Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek
Oleh :
NPM : 1441177005061
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga laporan Kerja Praktek di PT FUJITA
HOEI INDONESIA ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Kerja Praktek ini kami susun
guna memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek pada Program Studi Teknik Mesin S1,
Universitas Singaperbangsa Karawang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak,
Laporan Kerja Praktek ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan Laporan Kerja Praktek ini, yaitu kepada:
1. Bapak Ir. Marno, MT. selaku kaprodi Teknik Mesin S1 Fakultas Teknik Universitas
Negeri Singaperbangsa Karawang.
2. Bapak Ing. Reza setiawan, MT. Selaku pembimbing Kerja Praktek Teknik Mesin
S1 Fakultas Teknik Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang.
3. Bapak Liyanto selaku Foreman Produksi dan rekan-rekan PT. FUJITA HOEI
INDONESIA.
Penulis menyadari bahw dalam menulis laporan ini terdapat kekurangan dan keterbatasan,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan dan kemajuan
penulis dimasa yang akan datang sangat di harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Pengujian fatigue untuk ulir yang dimesin dan dirol .................... 11
Gambar 4.4 pemasangan dies baru dan dies repair pada mesin thread rolling ... 24
Tabel 3.1 Sifat mampu rol beberapa material untuk thread rolling, kaitannya
Tabel 3.2 Putaran kerja yang diharapkan untuk pengerolan die datar ............... 19
Tabel 4.3 Hasil pengukuran shaft drive menggunakan alat ukur micrometer .... 25
ABSTRAK
PT Fujita Hoei Indonesia menggunakan dies OSG pada mesin Thread rolling untuk memproduksi
shaft drive atau poros penggerak pada wiper mobil. Dies ini memiliki umur pakai 160000 s/d
220000 pcs, pada saat kedua sisi dies telah aus biasanya dies di kategorikan rusak dan di simpan
di gudang padahal dies masih menyisakan bagian tengahnya yang masih mulus atau utuh sehingga
penulis mengusulkan perbaikan pada dies yang telah aus tersebut dengan cara melakukan
pemotongan pada bagian tengah dies tersebut dengan menggunakan mesin wire cutting.
Laporan kerja praktek ini berjudul “Perbaikan Dies Thread Rolling Aus Untuk Meningkatkan
Efisiensi Tools”. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunan tools di PT.
Fujita Hoei Indonesia. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara metode pengamatan,
pengukuran, dan analisa secara langsung dilapangan sehingga bisa langsung dapat melihat proses
pembuatan ulir dengan menggunakan mesin thread rolling.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi juga dimanfaatkan oleh berbagai industri, salah satunya industri
yang bergerak dalam bidang (otomotif) yaitu PT. FUJITA HOEI INDONESIA (FHI) yang
menggunakan banyak peralatan yang modern demi menunjang keberlangsungan proses
produksinya. PT. FHI merupakan perusahaan manufacturing yang bergerak di bidang industri
otomotif, dimana perusahaan tersebut memproduksi Shaft drive, collar dan gear.
Dalam setiap aktivitas produksi di industri pasti memerlukan tools/dies untuk pemotongan
benda kerja sehingga bisa menghasilkan produk yang berkualitas. Namun tidak dapat dihindari
permasalahan yang sering terjadi pada tools/dies adalah sering terjadinya kerusakan pada saat
melakukan proses salah satunya dalam proses thread rolling. tools/dies yang telah aus biasanya di
kategorikan rusak dan disimpan digudang padahal tools/dies tersebut masih menyisakan bagian
tengah yang mulus atau bagus. Sehingga penulis mengusulkan untuk melakukan perbaikan
terhadap tools/dies yang aus agar tidak terjadi pemborosan dan untuk menghemat pengeluaran.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Oleh karena itu untuk meningkatkan
efisiensi pemakaian tools/dies di PT. FHI maka tools/dies yang sudah aus harus di perbaiki.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat
kerja praktek serta sistematika penulisan laporan kerja praktek
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian hasil dan pembahasan dari bidang atau topik
