi kulit
10) Epulis
11) Varises
b. Tanda kemungkinan (Probability sign)
Tanda kemungkinan aPdalah perubahan-perubahan fisiologis yang
dapat diketahui oleh pemeriksaan dengan melakukan pemeriksaan fisik
pada wanita hamil.
1) Pembesaran perut
2) Tanda hegar
3) Tanda goodel
4) Tanda chadwick
5) Tanda piscaseck
6) Kontraksi braxton hicks
7) Teraba ballotement
8) Pemeriksaan tes biologi kehamilan (Planotest) positif
c. Tanda Pasti (Positive sign)
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan
janin yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Denyut jantung janin
3) Bagian-bagian janin
4) Kerangka janin

9
3. Hormon-Hormon Kehamilan
Menurut (Saryono,2010) hormon adalah zat kimia (biasa disebut bahan
kimia pembawa pesan) yang secara langsung dikeluarkan kedalam aliran
darah oleh kelenjar-kelenjar, dan pada kehamilan hormon membawa barbagai
perubahan, terpusat pada berbagai bagian tubuh wanita.
Hormon yang paling berkaitan dengan kehamilan adalah:

1) Estrogen
2) Progesteron
3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
4) Human Placenta Lactogen (HPL)
5) Pituitary Gonadotropin
6) Prolaktin
7) Growth Hormone (STH)
8) TSH, ACHT, dan MSH
9) Titoksin
10) Aldesteron, Renin, dan Angiotensin
11) Insulin
12) Parathormon

4. Perubahan-Perubahan pada Ibu Hamil

a. Trimester pertama
Sehera setelah terjadi peningkatan hormon progesteron dan
estrogen dalam tubuh, maka akan muncul berbagi macam
ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah,
keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan
psikologi seperti berikut ini:

10
1) Ibu menbenci kehamilan, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan, dan kesedihan.
2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali
memberitahukkan orang lain apa yang dirahasiakannya.
3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita.
4) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan,
tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari
nafkah bagi keluarga.
b. Trimester kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat
kehamilan sudah mulai berkurang. Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan janinnya dan ibu melai merasakan kehadiran
bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak
ibu yang merasakan terlepas dari rasa kecemasan dan tidak nyaman
seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido (Marjati,2010).
c. Trimester ketiga
1) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang
anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.
2) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang
susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah
diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepal bayi turun ke rongga
panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum persalinan maka akan
merasa lega dan bernafas lebih muda.
3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan penurunan bayi ke PAP
membuat tekanan pada kandung kemih ibu.

11
4) Kontraksi perut, brackton-hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit yang
ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.
5) Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak
kental dan pada persalinan lebih cair (dr. Suririnah,2004 dalam
Elisabeth,2015)

5. Tanda-Tanda Bahaya pada Ibu Hamil


Menurut (Saryono,2010) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu:

a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepal yang hebat
c. Penglihatan kabur
d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
e. Keluar cairan pervaginam
f. Gerakan janin tidak terasa
g. Nyeri abdomen yang hebat

6. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

a. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik bagi ibu hamil sangat diperlukan, yaitu meliputi
oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, eleminasi, seksual, mobilisasi
dan body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat/tidur, imunisasi,
traveling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi, memantau
kesejahteraan bayi, ketidaknyamanan dan cara mengatasinya, kunjungan
ulang, pekerjaan, dan tanda bahaya dalam kehamilan.
b. Kebutuhan psikologi
1) Trimester I

12
Pada trimester ini adalah periode penyesuaian diri, sering kali
ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memmang hamil. Ibu sering merasa ambivalen, bingung, sekitar 80%
ibu melewati kekecewaan takut abortus atau kehamilan dengan
penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit,
dan lain-lain. Perasaan takut ini hendak diekspresikan sehingga dapat
menambah pengetahuan ibu dan banyak orang yang membantu dan
memberi perhatian. Oleh karena itu sangat penting adanya keberanian
wanita untuk komunikasi baik dengan pasangan, keluarga, maupun
bidan.
2) Trimester II
Periode ini sering disebut periode sehat (radian health) ibu
sudah bebas dari ketidaknyamanan. Selama periode ini wanita sudah
mengharapkan bayi. Dengan adanya gerakan janin, rahim yang
semakin membesar, terlihatnya gerakan bayi saat di USG semakin
meyakinkan dia bahwa bahwa bayinya ada dan dia sedang hamil. Ibu
menyadari bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya
oleh karena itu sekarang ia lebih fokus memperhatikan bayinya. Ibu
sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi
dan pikirannya secara lebih konstruktif. Sebelum adanya gerakan
janin ia berusaha terlihat sebagai ibu yang baik, dan dengan adanya
gerakan janin ia menyadari identitasnya sebagai ibu.
3) Trimester III
Periode ini sering disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya,
menunggu tanda-tanda persalinan.
Pada trimester ini biasanya ibu merasa khawatir, takut akan
kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri
persalinan, dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan.

