Anda di halaman 1dari 20

A.

Tema Pesan
“ANC Terpadu Wujudkan Keselamatan Ibu dan Anak”

B. Alasan Pemilihan Tema Pesan


a. ANC terpadu merupakan program pemerintah untuk mengurangi
angka kematian ibu dan bayi agar tercapai angka ‘nol’ dalam
kematian ibu dan bayi.
b. Banyak ibu hamil yang masih belum mengerti serta belum
mengetahui mengenai ANC terpadu.
c. Di kecamatan wagir, masih ditemukan ibu hamil yang belum
melakukan ANC terpadu karena beberapa faktor.

C. Profil Khalayak Sasaran


1. Aspek Geografis
a. Warga kecamatan Wagir yang terbagi menjadi 12 desa
khususnya ibu hamil.
b. Sebagian ibu hamil belum melakukan ANC terpadu atau
belum mengetahui.
2. Aspek Demografis
Pada tahun 2015, Indonesia merupakan negara nomor dua
di asia tenggara dengan kematian ibu dan bayi tertinggi. Untuk
itulah, pada tahun 2016 pemerintah menggerakan pelayanan ANC
terpadu di beberapa pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal itu
diharapkan dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan
bayi.
3. Aspek Psikologis
a. Khalayak sasaran difokuskan pada ibu hamil yang tinggal
di kecamatan wagir yang dibagi menjadi 12 desa.
b. Kepribadian masyarakat yang belum mengetahui manfaat
serta tujuan ANC terpadu.
D. Anatomi Pesan
1. Inti Produk
a. Leaflet yang menjelaskan tentang pengertian ANC, tujuan,
manfaat, sasaran, dan cakupan.
b. Poster dengan gambar dan tulisan berisi kalimat ajakan
untuk melakukan ANC terpadu.
2. Wujud Produk
a. Leaflet terdiri dari :
 Pengertian ANC
 Tujuan ANC
 Sasaran ANC
 Manfaat ANC
 Cakupan ANC
b. Gambar :
 Gambar ibu hamil
 Logo Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
 Logo Puskesmas
 Logo Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
3. Poster
a. Teks
 Kalimat ajakan untuk melaksanakan ANC terpadu
b. Gambar
 Logo Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
 Logo Puskesmas
 Logo Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
 Gambar ibu hamil
c. Alasan Penggunaan Anatomi Pesan
1) Kalimat ‘Hamil Ibu Berkualitas’ bertujuan untuk
menjaga kandungan ibu agar tetap sehat dengan
melaksanakan ANC terpadu.
2) Kalimat ‘Bersalin Selamat’ bertujuan untuk
mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi saat
persalinan.
3) Kalimat ‘Bayi Lahir Sehat’ bertujuan untuk bayi
tidak kekurangan apapun saat lahir yang berarti
sehat bio psiko sosio spiritual.
4) Kalimat ‘Dengan ANC Terpadu’ bertujuan untuk
menjelaskan pada masyarakat jika manfaat dari
ANC terpadu sangat banyak,

E. Waktu Penyebarluasan atau Memasang Media atau Alasan


1. Waktu penyebarluasan atau memasang media
a. Sepanjang tahun bisa dilakukan.
2. Alasan
a. Ibu hamil bisa terjadi sepanjang waktu dan kapan saja tanpa
terikat oleh waktu.

F. Tempat Penyebaran Media dan Alasan


1. Tempat penyebaran media (leaflet)
Disebar ditempat pelayanan kesehatan seperti: puskesmas,
posyandu, rumah sakit, klinik bidan, dll.
Alasan: karena ibu hamil sering berkunjung ke pelayanan
kesehatan tersebut.
2. Tempat pemasangan poster
Disemua tempat khususnya di pelayanan kesehatan.
Alasan: sering dibaca saat ibu hamil kontrol atau melakukan
pemeriksaan rutin.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

PENGERTIAN SAP
SAP (Satuan Acara Penyuluhan) adalah seperangkat acara penyuluhan yang
akan diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara.
Penyusunan SAP terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan
tahap penutup.

TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN SAP


Kegiatan penyuluhan adalah tahap yang dilakukan penyuluh atau pemateri dan
peserta penyuluhan atau masyarakat untuk mengetahui perkembangan kesehatan di
lingkungan mereka. Materi penyuluhan tersebut dibatasi oleh pokok bahasan dan
subpokok bahasan yang ada pada suatu SAP. Tahap kegiatan itu terdiri atas tahap
pendahuluan (introduction),tahap penyajian (presentation), dan tahap penutup (test and
follow up). Berikut ini akan diuraikan secara singkat pengertian tahap tersebut.

TAHAP PENDAHULUAN
Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki
penyajian materi yang akan disuluhkan. Pada tahap ini penyuluh menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan diajarkan dalam pertemuan tersebut, manfaat materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan materi tersebut dengan pengetahuan
yang telah diketahui masyarakat, serta tujuan yang harus dicapai masyarakat pada akhir
pertemuan. Tahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental masyarakat agar
memerhatikan secara sungguh-sungguh selama tahap penyajian. Tahap pendahuluan
ini biasanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit atau sekitar 5% dari waktu
penyuluhan.

TAHAP PENYAJIAN
Tahap penyajian merupakan kegiatan belajar mengajar yang utama dalam suatu
pengajaran. Di dalamnya tercakup bagian-bagian sebagai berikut:
1. Uraian (explanation), baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal seperti
penggunaan grafik, gambar, benda sebenarnya (realita), model, dan
demonstrasi gerak.
2. Contoh dan non-contoh yang praktis serta konkret dari uraian konsep
3. Latihan merupakan praktik bagi masyarakat untuk menerapkan konsep abstrak
yang sedang dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik. Sebagian besar (80-90%)
dari waktu kegiatan penyuluhan digunakan dalam tahap penyajian ini.

TAHAP PENUTUP
Tahap penutup merupakan tahap terakhir suatu penyuluhan. Tahap ini meliputi
3 kegiatan, yaitu:
1. Pelaksanaan tes hasil penyuluhan untuk dijawab atau dikerjakan peserta
penyuluhan
Seringkali tes tersebut dilaksanakan secara tidak formal dan tidak
tertulis, tetapi diajukan secara lisan untuk dijawab atau dikerjakan oleh peserta
penyuluhan yang ditunjuk sebagai sampel. Namun tes tersebut dapat juga
dijawab atau dikerjakan oleh semua peserta didik dan hal ini berarti akan
menyita waktu pengajaran.
2. Umpan balik yang berupa informasi atau hasil tes
Tindak lanjut yang berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan
atau dipelajari peserta penyuluhan selanjutnya, baik untuk memperdalam
materi yang telah dipelajari dalam pertemuan tersebut maupun untuk
mempersiapkan diri dari wabah penyakit yang menular di lingkungan
masyarakat.
Tahap penutup ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit atau 10-15%
dari waktu pengajaran.

Dari uraian tentang kegiatan penyuluhan tersebut tampak bahwa didalamnya


tercakup komponen metode penyuluhan. Untuk menjelaskan suatu konsep abstrak
penyuluhan dapat menggunakan ceramah, sedangkan untuk memberikan contoh dalam
bentuk kegiatan fisik penyuluhan menggunakan metode demonstrasi. Itulah sebabnya
sebagian orang tidak menggunakan istilah metode penyuluhan ketika mereka sudah
menggunakan istilah kegiatan penyuluhan.
MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN
Media adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan materi penyuluhan
agar dapat dilihat, dibaca, atau didengar oleh peserta penyuluhan. Jenis media yang
sering digunakan dalam pengajaran adalah buku atau bahan cetak, papan tulis, foto,
boneka simulasi, transparansi, serta proyektor (over head proyektor-OHP). Di samping
itu, kadang-kadang digunakan pula slide presentasi dan proyektor LCD (LCD projector)
serta kaset video dan pemutarnya (video set). Fungsi dari media tersebut adalah
menyalurkan materi pengajaran kepada peserta penyuluhan.
Alat penyuluhan adalah benda yang digunakan dalam penyuluhan sehingga
memungkinkan terjadinya kegiatan penyuluhan. Contoh alat penyuluhan seperti
penggaris, papan tulis, alat-alat olah raga yang digunakan dalam pendidikan jasmani,
dan kalkulator yang digunakan untuk menghitung. Benda-benda tersebut tidak
dimaksudkan untuk menyalurkan materi penyuluhan.