kajian kerja praktek yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
onderdil dan aksesoris mobil. Perusahaan ini berdiri sejak Maret 1956. Bisnis perusahaan
semakin berkembang pesat seiring berjalannya waktu dan perusahaan ini mendirikan
perusahaan di Negara lain seperti Fujita Rashi (Thailand), Fujit Rashi (USA), Fujita Rashi
(China), Fujita Rashi (Europe) dan Fujita Rashi Indonesia. (Pofil PT Fujita Hoei Indonesia,
2013:5-8)
Gambar 2.1 Cabang Fujita Hoei di seluruh dunia. (Pofil PT Fujita Hoei Indonesia, 2013:5-8)
Perusahaan di Indonesia berdiri pada Maret 2013. Untuk di Indonesia sendiri perusahaan
ini tidak bekerja sendiri melainkan mempunyai cabang dan bagiannya masing-masing. Perusahaan
di Indonesia ini di bagi menjadi 3 perusahaan yaitu PT. Techno Hoei Indonesia dimana perusahaan
ini yang menyiapkan material untuk di kirim ke PT. Fujita Hoei Indonesia dan di proses menjadi
produk dan dikirim ke PT. Fujita Rashi Indonesia dimana PT. Fujita Rashi Indonesia sebagai
perusahaan dagang. Tiga perusahaan yang bergerak di bidang otomotif modern dimana
dikendalikan oleh satu manajemen kepemimpinan. Maka dari itu konstrasi maksimal bagaimana
dapat memuaskan pelanggan secara total dalam persaingan pasar otomotif. Bahwa tiga perusahaan
satu sama lain saling mengisi secara berantai dalam kegiatan pasok rantai produksi. Bisnis ini
semakin berkembang dengan seiring perkembangan di era globalisasi ini. (Pofil PT Fujita Hoei
Indonesia, 2013:5-8)
Mrs. Tomoko Fujita mendirikan PT. Fujita Hoei Indonesia dan PT. Fujita Rashi Indonesia
yang berlokasi di kawasan Delta Silicon 5, Lippo Cikarang, Jl. Kenari 1, block G1-16, Bekasi.
Yang memproduksi suku cadang sepeda motor dan aksesoris mobil diantaranya collar, gear,
dan shaft drive. Perusahaan ini bergerak sebagai supplier ke PT. ASMO dan PT. Asahi Denso
Indonesia. (Pofil PT Fujita Hoei Indonesia, 2013:5-8)
Gambar 2.2 Produk PT Fujita Hoei. (Pofil PT Fujita Hoei Indonesia, 2013:5-8)
BAB III
DASAR TEORI
Thread rolling merupakan salah satu proses produksi ulir disamping proses lainnya yang
menggunakan proses pemesinan. Dalam operasinya, material kerja yang berbentuk silindris
pejal dijepit diantara dua atau tiga dies yang berbentuk silindris atau plat, tergantung dari jenis
thread rolling yang digunakan, yang memiliki ulir. Selanjutnya, material kerja ditekan di sisi-
sisi yang kontak dengan dies. Kemudian diputar akibat putaran dies yang berputar atau
bergerak secara aksial, untuk jenis dies plat. Setelah selesai dirol, terbentuk ulir disekeliling
material kerja. Thread rolling merupakan salah satu proses produksi ulir disamping proses
lainnya yang menggunakan proses pemesinan. Proses-proses yang digunakan untuk
menghasilkan ulir antara lain adalah :
1. Thread cutting
2. Thread grinding
3. Thread milling
4. Thread rolling
Dari keempat proses diatas, proses thread rolling menggunakan proses pembentukan
dalam operasinya, sedangkan proses lainnya digunakan proses pemesinan. Dalam operasinya,
material kerja yang berbentuk silindris pejal dijepit diantara dua atau tiga dies yang berbentuk
silindris atau plat, tergantung dari jenis thread rolling yang digunakan, yang memiliki ulir.
Selanjutnya, material kerja ditekan di sisi-sisi yang kontak dengan dies. Kemudian diputar
akibat putaran dies yang berputar atau bergerak secara aksial, untuk jenis dies plat. Setelah
selesai dirol, terbentuk ulir disekeliling material kerja. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan
Ulir” : 6-15)
Proses thread rolling memiliki beberapa keuntungan teknik. Keuntungan teknik pada
proses thread rolling antara lain adalah :
1. Derajat tinggi untuk keakuratan profil.Ulir lebih kuat.
2. Ulir yang dirol juga mengalami perubahan kekuatan geser, saat serat material di bentuk
ulang menjadi garis mengikuti kontur ulir seperti diperlihatkan
3. dalam Gambar 3.1. Beberapa ulir menentang alur karena kegagalan akibat geser dapat
terjadi hanya menyeberang butir, ketika dalam pemotongan atau penggerindaan ulir,
kegagalan akibat geser akan terjadi paralel terhadap butir.