13
Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya
aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan,malas dan mudah
tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa
sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang akan diterimanya selama hamil, disinilah ibu memerlukan
keterangan, dukungan dari suami, bidan, dan keluarga
(Elisabeth,2015).

7. Asuhan Kebidana Pada Masa Kehamilan


Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan (Mufdillah,2009 dalam Elisabeth,2015).
Tujuan Asuhan Antenatal Care:

a. Memantau kenajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu juga bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat ttumbuh kembang secara normal (Marjati,2001).

14
Adapun asuhan kehamilan menurut Bartini (2012), dilakukan pada
kunjungan pertama dan kunjungan ulang (setiap kunjungan). Yang harus
dipantau antara lain :

a. Kunjungan Awal
Kunjungan awal kehamilan adalah kunjungan yang dilakukan oleh
ibu hamil ke tempat bidan pada trimester pertama yaitu pada minggu
pertama kehamilan hingga sebelum minggu ke-14 .
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan pertama
kehamilan antara lain :
1) Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS ibu hamil
Adapun yang harus ditanyakan antara lain identitas ibu,
keluhan yang dirasakan, riwayat menstruasi, riwayat
kehamilan, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat
social serta data psikososial.
2) Melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum serta
pemeriksaan kebidanan (Elisabeth,2015).
b. Kunjungan Ulang
Setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan
antenatal pertama sampai memasuki persalinan (Varney, dalam
Elisabeth,2015).
Isi kunjungan yang harus dilakukan adalah:
1) Timbang berat badan tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran <145 cm. berat badan ditimbang setiap ibu datang
atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan
BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai
16 kg (Saryono,2010).

15
2) Tekanan darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi tekanan
darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hippertensi
dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal berkisar
systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg.
3) Pengukuran tinggi fundus uteri
Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas
sympisi dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh
ditekan).
Tujuan: a) untuk menentukan tingginya fundus uteri dan
mengetahui bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus.
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting. Sifat bokong
lunak, kurang bundar dan kurang melenting, pada letak lintang
fundus uteri kosong. b) untuk menentukan batas samping rahim
kanan kiri. Menentukan letak punggung janin dan bagian-bagian
kecil. c) untuk menentukan bagian terbawah janin dan bagian
bawah janin sudah masuk PAP/belum. d) untuk menentukan
seberapa bagian bawah jani masuk PAP. Jika divergen:
melampaui lingkaran terbesarnya sudah masuk PAP (dua tangan
tidak bisa dipertemukan) dan bila konvergen: belum melampaui
lingkaran terbesarnya belum masuk PAP (dua tangan dapat
dipertemukan)(Purwaningsih,2010).

Tabel 1 Daftar TFU Berdasarkan Usia Kehamilan


No TFU (Cm) Umur Kehamilan Dalam Minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

16
3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40

4) Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)


Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan
nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring
dengan pertumbuhan janin.(Elisabeth,2015)
5) Pemberian imunisasi TT
Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT
yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada
tempat penyuntikan(Elisabeth,2015).

Tabel 2 Daftar Kunjungan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil


Imunisasi Interval % Masa
Perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan 0% Tidak ada
TT 1 ANC pertama
4 minggu setelah 80% 3 tahun
TT 2 TT 1
6 bulan setelah 95% 5 tahun
TT 3 TT 2
1 tahun setelah 99% 10 tahun
TT 4 TT 3
1 tahun setelah 99% 25
TT 5 TT 4 tahun/seumur
hidup

17
6) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.
Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil(Elisabeth,2015)
7) Pemeriksaan Protein Urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.
Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil ke arah
preeklamsia(Elisabeth,2015).
8) Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan
payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan
payudara adalah:
a) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu.
b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu
(pada putting susu yang terbenam/tenggelam)
c) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI
lancar.
d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan
pada kehamilan 6 bulan(Elisabeth,2015).
9) Senam ibu hamil
Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan setealah
melahirkan serta mencegah sembelit.
10) Temu wicara
Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong
orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai
dirinya sendiri dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi.

18
Prinsip-prinsip konseling:
a) Keterbukaan
b) Empati
c) Dukungan
d) Sikap dan respon positif
e) Setingkat atau sama derajat.
Tujuan konseling pada antenatal care
a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan
sebagai upaya preventive terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan.
b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan
kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau
tindakan klinik yang mungkin diperlukan (Saryono,2010).

B. Persalinan
1. Defenisi Persalinan
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan baik ibu maupu
bayi berada dalam kondisi sehat (WHO,2010).
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan alamiah
(Rohani,2011).
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Winkjosastro,2012).