EVALUASI DAN REFERENSI


Evaluasi adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta
penyuluhan cara melaksanakan pengajaran. Alat ukur tersebut dapat berbentuk:
1. Karangan (essay test)
2. Tes objektif. Untuk tujuan instruksional dalam kawasan kognitif
3. Tes kinerja (performance test). Untuk tujuan instruksional yang mengandung
kawasan psikomotor.

Cara pelaksanaan bisa berbentuk tulisan atau lisan untuk kawasan kognitif dan
bentuk kerja (praktikum) untuk kawasan psikomotor.

Referensi adalah buku atau bahan yang dijadikan acuan untuk menyajikan
materi dalam SAP.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Pencegahan dan Penularan Difteri
Penyuluh : Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Malang
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Malang)
Kelompok Sasaran : Ibu hamil di Kecamatan Wagir
Tanggal/Bln/Th : 6 Februari 2019
Waktu : 08.20 – 09.00 WIB

A. LATAR BELAKANG
Jumlah kasus kematian Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015
menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017 di semester I sebanyak
10.294 kasus. Demikian pula dengan angka kematian Ibu turun dari 4.999
tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I)
sebanyak 1712 kasus.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara
garis besardapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab
tidaklangsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor
yangberhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
sepertiperdarahan, pre eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet
danabortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor
yangmemperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu
muda,terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak
kelahiran)menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit
proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti
TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu
hamil yang menderita penyakit menular seperti Malaria,
HIV/AIDS,Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular seperti Hipertensi,
DiabetesMellitus, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
Menurut data SDKI Tahun 2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi
inimerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang
tidakdiinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya
dapatmenyebabkan kesakitan dan kematian ibu.
Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi
yangberbahaya bagi ibu, janin dan bayinya. Menurut laporan GFATM
Malariaperiode tahun 2008 - 2010, di daerah endemis, prevalensi
ibu hamilpositif Malaria 38,2%, dan menurut data SDKI 2007, di daerah
endemismalaria, ibu hamil yang memakai kelambu hanya 29,0%.
Masalah lain adalah HIV pada ibu hamil, selain mengancam
keselamatanibu juga dapat menular kepada bayinya (mother-to-child
transmission). Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari
10.026 ibu hamilyang menjalani test HIV, sebanyak 289 (2,9%)
ibu hamil dinyatakan positif HIV.
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga perlu
mendapat perhatian. Ibu hamil yang menderita Sifilis berpotensi untuk
melahirkan bayi dengan Sifilis kongenital. Data terbatas dari tiga kabupaten
model, dari 2.640 ibu hamil yang diperiksa, yang positif 52 ibu hamil
(1,97%).
Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat adalah Tuberkulosis (TB). Pada ibu hamil TB dapat
memperburuk kesehatan dan status gizi ibu, serta mempengaruhi tumbuh
kembang janin dan risiko tertular pada bayinya.
Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma
berat,dan gangguan jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu,
janindan bayi baru lahir. Penanganan penyakit kronis pada ibu hamil
masihbelum seperti yang diharapkan dan datanya juga belum terekam
denganbaik.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus.
Kurangasupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil
dapatmenyebabkan anemia yang akan menambah risiko perdarahan
danmelahirkan bayi dengan berat lahir rendah, prevalensi anemia pada
padaibu hamil sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di samping kekurangan
asupanzat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan dan
Malaria.
Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan
konsumsi garam beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS)
yang berisiko kurang energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah
tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (Riskesdas 2007).
Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi
yangmenyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang
akandilahirkan, melalui kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak
janindan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) merupakan
masalahglobal yang terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu
hamilyang mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami
maupun orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan
danperkembangan janin.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu
hamilterhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama
danK4 - kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi,sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan
antenatalsaat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36%
(dataKementerian Kesehatan tahun 2009). Walaupun demikian, masih
terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya
cukupbesar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang
tidakmenerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat
kontakdengan tenaga kesehatan (missed opportunity).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayananan
tenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik
perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu,
mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif,
yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular
(imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual),
penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program.

B. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu hamil,
diharapkan ibu melakukan pemeriksaan ANC terpadu agar
tercapainya pengurangan angka kematian ibu hamil dan bayi.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan pada ibu hamil, diharapkan
ibu memahami tentang:
a) Pengertian ANC
b) Tujuan ANC
c) Cakupan wilayah ANC
d) Sasaran ANC
e) Manfaat ANC

C. POKOK BAHASAN YANG DISAMPAIKAN


a. Pokok Bahasan : Pemeriksaan ANC
b. Sub Bahasan :
a) Pengertian ANC
b) Tujuan ANC
c) Cakupan wilayah ANC
d) Sasaran ANC
e) Manfaat ANC
D. KEPANITIAAN
Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Malang Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Malang

E. KEGIATAN
No. Tahap Kegiatan Alokasi Metode Alat Evaluasi
Waktu Peraga
(menit)
1. Pendahuluan 1. Memberi salam 5 menit Ceramah Poster,  Menjawab
2. Memperkenalkan dan leaflet salam
diri tanya  Mendengarkan
3. Menjelaskan jawab dan
tujuan memperhatikan
penyuluhan dan  Menjawab
pokok materi pertanyaan
yang akan
disampaikan
4. Mengkaji
pengetahuan ibu
hamil
2. Penyaji 1. Menjelaskan 25 Ceramah Poster,  Mendengarkan
materi menit dan leaflet dan
 Pengertian tanya memperhatikan
ANC jawab
 Tujuan
ANC
 Cakupan
Wilayah
ANC
 Sasaran
ANC
 Manfaat
ANC
3. Penutup 1. Mengevaluasi 10 Tanya Poster,  Memberikan
materi yang telah menit jawab leaflet pertanyaan
disampaikan  Menjawab
2. Memberikan sesi pertanyaan
untuk bertanya  Menjawab
3. Menutup acara salam
dengan
mengucapkan
salam

F. ORGANISASI
 Moderator :-
 Notulen :-
 Penyaji :-
 Observer :-
 Fasilitator :-
 Uraian tugas
Moderator : Mengatur jalannya diskusi
Notulen : Mencatat hasil diskusi
Penyaji : Menyajikan matero
Observer : Mengobservasi jalannya penyuluhan tentang
ketepatan waktu, ketepatan masing-masing
peran
Fasilitator : Mendampingi peserta penyuluhan

G. METODE
Ceramah dan tanya jawab

H. MEDIA
Poster, dan leaflet
I. EVALUASI
a. Evaluasi Struktural
a) Membuat SAP
b) Kontrak waktu
c) Menyiapkan peralatan
Peralatan atau media yang digunakan adalah Powerpoint,
video, poster, leaflet, dan LCD proyektor
d) Setting
Tempat penyuluhan adalah Posyandu Anak di Kelurahan
Bareng, Malang, Jawa Timur
b. Evaluasi
a) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan sampai selesai
b) Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi
selama proses penyuluhan
c) Pertemuan berjalan dengan lancar
d) Penyuluh bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan
e) Penyuluh bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan
tanggung jawab
f) Penyuluh bisa mengkondisikan suasana selama kegiatan
kondusif

J. SUMBER PUSTAKA
Nurarif, A H dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Yogyakarta:
Mediaction

Tim Adaptasi Indonesia. 2005. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.


Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota, Jakarta: World Health Organization
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Antenatal Care


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010). Pengawasan sebelum lahir
(antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk
menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat diketahui
berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau
komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999).

B. Pelayanan Antenatal Care


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai
dengan standar minimal pelayanan antenatal (Rhezvolution, 2009).
Pelayanan Antenatal sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil selama
kehamilan.

C. Tujuan Pelayanan Antenatal Care


Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil
ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini
berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus
sama sehatnya atau lebih sehat.
b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini dan
diobati.
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat
pula fisik dan mental.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan pelayanan


antenatal adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial
ibu dan janin.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI Eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC,


kehamilan dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas
tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
c. Ibu sanggup merawat dan memeberikan ASI kepada bayinya.
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setalah kelahiran bayinya.

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO yang dikutip oleh Dewi
dan Sunarsih (2011), menunjukkan hal-hal berikut ini:
a. Pendekatan risiko dilakukan bila terdapat prediksi buruk karena kita
tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan
yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71%
ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya dan
90% ibu yang diidentifikasi sebagai ibu berisiko tinggi tidak pernah
mengalami komplikasi.
b. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok risiko tinggi pernah
mengalami komplikasi, walaupun mereka telah memakai sumber
daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan
bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam
kategori risiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi
yang terjadi.
c. Banyak ibu yang tergolong kelompok risiko rendah mengalami
komplikasi, tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara
mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya, seperti kurangmya
informasi tanda-tanda bahaya selama kehamilan (perdarahan
pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan penglihatan,
pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrik),
janin tidak bergerak sebanyak biasanya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan risiko adalah bahwa


setiap ibu hamil berisiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa
diprediksi sehingga setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan
kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus ANC
perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat
dijangkau oleh setiap wanita hamil.

D. Fungsi Antenatal
Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko
tinggi dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.

Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan


bayi dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka
merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Bidan atau
tenaga kesehatan sehinga menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko
tinggi yang mungkin dialami oleh mereka (Maas, 2004).

E. Standar Pelayanan Antenatal


Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati
(2010) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan
dapat digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan
dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Ukur tinggi badan
b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
c. Ukur Tekanan Darah
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
f. Pemberian Tablet besi (fe)
g. Tanya/Temu wicara

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam


pelayanan asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan bagian dari
lingkup standar pelayanan kebidanan:
Standar 1 Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.
Standar 2 Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis, perkembangan janin, mengenal
kehamilan resiko tinggi, imunisasi, nasihat, dan penyuluhan
kesehatan.
Standar 3 Palpasi Abdominal
Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan,
memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin
ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan.
Standar 4 Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan,
dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan.
Standar 5 Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan, mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya,
mengambil tindakan yang tepat, dan merujuknya.
Standar 6 Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan
keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan bersih dan aman, serta suasana yang
menyenangkan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga


kesehatan serta memenuhi standar tersebut.

F. Kunjungan Pelayanan Antenatal Care


Menurut Manuaba (1999), kehamilan berlangsung dalam waktu 280
hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Trimester pertama ( 0-12 minggu)
b. Trimester kedua (13-28 minggu)
c. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi risiko


komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita
hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal,
yaitu :
a. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 14 )
b. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
c. Dan 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36
dan sesudah minggu ke 36)

Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau memeriksakan diri
ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan (Sarwono, 2005).
Menurut Departemen kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah
kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai
dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4, yaitu :
a. Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1) K1 adalah kontak ibu
hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada
trimester 1, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu
b. Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4) K4 adalah kontak ibu
hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada
trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
G. Cakupan Pelayanan Antenatal Care
Cakupan Pelayanan antenatal care adalah persentase ibu hamil yang
telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung
dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal
pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk perhitungan indikator K1) atau
jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu (untuk perhitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil
yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun (Depkes RI, 2010).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen
untuk memantau cakupan, seperti kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi
dini Risiko Tinggi (Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, serta Kunjungan Neonatal (KN) di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun (Departemen Kesehatan RI, 2002).

Anda mungkin juga menyukai