4. Sisi-sisi ulir mengkilap.
5. Ketahanan aus meningkat. Pengerjaan dingin yang dikategorikan dalam pembentukan
rol menghasilkan suatu permukaan kerja yang dikeraskan dengan peningkatan hingga
10 persen dalam kekuatan tarik seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2. Ditambah lagi,
karena kekerasan permukaan dan penyelesaian permukaan yang baik dan sifat tahan
aus meningkat seperti diperlihatkan pada Gambar 3.3.
Umur fatigue meningkat. Suatu akibat yang amat penting dari thread rolling adalah
perubahan pada umur fatigue yang meningkat hingga sepuluh kali dari yang dihasilkan proses
pemotongan atau penggerindaan ulir. Ketahanan fatigue dihasilkan oleh tegangan sisa tekan
yang terjadi pada baut selama pengerolan. Karena perlakuan panas berikut akan mengurangi
tegangan, hal ini secara mutlak perlu untuk mengerol ulir setelah perlakuan panas untuk
mendapatkan keuntungan penuh dari keistimewaan ini. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan
Ulir” : 6-15)
Gambar 3.1 Tipe aliran butir : (a) pada ulir yang dirol; (b) pada ulir yang dimesin.
(Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Selain keuntungan teknik, proses thread rolling juga memiliki beberapa
keuntungan ekonomis. Keuntungan ekonomis yang ditawarkan pada proses thread rolling
antara lain, adalah :
1. Waktu pengerjaan yang relatif singkat.
2. Umur dies yang cukup panjang.
3. Operasi pengerjaan relatif sederhana.
Gambar 3.2 Pengujian fatigue untuk ulir yang dimesin dan dirol.
Thread Rolling adalah suatu proses untuk memproduksi ulir pada benda kerja silindris atau
konis dengan menggunakan proses pembentukan. Bentuk helik atau annular dihasilkan dari
membentuk atau pengaturan kembali material polos, tidak membuang sebagian material
seperti pada proses thread cutting atau grinding. Perbandingan penyelesaian permukaan di
antara proses produksi ulir dapat dilihat pada Gambar 3.4. Laju produksi umumnya lebih
tinggi dibanding yang dihasilkan cutting atau grinding, dan ulir yang dihasilkan mengalami
perubahan sifat kekuatan dan fatique, permukaan yang dihasilkan lebih bagus dan permukaan
kerja yang dikeraskan merupakan keuntungan tambahan. Kebanyakan pengerolan dilakukan
dengan material polos pada tempratur ruangan, meskipun panas bisa diterapkan untuk
memudahkan pembentukan logam, kebanyakan lebih sering pada kasus material dengan
kekerasan tinggi. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Gambar 3.4 Perbandingan permukaan yang dihasilkan thread rolling dengan metode
pemesinan lainnya. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Baja karbon rendah yang digunakan untuk material polos biasanya ideal untuk pengerolan,
juga baja paduan dan karbon digunakan untuk material polos dengan jenis bervariasi. Material
untuk bagian-bagian yang membutuhkan pemesinan luas sering mengalami tambahan
pemesinan bebas seperti sulfur atau timah. Aluminium umumnya bagus untuk dibentuk dan
menghasilkan permukaan yang bagus dalam kondisi yang lebih lunak. Aluminium dengan
kekuatan tarik lebih tinggi, dihasilkan dari strain hardening atau heat treatment, bisa
membentuk permukaan “kulit jeruk” yang kasar, terutama sekali pada puncak ulir. Material
lebih keras rentan terpotong. Tembaga dan tembaga paduan kecuali kandungan timah baik
untuk dirol. Paduan tembaga-seng digunakan dalam mesin screw biasanya memiliki aditif
pemesinan bebas, dan ketika beberapa material polos di rol, spesifikasi material mesti secara
hati-hati dipertimbangkan untuk menghasilkan sifat mampu mesin dan pengerolan yang baik.
Cupronickel dan perunggu pospor biasanya bisa dirol dengan baik, perunggu silikon dan
aluminium yang menghasilkan hasil jelek tergantung pada paduan spesifik yang digunakan.