19
2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Passage
Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang
panggul dan sendi-sendinya) dan bagian yang lunak (otot-oto, jaringan
dan ligamen). Tulang-tulang dan panggul meliputi 2 tulang pangkal paha
(ossa coxae), 1 tulang kelangkang (ossa sacrum), dan 1 tulang tungging
(ossa coccygis).
Pembagian bidang panggul meliputi:
1) Pintu atas panggul (PAP) atau pelvic inlet
2) Bidang luas panggul
3) Bidang sempit panggul (mid pelvic)
4) Pintu bawah panggul (PBP)
b. Power
Power (his dan tenaga meneran) adalah kekuatan his atau kontraksi
dan kekuatan mengejan ibu yang sangat penting dalam proses persalinan.
Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut (tuba) masuk
kedalam dinding uterus. Di tempat tersebut ada sesuatu pacemaker tempat
gelombang his berasal. Gelombang bergerak kedalam dan kebawah
dengan kecepatan 2cm/detik untukmengikutsertakan uterus.
Sifat his yang sempurna dan efektif:
1) Adanya koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi
simetris.
2) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri.
3) Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari
sebelumnya (mengadakan retraksi), sehingga serviks kurang
mengandung otot.
4) Adanya relaksasi

20
Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya
dihitung dalam waktu 10 menit.
c. Passanger
Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras dari pada
bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin dapat memengaruhi
jalannya persalinan dengan besarnya dan posisi kepala. Pengetahuan
tentang ukuran-ukuran janin (kepala, bahu, bokong) sangat penting dalam
meramalkan jalannya persalinan dengan adanya presentasi kepala.
d. Psikologis ibu
Psikologis ibu dapat memengaruhi persalinan bila ibu mengalami
kecemasan, stres bahkan depresi. Hal ini akan mempengaruhi kontraksi
yang dapat memperlambat proses persalinan.
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses persalinan
tergantung dari kemampuan atau keterampilan dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan(Liliana,ddk,2010).

3. Jenis Persalian
a. Persalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya
sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ekstrasi dengan forceps/dilakukan operasi sectio
caesarea.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan ransangan misalnya pemberian pitocin
dan prostaglandin (Prawirohardjo,2010).

4. Teori-Teori Penyebab Persalinan

21
a. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin
di chorioamnion.
b. Teori Ransangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban
sehinnga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
c. Teori Reseptor Oksitosin Dan Kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung
lama dengan persiapan semakin meningkatnya reseptot oksitosin.
Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Distribusi reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus
uteri, ia makin berkurang jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis
tidak banyak dijumpai pada serviks uteri.
d. Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskema otot-
otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
e. Teori Fetal Membran
Meningkatkan hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified
yang menghasilkan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk
pembentukan prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
f. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada kehamilan umur 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada
plasenta menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi
penurunan produksi hormon.
g. Teori Tekanan Cerviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf
sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang

22
mengakibatkan SAR (segmen atas rahim) dan SBR (segmen bawah
rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi
(Oktarina,2016).

5. Tanda – Tanda Persalinan


Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:
a. Rasa sakit karena his datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluarnya lendir bercampur darah (blood show) karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksan dalam didapati serviks mendatar dan perbukaan telah
ada.

6. Tahap – Tahap Persalinan


Menurut Sulistyawati (2010) persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
a. Kala I (Kala pembukaan)
Kala pembukaan berlangsung antara pembukaan 0-10 cm. dalam
proses ini terdapat 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) diman serviks membuka
sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3
sampai 10 cm. kontraksi akan lebih kuat dan sering selama fase aktif.
Lamanya kala I pada primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada
multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II (Kala pengeluaran janin)
Kala II ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala
II biasanya akan berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. Pada tahap ini kontraksi akan semakin kuat dengan
interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
c. Kala III (Kala pelepasan plasenta)

23
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda terlepasnya plasenta
yaitu uterus menjadi berbentuk bulat, tali pusat bertambah panjang,
terjadi semburan darah secara tiba-tiba.
d. Kala IV (Kala pengawasan)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Pada
kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalina yang
paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

7. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan


Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai
selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang
bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang
bayi.
a. Asuhan persalinan kala I
1) Pemeriksaan fisik ibu
a) Tekanan darah: diukur setiap 4 jam, kecuali ada keadaan yang
tidak normal harus lebih sering dicatat dan dilaporkan.
b) Nadi: nadi yang normal menunjukkan wanita dalam kondisi
yang baik, jika lebih dari 100 kemungkinan ibu dalam kondisi
infeksi, ketosis, atau perdarahan. Peningkatan nadi juga salah
satu tanda ruptur uteri. Nadi diukur tiap 1-2 jam pada awal
persalinan.
c) Suhu: harus dalam rentang yang normal, pireksia menunjukkan
keadaan infeksi atau ketosis. Suhu diukur tiap 4 jam
(Lailiana.ddk,2011).
2) Penatalaksanaan nyeri dalam persalinan
Teknik /metode dukungan untuk mengurangi rasa sakit ini
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain sederhana, efektif,

