Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE (ANC)

A. Definisi Antenatal Care (ANC)


Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba,
2010). Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan
rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk
memberikan informasi tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan (Backe et
al, 2015).
Antenatal Care (ANC) ialah perawatan fisik mental sebelum persalinan
atau masa hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal
yang 9 kurang baik bagi ibu dan anak (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
Antenatal Care adalah perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada ibu
hamil mulai dari saat awal kehamilan hingga saat persalinan (Rahmatullah,
2016).
Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh
perawat kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supayaibu siap menghadapi
peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).
B. Perubahan Fisik Dan Psikologi
1. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram, pembesaran
ini dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
1) Elastisitas vagina bertambah
2) Getah dalam vagina biasannya bertambah, reaksi asam PH :3,5-6
3) Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput
lendirnya berwarna kebiru- biruan (Tanda chadwick).
c. Ovarium (Indung Telur) Ovulasi terhenti, masih terdapt corpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran
estrogen dan progesteron.
d. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal,
dan linea alba.
e. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
perobekan selaput elestis di bawah kulit sehingga timbul strie
gravidarum.
f. Payudara
Biasanya membesar dalam kehamilan, disebabkan hipertropi dari alveoli
putting susu biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae
melebar dan lebih tua warnannya.
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas, yang sering
ditemukan pada kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh
usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran rahim, kapasitas
paru meningkat sedikit selama kehamilan sehingga ibu akan bernafas
lebih dalam. Sekitar 20-25%.
h. Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yang membesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
2. Perubahan Psikologis Ibu Hamil
a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh maka akan segera muncul berbagai ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual muntah , keletihan dan pembesaran
pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi seperti berikut
ini.
1) Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan
2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil
dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
3) Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan.
Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan
suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur
dengan suami.
4) Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah
bagi keluarga.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa
dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat
kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar
sehingga belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima
kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya
secara lebih kontruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan
gerakan janinnya dan ibu mulai meraskaan kehadiran bayinya sebagai
seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya
pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut
kalu – kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu
juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada waktu melahirkan. Trimester juga saat persiapan aktif untuk
kelahiran bayinya dan menjadi orang tua.keluarga mulai menduga – duga
apakah bayi mereka laki – laki atau perempuan dan akan mirip siapa.
Bahkan sudah mulai memilih nama unutk bayi mereka (Marjati dkk,
2010)
3. Jumlah Kunjungan Antenatal Care
a. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa
selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan tetapi dapat juga
sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan
dirumahnya. Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu
dipantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi
secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu
hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama
kehamilannya.
Menurut Manuaba (2000: 129), berdasarkan standar pemeriksaan
kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid.
2) Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
3) Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
4) Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan
bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal
yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan
distribusi sebagai berikut:
1) Minimal satu kali pada trimester I
2) Minimal satu kali pada trimester II
3) Minimal dua kali pada trimester III (Dep Kes RI, 2005: 24)
Menurut Jumiarni (2004: 34), frekuensi ANC diharapkan paling
kurang 8 kali (7 – 9 kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat
dilaksanakan dengan optimal.
Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan
kegiatan sebagai berikut:
1) Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu Pada
kunjungan ini dilakukan:
a) Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric dan
ginekologi.
b) Pemeriksaan fisik; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh,
bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-
lain.
c) Pemeriksaan obstetric: Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ
(kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
d) Pemeriksaan laboratorium: urine lengkap, darah (Haemoglobin,
leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
e) Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB).
f) Penilaian resiko kehamilan.
g) KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
h) Pemberian imunisasi TT 1.
2) Kunjungan III, 28 – 32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju
pertumbuhan janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan
oleh ibu.
b) Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu
dilakukan lagi).
c) Pemeriksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia
kehamilan), aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak
plasenta, serta keadaan plasenta.
d) Penilaian resiko kehamilan.
e) KIE tentang perawatan payudara.
f) Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
3) Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan
pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
a) Anamnese keluhan dan gerakan janin.
b) Pengamatan gerak janin
c) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi
kehamilan pertama)
d) Penilaian resiko kehamilan.
e) Pemeriksaan laboratorium ulang: Hb, Ht, dan gula darah.
f) Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
4) Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan
VII (40 minggu) (2 minggu 1 kali).
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan,
aktifitas janin dan pertumbuhan janin secara klinis. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
a) Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
b) Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
c) Pemeriksaan fisik dan obstetric
d) Penilaian resiko kehamilan.
e) USG ulang pada kunjungan 4.
f) KIE tentang senam hamil, perawatan payudaran, dan persiapan
persalinan.
g) Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi
trimester III.
h) Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
5) Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu
sekali)
Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin
dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