Pada Tabel 3.1 dimuat rating sifat mampu rol berdasarkan permukaan yang dihasilkan dan
umur die relatif untuk beberapa material yang biasanya digunakan. (Saidina, Sulam.”Proses
Pembuatan Ulir” : 6-15)
Ulir atau pembentukan lainnya dihasilkan pada benda kerja ulet dengan perputaran benda
kerja silindris atau konis diantara dies baja yang dikeraskan, jadi bentuk pada permukaan dies
membekas pada benda kerja. Diameter benda kerja polos lebih kecil daripada diameter terluar
akhir, jadi material yang ditekan akan mengalir keluar untuk membentuk puncak ulir seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.5. Die bisa berbentuk datar atau silindris sesuai yang dibutuhkan
mesin pengerolan yang digunakan. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Gambar 3.5 Pemisahan material pada proses thread rolling.
Die datar dioperasikan dengan mengerol material polos di sepanjang die stasioner
dengan gerakan melintang die bergerak, seperti digambarkan dalam Gambar 3.6. Jarak
antara dies sama dengan diameter kerja yang dihasilkan. Suatu mekanik atau secara
pneumatic dioperasikan memulai posisi menyentuh material polos dalam dies. Material
polos kemudian dirol diantara permukaan dies dan ditekan secara progresif hingga ukuran
akhir dicapai lebih dulu pada material polos selesai di penghujung dies. Dalam tipe
pengerolan datar laju penekanan dimulai dengan jumlah total putaran material polos yang
terdapat pada panjang die. Tiap ukuran mesin memiliki panjang die maksimum yang
memulai jumlah putaran kerja. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Gambar 3.6 Die datar : (a) awal siklus pembentukan; (b) posisi dies setelah
menyelesaikan setengah pembentukan ulir; (c) selesai siklus.
Tabel 3.2 Putaran kerja yang diharapkan untuk pengerolan die datar.
Jenis pengerolan dengan die silindris yang menggunakan dua atau tiga dies
seperti diperlihatkan Gambar 3.8. Material kerja berputar berlawanan arah dengan
putaran dies yang searah antara satu dengan lainnya dan berputar seiring dengan
putaran dies. Selain gerak rotasi, dies juga melakukan gerak translasi yang salah
satu dies bergerak mendekati dies lainnya yang selanjutnya akan menekan dies.
Jenis mesin thread rolling dengan die silindris yang lazim memiliki dua atau tiga
dies seperti diperlihatkan pada Gambar 3.8. Dihasilkannya ulir dengan cara
material kerja berputar seiring dengan perputaran dies, saat bersamaan dies saling
mendekat satu sama lain, yang selanjutnya dihasilkan bentuk ulir seperti bentuk ulir
pada dies. Setelah selesai material kerja yang telah terbentuk ulir tersebut diambil
dan dilanjutkan material kerja polos selanjutnya dan diperlakukan dengan proses
yang sama. Diameter die maksimum pada mesin tiga dies adalah lima hingga enam
kali diameter material kerja disebabkan ukuran bantalan spindel terbatas. Dan
untuk alasan inilah beberapa mesin tidak lazim digunakan untuk ukuran ulir
dibawah 0,25 inci dan dibatasi panjang ulir dan kapasitas kekerasan material kerja
dalam ukuran lebih kecil. Mesin dengan menggunakan die silindris
direkomendasikan untuk material kerja yang terlalu besar untuk dirol secara
memuaskan dengan mesin yang menggunakan dies datar atau dies planetary.
(Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Gambar 3.8 Tipe die silindris : (a) Tipe dua dies; (b) Tipe tiga dies.
Mesin dengan dua atau tiga dies dapat juga menghasilkan ulir dengan metode
throughfeed atau dengan kombinasi metode infeed dan throughfeed. Dies untuk
pengerolan infeed didesain dengan sudut kepala ulir kira-kira sama dengan sudut
kepala ulir yang dihasilkan sehingga penyimpangan aksial yang terjadi selama
pengerolan dapat diminimumkan.(Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
Mesin thread rolling dengan dies planetary memiliki die silindris berputar
pada sumbu tetap dan satu atau lebih segmen die cekung stasioner ditempatkan pada
lintasan jarak dari batas luar die berputar seperti diperlihatkan pada Gambar 3.9.