24
biayanya murah, rendah resiko, kemajuan persalinan meningkat,
hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu. Pendekatan
mengenai pengurangan rasa sakit menurut (Varney dalam Lailiana
ddk,2011) dapat diberikan dengan cara sebagai berikut.
a) Adanya seseorang yang dapat mendukung persalinan
b) Pengaturan posisi
c) Relaksasi dan latihan pernapasan
d) Istirahat dan privasi
e) Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur
f) Asuhan tubuh
g) Sentuhan
b. Asuhan Persalinan kala II
1) Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, setelah tampak kepala bayi dengan bukaan
vulva 5-6 cm. Lakukan penekanan perineum dengan gaya
tekanan ke bawah dan ke dalam. Tangan yang lain menahan
kepala bayi.
2) Membersihkan mata, hindung dan mulut bayi dari lendir, darah
dan air ketuban menggunakan kasa steril.
3) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
mengambil tindakan yang sesuai.
4) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
5) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipariental dan anjurkan pasien untuk meneran saat ada
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kebawah dan distal hingga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas atau distal untuk melahirkan bahu belakang.

25
6) Menggeserkan tangan dominan kebawah untuk menyanggah
kepala, leher, dan siku sebelah bawah setelah kedua bahu lahir.
7) Setelah tubuh dan lengan lahir, sanggah kepala bayi dengan
tangan dominan sementara tangan yang lain berada diperineum
untuk bersiap menangkap tungkai bayi.
8) Melakukan penilaian selintas.
9) Mengeringkan tubuh bayi.
10) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin
kedua.
11) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
12) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10
unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
13) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke
dua 2 cm dari klem pertama.
14) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
15) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
16) Menyelimuti pasien dan bayi dengan kain hangat, kemudian
pasang topi di kepala (Sulistyawati,2010).
c. Asuhan Persalinan Kala III
1) Pemberian suntikan oksitosin

26
Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi
putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
dengan segera, akan menyebabkan pelepasan oksitosin secara
alamiah
2) Peregangan Tali Pusat Terkendali
3) Pemijatan/Masase Fundus Uteri (Lailiana.dkk,2011).
d. Asuhan Persalina Kala IV
1) Melakukan pemantauan dan evaluasi kala IV
a) Tekanan darah
b) Suhu
c) Kontraksi Uterus dan TFU
d) Perdarahan
e) Kandung kemih(Lailiana.dkk,2011).
2) Penjahitan Laserasi Perenium atau Luka Episiotomi
Anastesi yang diperlukan adalah anastesi lokal dengan lidokain
1% tanpa epineprin sebanyak 10 ml. luka episiotomi memerlukan
2 sisi tempat dianastesi. Hindarkan jangan sampai cairan lidokain
masuk ke dalam pembuluh darah. Prinsip penjahitan laserasi
adalah menjahit sesedikit mungkin cukup untuk merapatkan
jaringan dan hemostasis, karena setiap tusukan jarum
mengakibatkan luka (Lailiana.dkk,2011).
3) Pencegahan Infeksi
Cara praktis, efektif , dan ekonomis dalam melakukan pencegahan
infeksi meliputi cuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan
menggunakan pelindung, serta pengolahan dan pembuangan
sampah yang aman harus betul-betul diikuti oleh bidan selama
penatalaksanaan asuhan kebidanan.

27
C. Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Defenisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (BBL) biasa disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran
serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir merupakan bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan
2.500-4.000 gram (Dewi,2011).

2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir


Klasifikasi bayi baru lahir dibedakan menjadi dua macam yaitu
klasifikasi menurut berat lahir dan klasifikasi menurut masa gestasi atau
umur kehamilan.
a. Klasifikasi menurut berat lahir yaitu :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi
2) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 – 4000 gram
3) Bayi Berat Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
b. Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu :
1) Bayi Kurang Bulan (BKB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
2) Bayi Cukup Bulan (BCB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37–42 minggu
(259–293 hari)
3) Bayi Lebih Bulan (BLB)

28
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari)
(Kosim, 2012).

3. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal


a. Bayi lahir aterm antara 37 - 42 minggu.
b. Berat badan bayi 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar
dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm dan lingkar lengan 11 – 12
cm.
c. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali per menit.
d. Frekuensi pernafasan 40 – 60 kali per menit.
e. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
f. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
g. Kuku agak panjang dan lemas.
h. Nilai APGAR >7 dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung
menangis kuat.
i. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut), reflek sucking (isap dan menelan), reflek
morro (gerakan memeluk jika dikagetkan) dan reflek grasping
(menggenggam) sudah terbentuk dengan baik.
j. Genetalia : pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora. Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
k. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011) , (Putra, 2012)
dan (Sondakh, 2013).

29
Tabel 3 Penilaian APGAR Bagi BBL
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada < 100 >100
(denyut jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernapasan) teratur
Interprestasi:
Nilai 1-3 asfiksia berat.
Nilai 4-6 asfiksia sedang
Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)(Dwiendra,ddk.2014).

4. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir


a. Sistem Pernapasan
Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah
penyesuaian sistem pernapasan. Paru bayi cukup bulan mengandung
sekitar 20 ml cairan/kg ( Blackburn,loper,1992 dalam Lailiana,ddk.2011).
Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang
cukup bulan. Setelah pernapasan mulai berfungsi, napas bayi menjadi
dangkal dan tidak teratur, bervariasi dari 30-60 kali per menit, disertai
apnea singkat (kurang dari 15 menit). Periode apnea ini paling sering
terjadi selama siklus tidur aktif (Rapid EyeMovement,REM). Durasi dan
frekuensi apnea berkurang seiring bertambahnya usia. Bayi baru lahir
biasanya bernafas melalui hidung.
b. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi
lahir. Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahirmenyebabkan paru

30
mengembang dan menurunkan resitensi vaskuler pulmoner, sehingga darah
paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa ini
merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan atrium kanan
menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk
ke jantung sebelah kiri, sehingga tekanan atrium kiri meningkat. Perubahan
tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Selama beberapa hari
kehidupan, tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen
ovale untuk sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.
c. Sistem Peradaran Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna menghantarkan
oksigen ke seluruh jaringan. Terjadi dua perubahan besar yang membuat
sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir di luar rahim.
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan siklus ini terjadi akibat parubahan tekanan pada seluruh sitem
pembuluh tubuh.
d. Sistem pencernaan
Aktivitas peristaltik esofagus belum dikoordinasi selama beberapa hari
pertama kehidupan. Namun, dengan cepat akan menjadi pola yang
terkoordinasi pada bayi normal dan mereka mampu menelan lebih mudah.
e. Sistem Reproduksi
1) Perempuan
Saat lahir, ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Sel-sel
ini mengandung komplemen lengkap ova yang matur karena tidak
terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan. Pada bayi cukup
bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum.pada bayi
prematur, klitoris menonjol dan labia mayora lebih kecil dan terbuka.
2) Laki –laki

31
Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki,
walau pun presentasi ini menurun pada kelahiran prematur.
f. Sistem Neuromuskuler
Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang
dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak.
Kontrol neuromuskuler pada bayi baru lahir, walaupun masih terbatas
dapat ditemukan. Apabila bayi baru lahir diletakkan di atas permukaan
yang keras dengan wajah menghadap ke bawah, bayi akan memutar
kepalanya ke samping untuk mempertahankan jalan napas.
g. Sistem Termogenik
Mekanisme produksi panas dengan cara menggigil jarang terjadi pada bayi
baru lahir. Termogenesis tanpa menggigil dapat dicapai, terutama akibat
adanya lemak coklat yang unik pada bayi baru lahir dan kemudian
dibentuk akibat peningkatan aktivitas metabolisme di otak, di jantung, dan
di hati. Panas yang dihasilkan aktivitas metabolisme lipid di dalam lemak
coklat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan
produksi panas sebesar 100%.
h. Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
Verniks kaseosa juga berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung.
i. Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh bayi belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan elergi. Oleh sebab itu,
pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini infeksi menjadi sangat
penting(Lailiana,ddk,2011).

32
5. Bayi Baru Lahir Resiko Tinggi
Kondisi–kondisi yang menjadikan neonatus berisiko tinggi, antara lain :
a. Bayi dengan berat badan lahir rendah
b. Asfiksia neonatorum
c. Perdarahan tali pusat
d. Kejang neonatus

6. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir


Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi,
dikenal sebagai asuhan esensial neonatal yang meliputi:
a. Persalinan bersih dan aman
b. Inisiasi pernapasan dini
c. Stabilisasi suhu tubuh bayi/menjaga tubuh bayi agar tetap hangat.
d. ASI dini dan ekslusif
e. Pencegahan infeksi
f. Pemberian iminusasi
g. Penilaian awal
h. Rangsangan taktil
i. Merawat tali pusat(Lailiana,ddk,2011)

7. Asuhan Kehamilan pada Bayi Baru Lahir

a. Pencegahan kehilangan panas


Langkah – langkah pencegahan kehilangan panas
1) Keringkan tubuh bayi dengan saksama
2) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering dan hangat
3) Tutup bagian kepala bayi
4) Kontak dini
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi.

33
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Lailiana,ddk,2011).
b. Penilaian Awal pada Bayi Baru Lahir
1) Menagis kuat atau bernapas tanpa kesulitan
2) Warna kulit bayi ( merah muda, pucat, atau kebiruan )
3) Gerakan, posisi ekstrimitas, atau tonus otot bayi
4) Aterm (cukup bulan) atau tidak
5) Mekonium pada air ketuban (Lailiana,ddk,2011).
c. Inisiasi Menyusui dini
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalm waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan
bayinya segera setelah tali pusat di klem dan dipotong. Jelaskan pada ibu
dan keluarga tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi dan menyusui
sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI(Lailiana,ddk,2011)..
d. Perawatan tali pusat
1) Dengan menggunakan sarung tangan, bersihkan kotoran atau darah
dengan larutan klorin 0,5%.
2) Bilas dengan air matang atau DTT kemudian keringkan dengan
handuk.
3) Ikat tali pusat pada 1 cm dari pusat bayi dengan tali pusat atau
penjepit.
4) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan kedalam klorin 0,5%
5) Jangan kompres atau bungkus tali pusat (pengolesan alkohol atau
povidon iodine pada ujung tali pusat masih diperbolehkan selama tidak
menyebabkan tali pusat basah dan lembab) (Lailiana,ddk,2011)..
e. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan
bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan berikut:
1) Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi

34
2) Gunakan sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan
3) Semua peralatan sudah di DTT dan jangan menngunakan alat dan bayi
satu dengan yang lainnya.
4) Pastikan handuk, pakaian, selimmut, kain dalam keaadaan bersih
sebelum di gunakan pada bayi(Lailiana,ddk,2011).
f. Pemberian salap mata
1) Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1% atau salep
eritromisin 0,5%
2) Berikan dalam 1 jam pertama kelahiran
3) Setelah pemberian tetes mata proflaksis, kembalikan bayi kepada
ibunya untuk disusukan dan digabungkan kembali (Kemenkes
RI,2015).
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu bayi (Kemenkes RI,2015).
h. Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defesiensi vitamin K pada
bayi baru lahir, maka lakukan hal-hal berikut:
1) Semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamain K
peroral 1mg/hari selama tiga hari.
2) Bayi berisiko tinggi diberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1
mg secara IM(Kemenkes RI,2015).

D. Nifas

1. Defenisi Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

35
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin,
waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu
kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti
masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali. Sekitar
50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Pitriani,2014).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Dalam masa nifas ini, ibu memerluka perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah
sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati / merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalm situasi keluarga dan budaya yang khusus.
e. Memberikan pelayanan keluarga berencana
f. Mempercepat involusi alat kandungan
g. Melancarkan fungsi gastrointestinal atau perkemihan
h. Melancarkan pengeluaran lochea
i. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi
hati dan pengeluaran sisa metabolisme(Pitriani,2014).

36
3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran bidan pada masa nifas menurut (Soleha,2008
dalam Pitriani,2014) adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan merespon kebutuhan dan komplikasi pada saat:
1) 6-8 jan setelah persalinan
2) 6 hari setelah persalinan
3) 2 minggu setelah persalinan
4) 6 minggu setelah persalinan
b. Mengidentifikasi memberi dukungan terus-menerus selama masa nifas
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
c. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik
dan psikologis.
d. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara menciptakan
rasa nyaman.
e. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
dengan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
f. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
g. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa, dan rencana tindakan, serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
h. Memberikan asuhan kebidanan secara profesional.

4. Tahapan Masa Nifas


Tahapan nifas dibagi menjadi 3 bagian:
a. Puerpurium dini

37
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan
tahunan(Eny,Diah,2010).

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Berdasarkan program dan kebijakan teknis masa nifas, paling sedikit
dilakukan 4 kali kunjungan masa nifas dengan tujuan yaitu:
a. Memelihara kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang akan terjadi pada
masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu
kesehatan ibu dan bayi.
Kunjungan masa nifas terdiri dari:
1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika
perdarahan berlanjut.

38
c) Memberikan koseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarah
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
Sama seperti kunjungan II
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini(Pitriani,2014).

39
Tabel 4 Jadwal Kunjungan Ibu Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas
PP karena atonia uteri
b. Pemantauan keadaan umum ibu
c. Melakukan hubungab antara bayi
dan ibu (Bounding Attachment)
d. ASI ekslusif
II 6 Hari PP a. Memastikan involusi uterus
berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda
deman, infeksi dan perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat
istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat
makanan yang bergizi.
e. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
III 2 Minggu a. Memastikan involusi uterus
PP berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda
deman, infeksi dan perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat
istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat
makanan yang bergizi.
e. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
IV 6 Minggu a. Menanyakan pada ibu tentang
PP penyulit yang ia alami.
b. Memberikan konseling untuk KB

40
secara dini, imunisasi, senam
nifas, dan tanda-tanda bahaya
yang dialami oleh ibu dan bayi.

6. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


Tahapan masa nifas menurut (Reva Rubin dalam Pitriani,2014):
a. Fase Taking In ( hari ke 1-2 setelah persalinan ).
1) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain
2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan.
4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal.
5) Nafsu makan ibu biasanya berkurang sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi.
b. Fase Taking On/Taking Hold ( hari ke 2-4 setelah persalinan ).
1) Ibu memperhatikan kemampuan memnajdi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAB,
BAK dan daya tahan tubuh.
3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
4) Ibu cenderung terbuka menerima kritikan dan nasehat dari bidan.
5) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
c. Fase Letting Go
1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
dan serta perhatian keluarga.