b) Pengamatan gerak janin.
c) Pemeriksaan fisik dan obstetric.
d) Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan
jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
e) Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan
persalinan dan rencana untuk melahirkan.
f) Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur
kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya,
resiko kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan
untuk memeriksakan kehamilannya.
4. Manifestasi klinik
Tanda presumtif kehamilan
a. Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan
folikel de Graff dan ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting
karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi selama
kehamilan, dan perlu diketahui hari pertama haid terrakhir untuk
menentukan tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan.
b. Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi
hari. Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
c. Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya kehamilan.
d. Sinkope atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan
menghilang setelah umur kehamilan lebih dari 16 minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara
menyebabkan rasa sakit terutama pada kehamilan pertama.
f. Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi
setelah itu nafsu makan muncul lagi.
g. Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada
triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang
membesar keluar rongga panggul.
h. Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh
hormone estrogen.
i. Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
j. Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
1) Pipi: Cloasma gravidarum
2) Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
3) Perut: Striae livide
4) Striae albican
5) Linea alba makin menghitam
6) Payudara: hipepigmentasi areola mamae
7) Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna,
kaki dan betis erta payudara.
Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
a. Pembesaran Perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
b. Tanda Hegar
Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uterus.
c. Tanda Goodel
Pelunakan serviks
d. Tanda Chadwiks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina
termasuk juga porsio dan serviks.
e. Tanda Piskacek
Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah
tersebut berkembang lebih dulu.
f. Kontraksi Braxton Hicks
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin
didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak
nyeri, biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu.
g. Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
h. Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya HCG yang
diproduksi oleh sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini
disekresi diperedaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi
pada urine ibu.
Tanda Pasti (Positive Sign)
a. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan ini baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu.
b. Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat
fetal electrocardiograf ( misalnya doppler)
c. Bagian bagian janin
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin
(lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan
lebih tua (trimester akhir)
d. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG
(Marjati dkk, 2010).
5. Pemeriksaan Leopold
a. Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian
tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua
tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus
maka akan terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di
fundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
b. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada
kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain
mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung
janin. Jika punggung akan teraba cembung dan resisten.
c. Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan
daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi
abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas
panjang dan menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas,
gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut.
Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika
bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
d. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah
janin masuk ke pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke kaki
pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang
yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru
setengah, divergen yaitu jika hamper sebagian besar dari tubuh janin
masuk ke dalam rongga panggul.
6. Perdarahan Antenatal Care
a. Perdarahan pada Kehamilan muda
1) Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti
dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Abortus
biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan
perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau
seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus
sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan
pengeluaran janin.
2) Kehamilan Ektopik
Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada
dasarnya sama halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi
secara kolumner. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
kemudian direasibsu, setekag tempat nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai
desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di
tuba tidak sempurna. Perkembangan janin selanjutnya bergantung
pada beberapa factor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding
tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa
kemungkinan. sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
a) Hasil konsepsi mati dini dan resorbsi
b) Abortus ke dalam lumen tuba
c) Rupture dinding tuba. Prinsip patofisiologi yakni terdapat
gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
prjalanannya menuju kavum utei. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah
dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat
dari hal ini yaitu:
1) Kemungkinan “tubal abortion’’ lepas dan keluarnyda darah
dan jaringan ke ujung distal (timbria) dan ke rongga
abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum baisanya tidak begityu banyak karena dibatasi
oleh tekanan dari dinding tuba.
2) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga
peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Rupture dinding tuba
sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Rupture dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan
vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit hinggabanyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
b. Perdarahan pada kehamilan Lanjut
1) Plasenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang- kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada
segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai
plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus
sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan.
2) Solusio Plasenta
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke
dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan
lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk
hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian
tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desi dua menyebabkan
hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak
pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan
adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk
menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang
mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

Anda mungkin juga menyukai