Oleh:
Penyuluh/Pembicara :
Jumlah : 20 orang
TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
MATERI
Terlampir
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
MEDIA
1. Leaflet
KEGIATAN PENYULUHAN
a. Memberi salam dan perkenalan diri. a. Menjawab salam dan
memperhatikan.
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
b. Mempeerhatikan
c. Menggali pengetahuan peserta
Pembukaan
mengenai informasi gambaran yang akan c. Memperhatika dan
5 menit disampaikan memjawab pertanyaan
EVALUASI
Kriteria evaluasi :
SUMBER PUSTAKA
Rita Yulifah dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta :
Salemba Medika
Lampiran 1
Pengertian
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Dati I Jawa Timur dalam pelaksanaan
Pemgembangan Desa Siaga Provinsi jawa Timur (2006) terdapat beberapa pengertian
mengenai asuhan antenatal, yaitu sebagai berikut :
Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan
ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan.
Tujuannya :
- Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan
- Menentukan uia kehamilan dan perkiraan persalinan
- Menentukan normal atau tidaknya kehamilan serta ada atau tidaknya faktor resiko
kehamilan.
- Menentukan rencana pemeriksaan / penetalasanaan selanjutnya.
a. Puskesmas/Puskemas Pembantu
b. Pondok bersalin desa
c. Rumah Sakit Pemerintah/Swasta
d. Rumah Sakit Bersalin
e. Tempat Praktik Swasta (Bidan dan Dokter)
Pemeriksaan 10 T
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh
(BMI: Body Mass Index) dimana metode ini untuk menentukan pertambahan berat badan
yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI
wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg.
adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik
untuk ibu hamil antara lain >145 cm. Rekomendasi WHO pada wanita dinegara berkembang,
kenaikan BB selama kehamilan 5-9 kg atau minimal 1 kg setiap bulan selama 2 trimester
terakhir kehamilan.
Pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan dilakukan pemeriksaan
abdominal/perut secara seksama. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan palpasi
(sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan dilakukan pengukuran secara langsung
untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah.
Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan
terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk
dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Anemia pada kehamilan
dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya
asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat
mual selama kehamilan, dan adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada
wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, rentan infeksi.
Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi,
defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu
membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang
sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum
tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan
sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD
mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam
folat.
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi atau neonatus yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka dilakukan kegiatan
pemberian imunisasi TT.
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program
imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu hamil) dan tetanus
neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).
Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc di
injeksikan intramuskuler/subkutan (dalam otot atau dibawah kulit). Imunisasi TT sebaiknya
diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT1 dapat
diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama
ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah
minimal 4 minggu.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja,
imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4
minggu kemudian.. akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibentuk program
jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.
6. Tes laboratorium
Tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat pemeriksaan kehamilan adalah
pemeriksaan Hb untuk menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil. Sebaiknya
pemeriksaan Hb ini dilakukan sejak trimester I, sehingga apabila ditemukan kondisi anemia
akan dapat segera diterapi dengan tepat.
Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil saat
melakukan pemeriksaan kehamilan dan bertujuan untuk mengatasi risiko penyakit lain
selama kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat berlangsung dengan aman dan
sehat.
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu saluran perkemihan dan
reproduksi. Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas adalah melakukan
diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi, dan konseling untuk rujukan. Hal ini
bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin
berlangsung normal.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah dilakukan beberapa pengukuran.
Bidan / dokter saat pemeriksaan masa kehamilan akan melakukan pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA).Pengukuran LILA dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun)
dan ibu hamiluntuk memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis
atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau
meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan
pengukuran, ibuhamil pada posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal
bahu dan ujung siku lengan kiri, jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini
dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat
aktivitas, bukan karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh,
pengukuran dilakukan pada lengan kanan.
Dengan pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan menapis
risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus untuk
perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut :
Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status gizi ibuhamil kurang, misalnya
kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko
lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti status gizi ibuhamil baik, dan risiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat kehamilan, bidan / dokter akan melakukan
suatu pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama saat trimester III atau menjelang
waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan pula pemeriksaan denyut jantung janin
(DJJ) sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin, khususnya
denyut jantung janin dalam rahim. Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak
120-160 kali. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil, dan denyut
jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan.
Alat yang sering digunakan dalam menentukan posisi janin dan denyut jantung janin
saat ini adalah USG (Ultra Sono Grafi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik (gelombang yang memiliki frekuensi yang tinggi yaitu
250 kHz – 2.000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. USG ini
aman untuk janin dan sang ibu.