41
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam
kebebasan dan hubungan sosial.
3) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

7. Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas


a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba.
b. Pengeluaran cairan vagina denganbau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perutbagian bawah atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastic, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan.
f. Payudara yang memerah, panas atau sakit.
g. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
h. Rasa sakit, warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki
i. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi
j. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Pitriani,2014).

8. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


a. Ambulasi Dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk
selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan dari
early ambulation adalah:
1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.
2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik

42
3) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat
atau memelihara anaknya, memandikan selama ibu masih dalam
perawatan (Eny,Diah.2010).
b. Kebersihan Diri
1) Perwatan Perenium
Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali
sehari. Membersihkan dimulai dari simpisis samapi anal sehinnga
tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut
yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan.
Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari
(Eny,Diah.2010).
2) Perawatan Payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu
dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.
b) Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak
lecet.
c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24jam,
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
d) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1
tablet setiap 4-6 jam (Eny,Diah.2010).
c. Latihan Senam Nifas
Senam yang pertama paling baik paling aman untuk memperkuat
dasar panggul adalah senam Kegel. Senam Kegel mempunyai
beberapa manfaat antara lain membuat jahitan-jahitan lebih merapat,
mempercepat penyembuhan, meredakan haemoroid, meningkatkan
pengendalian atas urin. Caranya dengan berdiri dengan tungkai
dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai 5

43
hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali.
(Eny,Diah.2010).
d. Mengajarkan cara menyusui yang benar
1) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kusi yang
rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting dan areola sekitarnya.
3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan diatas pangkuan ibu.
4) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu
jari menekan payudara bagian atas areola.
5) Bayi diberi ransangan untuk membuka mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh
sisi mulut bayi.
6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola
dimasukkan kedalam mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola
dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada
dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
7) Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
8) Menyendawakan bayi, bayi dogendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
atau dengan cara menelungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu
usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa
(Eny,Diah.2010)

44
e. Nutrisi dan Cairan.
1) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
3) Pil zat besi harus diminum untuk menanbah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pasca salin(Kemenkes RI,2015).
f. Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
belum dapat berkemih atau sekali berkemih atau belum melebihi
100cc, maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk katerisasi. Ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari ke-2
postpartum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu diberi obat
pencahar per oral atau per rektal(Kemenkes RI,2015).

E. Keluarga Berencana
1. Defenisi Keluarga Berencana (KB)
Menurut World Health Organization (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentuka jumlah anak dalam keluarga (Kemenkes RI,2015).
Secara garis besar defenisi ini mencakup beberapa komponen dalam
pelayanan KB, yaitu komunikasi, pelayanan infertilitas, pendidikan seks,
konsultasi pra perkawinan, konsultasi genetik, test keganasan, dan adopsi
(Kemenkes RI,2015).

45
2. Tujuan Program KB
Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai kekuatan
sosisal ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Tujuan khusus KB meliputi:
a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan bila dirasakan anak
telah cukup.
b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
c. Konseling perkawinan atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas (Kemenkes RI,2015).

3. Sasaran Program KB
Sasaran Program KB terbagi atas:
a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang istrinya
berusia antara 15-49 tahun.
b. Sasaran Tidak Langsung
1) Kelompok remaja usia 15-19 tahun.
2) Organisasi – organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh
masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan

46
dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS
(Kemenkes RI,2015).

4. Beberapa Metode KB
Metode kontrasepsi yang ideal memiliki ciri-ciri di antaranya berdaya
guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi
terus menerus dan efek samping yang minimal.
Selain itu, metode kontarsepsi harus memenuhi syarat berikut ini:
1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
2) Tidak ada efek samping yang merugikan
3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4) Tidak mengganggu hubungan seksual
5) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat
selama pemakaiannya.
6) Cara penggunaannya sederhana
7) Dapat dijangkau oleh pengguna
8) Dapat diterima oleh pasangan
Metode kontrasepsi terdiri dari:
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi yang
dalam penggunaannya memiliki tingkat efektivitas dan tingkat
kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dan angka kegagalan
yang rendah.
2) Metode Kontrasepsi Jangka Pendek
Metode kontrasepsi jangka pendek adalah cara kontrasepsi yang
dalam penggunaannya memiliki tingkat efektivitas dan tingkat
kelangsungan pemakaiannya rendah karena dalam jangka waktu
pendek sehingga, keberhasilannya memerlukan komitmen dan

47
kesinambungan penggunaan kontrasepsi tersebut(Kemenkes
RI,2015).