Material kerja diselipkan diantara die berputar dan die segmen cekung dalam sekejap
dimulai, dan material kerja dirol diantara dua dies dan berlanjut terus hingga akhir
segmen. (Saidina, Sulam.”Proses Pembuatan Ulir” : 6-15)
PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Proses thread rolling (Tsugami. “Manual Book Machine Thread Rolling”:82)
PT Fujita Hoei Indonesia menggunakan mesin thread rolling Tsugami dan dies OSG japan
dalam proses pembuatan ulir pada shaft drive atau poros penggerak wiper mobil, dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Gambar 4.2 Spesifikasi dies OSG thread rolling (Tsugami. “Manual Book Machine
Thread Rolling”:83)
4.2 Analisa permasalahan
Dies OSG ini memiliki umur pakai 160000 s/d 240000 pcs, ketika dies bagian depan aus
maka dies akan di balik dan digunakan bagian belakangnya. Pada saat semua sisi sudah
digunakan biasanya dies di kateogrikan rusak dan disimpan di gudang, yang menjadi topik
permasalahannya adalah dies ini menyisahkan bagian tengah yang tidak terpakai, untuk
mengatasinya adalah dies ini di perbaiki dengan cara di potong menggunakan mesin wire
cutting menjadi 2 bagian, pemotongan di lakukan di PT Nihon Haken dengan biaya sebesar
Rp. 2.000.000,-/set (1 pasang). Setelah dilakukan pemotongan kemudian dies di grinding
untuk penghalusan dan pembuatan champer pada bagian sisi dies di lakukan di PT Cahaya
Sukses Mandiri dengan biaya Rp. 1.200.000,-/set. Total biaya untuk melakukan perbaikan dies
thread rolling ini adalah Rp. 3.200.000, sedangkan harga awal dies osg thread rolling ini
adalah sebesar Rp.7.000.000
Tabel 4.2 Catatan pergantian dies thread rolling tahun 2018. (Fujita Hoei Indonesia. “Annual
Report”)
4 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2
2 1
1 0
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Pemakaian 2 2 0 3 4 3 2 1 3 3 2 2
Bulan
1.5
1 1 1
1
0.5
0
0
Januari Februari Maret April Mei
Pemakaian 1 1 1 2 0
Bulan
Dies yang sudah di repair tentu memiliki perbedaaan pemasangan dengan dies baru. Pada
dies yang baru, pemasangan dies pada mesin thread rolling dilakukan dengan memasang 1
bantalan agar dies pas di mesin thread rolling, seperti pada gambar 4.4 (a), sedangkan dies
yang sudah di repair karena memiliki ketebalan yang lebih tipis yaitu setengahnya dari dies
baru maka bantalan yang di gunakan pun bertambah yaitu dengan memasang 2 bantalan agar
dies pasdi mesin thread rolling, seperti pada gambar 4.4 (b).
Gambar 4.4 pemasangan dies baru dan dies repair pada mesin thread rolling. (Fujita Hoei
Indonesia. “Annual Report”)
Tabel 4.3 Hasil pengukuran shaft drive menggunakan alat ukur mikrometer
Dari tabel pengukuran tersebut menunjukkan bahwa hasil proses dies repair lebih
besar disbanding dengan dies baru yaitu berkisar antara 7.92~7.93 mm, akan tetapi
nilai tersebut masih masuk spesifikasi mengingat batas maksimum ukuran ulirnya
adalah 7.96 mm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dies thread rolling yang aus dapat di perbaiki dengan cara di belah
menggunakan mesin wire cutting dan kemudian bagian sisi dies dibuat champer
dengan menggunakan mesin grinding.
2. Perbaikan dies thread rolling aus dilakukan di luar perushaan yakni di PT
Nihon Haken dan PT Cahaya Sukses Mandiri dengan menelan biaya hampir
setengah harga dies baru yaitu sebesar Rp. 3.200.000,- .
3. Dies thread rolling yang sudah diperbaiki dapat di pasang di mesin thread
rolling dengan menggunakan dua buah bantalan.
4. Efisiensi tools meningkat setelah adanya perbaikan terhadap dies thread rolling
yang aus meski menelan biaya tidak sedikit.
5.2 Saran
www.scribd.com/document/49066546/pembuatan-ulir
Cho, Tomizawa., Nihonbashi & Chou-ku. “Manual Book Machine Thread Rolling”.