5. Macam – Macam Kontrasepsi


a. KB Hormonal
1) Pil Kombinasi
Manfaat:
a) Mencegah pengeluaran hormon dari kelenjar hipofise
sehinnga tidak terjadi ovulasi.
b) Menambah kepekatan lendir serviks.
c) Menyebabkan perubahan pada endometrium, sehingga
endometrium tidak siap untuk nidasi.
Kerugian:
a) Membosankan karena harus diminum setiap hari
b) Mual, pusing terutama pada 3 bulan pertama
c) Nyeri payudara
d) Penambahan berat badan(Ida,Sri,2016).
2) Suntikan Kombinasi
Jenis:
a) DMPA (Depot Medroxy Progesteron Asetat)
Diberikan sekali 3 bulan dengan dosis 150 mg.
b) NET-EN (Norethindrone Enanthate)
Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu sekali
untuk 6 bulan pertama(Fitria,Rina,2013).
Manfaat:
a) Menekan ovulasi.
b) Mempengaruhi kecepatan transpor ovum didalam tuba fallopi
c) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi.

48
Kerugian:
a) Terjadi perubahan pola haid.
b) Mual, sakit kepala dan nyeri pada payudara sedikit
c) Spotting(Ida,Sri,2016)..
3) Mini Pil
Jenis kontrasepsi yang mengandung hormone progestin dan
diberikan dengan cara disuntikkan(Kemenkes RI,2015)
Keuntungan:
a) Cocok untuk ibu menyusui,karena tidak mempengaruhi
produksi ASI.
b) Tidak memberikan efek samping estrogen
c) Banyak dapat dipakai sebagai konrasepsi darurat.
Kerugian:
a) Menstruasi tidak teratus atau tidak haid
b) Kenaikan berat badan
c) Nyeri tekan pada payudara
d) Depresi
e) Penuruna HDL(Ida,Sri,2016).
4) Implan atau susuk
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat
dari karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas
(Handayani, 2010).
Jenis implant menurut Kemenkes RI (2015):
a) Norplant
b) Implanon
c) Jadena
d) Indoplant
Manfaat penggunaan implant:
a) Mengentalkan lendir serviks

49
b) Menghambat perkembangan siklus endometrium
c) Mempengaruhi trasportasi sperma
d) Perlindungan jangka panjang sampai dengan 5 tahun
e) Tidak mengganggu kegiatan senggama
f) Efektif tidak merepotkan cocok bagi ibu menyusui.
Kerugian penggunaan implant:
a) Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit PMS
b) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
c) Terjadi perubahan pola haid
d) Hypermenore atau meningkatkan jumlah darah
haid(Ida,Sri,2016).
b. KB Non-Hormonal
1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rahim
Jenis dari AKDR menurut Kemenkes RI (2015):
a) Lippes loop
b) Multi load
c) Copper 7
d) Copper T
e) Nova T
Manfaat penggunaan AKDR:
a) Menghambat kemampuan sperma.
b) Mempengaruhi fertilisasi
c) Mencegah pertemuan sperma dan ovum
d) Memungkinkan mencegah implantasi(Ida,Sri,2016).
Kerugian menggunakan AKDR:
a) Perubahan siklus haid
b) Haid lebih lama dan banyak

50
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d) Saat haid lebih sakit(Tarianna,2017).
2) Kontrasepsi Mantap/ KONTAP
Merupakan prosedur klinik untuk menghentikan fertilisasi dengan
cara operatif dalam pencegahan kehamilan yang bersifat permanen.
Jenis – jenis dari KONTAP menurut Yayah (2013) :
a) MOP (Metode Operasi Pria)
b) MOW (Metode Opersi Wanita)
Keuntungan:
a) Efektivitas 0,2-4 kehamilan per 100 wanita pada tahun
pertama penggunaan.
b) Tidak merepotkan dan praktis(Ida,Sri,2016).
Kerugian:
a) Melakukan MOP dan MOW mengakibatkan pasangan suami
istri tidak dapat memiliki anak lagi.
3) Kondom
Merupakan selubung/ karet sebagai salah satu metode kontrasepsi
atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan kelamin
pada saat bersenggama Kondom terbuat dari lateks dan
vinil(Kemenkes RI,2015).
Keuntungan penggunaan kondom:
a) Praktis,
b) Murah dan dapat dipakai secara umum.
c) Membantu mencegah HIV/AIDS
d) Tidak menimbulkan resiko bagi kesehatan(Ida,Sri,2016).
Kerugian penggunaan kondom:
a) Angka kegagalan yang tinggi
b) Mengurangi sensitifitas penis
c) Alergi

51
d) Perlu dipakai setiap berhubungan.
c. Metode KB Alamiah
Cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada saat
masa subur/ovulasi(Ida,Sri,2016).
Jenis – jenis KB Alamiah:
1) MOB (Metode Ovulasi Sibbling)
2) Metode Suhu Basal
3) Metode Kalender
keuntungan dari penggunaan metode ini:
a) Tidak membutuhkan alat dan pemeriksaan mendalam.
b) Tidak memerlukan biaya
c) Tidak perlu ke pelayanan kesehatan untuk menggunakannya
Keterbatasan dari metode ini:
a) Memerlukan kerja sama yang baik antar suami istri
b) Harus ada motivasi dan disiplin dari pasangan
c) Pasangan suami harus tau masa subur dan tidak subur.

52

Anda mungkin juga menyukai